BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat modern dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah sering

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengertian yang berbeda. Dimana secara yuridis-formal, kejahatan

1.1. Latar Belakang Permasalahan Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. rendahnya tingkat kejahatan/ kriminalitas yang terjadi ditengah tengah kehidupan

Bab I. Pendahuluan Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kriminalitas berasal dari kata crimen yang berarti kejahatan. Berbagai sarjana

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terutama negara sedang berkembang seperti Indonesia. Kemiskinan terjadi tatkala

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti Jakarta, Surabaya (Jawa Timur), Semarang (Jawa Tengah), Bandung (Jawa

I. PENDAHULUAN. Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan merupakan instansi pemerintah daerah

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap kurun waktu, setiap zaman memiliki penjahatnya sendiri atau

BAB I PENDAHULUAN. sektor utama dalam perekonomian Negara tersebut. Peran kurs terletak pada nilai mata

Data Kinerja, Evaluasi Kinerja, Polres Lombok Barat TA. 2016

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia sebagai negara kesatuan menganut asas

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, masih memiliki stuktur

Data Kinerja, Evaluasi Kinerja, Polres Lombok Barat TA. 2016

Dari waktu ke waktu jumlah penduduk Indonesia yang tinggal di daerah perkotaan senantiasa bertambah seiring dengan pertumbuhan penduduk dan

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi, perbaikan sistem publik, melakukan usaha

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah yang sedang dihadapi (Sandika, 2014). Salah satu usaha untuk

DATA EVALUASI KINERJA SATKER POLRES LOMBOK TENGAH DARI BULAN JANUARI - DESEMBER TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara. Abstrak :

BAB I PENDAHULUAN. diyakini telah membawa pengaruh terhadap munculnya masalah-masalah

BAB I PENDAHULUAN. usaha memajukan pembangunan bangsa karena terkait dengan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERANAN INTEROGASI OLEH PENYIDIK TERHADAP TERSANGKA DALAM KASUS TINDAK PIDANA PENCURIAN. (Studi pada Polsekta Medan Baru) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Keberhasilan atau tidaknya pembangunan ekonomi di suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran merupakan salah satu masalah utama yang selalu dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. positif dari pembangunan tersebut antara lain semakin majunya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. bisa dilakukan secara merata ke daerah-daerah, khususnya di bidang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat tersebut, aturan-aturan tersebut disebut juga normanorma

DATA EVALUASI KINERJA SATKER POLRES LOMBOK TIMUR BULAN JANUARI S.D AGUSTUS 2016

BAB I PENDAHULUAN. Kriminalitas adalah sebuah permasalahan yang sering disajikan di berbagai

Seminar Hasil-Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat- Dies Natalis FISIP Unila Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. masalah pelanggaran norma hukum saja, tetapi juga melanggar norma-norma

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan, kesulitan dan kekurangan diberbagai keadaan hidup. Sebagian orang

BAB I PENDAHULUAN. dan semuanya dapat tercapai apabila berpedoman pada peraturan-peraturan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penegakan hukum dan ketertiban merupakan syarat mutlak dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mendorong terjadinya krisis moral. Krisis moral ini dipicu oleh ketidakmampuan

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian Negara Republik Indonesia, adalah salah satu institusi

BAB I PENDAHULUAN. saat ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan. Jumlah penganggur

BAB I PENDAHULUAN. pangan, dan papan tercukupi. Akan tetapi pada kenyataannya, masih ada

BAB I PENDAHULUAN. pada sebuah ketidakseimbangan awal dapat menyebabkan perubahan pada sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peraturan-peraturan hukum yang telah ada di masyarakat wajib

BAB I PENDAHULUAN. dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah

DATA EVALUASI KINERJA POLRES SUMBAWA BARAT BULAN JANUARI S.D AGUSTUS 2017

BAB I PENDAHULUAN. tukar rupiah terhadap mata uang asing, khususnya US dollar, ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. mengimbangi pertambahan angkatan kerja yang masuk ke pasar kerja. memungkinkan berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara terus-menerus

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan atas hukum ( rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan

BAB I PENDAHULUAN. masalah ketenagakerjaan hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi angka

I. PENDAHULUAN. Kajian mengenai rasa takut menjadi korban kejahatan (fear of crime) telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketenagakerjaan merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian utama

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

BAB I PENDAHULUAN. lebih tinggi. Di lain segi istilah tersebut bertujuan untuk menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian menuju perekonomian yang berimbang dan dinamis. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan merupakan

I. PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

menegakan tata tertib dalam masyarakat. Tujuan pemidanaan juga adalah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang

BAB III FAKTOR DAN TIPOLOGI PENGULANGAN KEJAHATAN OLEH RESIDIVIS DI WILAYAH POLSEK KENJERAN SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Fenomena maraknya kriminalitas di era globalisasi. semakin merisaukan segala pihak.

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Pasal 1 angka 3 UUD 1945 merumuskan

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran merupakan salah satu masalah yang selalu dihadapi dan sulit

I. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang utama dan pertama dalam. terhadap pembentukan kepribadian dan perkembangan tingkah laku anak

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai individu dan anggota masyarakat mempunyai berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan

PENGARUH KEMISKINAN, KEPADATAN PENDUDUK, TINGKAT PENYELESAIAN KASUS, DAN JUMLAH POLISI TERHADAP TINGKAT KEJAHATAN PROPERTI DKI JAKARTA ( )

BAB I PENDAHULUAN. miskin di dunia berjumlah 767 juta jiwa atau 10.70% dari jumlah penduduk dunia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang dalam. yang sangat kompleks karena mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. (Adrimas,1993). Tujuannya untuk mencapai ekonomi yang cukup tinggi, menjaga

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. andalan untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Sektor ini sebagai penyumbang. pertanian memberi andil sekitar 13,39 %, (BPS, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional secara makro pada hakekatnya bertujuan untuk

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. orang lain, daerah yang satu dengan daerah yang lain, negara yang satu dengan

I. PENDAHULUAN. sehingga banyak teori-teori tentang kejahatan massa yang mengkaitkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan dalam menggunakan tenaga kerja agar mau bekerja lebih produktif. untuk memperoleh hasil kerja karyawan yang lebih baik.

RINGKASAN EKSEKUTIF. Katalog BPS: BADAN PUSAT STATISTIK

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

DATA EVALUASI KINERJA SATKER POLRES BIMA BULAN JANUARI s/d OKTOBER TA. 2016

DATA EVALUASI KINERJA SATKER POLRES BIMA BULAN JANUARI s/d MEI TA. 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab I. Pendahuluan. Pertumbuhan penduduk yang terus mengalami peningkatan serta tidak

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat modern dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah sering mendapatkan permasalahan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya yaitu kebutuhan primer, kebutuhan sekunder dan kebutuhan tersier. Permasalahan yang dihadapi tersebut terjadi disebabkan ketidakmampuan dalam pemenuhan kebutuhan karena tidak memiliki potensi untuk memenuhinya. Pemenuhan kebutuhan tersebut menjadi beban bagi setiap individu yang terjerat didalam permasalahan-permasalahan pokok ekonomi (Maulana, 2014). Permasalahan-permasalahan pokok ekonomi yang terjadi seperti pertumbuhan penduduk yang tinggi, angka pengangguran yang besar dan juga kemiskinan akan merusak keseimbangan di masyarakat. Biaya hidup yang tinggi akan memaksa setiap individu untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Individu-individu yang terjerat didalam permasalahan ekonomi pengangguran dan kemiskinan tidak mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokoknya. Ini akan menyebabkan individu-individu tersebut akan melakukan hal-hal yang menyimpang dan melanggar hukum untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut sehingga terjadilah tindakan kriminalitas (Abdulsyani, 1987). Kriminalitas adalah tingkah laku yang melanggar norma-norma sosial, sehingga masyarakat menentangnya. Kriminalitas terjadi karena beberapa faktor biologik, sosiologik yang terdiri dari faktor-faktor ekonomi (sistem ekonomi, populasi atau jumlah penduduk, kemiskinan, perubahan harga pasar, krisis moneter, kurangnya lapangan kerja dan pengangguran) (Kartono, 1999). 1

Fenomena kriminalitas telah berlangsung sejak lama walaupun telah dilakukan berbagai upaya dalam menanggulanginya. Kriminalitas merupakan masalah pokok hampir setiap negara di belahan dunia. Masalah mendasar yang mengakibatkan banyaknya persoalan-persoalan sosial lainnya yang ditimbulkan akibat kriminalitas tersebut. Oleh karena itu kriminalitas menjadi fokus perhatian hampir di setiap negara terlebih di negara-negara besar yang jumlah penduduknya melimpah. Indonesia sebagai salah satu negara besar dengan jumlah penduduk yang banyak tidak lepas dari masalah kriminilatas. Berbagai upaya telah dilakukan guna menekan angka kriminalitas, namun hingga saat ini kriminalitas tetap menjadi salah satu satu masalah yang belum terselesaikan. Indonesia berada pada peringkat 68 dari 147 negara. Posisi Indonesia itu terlihat pula dalam perkembangan angka kejahatan dari tahun ke tahun. Selama periode 2013 setiap dalam 1 menit 32 detik terjadi satu tindakan kriminal di Indonesia. Sementara itu dari 100.000 orang di Indonesia, 140 orang diantaranya beresiko terkena tindak kejahatan (BPS, 2013). Angka-angka ini didasarkan pada laporan yang masuk ke kepolisian. Besaran angka kriminalitas akan lebih besar bila ditambah dengan kejahatan-kejhatan yang terjadi tetapi tidak dilaporkan, sehingga crime rate di Indonesia tentu lebih besar lagi. Angka kriminalitas di Indonesia dari tahun 2005 sampai 2014 selalu berfluktuasi dari tahun ketahun. Angka kriminalitas di Indonesia dari tahun 2005 sampai 2014 berfluktuasi dan cenderung meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2005 angka kriminalitas di Indonesia yaitu 256.543 kasus dan pada tahun 2014 meningkat menjadi 325.317 kasus. Peningkatan kriminalitas di Indonesia dari 2

tahun 2005 menuju tahun 2014 yaitu sebanyak 68.774 kasus dengan persentase peningkatan sebesar 26,8%. Rata-rata laju pertumbuhan angka kriminalitas Indonesia dari tahun 2005 sampai 2014 yaitu 2,88% pertahunnya (BPS, 2015). Kriminalitas bukan hanya menjadi masalah pokok dan tanggung jawab pemerintah pusat. Semenjak otonomi daerah ditetapkan dan dijalankan maka setiap daerah memiliki wewenangan dalam mengatur daerahnya masing-masing sehingga kriminalitas sekarang juga menjadi tanggung jawab utama pemerintah daerah. Permasalahan di Sumatera Barat tidak jauh berbeda dengan provinsiprovinsi lainnya di Indonesia yaitu tingginya angka kriminalitas. Sumatera Barat selama periode 2014 setiap dalam 31 menit 21 detik terjadi satu tindakan kriminal. Dibandingkan dengan jumlah penduduk, 1 dari 341 orang di Sumatera Barat beresiko terkena kejahatan (BPS, 2014). Sumatera Barat dalam kurun waktu 10 tahun terakhir termasuk dalam 10 besar provinsi dengan tingkat kriminalitas tertinggi di Indonesia. Pada tahun 2014 Sumatera Barat peringkat 6 dari 32 provinsi di Indonesia dengan angka kejahatan sebanyak 14.955 kasus. Angka kriminalitas di Sumatera Barat dari tahun 2005 sampai 2014 berfluktuasi dan cenderung meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2005 angka kriminalitas di Sumatera Barat yaitu 7.203 kasus dan pada tahun 2014 meningkat menjadi 14.955 kasus. Peningkatan kriminalitas di Sumatera Barat dari tahun 2005 menuju tahun 2014 yaitu sebanyak 7.752 kasus dengan persentase peningkatan sebesar 107,62%. Rata-rata laju pertumbuhan kriminalitas di Sumatera Barat dari tahun 2005 sampai 2014 sebesar 9,10% pertahunya (BPS, 2015). Laju pertumbuhahan kriminalitas di Sumatera Barat yang cenderung 3

meningkat dengan rata-rata yang sangat besar yaitu 9,10% setiap tahunnya diduga disebabkan karena adanya pengaruh langsung dari jumlah penduduk. Jumlah penduduk di Provinsi Sumatera Barat dari tahun 2005 sampai 2014 selalu meningkat dari tahun ketahun. Pada tahun 2005 jumlah penduduk sebanyak 4.555.810 jiwa dan pada tahun 2014 meningkat menjadi 5.131.882 jiwa. Peningkatan jumlah penduduk di Sumatera Barat dari tahun 2005 menuju tahun 2014 yaitu sebanyak 576.072 jiwa dengan persentase peningkatan sebesar 12,64%. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk di Sumatera Barat dari tahun 2005 sampai 2014 yaitu sebesar 1,33% pertahunnya (BPS, 2015). Selain berpengaruh langsung, jumlah penduduk diduga memiliki pengaruh tidak langsung terhadap kriminalitas melalui pengangguran. Pengangguran di Provinsi Sumatera Barat dari tahun 2005 sampai 2014 selalu berfluktuasi dari tahun ketahun namun menunjukkan kecenderungan yang menurun. Pada tahun 2005 angka pengangguran sebesar 225.860 orang dan pada tahun 2014 turun menjadi 148.680 orang. Penurunan angka pengangguran di Sumatera Barat dari tahun 2005 menuju tahun 2014 yaitu sebanyak 77.180 orang dengan persentase penurunan sebesar 34,17%. Rata-rata laju pertumbuhan pengangguran dari tahun 2005 sampai 2014 yaitu sebesar -4,11% pertahunnya (BPS, 2015). Selain pengaruh tidak langsung jumlah penduduk melalui pengangguran, diduga jumlah penduduk meliki pengaruh tidak langsung terhadap kriminalitas melalui kemiskinan. Kemiskinan di Provinsi Sumatera Barat dari tahun 2005 sampai 2014 selalu berfluktuasi dari tahun ketahun namun menunjukkan kecenderungan yang menurun. Pada tahun 2005 angka kemiskinan sebesar 482.800 orang dan pada 4

tahun 2014 turun menjadi 354.700 orang. Penurunan angka kemiskinan di Sumatera Barat dari tahun 2005 menuju tahun 2014 yaitu sebanyak 128.100 orang dengan persentase penurunan sebesar 26,53%. Rata-rata laju pertumbuhan kemiskinan dari tahun 2005 sampai 2014 yaitu sebesar -2,86 persen pertahunnya (BPS, 2015). Berdasarkan penjelasan di atas dan perkembangan fenomena kriminalitas diduga kriminalitas dipengaruhi oleh jumlah penduduk secara langsung dan secara tidak langsung melalui pengangguran dan kemiskinan di Sumatera Barat. Dimana jumlah penduduk yang selalu meningkat setiap tahunnya ini diikuti oleh angka kriminalitas yang juga cenderung meningkat setiap tahunnya sedangkan angka pengangguran dan kemiskinan yang berfluktuasi dan cenderung menurun setiap tahunnya tidak diikuti oleh penurunan angka kriminalitas. Ini berbeda dengan teori, menurut teori kriminalitas yaitu jika jumlah penduduk, pengangguran dan kemiskinan menurun maka akan menurunkan kriminalitas tetapi berbeda dengan fenomena kriminalitas yang terjadi di Sumatera Barat. Fenomenanya yang terjadi di Sumatera Barat yaitu pada saat angka pengangguran dan kemiskinan menurun sedangkan angka kriminalitas di Sumatera Barat meningkat. Jadi teori kriminalitas berbeda dengan fenomena kriminalitas yang terjadi di Sumatera Barat. Berdasarkan hal itu maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Jumlah Penduduk Terhadap Tingkat Kriminalitas di Sumatera Barat (Aplikasi Model Jalur dengan Variabel Perantara Pengangguran dan Kemiskinan). 5

1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka perumusan masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah perkembangan jumlah penduduk, pengangguran, kemiskinan dan tingkat kriminalitas selama periode 2005-2014 di Sumatera Barat? 2. Bagaimanakah pengaruh jumlah penduduk secara langsung terhadap tingkat kriminalitas selama periode 2005-2014 di Sumatera Barat? 3. Bagaimanakah pengaruh jumlah penduduk secara tidak langsung (melalui variabel perantara pengangguran dan kemiskinan) terhadap tingkat kriminalitas selama periode 2005-2014 di Sumatera Barat? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis perkembangan jumlah penduduk, pengangguran, kemiskinan dan tingkat kriminalitas selama periode 2005-2014 di Sumatera Barat. 2. Menganalisis pengaruh langsung jumlah penduduk terhadap tingkat kriminalitas selama periode 2005-2014 di Sumatera Barat. 3. Menganalisis pengaruh tidak langsung jumlah penduduk terhadap tingkat kriminalitas selama periode 2005-2014 di Sumatera Barat (melalui variabel perantara pengangguran dan kemiskinan). 6

1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai pengaruh langsung jumlah penduduk terhadap tingkat kriminalitas dan pengaruh tidak langsung jumlah penduduk melalui variabel perantara pengangguran dan kemiskinan terhadap tingkat kriminalitas. 2. Bagi penulis, penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi. 3. Bagi Universitas, dapat dijadikan sumbangan keilmuan dan menambah daftar kepustakaan. 4. Bagi masyarakat, mahasiswa maupun peneliti selanjutnya yang tertarik dengan topik terkait, dapat dijadikan sebagai rujukan serta tambahan informasi. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian akan dapat dilakukan secara terarah dan lebih fokus atas masalah yang diteliti maka perlu adanya ruang lingkup penelitian yaitu waktu penelitian (times series) yang digunakan dimulai dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2014 dan daerah penelitian adalah Provinsi Sumatera Barat. Variabel exogenous atau independen yang diteliti adalah jumlah penduduk. Variabel endogenous perantara adalah pengangguran dan kemiskinan. Sedangkan variabel endogenous tergantung atau dependen adalah tingkat kriminalitas yang dilihat berdasarkan tindak pidana di Sumatera Barat. 7

Kapolda Sumatera Barat Brigjend Pol Drs Bambang Sri Herwanto menyebutkan pada tahun 2014 terjadi 14.955 kasus kriminal yang dilaporkan, diproses dan dipidanakan. Rincian dari 14.955 kasus tersebut adalah pencurian kendaraan bermotor (curanmor) menempati posisi tertinggi dengan jumlah kasus mencapai 2.965 kasus, diikuti oleh pencurian berat (curat) dengan 2.842 kasus, penggelapan dengan 1.314 kasus, penipuan 1.095 kasus, pengrusakan terhadap fasilitas umum (fasum) 679 kasus, penganiayaan berat (anirat) 531 kasus, pencurian dengan kekerasan (curas) 436 kasus, narkoba dengan 389 kasus, judi dengan 209 kasus, tindak pidana khusus sebanyak 155 kasus, kebakaran 152 kasus, perkosaan 60 kasus, pembunuhan dengan 19 kasus dan sisanya kasus-kasus lain dan kasus-kasus yang belum selesai atau masih dalam penyelidikan (Haluan, 2015) 1.6. Sistematika Penulisan Skripsi Penelitian ini disusun dengan sistematika Bab yang terdiri dari : Bab I Pendahuluan, Bab II Tinjauan Pustaka, Bab III Metode Penelitian, Bab IV Gambaran Umum Daerah Penelitian, Bab V Temuan Empiris dan Implikasi Kebijakan, Bab VI Penutup. Bab I : PENDAHULUAN Dalam bab ini menguraikan latar belakang penelitian. Dari latar belakang yang diuraikan maka diperoleh rumusan masalah yang menjadi fokus dalam penelitian. Berdasarkan rumusan masalah maka diperoleh tujuan dan manfaat dari penelitian. Pada akhir bab ini akan dijelaskan sistematika penulisan. 8

Bab II : TINJAUAN PUSTAKA Menguraikan teori-teori dan penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai landasan dalam melakukan penelitian. Dari landasan teori dan penelitian terdahulu tersebut maka di dapat kerangka pemikiran konseptual. Di akhir bab ini terdapat hipotesis penelitian. Bab III : METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang variabel-variabel penelitian dan defenisi operasional, Jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, selain itu dalam bab ini juga terdapat ruang lingkup penelitian, serta pada akhir bab ini dilakukan pengolahan data. Bab IV : GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Pada bab ini akan menguraikan kondisi umum daerah dan kemudian menjelaskan perkembangan jumlah penduduk, pengangguran, kemiskinan, dan tingkat kriminalitas di Provinsi Sumatera Barat. Bab V : TEMUAN EMPIRIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Dalam bab ini memuat hasil dan pembahasan dari analisa data yang telah di teliti serta merumuskan kebijakan apa yang perlu dan bisa di ambil dalam penelitian ini. Bab VI : PENUTUP Bab ini menjelaskan kesimpulan singkat dari penelitian yang telah dilakukan dan juga berisi saran untuk berbagai pihak. 9