PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BERDIKARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TIDUNG NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH UPUN TAKA DI KABUPATEN TANA TIDUNG

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA KABUPATEN JEPARA

PEMERINTAH KOTA MAGELANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 15 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBA BARAT DAYA,

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR MANUNTUNG JAYA

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 50 TAHUN 1999 TENTANG KEPENGURUSAN BADAN USAHA MILIK DAERAH MENTERI DALAM NEGERI,

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA KABUPATEN MAGELANG

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH PASAR KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH LAMONGAN NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR KABUPATEN LAMONGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBA BARAT DAYA,

Menimbang : Mengingat :

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD) KABUPATEN BELITUNG TIMUR

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 08 TAHUN 2004 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH PELABUHAN KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PELALAWAN Dan BUPATI PELALAWAN MEMUTUSKAN :

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 7 TAHUN 2001 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH SARANA PEMBANGUNAN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BATURAJA MULTI GEMILANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 7 TAHUN 2001 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH SARANA PEMBANGUNAN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH PERHOTELAN KABUPATEN BANYUWANGI

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH KAPUAS INDAH

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 6A TAHUN 2009 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR RESIK KOTA TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BUKIT SERELO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 11 TAHUN 2009 SERI E.5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH OBYEK WISATA AIR BOJONGSARI KABUPATEN PURBALINGGA

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI MADIUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH OBYEK WISATA UMBUL KABUPATEN MADIUN

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 17 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH RUMAH SAKIT BENGKALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR : TAHUN 2011 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH WIRA USAHA WOLIO SEMERBAK KOTA BAUBAU

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR KOTA MEDAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 01 Tahun : 2009 Seri : D

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH JASA TRANSPORTASI

PEMERINTAH KABUPATEN LANDAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK SLEMAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEGAL NOMOR 04 TAHUN 2006 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD. BPR) BANK PASAR KABUPATEN TEGAL

BUPATI OGAN ILIR PERATURAN BUPATI OGAN ILIR NOMOR : 15 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH Nomor : 15 Tahun 2002 Seri E Nomor : 1 PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 02 TAHUN 2002

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR : 8 TAHUN 2006 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN SOLOK SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD) DISEKTOR PERTAMBANGAN DAN ENERGI

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BHUMI PHALA WISATA KABUPATEN TEMANGGUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA. Nomor : 9 Tahun : 2010 Seri : D Nomor : 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA NOMOR 9 TAHUN 2010

PERATURAN KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PERHOTELAN KABUPATEN ACEH UTARA

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 3 SERI D

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 60 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2002 NOMOR : 98 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH CITRA MANDIRI JAWA TENGAH

QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH SAPEUE PAKAT KABUPATEN PIDIE

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PEMERINTAH KABUPATEN ALOR

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH APOTIK WARINGIN MULYO KABUPATEN TEMANGGUNG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 21 TAHUN 2002 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT KOTA BANDUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH MURA MAKMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT PEMERINTAH KOTA MOJOKERTO

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 41 Tahun 2016 Seri E Nomor 30 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 2 SERI D PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 21 TAHUN 2010

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 18 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH MURA ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2007 NOMOR 12 SERI E

BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN BERAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA

Transkripsi:

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 04 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH JASAMAS LUING MAKMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam upaya mempercepat proses peningkatan kesejahteraan masyarakat perlu dilakukan langkah-langkah konkrit, diantaranya melalui pendirian Perusahaan Daerah dengan fokus kegiatan usaha yang dipandang mampu mendukung gerak laju perkembangan perekonomian masyarakat dan kelestarian lingkungan hidup; b. bahwa dalam rangka menindaklanjuti maksud tersebut pada huruf a di atas, serta untuk mengantisipasi kekosongan hukum, perlu segera diambil suatu kebijakan sambil menunggu penerbitan Peraturan Daerah; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b diatas perlu ditetapkan Peraturan Daerah Tentang Pembentukan Perusahaan Daerah Jasamas Luing Makmur. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1962 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2387); 2. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1967 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2831); 3. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perusahaan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3587); 4. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 387); 5. Undang-Undang Nomor 47 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur dan Kota Bontang sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 47 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3962); 6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 3838, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2003 Tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4314); 12. Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Barat Nomor 02 Tahun 2001 Tentang Kewenangan Kabupaten (Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat Tahun 2001 Nomor 03); 13. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 1999 tentang Kepengurusan Badan Usaha Milik Daerah; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT dan BUPATI KUTAI BARAT MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH JASAMAS LUING MAKMUR. Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Kutai Barat; BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 2. Bupati adalah Kepala Daerah Kabupaten Kutai Barat; 3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah; 4. Pemerintahan Daerah adalah Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Otonom oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas Desentralisasi; 5. Perangkat Daerah adalah Perangkat Daerah Kabupaten Kutai Barat; 6. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah; 7. Perusahaan Daerah adalah Perusahaan Daerah Jasamas Luing Makmur; 8. Pembinaan adalah kegiatan untuk memberikan pedoman bagi Perusahaan Daerah dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian dengan maksud agar Perusahaan Daerah yang bersangkutan dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara berdayaguna dan berhasilguna serta dapat berkembang dengan baik ; 9. Pengawasan adalah seluruh proses kegiatan penilaian terhadap Perusahaan Daerah dengan tujuan agar Perusahaan Daerah tersebut melaksanakan fungsinya dengan baik dan berhasil mencapai tujuan fungsinya dengan baik dan berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan; 10. Pemeriksaan adalah kegiatan untuk menilai Perusahaan Daerah dengan cara membandingkan antara keadaan yang sebenarnya dengan keadaan yang seharusnya dilakukan, baik dalam bidang keuangan dan atau dalam bidang teknis operasional; 11. Direksi adalah Direksi Perusahaan Daerah Jasamas Luing Makmur ; 2

12. Badan Pengawasan adalah Badan Pengawas Perusahaan Daerah Jasamas Luing Makmur Barat ; 13. Pegawai adalah Pegawai Perusahaan Daerah Jasamas Luing Makmur. BAB II KETENTUAN PENDIRIAN Pasal 2 (1) Dengan Peraturan ini Perusahaan Daerah Jasamas Luing Makmur didirikan oleh Pemerintah Daerah; (2) Perusahaan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah berbentuk Badan Hukum yang berhak melaksanakan usahanya berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku; BAB III TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 3 (1) Perusahaan Daerah berkedudukan di Sendawar Kabupaten Kutai Barat dan mempunyai Kantor Perwakilan/Cabang yang disesuaikan dengan kebutuhan; (2) Perusahaan Daerah dapat mengadakan dan mempunyai hubungan korespondensi di dalam dan di luar Negeri. BAB IV TUJUAN DAN LAPANGAN USAHA Pasal 4 (1) Perusahaan Daerah bertujuan: a. Melaksanakan dan menunjang kebijakan serta program Pemerintah Daerah dibidang Pembangunan perekonomian masyarakat dan kelestarian lingkungan hidup; b. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). (2) Untuk mencapai tujuan tersebut di atas Perusahaan Daerah menjalankan usaha dibidang : a. Industri, Energi Listrik, Transportasi, Telekomunikasi, Perdagangan dan jasa; b. Kehutanan, Pertanian, Lingkungan Hidup; c. Jasa penunjang bidang Kehutanan, Pertanian, Lingkungan Hidup; d. Pertambangan Umum; e. Jasa penunjang pertambangan umum. (3) Perusahaan Daerah dapat pula menjalankan usaha lainnya yang mempunyai hubungan dengan bidang usaha tersebut di atas baik secara sendiri-sendiri maupun bersamasama dengan Pihak Ketiga, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB V MODAL DASAR Pasal 5 (1) Modal Dasar Perusahaan Daerah sebesar Rp. 3.000.000.000,- (tiga milyar rupiah) yang seluruhnya merupakan penyertaan modal Pemerintah Daerah dan merupakan kekayaan Pemerintah Daerah yang dipisahkan, yang terdiri atas 300.000 (tiga ratus ribu) lembar saham, dengan nilai nominal Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah) per lembar, dialokasikan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2007 sesuai prosedur hukum yang berlaku; (2) Perubahan Modal Dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Daerah. BAB VI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN UMUM Pasal 6 3

(1) Pembinaan dan Pengawasan Umum terhadap Perusahaan Daerah dilakukan oleh Bupati ; (2) Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bupati dibantu oleh Sekretaris Daerah. BAB VII SUSUNAN ORGANISASI Pasal 7 Susunan organisasi Perusahaan Daerah dibentuk sesuai kebutuhan dan untuk perubahan susunan organisasi dilaksanakan setelah mendapat persetujuan Badan Pengawas atas usul Direksi. Pasal 8 (1) Susunan organisasi Perusahaan Daerah sebagaimana dimaksud pada pasal 7 terdiri atas : a. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS); b. Badan Pengawas; c. Direksi; d. Satuan kerja Struktural dan Fungsional. (2) Uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing satuan kerja ditetapkan oleh Direksi dengan persetujuan Badan Pengawas. Bagian Pertama Rapat Umum Pemegang Saham Pasal 9 (1) RUPS memegang kekuasaan tertinggi pada organisasi Perusda; (2) RUPS diadakan paling kurang sekali dalam setahun; (3) RUPS dipimpin oleh Ketua Badan Pengawas atau salah satu anggota Badan Pengawas yang ditunjuk sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku; (4) Keputusan RUPS berdasarkan azas musyawarah/mufakat; (5) Jika dalam musyawarah/mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak dicapai kata sepakat maka pendapat-pendapat yang dikemukakan dalam rapat disampaikan kepada Bupati; (6) Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (5) mengambil keputusan dengan memperhatikan pendapat-pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (5) setelah mendengar pertimbangan Badan Pengawas; (7) Tata tertib RUPS diatur dan disahkan oleh Bupati atas usul RUPS. Bagian Kedua Direksi Pasal 10 Direksi terdiri atas seorang Direktur Utama yang dibantu paling banyak 3 (tiga) orang Direktur. Paragraf 1 Tugas dan Wewenang Pasal 11 (1) Direksi mempunyai tugas memimpin dan melaksanakan kebijakan umum Perusahaan Daerah sesuai dengan misi dan fungsi Perusahaan yang ditetapkan oleh Badan Pengawas; (2) Dalam mengelola perusahaan, Direksi mempunyai tugas : a. Memimpin dan mengendalikan semua kegiatan Perusahaan Daerah; b. Menyampaikan rencana kerja 5 (lima) tahun dan rencana kerja Anggaran Perusahaan Daerah tahunan kepada Badan Pengawas untuk mendapat pengesahan; 4

c. Melakukan perubahan terhadap program kerja setelah mendapat persetujuan Badan Pengawas; d. Membina pegawai; e. Mengurus dan mengelola kekayaan Perusahaan Daerah; f. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan; g. Mewakili Perusahaan Daerah baik di dalam maupun di luar Pengadilan; h. Menyampaikan laporan berkala mengenai seluruh kegiatan termasuk Neraca dan Perhitungan Laba Rugi kepada Badan Pengawas. Pasal 12 Direksi dalam mengelola Perusahaan Daerah mempunyai wewenang : a. Mengangkat dan memberhentikan pegawai; b. Mengangkat, memberhentikan dan memindah tugaskan pegawai dari jabatan di bawah Direksi; c. Menandatangani Neraca Perhitungan Laba Rugi; d. Menandatangani ikatan hukum dengan pihak lain. Pasal 13 Direksi wajib mendapat persetujuan dari Badan Pengawas dalam hal : a. Mengadakan perjanjian-perjanjian kerjasama usaha atau pinjaman yang mungkin dapat berakibat terhadap berkurangnya aset dan membebani anggaran Perusahaan Daerah; b. Memindahtangankan atau menghipotikkan atau menggadaikan benda bergerak dan atau tidak bergerak milik Perusahaan Daerah; c. Penyertaan modal dalam perusahaan lain. Paragraf 2 Tahun Buku, Laporan Keuangan dan Laporan Tahunan (1) Tahun Buku Perusahaan adalah Tahun Takwin; Pasal 14 (2) Paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya Tahun Buku, Direksi menyampaikan Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Daerah kepada Badan Pengawas untuk mendapatkan pengesahan dalam RUPS, yang terdiri dari Neraca dan Perhitungan Laba/Rugi tahunan setelah diaudit oleh Akuntan Publik; (3) Neraca dan Perhitungan Laba/Rugi tahunan yang disahkan oleh RUPS, memberikan pembebasan tanggung jawab kepada Direksi dan Badan Pengawas; (4) Paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya Tahun Buku, Direksi telah mengajukan rencana kerja dan anggaran Perusahaan Daerah; (5) Apabila pada tanggal 31 Desember tahun berjalan, Badan Pengawas belum mengesahkan rencana kerja dan anggaran Perusahaan Daerah yang diajukan, dianggap telah disahkan; (6) Direksi dapat mengadakan perubahan rencana kerja dan anggaran tahunan Perusahaan Daerah yang telah disahkan oleh Badan Pengawas setelah mendapat persetujuan dari Badan Pengawas. (1) Penghasilan Direksi terdiri atas : a. Gaji; b. Tunjangan. Paragraf 3 Penghasilan, Hak-Hak dan Penghargaan Direksi Pasal 15 (2) Besarnya Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sebagai berikut : a. Gaji pokok Direktur Utama paling banyak 2 ½ (dua setengah) kali, gaji pokok tertinggi pada daftar skala gaji pokok pegawai dan ditetapkan melalui RUPS; b.gaji Pokok Direktur, 90% (sembilan puluh persen) dari gaji pokok yang diterima oleh Direktur Utama; c. Tunjangan keluarga dan tunjangan kemahalan diberikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 5

(3) Jenis dan besarnya tunjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c ditetapkan dengan memperhatikan kemampuan Perusahaan Daerah setelah mendapatkan persetujuan Badan Pengawas; (4) Anggota Direksi membayar pajak penghasilan atas beban Perusahaan Daerah. Paragaf 4 Hak-Hak Direksi Pasal 16 (1) Anggota Direksi memperoleh hak yang terdiri atas : a.cuti; b.jasa Produksi; c. Bonus; d.insentif; e.pensiun; f. Hak-hak lainnya. (2) Hak-hak lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f ditetapkan dalam RUPS; (3) Direksi memperoleh hak cuti sebagai berikut : a. Cuti Tahunan selama 12 (dua belas) hari kerja; b. Cuti Besar/Cuti Panjang, selama 2 (dua) bulan untuk setiap satu kali masa jabatan; c. Cuti bersalin selama 3 (tiga) bulan bagi Direktris; d. Cuti alasan penting; e. Cuti sakit; f. Cuti di luar tanggungan Perusahaan Daerah. (4) Pelaksanaan hak cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan setelah mendapat persetujuan Badan Pengawas; (5) Anggota Direksi yang menjalankan cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tetap mendapatkan penghasilan penuh dari Perusahaan Daerah, kecuali cuti diluar tanggungan perusahaan daerah; (6) Jasa produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diberikan setiap tahun dari laba setelah pajak yang pelaksanaanya dilakukan setelah RUPS dan ditetapkan oleh Badan Pengawas; (7) Pensiun sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf e diatur dan ditetapkan oleh Badan Pengawas. Pasal 17 (1) Setiap masa jabatan, direksi secara bersama-sama mendapat uang jasa pengabdian paling tinggi 2,5% (dua setengah persen) dari laba setelah pajak dari tahun buku sebelumnya yang telah diaudit dengan perbandingan Direktur mendapat 90% (sembilan puluh persen) dari jumlah yang diterima Direktur Utama; (2) Uang jasa pengabdian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku juga bagi Direksi yang diberhentikan dengan hormat sebelum masa jabatannya berakhir dengan ketentuan telah menjalankan tugasnya selama paling kurang 1 (satu) tahun; (3) Perhitungan uang jasa pengabdian yang diberikan kepada anggota Direksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dihitung secara proporsional. Pasal 18 (1) Selain hak pensiun kepada Direktur Utama yang telah menyelesaikan masa jabatannya dengan baik, dapat diberikan penghargaan sesuai dengan kemampuan Perusahaan Daerah, paling tinggi 48 (empat puluh delapan) kali penghasilan terakhir yang diterima; (2) Direktur diberikan penghargaan sebesar 90% (sembilan puluh persen) dari penghargaan yang diterima Direktur Utama sebagaimana dimaksud pada ayat (1); (3) Apabila Direktur yang belum berakhir masa jabatannya diangkat menjadi Direktur Utama dan berakhir masa jabatannya sebagai Direktur Utama dapat diberikan penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) secara periodik; 6

Badan Pengawas terdiri atas : a. 1 (satu) orang Ketua merangkap Anggota; b. 1 (satu) orang Sekretaris merangkap Anggota; c. 3 (tiga) orang Anggota. Bagian Ketiga Badan Pengawas Pasal 19 Paragraf 1 Tugas dan Wewenang Pasal 20 Badan Pengawas mempunyai tugas : a. Menetapkan kebijakan Umum Perusahaan Daerah, menjalankan pengawasan, pengendalian dan pembinaan terhadap Perusahaan Daerah berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku; b. Memberikan pendapat dan saran kepada Bupati terhadap pengangkatan dan pemberhentian Direksi; c. memberikan pendapat dan saran kepada Bupati terhadap Program Kerja yang diajukan oleh Direksi; d. Memberikan pendapat dan saran kepada Bupati terhadap Laporan Neraca dan Perhitungan Laba/Rugi; e. Memberikan pendapat dan saran kepada Bupati atas laporan kinerja Perusahaan Daerah. Pasal 21 Badan Pengawas mempunyai wewenang : a. Memberikan peringatan kepada Direksi yang tidak melaksanakan tugas sesuai dengan program kerja yang telah ditetapkan; b. Memeriksa Direksi yang diduga merugikan Perusahaan Daerah; c. Mengesahkan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan daerah; d. Menerima dan menolak pertanggungan jawab keuangan dan program kerja Direksi tahun berjalan. Pasal 22 (1) Untuk membantu tugas-tugas Badan Pengawas dibentuk Sekretariat; (2) Honorarium Sekretaris ditetapkan oleh Badan Pengawas. Paragraf 2 Penghasilan Badan Pengawas Pasal 23 Badan Pengawas karena tugasnya menerima honorarium. Pasal 24 (1) Ketua Badan Pengawas menerima honorarium sebesar 40% (empat puluh persen) dari penghasilan Direktur Utama; (2) Sekretaris Badan Pengawas menerima honorarium sebesar 35% (tiga puluh lima persen) dari penghasilan Direktur Utama; (3) Anggota Badan Pengawas menerima honorarium sebesar 30% (tiga puluh persen) dari penghasilan Direktur Utama; (4) Setiap akhir masa jabatan, Ketua dan Anggota Badan Pengawas secara bersama-sama mendapat uang jasa pengabdian sebesar 50% (lima puluh persen) dari jasa pengabdian yang diterima Direksi; (5) Ketua dan Anggota Badan Pengawas yang diberhentikan dengan hormat sebelum masa jabatannya berakhir dengan ketentuan telah menjalankan tugasnya selama paling kurang 1 7

(satu) tahun, besarnya uang pengabdian yang diterima didasarkan atas perhitungan proporsional; (6) Ketua dan Anggota Badan Pengawas mendapat jasa produksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan jumlah nominalnya sesuai dengan perbandingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3); (7) Ketua dan Anggota Badan Pengawas membayar pajak penghasilan atas beban Perusahaan Daerah. BAB VIII PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN DIREKSI DAN BADAN PENGAWAS Bagian Pertama Pengangkatan dan Pemberhentian Direksi Paragraf 1 Pengangkatan Direksi Pasal 25 (1) Direksi diangkat oleh Bupati diutamakan dari swasta atas usul Badan Pengawas berdasarkan rekomendasi lembaga independen dan profesional; (2) Dalam hal calon Direksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) bukan berasal dari swasta, maka yang bersangkutan harus melepaskan terlebih dahulu status kepegawaiannya; (3) Untuk dapat diangkat sebagai anggota Direksi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Diutamakan Putra Daerah mempunyai pendidikan paling kurang sarjana (S1); b.mempunyai pengalaman kerja minimal 10 (sepuluh) tahun di perusahaan, terutama dibidang yang tangani oleh Perusahaan Daerah, yang dibuktikan dengan surat keterangan (referensi) dari perusahaan sebelumnya dengan penilaian baik; c. Membuat dan menyajikan proposal tentang visi, misi dan strategi perusahaan; d.lulus uji kepatutan dan kelayakan (fit and proper test); (4) Uji kepatutan dan kelayakan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf d dilaksanakan oleh lembaga independen dan profesional yang ditunjuk oleh Bupati; (5) Pengangkatan Anggota Direksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Pasal 26 (1) Seseorang dapat menduduki jabatan Direksi paling banyak 2 (dua) kali masa jabatan dalam kedudukan yang sama di Perusahaan Daerah yang bersangkutan, kecuali Direksi diangkat menjadi Direktur Utama; (2) Masa Jabatan Direksi ditetapkan selama 4 (empat) tahun sejak tanggal pengangkatan; (3) Pengangkatan untuk masa jabatan yang kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila Direksi terbukti mampu meningkatkan kinerja Perusahaan Daerah setiap tahun. Paragraf 2 Pemberhentian Direksi Pasal 27 Direksi diberhentikan atau dapat diberhentikan oleh Bupati meskipun masa jabatannya belum berakhir oleh karena : a. Atas permintaan sendiri; b. Meninggal dunia; c. Gangguan kesehatan sehingga tidak dapat melaksanakan tugasnya; d. Tidak melaksanakan tugasnya sesuai dengan program kerja yang telah ditetapkan; e. Terlibat dalam tindakan merugikan Perusahaan Daerah; f. Dihukum pidana berdasarkan putusan Pengadilan Negeri yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. 8

Pasal 28 (1) Apabila Direksi diduga melakukan salah satu perbuatan sebagaimana dimaksud pada Pasal 27 huruf d dan huruf e Badan Pengawas segera melakukan pemeriksaan terhadap yang bersangkutan; (2) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terbukti, Badan Pengawas segera melaporkan kepada Bupati. Pasal 29 (1) Bupati paling lama 12 (dua belas) hari kerja setelah menerima hasil pemeriksaan Badan Pengawas sudah mengeluarkan Keputusan tentang Pemberhentian sebagai Direksi bagi Direksi yang melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud pada Pasal 27 huruf d dan huruf e; (2) Dalam hal terjadi pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka dilakukan hal-hal sebagai berikut : a. Direksi yang bersangkutan dapat mengajukan keberatan kepada Badan Pengawas dalam tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya keputusan pemberhentiannya; b.badan Pengawas dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak menerima surat keberatan tersebut, sudah harus mengeluarkan rekomendasi dan menyampaikannya kepada Bupati; c. Bupati dalam tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari sejak menerima rekomendasi dari Badan Pengawas harus mengeluarkan keputusan apakah menerima atau menolak keberatan yang bersangkutan. (3) Untuk kepentingan peradilan, Direksi yang didakwa telah melakukan suatu kejahatan/pelanggaran hukum pidana dan berhubungan dengan itu oleh pihak yang berwajib dikenakan tahanan sementara, maka mulai saat penahanannya Bupati harus mengeluarkan keputusan pemberhentian sementara kepada yang bersangkutan; (4) Hal-hal yang menyangkut pemberhentian sementara Direksi, akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati; (5) Apabila Direksi tersebut dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap, maka yang bersangkutan diberhentikan sebagai Direksi; (6) Apabila Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dinyatakan tidak bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap, maka pemberhentian sementara yang bersangkutan segera dicabut dan diangkat kembali sebagai Direksi. Pasal 30 (1) Direksi yang diberhentikan sebagaimana dimaksud pada Pasal 27 huruf a, huruf b dan huruf c diberhentikan dengan hormat; (2) Direksi yang diberhentikan sebagaimana dimaksud pada Pasal 27 huruf d, huruf e dan huruf f diberhentikan dengan tidak hormat; (3) Direksi yang diberhentikan sebagaimana dimaksud pada Pasal 27 huruf b selain diberikan uang duka sebesar 3 (tiga) kali penghasilan yang diterima pada bulan berakhir juga diberikan uang penghargaan yang besarnya ditetapkan secara proporsional sesuai masa jabatannya; (4) Direksi yang diberhentikan sebagaimana dimaksud pada Pasal 27 huruf c selain diberikan uang pesangon sebesar 5 (lima) kali penghasilan yang diterima pada bulan terakhir juga diberikan uang penghargaan yang besarnya ditetapkan secara proporsional sesuai masa jabatannya; (5) Direksi yang berhenti karena habis masa jabatannya dan tidak diangkat kembali diberikan uang penghargaan sesuai dengan kemampuan Perusahaan Daerah. 9

Pasal 31 Paling lama 3 (tiga) bulan sebelum masa jabatan Direksi berakhir Badan Pengawas sudah mengajukan Calon Direksi kepada Bupati. Pasal 32 (1) Bupati mengangkat Pelaksana Tugas (Plt), apabila Direksi diberhentikan sebelum masa jabatannya berakhir; (2) Pengangkatan Pelaksana Tugas (Plt) ditetapkan dengan Keputusan Bupati untuk masa jabatan paling lama 3 (tiga) bulan. Pasal 33 Direksi tidak diperkenankan merangkap pekerjaan pada jabatan eksekutif lainnya tanpa persetujuan Bupati. Pasal 34 Apabila dalam 2 (dua) tahun berturut-turut Direksi tidak mampu meningkatkan kinerja Perusahaan, Bupati dapat mengganti Direksi. Pasal 35 Direksi yang akan melakukan Perjalanan Dinas keluar daerah harus melapor kepada Ketua Badan Pengawas. (1) Badan Pengawas diangkat oleh Bupati; Bagian Kedua Pengangkatan dan Pemberhentian Badan Pengawas Paragraf 1 Pengangkatan Badan Pengawas Pasal 36 (2) Badan Pengawas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berasal dari orang yang profesional sesuai dengan bidang usaha Perusahaan Daerah yang bersangkutan; (3) Untuk dapat diangkat sebagai Badan Pengawas, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Mempunyai pengetahuan dan pengalaman dibidang usaha terutama bidang yang ditangani oleh Perusahaan Daerah; b.menyediakan waktu yang cukup; c.tidak terikat hubungan keluarga dengan Bupati atau Badan Pengawas lainnya atau dengan Direksi termasuk menantu dan ipar. (4) Pengangkatan Badan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Pasal 37 (1) Badan Pengawas diangkat paling lama 2 (dua) kali masa jabatan. (2) Masa Jabatan Badan Pengawas ditetapkan selama 3 (tiga) tahun. (3) Pengangkatan Badan Pengawas yang kedua kali dilakukan apabila : a. Mampu mengawasi Perusda sesuai dengan program kerja; b.mampu memberikan saran kepada Direksi agar Perusahaan Daerah mampu bersaing dengan Perusahaan lainnya; c.mampu memberikan pendapat mengenai peluang usaha yang menguntungkan dimasa yang akan datang. Paragraf 2 Pemberhentian Badan Pengawas 10

Pasal 38 Badan Pengawas dapat diberhentikan oleh Bupati meskipun masa jabatannya belum berakhir oleh karena : a. Atas permintaan sendiri; b. Meninggal dunia; c. Gangguan kesehatan sehingga tidak dapat melaksanakan tugas; d. Tidak melaksanakan tugas dan wewenangnya; e. Terlibat dalam tindakan yang merugikan Perusahaan Daerah; f. Dihukum pidana berdasarkan keputusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Pasal 39 (1) Apabila Badan Pengawas diduga melakukan salah satu perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 huruf d dan huruf e, Bupati segera melakukan Pemeriksaan terhadap yang bersangkutan; (2) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan, Badan Pengawas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terbukti melakukan perbuatan yang dituduhkan, Bupati paling lama 12 (dua belas) hari kerja segera mengeluarkan keputusan tentang pemberhentian sebagai Badan Pengawas; (3) Dalam hal terjadi pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka dilakukan hal-hal sebagi berikut : a. Anggota Badan Pengawasan yang bersangkutan dapat mengajukan keberatan kepada Bupati dalam tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya keputusan pemberhentiannya; b. Bupati dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak menerima surat keberatan tersebut, sudah harus mengeluarkan keputusan apakah menerima atau menolak keberatan yang bersangkutan. (4) Untuk kepentingan peradilan anggota Badan Pengawas yang didakwa telah melakukan suatu kejahatan/pelanggaran hukum pidana dan berhubung dengan itu oleh pihak yang berwajib dikenakan tahanan sementara, maka mulai saat penahanannya Bupati wajib mengeluarkan keputusan pemberhentian sementara kepada yang bersangkutan; (5) Hal-hal yang menyangkut pemberhentian sementara anggota Badan Pengawas, akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati; (6) Apabila anggota Badan Pengawas tersebut dinyatakan bersalah berdasarkan putusan Pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap, maka yang bersangkutan diberhentikan sebagai anggota Badan Pengawas; (7) Apabila anggota Badan Pengawas tersebut dinyatakan tidak bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap, maka pemberhentian sementara yang bersangkutan segera dicabut dan diangkat kembali sebagai anggota Badan Pengawas. Pasal 40 (1) Besarnya jasa produksi untuk Direksi, Badan Pengawas, Pegawai dan Tenaga Kerja lainnya ditetapkan paling banyak 20% dari laba bersih tahun yang bersangkutan setelah di audit; (2) Besarnya jasa produksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Direksi dengan persetujuan Badan Pengawas. Pasal 41 Dana Representatif disediakan dari Anggaran Perusahaan paling tinggi 75% dari jumlah penghasilan Direksi dalam suatu tahun yang diterima pada bulan terakhir dan penggunaannya diatur oleh Direksi. BAB IX KONTROL PEMERIKSAAN Pasal 42 11

(1) Dengan tidak mengurangi hak Instansi dan Badan lainnya yang menurut Peraturan Perundangundangan yang berlaku berwenang mengadakan penyelidikan dan pemeriksaan tentang segala sesuatu mengenai pekerjaan pengurusan Perusahaan Daerah, Bupati dapat meminta Akuntan Publik dan/atau Akuntan Negara untuk melakukan penyelidikan dan pemeriksaan terhadap kepengurusan Perusahaan Daerah serta pertanggungjawabannya; (2) Hasil kontrol/pemeriksaan disampaikan kepada Badan Pengawas. BAB X PENSIUN DAN TUNJANGAN HARI TUA Pasal 43 (1) Perusahaan Daerah mengadakan dana pensiun dan tunjangan hari tua bagi Direksi dan Pegawai Perusahaan Daerah yang merupakan kekayaan Perusahaan Daerah yang dipisahkan; (2) Dana pensiun dan tunjangan hari tua sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersumber dari : a. Iuran pensiun dan tunjangan hari tua dari Direksi dan Pegawai Perusahaan Daerah; b. Bagian dari laba; c. Usaha-usaha lainnya yang sah. (3) Perusahaan Daerah mengusahakan dana tersebut sebagaimana dimaksud pada ayat (2) agar mencapai jumlah harga tunai kewajiban yang harus dipenuhi terhadap Direksi dan pegawai Perusahaan Daerah dan wajib menjaga supaya jumlah harga itu jangan berkurang; (4) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan oleh Badan Pengawas dengan berpedoman kepada peraturan perundangan yang berlaku. BAB XI TANGGUNG JAWAB DAN TUNTUTAN GANTI RUGI Pasal 44 (1) Direktur Utama dan para Direktur dalam kedudukannya sebagai anggota Direksi serta pegawai Perusahaan Daerah yang karena tindakan-tindakan hukum, peraturan atau ketentuan-ketentuan Badan Pengawas atau karena kelalaian dalam melaksanakan kewajiban dan tugas yang dibebankan kepada mereka, langsung atau tidak langsung telah menimbulkan kerugian bagi Perusahaan Daerah, diwajibkan mengganti kerugian tersebut; (2) Ketentuan tentang ganti rugi terhadap anggota Direksi atau Pegawai Perusahaan Daerah berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan Badan Pengawas. BAB XII LAPORAN PERHITUNGAN HASIL USAHA BERKALA DAN KEGIATAN PERUSAHAAN DAERAH Pasal 45 Laporan perhitungan usaha berkala dan kegiatan Perusahaan Daerah diajukan oleh Direksi kepada Badan Pengawas secara tertulis dan terperinci setiap 3 (tiga) bulan sekali. BAB XIII PENETAPAN DAN PENGGUNAAN LABA SERTA PEMBERIAN JASA PRODUKSI Pasal 46 (1) Cadangan diam dan atau rahasia tidak boleh diadakan; (2) Penggunaan laba bersih, cadangan tujuan dan pengurangan lain yang wajar dalam Perusahaan Daerah, ditetapkan sebagai berikut: a. Untuk Dana Pembangunan Daerah 30% (tiga puluh persen); b. Untuk Anggaran Belanja Daerah 25% (dua puluh lima persen); 12

c. Untuk Cadangan Umum, Cadangan Tujuan, Dana Kesejahteraan, dan Jasa Produksi, yang besarnya masing-masing ditentukan dalam RUPS berjumlah 45% (empat puluh lima persen). (3) Pengaturan mengenai pemanfaatan laba bersih sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c ditetapkan oleh Badan Pengawas atas usulan Direksi. BAB XIV KEPEGAWAIAN Pasal 47 (1) Kedudukan hukum, gaji, pensiun dan golongan serta pengahasilan lain Pegawai Perusahaan Daerah diatur dengan Keputusan Direksi dengan persetujuan Badan Pengawas dan sesuai dengan Peraturan yang berlaku; (2) Direksi mengangkat dan memberhentikan pegawai Perusahaan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB XV PEMBUBARAN Pasal 48 (1) Pembubaran Perusahaan Daerah dan penunjukan likwidatornya ditetapkan dengan Peraturan Daerah; (2) Untuk melaksanakan pembubaran Perusahaan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bupati membentuk panitia pembubaran Perusahaan Daerah. BAB XVI PEMBIAYAAN Pasal 49 Segala biaya yang diperlukan untuk kegiatan Perusahaan Daerah dibebankan pada Anggaran Perusahaan Daerah. BAB XVII KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 50 Anggota Direksi dilarang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama memiliki saham melebihi 25% (dua puluh lima persen) pada perusahaan lain. Pasal 51 Anggota Direksi dilarang menjadi pengurus partai politik. BAB XIX KETENTUAN PENUTUP Pasal 52 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat. Ditetapkan di Sendawar pada tanggal 11 Oktober 2007 BUPATI KUTAI BARAT, ttd 13

ISMAIL THOMAS Diundangkan di Sendawar pada tanggal 11 Oktober 2007 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT, ttd YAHYA MARTHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT TAHUN 2007 NOMOR 04 SERI D 14