pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. sebab apapun yang berkaitan atau memperberat kehamilan diluar kecelakaan. Angka

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

BAB I PENDAHULUAN. 248,8 juta jiwa dengan pertambahan penduduk 1,49%. Lajunya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK. Kata kunci: pengalaman, seksual, vasektomi. Referensi (108: )

BAB I. termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti

Kata Kunci: Pasangan Usia Subur,Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan. 35 tahun (Hartanto, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. bagi negara-negara di dunia, khususnya negara berkembang.perserikatan Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia yaitu sekitar 258 juta jiwa (United Nations, 2015). Dalam kurun

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

BAB 1 PENDAHULUAN. Sensus Penduduk tahun 2010 sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kepadatan kependudukan di Indonesia merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB I PENDAHULUAN. adalah dampak dari meningkatnya angka kelahiran. Angka kelahiran dapat dilihat dari pencapaian tingkat fertilitas.

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. menggalakkan program keluarga berencana dengan menggunakan metode

BAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbandingan karakteristik...,cicik Zehan Farahwati, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih besar menempatkan ibu pada risiko kematian (akibat kehamilan dan persalinan)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Biro Pelayanan Statistik (BPS) kependudukan, Ju mlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penduduk 2010 telah mencapai jiwa (BPS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. hanya pemerintah, masyarakat juga diperlukan partisipasinya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) (2014) penggunaan. kontrasepsi modern telah meningkat tidak signifikan dari 54% pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

BAB 1 PENDAHULUAN. negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak yaitu 256 juta jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sedemikian rupa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pula bersifat permanen (Prawirohardjo, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

BAB I PENDAHULUAN. India, Pakistan, Brazil, dan Nigeria yang memberikan kontribusi besar pada

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Realita yang ada saat ini masih banyak masyarakat yang belum bisa

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. (bkkbn.go.id 20 Agustus 2016 di akses jam WIB). besar pada jumlah penduduk dunia secara keseluruhan. Padahal, jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. yang mendapat perhatian dan pembahasan yang serius dari ahli

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang keluarga berencana (KB) yang telah dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. setinggi-tingginya. Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muda, dan arus urbanisasi ke kota-kota merupakan masalah-masalah pokok

BAB I PENDAHULUAN. mulai menerapkan Program Keluarga Berencana Nasional pada tahun 1970

BAB I PENDAHULUAN. penduduk terbesar. Indonesia masuk dalam peringkat ke empat di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

Imelda Erman, Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Lubuklinggau Politeknik Kesehatan Palembang ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. serta India, hal ini telah dipraktekkan sejak berabad-abad yang lalu, tetapi waktu itu

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam mencapai target MDGs (Millennium Development Goals), termasuk negara

BAB 1 PENDAHULUAN. dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,

ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU

BAB I PENDAHULUAN. Hasil Sensus Penduduk tahun 2000 menunjukkan, penduduk Indonesia

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperaatan. Disusun oleh : SUNARSIH J.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat yang menyebabkan. kepadatan penduduk (Hatta, 2012). Permasalahan lain yang dihadapi

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Permasalahan yang sangat menonjol adalah jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. ditingkatkan guna mencegah teradinya ledakan penduduk di Indonesia pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. yang digunakan dengan jangka panjang, yang meliputi IUD, implant dan kontrasepsi

BAB I PENDAHULUAN. bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan. terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas (BkkbN, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Pasangan Usia Subur diharapkan menggunakan metode kontrasepsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan program KB nasional. (BKKBN, 2011) dihitung berbagi perbandingan atau rasio (ratio) antara lain : rasio jenis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara ke empat setelah Amerika Serikat. yang memiliki pertumbuhan penduduk terbanyak pada tahun 2000.

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. bidang kependudukan. Pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. disebabkan tingkat kelahiran masih lebih tinggi dibandingkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa dan diproyeksikan bahwa jumlah ini

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. menunggu mendapatkan keturunan dan menunda kehamilan dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan anggota keluarganya. Pada umumnya, apabila hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. miliar jiwa. Cina menempati urutan pertama dengan jumlah populasi 1,357 miliar

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk cukup padat. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia adalah 237.556.363 dan pada tahun 2014 jumlah penduduk Indonesia mencapai 253.609.643 jiwa. Berdasarkan proyeksi penduduk yang dihasilkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2025, perkiraan penduduk Indonesia adalah sekitar 273,65 juta jiwa. Lebih lanjut angka laju pertumbuhan penduduk tahun 2000-2010 sebesar 1,49% meningkat bila dibandingkan tahun 1990-2000 yaitu sebesar 1,45%. Laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2014 diharapkan turun menjadi 1,1% (BKKBN, 2014). Salah satu upaya pemerintah untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk adalah melalui pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB) bagi Pasangan Usia Subur (PUS) dengan pemakaian kontrasepsi. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu upaya dalam program keluarga berencana untuk pengendalian fertilitas atau menekan pertumbuhan penduduk yang paling efektif. Di dalam pelaksanannya diupayakan agar semua metoda atau alat kontrasepsi yang disediakan dan ditawarkan kepada masyarakat memberikan manfaat optimal dengan meminimalkan efek samping maupun keluhan yang ditimbulkan (Asih dan Oesman, 2009). Menurut efektifitas lamanya metode kontrasepsi ada dua macam yaitu Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan non MKJP. Metoda Kontrasepsi Jangka Panjang adalah kontrasepsi yang dapat dipakai dalam jangka waktu lama, lebih dari dua tahun, efektif dan efisien untuk tujuan pemakaian menjarangkan kelahiran lebih dari 3 tahun atau mengakhiri kehamilan pada pasangan yang sudah tidak ingin tambah anak lagi. Jenis metode yang termasuk dalam kelompok ini adalah metoda kontrasepsi mantap (pria dan wanita), implant, dan Intra Uterine Device (IUD) (BKKBN, 2011). Di Indonesia kecenderungan pemakaian MKJP berkisar pada angka 11%- 12% setiap tahunnya. Data dari SDKI tahun 2007 memperlihatkan prevalensi 1

2 pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis Operatif Wanita (MOW) (3%) dan Medis Operatif Pria (MOP) (0,2%). Sedangkan untuk SDKI tahun 2013 memperlihatkan prevalensi pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 59,7% dan hanya 10,2% diantaranya yang memakai MKJP. Tampaknya para wanita peserta KB lebih menyukai pemakaian metoda kontrasepsi non MKJP dan yang terbanyak adalah suntikan (31,9%) dan pil (13,2%) (SDKI, 2013). Hasil Riskesdas 2013, penggunaan KB saat ini (cara modern maupun cara tradisional), untuk angka nasional meningkat dari 55,8% (2010) menjadi 59,7% (2013), dengan variasi antar propinsi mulai dari yang terendah di Papua (19,8%) sampai yang tertinggi di Lampung (70,5%). Dari 59,7% yang menggunakan KB saat ini, 59,3% menggunakan cara modern: 51,9% penggunaan KB hormonal, dan 7,5% non-hormonal. Menurut metodenya 10,2% penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP), dan 49,1% non MKJP. Diantara penggunaan KB non MKJP tersebut, penyumbang terbesar adalah pemakai KB suntikan. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2009-2014 tertuang mengenai percepatan pengendalian fertilitas melalui penggunaan kontrasepsi. Dalam program ini peserta KB lebih diarahkan kepada Metode Kontrasepsi Jangka Panjang. Blora merupakan salah satu Kabupaten dari lima Kabupaten yang pencapaian target MKJP nya paling sedikit di Propinsi Jawa Tengah yaitu sebesar 83%. Di Kabupaten Blora pada tahun 2013 jumlah peserta KB aktif sebanyak 166.062 orang. Dari jumlah tersebut akseptor KB IUD sebesar 9,24%, implant 12,46%, suntik 46,71%, pil 22,93%, MOW 4,90%, MOP 1,55% dan metode sederhana 2,21%. Pada tahun 2014 sampai dengan bulan Nopember jumlah peserta KB aktif sebanyak 165.926 akseptor, yang terdiri dari akseptor KB IUD 9,23%, implant 13,11%, suntik 46,75%, pil 22,57%, MOW 4,81%, MOP 1,50% dan metode sederhana 2,03%. Dari data tersebut terdapat 4 Puskesmas yang angka akseptor KB MKJP cukup banyak yaitu Puskesmas Jepon, Puskesmas Jiken, Puskesmas Banjarejo dan Puskesmas Tunjungan sebanyak 9001 akseptor (BPMPKB, 2014).

3 Salah satu faktor yang mempengaruhi pemakaian kontrasepsi adalah pengetahuan. Dengan keterbatasan pengetahuan akan mempengaruhi pemilihan ibu pada metode kontrasepsi. Pengetahuan yang benar tentang program KB termasuk tentang berbagai jenis kontrasepsi akan mempertinggi keikutsertaan masyarakat dalam program KB. Penelitian yang dilakukan oleh Israr (2008) mengatakan bahwa rendahnya peserta MKJP disebabkan karena pengetahuan klien yang rendah serta kualitas sosialisasi KB-MKJP yang kurang baik. Pemilihan metode kontrasepsi juga dipengaruhi oleh jumlah anak. Jumlah anak hidup erat kaitannya dengan kesejahteraan. Pada keluarga dengan tingkat kesejahteraan tinggi pada umumnya lebih mementingkan kualitas anak dibandingkan dengan kuantitas. Sementara pada keluarga miskin, anak dianggap memiliki nilai ekonomi. Sehingga pada keluarga dengan kesejahteraan tinggi akan cenderung memakai kontrasepsi dibandingkan dengan keluarga miskin (Nasution, 2011). Menurut hasil analisis BKKBN (2011), dukungan suami dalam penggunaan alat kontrasepsi terlihat cukup besar. Ada 74% dari seluruh responden mengatakan kesertaan mereka dalam ber-kb melalui persetujuan atau dukungan dari pasangannya. Pemberian konseling juga merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi. Dengan melakukan konseling berarti petugas membantu klien dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan pilihannya. Di samping itu dapat membuat klien merasa lebih puas (BKKBN, 2011). Hasil studi pendahuluan pada peserta KB aktif di Kabupaten Blora menunjukkan bahwa cukup banyak peserta KB yang pengetahuan tentang kontrasepsi yang dimiliki keliru karena berkembangnya mitos serta sumber informasi yang salah. Selain itu akseptor KB di Kabupaten Blora banyak yang menggunakan cara KB dengan tidak rasional artinya tidak sesuai dengan jumlah anak yang dimiliki. Pemberian konseling juga seringkali diabaikan dan tidak dilaksanakan dengan baik oleh petugas kesehatan karena petugas tidak mempunyai waktu dan tidak menyadari pentingnya konseling. Pada PUS lebih banyak suami yang mendukung isterinya untuk memakai kontrasepsi non MKJP di Kabupaten Blora (BPMPKB, 2014). Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik

4 melakukan penelitian tentang hubungan antara pengetahuan ibu tentang kontrasepsi, jumlah anak, dukungan suami, dan konseling tenaga kesehatan dengan pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang dapat disusun rumusan masalah yaitu Adakah hubungan pengetahuan, jumlah anak, dukungan suami dan konseling tenaga kesehatan dengan pemakaian alat kontrasepsi jangka panjang di Kabupaten Blora?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk menganalisis hubungan pengetahuan ibu tentang kontrasepsi, jumlah anak, dukungan suami dan konseling tenaga kesehatan dengan pemakaian alat kontrasepsi jangka panjang di Kabupaten Blora. 2. Tujuan khusus a. Menganalisis hubungan antara pengetahuan ibu tentang kontrasepsi dengan pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang b. Menganalisis hubungan antara jumlah anak dengan pemakaian alat kontrasepsi jangka panjang c. Menganalisis hubungan antara dukungan suami dengan pemakaian alat kontrasepsi jangka panjang d. Menganalisis hubungan antara konseling tenaga kesehatan dengan pemakaian alat kontrasepsi jangka panjang D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Diharapkan dapat menjadi bukti empiris tentang adanya hubungan antara pengetahuan ibu tentang kontrasepsi, jumlah anak, dukungan suami, dan konseling tenaga kesehatan dengan pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Dinas Kesehatan, Puskesmas, dan Lembaga Pengelola KB Sebagai masukan kepada pembuat kebijakan khususnya terkait program KB dalam peningkatan dan pengembangan program KB sehingga

5 dapat meningkatkan partisipasi masyarakat untuk menggunakan kontrasepsi jangka panjang. b. Bagi Badan Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan Keluarga Berencana Sebagai masukan dalam merencanakan program untuk peningkatan cakupan pemakai metode kontrasepsi jangka panjang.