BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beranjak dewasa. Selain tugas-tugas akademis yang dikerjakan, mahasiswa juga

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA MAHASISWA AKTIVIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Siswa sebagai generasi muda diharapkan berani untuk mengemukakan

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mahasiswa merupakan bagian dari civitas akademika yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku asertif, dalam hal ini teknik yang digunakan adalah dengan Assertif

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dimana awal kehidupan sebagai mahasiswa di perguruan tinggi, individu (remaja)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan para mahasiswa yang tanggap akan masalah, tangguh, dapat di

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku asertif, disadari atau tidak remaja akan kehilangan hak-hak pribadi

BAB I PENDAHULUAN. Guru berperan penting dalam proses pendidikan anak di sekolah, bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan. Ketika remaja dihadapkan pada lingkungan baru misalnya lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selama masa hidupnya orang lebih banyak berada pada kondisi saling

PENDAHULUAN. membantu untuk menjalin hubungan kerja sama dan kemampuan memahami individu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa

HUBUNGAN POLA ASUH TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR ANAK DI RA/BA KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010 / 2011 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan hak setiap individu untuk menentukan sikap, pemikiran dan emosi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

BAB I PENDAHULUAN. maupun bangsa. Pendidikan memperoleh perhatian khusus baik dari. dari berbagai media elektronik, cetak, dan lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

: PETUNJUK PENGISIAN SKALA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. serta kebutuhan memungkinkan terjadinya konflik dan tekanan yang dapat

I. PENDAHULUAN. Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

PERBEDAAN PERILAKU ASERTIF ANTARA ETNIS JAWA DENGAN ETNIS DAYAK

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama

BAB I PENDAHULUAN. individu yang ditandai dengan percepatan pertumbuhan fisik, emosional, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Asertif. jujur, terbuka, penuh percaya diri, dan teguh pendiriannya (Davis, 1981).

HUBUNGAN ANTARA ASERTIFITAS DENGAN KECENDERUNGAN MENGALAMI KEKERASAN EMOSIONAL PADA PEREMPUAN YANG BERPACARAN SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. aktivitas hidupnya dan melanjutkan garis keturunannya. Dalam menjalin

Daftar Isi BAB 01 BAB 02 BAB 03 BAB 04

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berlangsung terus-menerus sepanjang kehidupan. Hal demikian

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi dengan teman-teman, guru, dan yang lainnya. Sekolah juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung

BAB 1 PENDAHULUAN. menganggap dirinya sanggup, berarti, berhasil, dan berguna bagi dirinya sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendapatnya secara terbuka karena takut menyinggung perasaan orang lain. Misalnya

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DITINJAU DARI KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KREATIVITAS PADA MAHASISWA

KOMUNIKASI ASERTIF MENDONGKRAK TINGKAT KEPUASAN PEMANGKU KEPENTINGAN

BAB I PENDAHULUAN. forum diskusi ilmiah, mempraktikkan ilmu pengetahuan di lapangan, dan. juga dibutuhkan pula oleh orang lain (Zuhri, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat saat ini,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DOSEN PEMBIMBING DENGAN TINGKAT STRESS DALAM MENULIS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu

DALAM PEMBELAJARAN AKTIF STUDENT CREATED CASE STUDIES

BAB I PENDAHULUAN. dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan dengan manusia lainnya, hubungan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan subjek yang selalu menarik untuk dibahas.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan rekomendasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. belajar mengenali kemampuan diri dan lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri,

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN KEYAKINAN DIRI (SELF-EFFICACY) DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA AKSELERASI

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan keputusan dengan cepat dan tepat waktu (frinaldi dan embi, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari hari, tanpa disadari individu sering kali bertemu

BAB I PENDAHULUAN. berpikirnya dan akibatnya hasil belajar siswa menjadi rendah.

Judul Tema: Perilaku Asertif

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Keterlibatan Belajar Siswa, (Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2011), 2

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 10 Bandar Lampung pada kelas X 1

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1. Pendidikan Matematika. Disusun Oleh : ANGGIT WIBOWO A

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN

BAB I PENDAHULUAN. efektifnya orang-orang bekerja sama dan mengkoordinasikan usaha-usaha mereka

BAB I PENDAHULUAN. Usia siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) pada umumnya berusia

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah perannya sebagai seorang mahasiswa. Banyak sekali

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berbicara tentang pendidikan, berarti membicarakan tentang hidup dan kehidupan

2015 PENERAPAN METODE TIMED PAIR SHARE UNTUK MENUMBUHKAN SIKAP DEMOKRATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014

MEIDITA CAHYANINGTYAS K

BAB I PENDAHULUAN. dan tanpa manusia, organisasi tidak akan berfungsi. Sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. terduga makin mempersulit manusia untuk meramalkan atau. dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh menjadi dewasa. Menurut Hurlock (2002:108) bahwa remaja. mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

BAB I PENDAHULUAN. wawasan, ketrampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna. diyakini mampu menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI JURUSAN IPS SMA PGRI 2 KAYEN TAHUN AJARAN 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibentuk. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa memiliki tugas yang beragam meliputi tugas-tugas kehidupannya yaitu sebagai seorang remaja ataupun seseorang yang sedang beranjak dewasa. Selain tugas-tugas akademis yang dikerjakan, mahasiswa juga dituntut untuk menjadi seorang yang aktif, baik aktif di organisasi, yang mampu memberikan pengetahuan dan tambahan pengalaman yang nantinya dapat membantu mereka ketika memasuki dunia kerja, maupun kegiatan-kegiatan lain yang termasuk dalam tugas-tugas akademis dan tugas kehidupan sebagai seorang mahasiswa agar mampu bersaing di dunia. (Mulyana, 2004). Seorang mahasiswa akan memperoleh nilai tambah, jika tidak hanya sibuk dengan nilai akademis tetapi juga aktif berorganisasi karena dengan berorganisasi, akan terbiasa bekerjasama dengan orang lain (work as a team), memiliki jiwa kepemimpinan (work as a leader), terbiasa bekerja dengan manajemen (work with management). Di masa depan, keterampilan tersebut sangat dibutuhkan ketika memasuki dunia yang sebenarnya. (Ahmaini, 2010) Dalam berorganisasi, dibutuhkan komunikasi untuk memperlancar tujuan untuk mewujudkan ide-ide atau rencana-rencana kegiatan yang akan dilakukan oleh anggota organisasi mahasiswa. Komunikasi merupakan suatu hal yang penting bagi pencapaian keberhasilan organisasi untuk menyampaikan dan peduli atas tujuan-tujuan yang hendak dicapai oleh organisasi, namun secara keseluruhan berdasarkan fungsi dan peran organisasi maka dibutuhkan kemampuan yang 1

2 efektif bagi setiap anggota-anggotanya, mengingat organisasi merupakan wadah kegiatan yang langsung berhadapan dengan orang lain maka sebagian besar kegiatan melibatkan dan mengharuskan adanya komunikasi yang baik. Menurut John (2005) komunikasi merupakan hal yang mengikat kesatuan organisasi. Komunikasi merupakan salah satu cara untuk membantu anggotaanggota organisasi mencapai tujuan individu dan juga tujuan dari organisasi itu sendiri, seperti menyampaikan ide-ide untuk kemajuan organisasi itu sendiri, merespons dan mengimplimentasikan perubahan organisasi, mengkoordinasi aktivitas organisasi dan ikut memainkan peran dalam hampir semua tindakan organisasi yang relevan. Meski demikian, berkomunikasi tidaklah mudah. Bila sebuah organisasi sampai pada titik di mana komunikasi dalam organisasi tidak seefektif yang seharusnya, organisasi itu tidak akan berfungsi seefektif yang seharusnya. Salah satu jenis komunikasi yang efektif yaitu komuniksi yag bersifat asertif artinya komunikasi dua arah, bersikap terbuka saling menghargai. Komunikasi asertif ini tidak mementingkan dirinya sendiri namun memperhatikan pula apa yang dibicarakan lawan bicaranya sehingga tercipta komunikasi dan perilaku yang saling menjaga perasaan. Perilaku asertif bagi mahasiswa terutama mahasiswa aktivis dapat bermanfaat dan juga terdapat beberapa faktor seperti konsep diri, tingkat kecerdasan seseorang, usia, dan sebagainya. Salah satu dari faktor tersebut yaitu konsep diri. Konsep diri memiliki beberapa karakteristik meliputi, pengetahuan tentang siapa diri seseorang, sejauh mana seseorang tahu tentang ciri-ciri dan

3 karakteristik seperti apa yang dimiliki oleh seorang tersebut, baik secara badaniah maupun kejiwaan (Tim musyawarah guru BK, 2009). Perilaku asertif merupakan suatu perilaku untuk mampu menyatakan keinginan dan melakukan tindakan positif serta mampu mengungkapkan apa yang perlu disampaikan dengan nyaman dan yakin serta tidak ragu-ragu sehingga tidak menghambat suatu tindakan dan mampu mengendalikan diri sehingga tidak menimbulkan perilaku yang agresif untuk memperbaiki diri sendiri didalam lingkungan. Keasertifan diri telah menjadi fokus utama dalam mengubah perilaku yang berkaitan dengan stress, khususnya dalam ketrampilan komunikasi. Perilaku asertif merupakan salah satu dari tiga gaya umum perilaku manusia, yang terletak diantara perilaku pasif dan agresif. Perilaku asertif dapat memungkinkan untuk merasakan dan mengekspresikan emosi, pendapat, dan hak-hak sebagai manusia. (Widyastuti, 2004) Fenomena yang tidak menunjukkan perilaku asertif, dan menunjukkan perilaku agresif seperti kericuhan saat rapat, demonstrasi mahasiswa, merupakan contoh kasus yang tidak menunjukkan perilaku asertif. Demo mahasiswa Universitas Indonesia (UI) di depan Gedung Rektorat ricuh. Mahasiswa kecewa karena perwakilan mahasiswa diusir dari rapat perumusan statuta UI. Dalam demo tersebut, mereka terlibat saling dorong antara Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) dengan satuan pengamanan. Mahasiswa menilai rapat statuta UI itu tidak transparan, demokratis, dan tidak melibatkan perwakilan mahasiswa. Mahasiswa juga mempertanyakan tak adanya persentase maksimal dana operasional pendidikan yang ditanggung mahasiswa, penetapan beasiswa

4 maksimal 20 persen, dan munculnya sistem pinjaman lunak sebagai pemenuhan hak mahasiswa. BEM UI menuntut rapat statuta ditunda karena tidak demokratis, tidak menjunjung asas kesetaraan. Jika tuntutan tidak dipenuhi, mereka akan berdemo dengan jumlah massa yang lebih besar lagi. Perilaku asertif dapat mempengaruhi kehidupan manusia. Beberapa penelitian menyatakan individu yang tidak mampu berperilaku asertif dapat merugikan diri sendiri dan orang lain, contohnya dalam pergaulan, seseorang akan mudah mengalah, kurang percaya diri, mudah dipengaruhi oleh orang lain, mudah disakiti orang lain atau lebih perpeluang menjadi korban kekerasan. Seperti penelitian Israr (2008) penyebab terjadinya kekerasan terutama pada remaja perempuan antara lain karenaa kecenderungan korban tidak mampu bersikap asertif. Penelitian Lembaga Rifka Annisa-WCC (women crisis centre) juga menegaskan bahwa orang yang tidak mampu asertif akan merugikan diri sendiri baik secara fisik maupun non fisik. (Hadi dan Aminah, 1998) Zaman sekarang adalah zaman keterbukaan dalam segala bidang. Termasuk di dalamnya adalah kebebasan untuk mengemukakan atau mengekspresikan pendapat. Bahkan para pendiri negara Indonesia sejak awal secara terus terang menegaskan dan menjamin hal ini dalam Undang-Undang Dasar 1945. Bagi para remaja sikap dan perilaku asertif sangatlah penting karena beberapa alasan sebagai berikut: pertama, sikap dan perilaku asertif akan memudahkan remaja tersebut bersosialisasi dan menjalin hubungan dengan lingkungan seusianya maupun di luarnya lingkungannya secara efektif. Kedua, dengan kemampuan untuk mengungkapkan apa yang dirasakan dan diinginkannya

5 secara langsung, terus terang maka para remaja bisa menghindari munculnya ketegangan dan perasaan tidak nyaman akibat menahan dan menyimpan sesuatu yang ingin diutarakannya. Ketiga, dengan memiliki sikap asertif, maka para remaja dapat dengan mudah mencari solusi dan penyelesaian dari berbagai kesulitan atau permasalahn yang dihadapinya secara efektif, sehingga permasalahan itu tidak akan menjadi beban pikiran yang berlarut-larut. Keempat, asertivitas akan membantu para remaja untuk meningkatkan kemampuan kognitifnya, memperluas wawasannya tentang lingkungan, dan tidak mudah berhenti pada sesuatu yang tidak diketahuinya (memiliki rasa keingintahuan yang tinggi). Kelima, asertif terhadap orang lain yang bersikap atau berperilaku kurang tepat bisa membantu remaja yang bersangkutan untuk lebih memahami kekurangannya sendiri dan bersedia memperbaiki kekuarangan tersebut (Hasanah 2007). Menurut Rakos (1991), perilaku asertif didefinisikan sebagai perilaku interpersonal yang melibatkan ekspresi secara langsung yang jujur dan terus terang dari pemikiran dan perasaan yang sesuai secara sosial dimana perasaan dan kesejahterahan orang lain juga dipentingkan. Perilaku asertif merupakan perilaku yang aktif, terus terang, to the point (tidak bertele-tele), jujur, dan mengkomunikasikan kesan pribadi yang menjaga harga diri serta dapat menghargai orang lain. Perilaku asertif berlandaskan pada pemikiran bahwa setiap individu memiliki kepentingan, kebutuhan, dan haknya masing-masing. Sikap inilah yang sebaiknya dijaga untuk dapat meraih setiap kesempatan yang datang. (Wibowo, 2007)

6 Burns (1993) berpendapat, konsep diri adalah gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan, orang lain berpendapat tentang diri kita, dan apa yang ita inginkan. Konsep diri terbentuk dan berubah karena interaksi dengan lingkungan dan wawasan yang dimilikinya. Apabila berinteraksi dengan lingkungan positif dan berwawasan positif maka akan terbentuk konsep diri secara positif, demikian pula sebaliknya. Ada dua konsep diri, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif. Konsep diri merupakan bagian penting atau inti kepribadian yang menentukan atau mempengaruhi perkembangan dan membentuk kepribadian. Konsep diri sebenarnya adalah keyakinan seseorang tentang pendapat orang yang penting baginya mengenai dirinya. Dengan demikian, konsep diri ini merupakan bayangan cermin yang memperlihatkan atau menunjukkan takaran maupun ukuran mengenai keberanian, keyakinan, gambaran, pandangan, pemikiran, perasaan terhadap apa yang dimiliki seseorang tentang dirinya sendiri yang mempengaruhi dan ditentukan oleh peran dan hubungan dengan orang lain, serta bagaimana reaksi orang lain terhadap dirinya. (Surya, 2004) Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Setyaningrum, (2013), Nilai positif pada koefisien korelasi menunjukan bahwa semakin tinggi konsep diri, semakin tinggi juga asertivitas, atau sebaliknya. Berdasarkan rerata skor konsep diri maupun asertivitas pada siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Kota Mungkid Magelang menunjukan pada kategori sedang. Hal ini menunjukan bahwa masih diperlukannya peningkatan mengenai konsep diri dan asertivitas. Penilaian positif terhadap keadaan fisik individu, baik dari diri sendiri maupun

7 orang lain, sangat membantu perkembangan konsep diri dan perilaku asertif kearah positif. Hal ini disebabkan penilaian positif akan menumbuhkan rasa puas terhadap keadaan diri. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan ini adalah dari subyeknya. Subyek yang diambil dalam penelitian sebelumnya yaitu siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kota Mungkid Magelang, kemudian subyek yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa aktivis organisasi di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Alasan menggunakan subyek tersebut adalah karena seorang aktivis mahasiswa harus memiliki perilaku asertif salah satunya sebagai contoh bagi teman-teman yang lain untuk lebih positif berperilaku dan menghargai orang lain. Selain itu perilaku asertif juga dibutuhkan oleh mahasiswa aktivis untuk menunjang kegiatan organisasi itu sendiri, seperti saat rapat berlangsung, saat kegiatan organisasi dilakukan, maupun saat kegiatan akademik dan non akademik. Penulis juga telah melakukan wawancara awal dengan beberapa aktivis, yaitu sepuluh orang aktivis, dari hasil wawancara yang dilakukan, didapatkan hasil 6 orang aktivis menyampaikan senada bahwa 6 orang tersebut dapat mengungkapkan pendapatnya tanpa ragu-ragu, kemudian tidak mengabaikan pendapat sendiri dalam arti menyampaikan apa yang ingin dan perlu disampaikan tanpa ditunda atau didiamkan. Kemudian subyek lain menunda pendapatnya sendiri, menyimpan apa yang perlu dan ingin disampaikan dengan alasan raguragu, kurang tepat maupun takut disepelekan oleh anggota lainnya, selan itu tidak berani menegur anggota lain yang melakukan kesalahan misalnya berbicara

8 sendiri saat rapat berlangsung bahkan acuh tak acuh terhadap kegiatan rapat yang disebabkan masalah pribadi. Selain itu, dari wawancara juga ada satu subyek yang mengaku kurang mapu mengendalikan diri saat rapat atau sedang ada kegiatan. Subyek tersebut kadang membentak apabila ada anggota lain yang berbicara sendiri maupun tidak antusias dengan kegiatan yang sedang berlangsung. Dari wawancara yang telah dilakukan, didapatkan kesimpulan bahwa rata-rata subyek bersedia menyampaikan pendapatnya saat rapat dilakukan, dan biasa terjadi perbedaan pendapat kemudian saling menyanggahnya. Untuk melatih keaktifan dalam rapat, memang pada awalnya peserta diskusi diharuskan menyampaikan pendapatnya masing-masing. Kemudian saat ditanya lebih lanjut, saat perbedaan pendapat dalam suatu diskusi itu terjadi, sang pendengar menerima terlebih dahulu pendapat pembicara, kemudian saat ingin menolak pendapat tersebut, pendengar meminta kembali alasan yang jelas dari pembicara baru kemudian menyampaikan pendapat yang berbeda. Namun ketika perbedaan itu tidak terlalu berbeda, pendengar hanya menambah alsan atau tambahan usulan untuk menunjang lebih baiknya kegiatan. Dalam diskusi, penyampaian perbedaan pendapat itu penting dan memang harus aktif menyampaikan untuk kebaikan kegiatan yang dilakukan, karena juga membawa nama suatu lembaga tertentu. Wawancara yang dilakukan lain hari, ada beberapa mahasiswa aktivis yang kurang memiliki perilaku asertif, seperti malas menyampaikan pendapatnya karena takut disepelekan dan menganggap bahwa pendapatnya tidak menarik, kemudian ada juga yang menyampaikan pendapat dengan langsung menyanggah pendapat lain dengan cara tidak halus atau bahkan menyakiti, kemudian ada yang

9 tidak menyampaikan pendapatnya dalam forum, namun setelah diskusi selesai menggunjing hasil diskusi diluar forum dan dikaitkan dengan permasalahan antar pribadi. Berdasarkan uraian di atas, salah satu yang mempengaruhi perilaku asertif adalah konsep diri. Oleh karena itu, penulis merumuskan suatu permasalahan, yaitu Adakah hubungan antara konsep diri dengan perilaku asertif pada aktivis mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta?. Untuk itu penulis melakukan penelitian dengan judul Hubungan Antara Konsep Diri dengan Perilaku Asertif pada Mahasiswa Aktivis Universitas Muhammadiyah Surakarta. B. Tujuan Penelitian : Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dengan perilaku asertif. 2. Untuk mengetahui tingkat konsep diri pada mahasiswa aktivis. 3. Untuk mengetahui tingkat perilaku asertif pada mahasiswa aktivis. 4. Untuk mengetahui seberapa besar peranan konsep diri terhadap perilaku asertif. C. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi : 1. Bagi Mahasiswa Aktivis UMS : Dari hasil penelitian ini mahasiswa aktivis dapat mengerti tentang perilaku asertif dan konsep diri pada diri mahasiswa yang sedang atau setelah mengikuti kegiatan tambahan dikampus, sehingga

10 mahasiswa dapat bersikap lebih asertif saat berkomunikasi dengan orang lain dengan konsep diri yang positif. 2. Bagi Universitas Muhammadiyah Surakarta : Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang perilaku mahasiswa yang bergabung kegiatan keorganisasian dikampus sehingga dapat memaksimalkan perilaku asertifnya dengan mahasiswa lain pada umumnya. 3. Bagi peneliti selanjutnya : Dari hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dalam mengembangkan penelitian yang sejenis, terutama penelitian yang berkaitan dengan konsep diri dan perilaku asertif pada mahasiswa.