BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan

BAB I PENDAHULUAN. mengajar. Karena dengan adanya keaktifan saat proses pembelajaran maka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan proses yang dapat ditandai dengan perubahan perilaku

1. PENDAHULUAN. dikarenakan sasaran dari pendidikan adalah peningkatan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini.

BAB 1 PENDAHULUAN. Materi dalam pembelajaran IPS mengandung konsep-konsep yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan terutama pendidikan IPA di Indonesia dan negara-negara maju.

Kata Kunci: Pemahaman Konsep, SAVI, IPS. Mahasiswa Prodi PGSD FKIP UNS 2, 3) Dosen Prodi PGSD FKIP UNS

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan untuk mengembangkan potensi dirinya. Selain itu, pendidikan. potensi diri yang dilakukan melalui proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

balik antara guru dan siswa dalam suatu situasi pendidikan. Oleh karena itu, guru dalam menyampaikan pembelajaran dituntut untuk mampu menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mata pelajaran yang membosankan. Tidak heran jika sampai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sesuai Ketentuan Umum Penjelasan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. sendiri maupun orang lain. Pendidikan sebagai gejala yang universal

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah berusaha meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan yang cepat di luar pendidikan menjadi tantangan-tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah masalah penting keberhasilan suatu bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. memaknai materi dalam kehidupannya sehari-hari. Kemampuan intelektual siswa

BAB I PENDAHULUAN. dari seluruh rakyat Indonesia, baik dari pemerhati pendidikan, birokrasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. baik itu pelaksana pendidikan, mutu pendidikan, sarana prasarana pendidikan

I. PENDAHULUAN. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan tujuan, isi, dan bahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dikatakan berjalan baik apabila mampu berperan secara proporsif,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi yang dimilikinya dan menjadikan peserta didik. sebagai manusia yang berkepribadian luhur dan berakhlak mulia.

BAB I PENDAHULUAN. dengan siswa dapat memahami dan mengerti maksud pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai bagian kehidupan masyarakat dunia pada era global harus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dewasa ini bukan hanya untuk memenuhi target kurikulum semata, namun menuntut adanya pemahaman kepada

BAB I PENDAHULUAN. dari bangsa itu sendiri. Hal itu sesuai dengan ketentuan umum Undang

BAB I PENDAHULUAN. keluarga serta lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan

1. PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan suatu bangsa karena sasaran dari

BAB I PENDAHULUAN. yang diajarkan di sekolah dasar. Dalam mengajarkan mata pelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kejayaan suatu bangsa di dunia ditentukan oleh pembangunan di bidang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran, masing- masing dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

I. PENDAHULUAN. mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Undang-Undang Nomor 20 Tahun. Berdasarkan hal itu pemerintah terus berupaya mewujudkan kualitas

Penerapan Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII-A SMP Brawijaya Smart School Malang

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PERGERAKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

BAB I PENDAHULUAN. dalam membentuk nilai, sikap, dan perilaku. Pendidikan akan membawa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang pada awalnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berdasarkan fungsi pendidikan nasional peran guru menjadi kunci

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. memungkinkan bagi kita untuk mengetahui tentang budaya yang berbeda

BAB I PENDAHULUAN. terstruktur dan sistematis dalam lingkungan sekolah. Disekolah terjadi. sebagai pendidik dalam suatu proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan peserta didik yang berkualitas, baik dilihat dari prestasi bidang

Wendri, Penerapan Model Pembelajaran Teams Games Tournament Berbantu

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi

Yessi Malisa 1), Ngadino Y 2), Hasan Mahfud 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Slamet Riyadi 449 Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

I. PENDAHULUAN. pelajaran geografi di SMA merupakan indikasi bahwa selama ini proses

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan prinsip-prinsip sains yang hanya terdapat dalam buku pelajaran.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah suatu proses yang tidak hanya sekedar menyerap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran pada dasarnya adalah interaksi atau hubungan

BAB I PENDAHULUAN. manusia, karena pendidikan merupakan gerbang menuju wawasan dan

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE EVERYONE IS A TEACHER HERE UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP IPS MATERI PENJAJAHAN BELANDA.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan pendidikan tidak lepas dari kegiatan belajar dan mengajar (KBM). Salah satunya pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan dasar memegang peranan penting dalam usaha meningkatkan

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN KELOMPOK KECIL PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS V

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi dan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hal yang paling pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang

BAB V PENUTUP. dengan metode ceramah dan metode tanya jawab. 2. Ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar K3 siswa. Hasil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memiliki peran yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Guru merupakan salah satu unsur dalam proses belajar mengajar yang bertanggung jawab

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam pelaksanaan pendidikan di lingkungan formal dilakukan oleh

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kurikulum pendidikan Indonesia, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) memiliki kedudukan sangat penting karena berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan sehari-hari yang ada di dunia ini. Di dalamnya dapat dipelajari tentang hubungan sosial, ekonomi, psikologi-sosial, budaya, sejarah, geografi, dan politik. Setiap lingkup dalam IPS tersebut bermanfaat dalam segala aspek kehidupan siswa. Pembelajaran IPS dibutuhkan oleh siswa guna memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat membentuk karakteristik dan sikap hidup siswa. Hidayati, Mujinem, dan Senen (2009: 1-12) mengungkapkan bahwa melalui pengajaran IPS siswa dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kepekaan untuk menghadapi hidup dengan tantangan-tantangannya. Berkaitan dengan hal tersebut, Sumaatmadja (2003: 1.10) menyatakan bahwa pendidikan IPS bertujuan untuk membina siswa menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya sendiri serta bagi masyarakat dan negara. Dengan adanya tantangantantangan yang akan dihadapi siswa dalam kehidupannya, diharapkan siswa kelak mampu bertindak secara rasional dalam memecahkan berbagai tantangan dan masalah yang ada. Berdasarkan esensi dan tujuan tersebut, IPS di sekolah menjadi mata pelajaran yang tidak dapat diabaikan. IPS perlu diajarkan kepada siswa untuk melatih dan mengembangkan karakteristik siswa agar menjadi seorang individu yang dapat hidup dengan baik di tengah masyarakat. Hasan (1996) dan Kosasih (1992) dalam Solihatin dan Raharjo (2009: 1) mengungkapkan bahwa sebaiknya penyelenggaraan pembelajaran IPS mampu mempersiapkan, membina, dan membentuk kemampuan siswa yang menguasai pengetahuan, sikap, nilai, dan kecakapan dasar yang diperlukan bagi kehidupan di masyarakat. 1

2 Dalam silabus KTSP kelas V semester genap, salah satu materi IPS yang harus dipelajari oleh siswa adalah materi tentang perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan. Materi perjuangan melawan penjajahan merupakan sejarah tentang tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian besar yang terjadi di kehidupan masa lampau. Dengan mempelajari perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan penjajah, siswa mendapat pelajaran untuk dapat menghargai perjuangan bangsa dalam melawan penjajah, serta dapat menumbuhkan rasa nasionalisme dalam diri siswa. Dengan memahami materi ini, diharapkan siswa akan memiliki rasa nasionalisme yang baik pula. Salah satu materi tentang perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan penjajahan adalah perjuangan pada masa penjajahan Belanda. Pada kenyataannya, pemahaman konsep siswa tentang perjuangan pada masa penjajahan Belanda pada umumnya masih rendah. Materi yang banyak menyebabkan siswa tidak antusias dalam mengikuti pembelajaran IPS, termasuk dalam materi perjuangan pada masa penjajahan Belanda. Pelajaran IPS menjadi pelajaran yang sulit dan membosankan. Seperti yang diungkapkan oleh Solihatin dan Raharjo (2003: 3), kondisi pembelajaran IPS saat ini masih berpusat pada guru (teacher centered), kurang mendorong potensi siswa dan kurang merangsang siswa untuk belajar mandiri. Selain itu, pembelajaran yang berlangsung di sekolah lebih menekankan pada aspek pengetahuan dan hanya membentuk budaya menghafal saja. Siswa tidak memahami materi tersebut dengan baik sehingga menyebabkan pengetahuan siswa tentang peristiwa sejarah tersebut kurang. Hal ini nantinya dapat berdampak pada kurangnya rasa nasionalisme dan menghargai perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan penjajahan. Permasalahan pembelajaran IPS tersebut juga terjadi pada siswa kelas V SD Negeri 01 Gawanan, Colomadu, Karanganyar. Berdasarkan observasi dan wawancara dengan siswa kelas V SD Negeri 01 Gawanan, Colomadu, Karanganyar, yang peneliti lakukan pada tanggal 10 Januari 2014, masih banyak siswa yang menyatakan bahwa pelajaran IPS merupakan pelajaran yang menjemukan (dapat dilihat pada Lampiran 20 halaman 199). Siswa merasa jenuh karena banyaknya materi yang harus commit dipelajari to user terutama pada materi perjuangan

3 pada masa penjajahan Belanda. Pada tanggal 10 Januari 2014 juga dilakukan wawancara dengan Bapak Arif Sudaryanto, selaku guru kelas V SD Negeri 01 Gawanan, Colomadu, Karanganyar (dapat dilihat pada Lampiran 18 halaman 196). Dari hasil wawancara tersebut diketahui bahwa penyampaian materi pelajaran yang dilakukan guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dan pemberian tugas dari LKS. Hal ini menyebabkan pembelajaran menjadi kurang optimal, siswa pasif, dan pembelajaran terasa membosankan sehingga hasil belajar dan kualitas proses pembelajaran IPS yang dicapai siswa tidak optimal. Kondisi tersebut diperkuat dengan rendahnya perolehan hasil uji pratindakan tentang materi perjuangan pada masa penjajahan Belanda yang peneliti lakukan pada siswa kelas V SD Negeri 01 Gawanan, Colomadu, Karanganyar pada tanggal 13 Januari 2014 (soal dan hasil nilai uji pratindakan dapat dilihat pada Lampiran 13 halaman 189 dan Lampiran 14 halaman 191). Dalam uji pratindakan ini, kriteria ketuntasan minimal mengikuti KKM mata pelajaran dengan nilai batas tuntas 70, dan dari hasil tes dapat dilihat bahwa dari 40 siswa terdapat 12 siswa yang mendapat nilai 70 ke atas, sedangkan 28 siswa mendapat nilai di bawah 70. Artinya, hanya 30% siswa yang sudah tuntas, sedangkan 70% siswa lainnya belum mampu mendapat nilai tuntas. Rendahnya hasil tes siswa tentang pemahaman konsep perjuangan pada masa penjajahan Belanda adalah masalah pembelajaran yang perlu untuk dipecahkan. Untuk itu perlu diidentifikasi faktor-faktor penyebab ketidakberhasilan siswa dalam pembelajaran. Salah satunya adalah masih digunakannya model pembelajaran direct learning atau pembelajaran langsung. Model pembelajaran langsung adalah pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered), sehingga pembelajaran cenderung berlangsung satu arah dan tidak ada partisipasi aktif dari siswa. Hal ini apabila dilakukan secara terus menerus akan membuat aktivitas belajar siswa kurang optimal, hasil belajar siswa rendah, serta kurangnya pemahaman siswa terhadap materi perjuangan pada masa penjajahan Belanda. Oleh karena itu, perlu diterapkan model pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas serta hasil belajar siswa terutama dalam materi perjuangan pada masa penjajahan Belanda.

4 Berdasarkan masalah pembelajaran yang telah diungkapkan, maka salah satu langkah yang dapat ditempuh untuk memperbaiki proses pembelajaran IPS yaitu dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Quiz. Model pembelajaran kooperatif tipe Team Quiz adalah model pembelajaran dengan memainkan topik-topik yang diajarkan kepada siswa yang dibagi dalam beberapa kelompok (Sugiyanto, 2009: 58). Dalam model pembelajaran kooperatif tipe Team Quiz ini siswa dibentuk ke dalam kelompok-kelompok yang masing-masing anggota kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama atas keberhasilan kelompoknya dalam memahami materi dan menjawab soal. Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Quiz diawali dengan guru menjelaskan materi secara klasikal lalu siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok besar. Semua anggota kelompok bersama-sama mempelajari materi tersebut, saling memberi arahan, saling memberikan pertanyaan dan jawaban agar siswa lebih memahami materi yang diajarkan. Setelah selesai materi diadakan suatu pertandingan akademis. Dengan adanya pertandingan akademis ini maka terciptalah kompetisi antar kelompok, sehingga siswa akan senantiasa berusaha belajar dengan motivasi yang tinggi agar dapat memperoleh nilai yang tinggi dalam pertandingan. Model pembelajaran kooperatif tipe Team Quiz cocok diterapkan dalam proses pembelajaran karena dapat membuat siswa bersemangat dan berperan aktif dalam mengikuti pembelajaran. Zaini, Munthe, dan Aryani (2008: 54) mengungkapkan, Team Quiz dapat meningkatkan tanggung jawab belajar siswa dalam suasana yang menyenangkan. Dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Quiz, pembelajaran IPS yang awalnya dianggap membosankan akan menjadi menarik, dan proses pembelajaran dapat berlangsung dengan lebih menyenangkan. Selain itu siswa dapat dengan mudah memahami materi yang disampaikan oleh guru sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan perbaikan pembelajaran, terutama dalam pembelajaran IPS, dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Quiz, agar pemahaman konsep siswa tentang materi perjuangan pada masa penjajahan commit to Belanda user dapat meningkat. Untuk itu

5 Penelitian Tindakan Kelas ini dirumuskan dalam judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Quiz untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Perjuangan pada Masa Penjajahan Belanda Siswa Kelas V SD Negeri 01 Gawanan, Colomadu, Karanganyar Tahun Pelajaran 2013/2014. B. Rumusan Masalah Untuk memberikan gambaran secara jelas mengenai arah penelitian, rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Team Quiz dapat meningkatkan pemahaman konsep perjuangan pada masa penjajahan Belanda siswa kelas V SD Negeri 01 Gawanan, Colomadu, Karanganyar tahun pelajaran 2013/2014? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman konsep perjuangan pada masa penjajahan Belanda siswa kelas V SD Negeri 01 Gawanan, Colomadu, Karanganyar tahun pelajaran 2013/2014 dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Quiz. D. Manfaat Hasil Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. 1. Manfaat Teoritis a. Dapat memberikan kontribusi pemikiran model pembelajaran alternatif dalam pembelajaran terkait dengan pemahaman konsep perjuangan pada masa penjajahan Belanda pada mata pelajaran IPS. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan karya ilmiah bagi pengembangan ilmu pengetahuan, selain itu sebagai dasar untuk mengembangkan pengetahuan, atau sebagai masukan bagi peneliti lebih lanjut dan sebagai pembanding penelitian yang lain.

6 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut: a. Bagi siswa 1) Dapat memudahkan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran IPS serta membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman konsep perjuangan pada masa penjajahan Belanda. 2) Meningkatnya motivasi belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran IPS karena adanya model pembelajaran yang tepat dan menarik, sehingga siswa akan lebih tertarik mengikuti kegiatan pembelajaran dan akhirnya dapat meningkatkan hasil belajarnya. 3) Meningkatnya kemampuan siswa untuk bertanya, menjawab pertanyaan, menyampaikan pendapat dan bekerjasama. b. Bagi guru 1) Sebagai motivasi untuk dapat meningkatkan keterampilan dalam memilih model pembelajaran yang sesuai dan bervariasi. 2) Sebagai bahan masukan untuk dapat meningkatkan pemahaman konsep perjuangan pada masa penjajahan Belanda dalam mata pelajaran IPS pada siswa sekolah dasar dan menciptakan suatu pembelajaran yang menyenangkan. 3) Sebagai bahan pertimbangan bagi guru agar memilih dan menggunakan model pembelajaran yang tepat dalam mendorong dan memberikan pelayanan yang baik bagi siswa-siswanya. c. Bagi sekolah 1) Penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang berharga dalam rangka perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran di sekolah. 2) Sekolah mendapatkan masukan tentang cara penelitian tindakan kelas. 3) Dapat meningkatkan dan menumbuhkembangkan produktivitas guru untuk melakukan penelitian, khususnya dalam mencari pemecahan masalah pembelajaran.