Integrasi dan Perancangan Antarmuka B. Kebutuhan Fungsional Perangkat Sistem Lunak Pengembangan Aplikasi Pengujian Sistem HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS EROSI DAS CIDANAU MENGGUNAKAN FRAMEWORK PMAPPER HILMY GAUZAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. ditampilkan dalam sebuah layer yang akan muncul dalam aplikasi SIG. Integrasi dan Perancangan Antarmuka Sistem

III. BAHAN DAN METODE

Lampiran 1 DFD Level 1 GIS Kampus IPB Darmaga. Lampiran 2 DFD Level 2 proses 3 GIS Kampus IPB Darmaga

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

BUKU MANUAL APLIKASI DATA FISIK

Lampiran 1 Contoh peta statis yang tersedia.

HASIL DAN PEMBAHASAN c. Karakteristik Pengguna Analisis Kebutuhan a. Deskripsi Sistem b. Kebutuhan Fungsional Sistem Perancangan Konseptual

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kebutuhan a. Deskripsi Umum Sistem b. Kebutuhan Fungsional Sistem c. Karakteristik Pengguna

HASIL DAN PEMBAHASAN. antara data raster dengan data vektor sehingga dapat digunakan sebagai sebuah sumber data yang valid.

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS KONSERVASI FAUNA KABUPATEN GARUT JAKA AHMAD JULIARTA

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menjadi dua, yaitu perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). 1. Processor Pentium III 1 Ghz

Klik menu Home atau link judul berita Klik menu Profil. Klik link sejarah. lambang. lambang. Klik menu Buku Tamu

BAB II LANDASAN TEORI

Perancangan Sistem Informasi Geografis (SIG) Berbasis Web untuk Penyediaan Informasi Fasilitas dan Personalia di Universitas Lampung

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... LEMBAR PENGESAHAN... iii. LEMBAR PERNYATAAN... iv RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR...

METODOLOGI PENELITIAN. Gambar 4 Diagram Extended Entity Relationship untuk Activity Pattern (Wang dan Cheng 2000).

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB MENGENAI PENYEBARAN FASILITAS PENDIDIKAN, PERUMAHAN, DAN RUMAH SAKIT DI KOTA BEKASI. Fie Jannatin Aliyah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V PEMBAHASAN DAN IMPLEMENTASI

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERSEBARAN HOTSPOT PROPINSI KALIMANTAN TENGAH MENGGUNAKAN FRAMEWORK PMAPPER INDRI PUSPITA SARI

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

KAJIAN APLIKASI DAN TEKNOLOGI PADA INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL NASIONAL

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

KONSEP MANAJEMEN BASIS DATA Sistem Informasi Geografis

Sistem Informasi Geografis (SIG) Pemetaan Lahan Pertanian di Wilayah Mojokerto

Gambar 4.47 Informasi Peta DampakMei Gambar 4.48 Informasi Peta Dampak Mei 2008 sampai Juni Gambar 4.49 Peta wilayah dampak

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN DAN ANALISADAERAH PERTANIAN DI KABUPATEN PONOROGO

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

METODE PENELITIAN HASIL DAN PEMBAHASAN

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN DAN ANALISADAERAH PERTANIAN DI KABUPATEN PONOROGO

10. Pengembangan Sistem 11. Pengujian Sistem 12. Penggunaan dan Perawatan Database 1.3 Spesifikasi Pengguna HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air (Puslitbang SDA)

BAB I PERSYARATAN PRODUK

PROSEDUR MENJALANKAN PROGRAM. 1. Jalankan sistem operasi Microsoft Windows 7 Home Premium 32 Bit. 3. Install Microsoft Visual Studio 2010 Ultimate

MODUL 3 IMPORT DATA DARI MAPINFO KE DATABASE. Praktikan dapat mengetahui cara meng-inport data dari MapInfo ke database pada PostgreSQL.

BAB 4 RANCANGAN SISTEM YANG DIUSULKAN. Pusat masih dilaksanakan secara terpisah pisah. Mulai dari pelayanan

Bab 3 Metode dan Perancangan Sistem

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

lebih memilih internet sebagai sumber informasinya. Dengan alasan bahwa informasi yang disajikan akurat dan selalu baru. Salah satu bentuk pelayanan d

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SLTP DI KOTAMADYA JAKARTA SELATAN

Mampu menggunakan komputer Familier dengan aplikasi internet. Mampu menggunakan ArcView Mampu menggunakan Map Server.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengembangan Aplikasi Pencarian Rute Terpendek Menggunakan

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS RUTE PERJALANAN OPTIMUM DI KOTA BOGOR MENGGUNAKAN FRAMEWORK PMAPPER YOGA ADI PAMUNGKAS

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. a. Spesifikasi perangkat keras minimum: 3. Harddisk dengan kapasitas 4, 3 GB

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM. perangkat keras yang dibutuhkan sebagai berikut: a. Processor Intel Pentium 4 atau lebih tinggi;

BAB IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Data Ketelitian Data Terkait Kedetailan Informasi

BAB V ANALISIS SPASIAL

Manual Book Website Adverse Drug Report

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB I PENDAHULUAN. secara lebih aktual dan optimal. Penggunaan teknologi informasi bertujuan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Petunjuk Penggunaan Alat. Spesifikasi minimum yang dibutuhkan untuk mengoperasikan aplikasi dengan

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SLTP DI KOTAMADYA JAKARTA SELATAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pencarian Lokasi Fasilitas Umum Terdekat Berdasarkan Jarak dan Rute Jalan Berbasis SIG

BAB IV ANALISIS SISTEM BERJALAN. ada yaitu Analisis Antarmuka dan Aliran Data pada Sistem Informasi Dinas Komunikasi

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA?

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM

HALAMAN JUDUL ABSTRAK KATA PENGANTAR

Lampiran 1 Karakteristik Pengguna SIG Denah Asrama Putri TPB

PENERAPAN LAYANAN LOCATION BASED SERVICE PADA PETA INTERAKTIF KOTA BANDUNG UNTUK HANDPHONE CLDC/1.1 dan MIDP/2.0

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

menginformasikan gedung, jalan utama, lapangan, taman, tempat parkir dan lain

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI WEBGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS LOKASI HOTEL DI YOGYAKARTA MENGGUNAKAN SVG

Bab 3. Metode Perancangan

APLIKASI BERBASIS WEB PEMETAAN INFORMASI PADA GAMBAR BITMAP

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

Lampiran 1 Entity Relational Diagram GIS-HAP. Lampiran 2 Data Flow Diagram Level 1

MENJALANKAN APLIKASI SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA AIR (SISDA)

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENDIDIKAN KOTA DEPOK BERBASIS WEB MENGGUNAKAN QUANTUM GIS

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. 4.1 Spesifikasi Perangkat Keras dan Perangkat Lunak. aplikasi dengan baik adalah sebagai berikut:

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI WEBGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENANGANAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR SIMBOL... xi DAFTAR LAMPIRAN...

Perancangan Sistem Informasi Geografis (SIG) Berbasis Web untuk Penyediaan Informasi Fasilitas dan Personalia di Universitas Lampung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Informasi Geografis Pencarian Apotik terdekat di Kota Yogyakarta. Pada

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Formulasi

database server. PHP bersifat terbuka dalam pengembangan, dan gratis. Meskipun demikian PHP memiliki dukungan fungsi yang variatif (Achour, 2000).

Gambar Rancangan Layar Halaman Kuis Guru (Langkah Dua)

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI WEBGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM

WEBSITE PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI (PMG)

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Metode dan Teori-Teori Sistem Informasi Geografis. Pengembangan perangkat lunak mempunyai langkah-langkah yang terstruktur

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS FASILITAS KOTA BOGOR MENGGUNAKAN FRAMEWORK PMAPPER INDAH KHUROTUL AINI

Transkripsi:

7 Integrasi dan Perancangan Antarmuka Sistem Data yang telah ada diintegrasikan sehingga dapat ditampilkan melalui sistem. Integrasi tersebut dilakukan dengan membuat suatu mapfile yang berfungsi menyimpan konfigurasi untuk menampilkan data raster dan vektor yang ada. Perancangan antarmuka dilakukan dengan merancang tampilan halaman dengan kombinasi warna, teks, dan gambar sesuai dengan isi dan tujuan aplikasi web ini. Pengembangan Aplikasi Pada proses ini perencanaan yang telah dibuat pada tahapan sebelumnya diimplementasikan ke dalam kode-kode program. Dari proses ini didapatkan suatu sistem yang sesuai dengan analisis dan perancangan yang telah dibuat. Pengujian Sistem Ketika proses pengembangan aplikasi telah selesai maka pengujian sistem dilakukan. Pengujian terhadap sistem dilakukan menggunakan metode black-box. Aspek aspek yang diuji dalam sistem ini adalah fungsi-fungsi dan struktur basis data yang terdapat pada sistem. Pengujian dilakukan dengan cara memberikan masukan tertentu untuk memeriksa apakah keluaran yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan sistem. Sistem yang telah dibangun diberikan kepada pengguna untuk dinilai bagaimana kinerja sistem tersebut menurut pengguna. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kebutuhan A. Deskripsi Sistem Sistem informasi geografis erosi DAS Cidanau diaplikasikan untuk menyajikan suatu penyampaian informasi yang dinamis dan interaktif mengenai tingkat erosi beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Sistem akan memberikan informasi mengenai penggunaan lahan, kemiringan lereng, besarnya curah hujan, nilai tindakan konservasi dan nilai pengelolaan tanaman. Sistem ini diharapkan dapat mempermudah instansi yang terkait dengan DAS Cidanau serta masyarakat untuk mengetahui daerah dengan tingkat erosinya serta luas keseluruhan tingkat erosi tersebut. B. Kebutuhan Fungsional Perangkat Lunak Fungsi-fungsi umum yang dimiliki oleh sistem ini adalah : 1 Menampilkan informasi tentang wilayah administrasi DAS Cidanau. 2 Menampilkan infomasi faktor penyebab erosi yang berisi peta curah hujan, kemiringan lereng, jenis tanah, penutupan lahan, tindakan konservasi, identifikasi erosi dan tingkat erosi serta luasnya. 3 Pengelolaan basis data yang hanya dapat dilakukan oleh administrator. Sedangkan fungsi-fungsi operasi peta yang dimiliki sistem adalah : 1 Menampilkan halaman peta berupa informasi dasar dan informasi erosi. Informasi dasar adalah halaman peta yang berisi administrasi DAS Cidanau. Informasi erosi adalah halaman peta yang berisi faktor penyebab erosi dan erosi aktual serta tingkat erosi. 2 Memilih layer aktif peta. 3 Menampilkan menu legenda yang berisi simbol dan keterangan dari layer yang ingin ditampilkan. 4 Menampilkan menu navigasi, seperti Zoom to full extent, Back, Forward, Zoom in, Zoom out, Pan, Identity, Select, Auto identity, Refresh map, Measure, add point of interest. 5 Melakukan proses searching berdasarkan pilihan pengguna. 6 Dapat melakukan konversi peta dalam bentuk PDF maupun HTML. 7 Dapat melakukan print preview peta. Deskripsi tentang proses masing-masing fungsi dapat dilihat pada Lampiran 1 (inputproses-output). C. Batasan Sistem Sistem ini mempunyai batasan-batasan sebagai berikut : 1 Sistem ini hanya dapat menampilkan peta erosi dan peta faktor penyebab erosi DAS Cidanau tahun 2006 dalam format vektor. 2 Shapefile yang akan di upload memiliki format baku berupa *.shp dan tidak boleh diubah. Hal ini dilakukan agar proses konversi data dapat dibaca oleh sistem manajemen basis data. D. Spesifikasi Pengguna Pengguna dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu administrator dan pengguna biasa. Penggolongan ini dilakukan

8 berdasarkan tanggung jawab dan hak akses yang dimiliki masing-masing pengguna terhadap sistem. Perancangan Konseptual Berdasarkan analisis kebutuhan sistem dapat disimpulkan bahwa data yang diperlukan berupa : 1 Data wilayah administrasi DAS Cidanau meliputi kabupaten, kecamatan, desa, jalan dan sungai. 2 Data faktor penyebab erosi yaitu erosivitas hujan, erodibilitas tanah, kemiringan lereng, penggunaan lahan, faktor pengelolaan tanaman dan faktor tindakan konservasi. Kebutuhan fungsional perangkat lunak akan menjadi acuan untuk melakukan pengembangan pemodelan kebutuhan fungsional. A. Pemodelan Kebutuhan Fungsional Kebutuhan fungsional dimodelkan dengan menggunakan Data Flow Diagram (DFD). DFD merepresentasikan proses aliran keluar dan masuknya data dalam sistem. Gambaran sistem secara umum dapat dilihat pada diagram konteks Gambar 5. Adapun DFD level 1 dapat dilihat pada Lampiran 2. DFD Level 1 memiliki informasi proses yang terjadi dalam aplikasi serta aliran data dari entitas ke aplikasi dan sebaliknya. Gambar 5 DFD Level 0 (Diagram Konteks). Pada diagram konteks (Gambar 5) pengguna dari sistem ini terbagi atas 2 kategori yaitu pengguna biasa dan administrator. Administrator memiliki hak akses penuh terhadap keseluruhan data pada sistem. Administrator dapat melakukan pencarian dan melihat halaman peta serta melakukan fungsi operasi peta yang dimiliki oleh pengguna biasa. Selain itu, Administrator juga dapat melakukan proses update dan delete data informasi spasial DAS Cidanau. Survei Ketersediaan dan Pengumpulan Data Survei ketersediaan dan Pengumpulan data dilakukan berdasarkan perancangan konseptual yang telah dilakukan. Adapun hasil yang diperoleh dari proses ini adalah : 1 Informasi dasar DAS Cidanau. Informasi tersebut terdiri dari layer kabupaten, kecamatan, desa, nama kabupaten, nama kecamatan, nama desa, batas kabupaten, batas kecamatan, batas desa, sungai besar, sungai kecil, jalan kolektor, jalan lain, jalan lokal dan jalan tapak. 2 Informasi erosi DAS Cidanau. Informasi tersebut terdiri dari layer erosivitas hujan, nama stasiun curah hujan, kemiringan lereng, luas kemiringan lereng, erodibilitas tanah, kelas erodibilitas tanah, luas erodibilitas tanah, elevasi, kelas elevasi, penggunaan lahan, pengelolaan tanaman, tindakan konservasi erosi dan luas erosi. Selanjutnya dilakukan proses pengumpulan data sesuai dengan kebutuhan informasi di atas. Data diperoleh dari data peta format vektor pada penelitian mahasiswa pascasarjana IPB yaitu Model Spasial Perubahan Penggunaan Lahan Berwawasan Lingkungan, Studi Kasus DAS Cidanau Propinsi Banten oleh Munibah (2008). Dari proses tersebut dihasilkan : 1 Peta topografi dalam format shapefile (skala 1 : 50.000) tahun 2006. 2 Peta sungai dalam format shapefile (skala 1 : 50.000) tahun 2006. 3 Peta jalan dalam format shapefile (skala 1 : 50.000) tahun 2006. 4 Peta erosivitas hujan (R) dalam format 5 Peta erodibilitas tanah (K) dalam format 6 Peta kemiringan lereng (LS) dalam format 7 Peta penggunaan lahan dalam format 8 Peta elevasi dalam format shapefile (skala 1 : 50.000) tahun 2006. 9 Peta pengelolaan tanaman (C) dalam format shapefile (skala 1 : 50.000) tahun 2006. 10 Peta tindakan konservasi (P) dalam format

9 Survei Perangkat Keras dan Perangkat Lunak Berdasarkan kebutuhan fungsional sistem, jenis perangkat lunak yang dibutuhkan untuk implementasi sistem adalah : 1 Perangkat lunak untuk membuat data spasial. Jenis perangkat lunak ini dibutuhkan untuk membuat data dengan format shapefile (*.shp) yang akan digunakan sebagai layer pada implementasi sistem. Perangkat lunak yang tersedia diantaranya ArcView dan MapInfo. 2 Perangkat lunak dengan pengembangan sistem berbasis web. Jenis perangkat lunak ini dibutuhkan untuk membangun sebuah sistem berbasis web yang sesuai dengan kebutuhan perangkat lunak. Perangkat lunak yang tersedia diantaranya Mapserver dan ArcIMS. Sedangkan framework yang tersedia diantaranya Pmapper, Cartoweb dan Kmap. 3 Perangkat lunak sebagai Sistem Manajemen Basis Data (Database Management System, DBMS). Jenis perangkat lunak ini digunakan untuk membangun basis data yang berisi data dari SIG-Erosi DAS Cidanau. Perangkat lunak yang tersedia diantaranya MS SQL Server, MySQL dan PostgreSQL. Benchmark Tujuan benchmark adalah untuk menilai kinerja dan karakteristik dari perangkat keras dan perangkat lunak dalam platform sistem operasi yang sama. Artinya pada tahapan ini dilakukan pengujian spesifikasi kebutuhan Tabel 1 Basis Data Sistem Informasi Geografis Erosi DAS Cidanau Nama Tabel Desa Kecamatan Kabupaten Ibu_desa Ibu_camat Ibu_paten Sungai_kecil Sungai Jalan_kol Jalan_lain Jalan_lokal Jalan_tapak Jalan Bts_kab Bts_kec Bts_desa minimum perangkat keras dengan perangkat lunak yang digunakan. Kriteria perangkat keras dan perangkat lunak yang diuji dapat dilihat pada Lampiran 3. Akuisisi Perangkat Lunak dan Perangkat Keras Setelah dilakukan pengujian dengan menilai kinerja melalui benchmark kemudian dilakukan pemilihan perangkat lunak dan perangkat keras yang akan digunakan. Berdasarkan penilaian kinerja perangkat lunak berdasar fungsi khusus yang dilakukan dipilih ArcView sebagai perangkat lunak untuk membuat data spasial, Mapserver sebagai perangkat lunak untuk pengembangan sistem berbasis web, dan PostgreSQL sebagai sistem manajemen basis data. Untuk penilaian kinerja perangkat keras dengan Everest maka prosessor Intel Pentium core 2 duo T7100 layak digunakan untuk perangkat lunak yang dipilih. Perencanaan dan Perancangan Basis Data Perancangan lojik basis data ditampilkan dalam diagram keterhubungan antartabel, dapat dilihat pada Lampiran 4. Perancangan fisik dilakukan dengan memilih atribut yang akan dimasukkan dalam masing-masing tabel. Pada sistem yang dibuat hanya ada 1 basis data yaitu basis data informasi erosi DAS Cidanau dimana basis data tersebut terdiri dari 35 tabel. Tabel basis data dirancang sesuai dengan kebutuhan aplikasi. Daftar tabel basis data dapat dilihat pada Tabel 1. Struktur basis data dapat dilihat pada Lampiran 5. Kegunaan Memberikan informasi mengenai nama desa Memberikan informasi mengenai nama kecamatan Memberikan informasi mengenai nama kabupaten Memberikan informasi mengenai nama ibu kota desa Memberikan informasi mengenai nama ibu kota kecamatan Memberikan informasi mengenai nama ibu kota kabupaten Memberikan informasi mengenai sungai kecil meliputi sungai dan sungai musiman Memberikan informasi mengenai sungai besar Memberikan informasi mengenai jalan kolektor Memberikan informasi mengenai jalan lain Memberikan informasi mengenai jalan lokal Memberikan informasi mengenai jalan setapak Memberikan informasi mengenai jalan Memberikan informasi mengenai batas kabupaten Memberikan informasi mengenai batas kecamatan Memberikan informasi mengenai batas desa

10 Tabel 1 Lanjutan Nama Tabel Kegunaan R_baru_comb Memberikan informasi mengenai nilai erosivitas hujan. Stasiun Memberikan informasi mengenai nama stasiun curah hujan N_lsmean_comb Memberikan informasi mengenai kemiringan lereng Sum_ls Memberikan informasi mengenai luas kemiringan lereng N_kmean_comb Memberikan informasi mengenai erodibilitas tanah N_kmean_comb1 Memberikan informasi mengenai kelas erodibilitas tanah Sum_k Memberikan informasi mengenai luas erodibiltas tanah Re_elev_comb Memberikan informasi mengenai elevasi Re_elev_comb1 Memberikan informasi mengenai kelas elevasi Use06_rice7comb Memberikan informasi mengenai penggunaan lahan untuk nilai_c Nilai_c Memberikan informasi mengenai tanaman penutup lahan Sum_c Memberikan informasi mengenai luas tanaman penutup lahan Use06_rice7comb1 Memberikan informasi mengenai penggunaan lahan untuk nilai_p Nilai_p Memberikan informasi mengenai tindakan konservasi Sum_p Memberikan informasi mengenai luas tindakan konservasi Erosi Memberikan informasi mengenai nilai erosi dan nilai yang mempengaruhi erosi. Kelas_erosi Memberikan informasi mengenai kelas erosi seperti ringan, sedang dan berat Geometry_columns Identifikasi tabel yang memiliki atribut spasial Spatial_ref_sys Referensi spasial dari kolom geometri Pembangunan Basis Data Proses pembangunan basis data terdiri atas pengumpulan data spasial, proses overlay data yang dibutuhkan dan konversi data shapefile dalam PostGIS. Data spasial yang terkumpul untuk pengembangan sistem memiliki format vektor. Untuk pembuatan file spasial dan atribut yang belum ada dilakukan overlay antar peta yang berhubungan. Overlay format data vektor menggunakan tools dari extension Arcview yaitu geoprocessing yang mampu melakukan manipulasi data grafis dan analisis data atribut pada tabel sehingga diperoleh informasi baru. Pengolahan Data pada ArcView Setelah dilakukan pengumpulan data dengan format vektor, tahapan selanjutnya adalah mengolah data tersebut pada ArcView seperti proses penambahan kolom untuk luas dan konversi format polygon ke polyline serta proses overlay. Proses ini dilakukan sebelum konversi data shapefile ke format SQL. Penambahan kolom untuk luas dilakukan pada data vektor dengan objek bertipe area. Proses ini dilakukan dengan menggunakan fungsi ArcView untuk menghitung luas menggunakan query pada field calculator. Sintax yang dilakukan seperti berikut : Untuk konversi polygon ke polyline digunakan extension Edit Tools. Extension tersebut digunakan pada data admin_topografi berupa desa, kabupaten dan kecamatan. Hasil yang diperoleh digunakan untuk layer peta berupa batas desa, batas kecamatan dan batas kabupaten dengan bentuk data berupa polyline. Overlay Pada tools ArcView tersedia fasilitas interseksi dua theme untuk overlay dua peta atau lebih dengan batas daerah terluar yang sama. Proses overlay tiga peta dilakukan lebih dari satu kali. Ini dikarenakan dalam waktu yang bersamaan atau dalam satu proses perangkat lunak hanya dapat melakukan overlay dua peta. Data atribut dari hasil overlay adalah penggabungan dari dua data atribut yang dilakukan overlay. Overlay dilakukan untuk mendapatkan data spasial erosi. Konversi Data Tahapan selanjutnya adalah mengorganisir data shapefile ke DBMS dengan melakukan konversi data shapefile ke basis data yang dipakai untuk pengembangan SIG, yaitu PostgreSQL. PostgreSQL bersifat open source yang mendukung PostGIS di dalamnya. PostGIS merupakan ekstensi postgresql yang menawarkan kemampuan untuk mengelola data spasial. Konversi data

11 shapefile ke dalam postgis dilakukan dengan mengimport data. Syntax yang dilakukan seperti berikut : shp2pgsql D [shapefile] [tablename] [dbname] psql [dbname] Setelah data spasial dimasukkan ke basis data postgresql Lalu dibuat gix index pada masing-masing tabel. Ini dilakukan untuk mempercepat proses query, untuk itu diperlukan suatu kolom yang unique pada suatu tabel geometri. Erosi Aktual (A) di DAS Cidanau Erosi aktual dihitung dengan mengalikan faktor-faktor penyebabnya yaitu erosivitas hujan (R), erodibilitas tanah (K), faktor panjang dan kemiringan lahan (LS), faktor pengelolaan tanaman (C) dan tindakan konservasi tanaman (P). Pada tools Arcview tersedia fasilitas overlay yang hanya dilakukan setiap dua peta. Sementara itu dalam penelitian ini terdapat lima peta tentang faktor penyebab erosi sehingga overlay dilakukan sebanyak tiga kali. Hasil dari proses overlay masih berupa data spasial. Nilai erosi (A) secara keseluruhan diperoleh dengan menambahkan kolom erosi pada data atribut. Pada kolom erosi tersebut dilakukan perkalian yaitu R.K.LS.C.P pada field calculator sehingga nantinya diperoleh data spasial dan data atribut dari erosi tersebut. Setelah dilakukan overlay untuk mendapatkan nilai erosi, ternyata DAS Cidanau didominasi oleh kelas erosi sangat ringan dengan luas 9729.22 ha. Sebagai pembanding, dalam penelitian kali ini perhitungan luas dihitung dari data spasial dengan format vektor berdasarkan poligonpoligon dengan luas total sebesar 22234.37 ha sedangkan pada penelitian sebelumnya tentang luas lahan yang tererosi pada setiap kelas erosi oleh Munibah (2008) perhitungan luas erosi yang diperoleh dari pengolahan data spasial format raster adalah sebesar 22230.6 ha. Hal ini menunjukkan bahwa bentuk data vektor paling sesuai digunakan karena bentuknya mempunyai keakuratan geometris yang tinggi. Dari Tabel 2 dan Gambar 6 tentang luas lahan erosi dapat dipresentasikan bahwa, wilayah DAS Cidanau termasuk dalam kelas erosi sangat ringan dengan persentase 43.8% dan secara berurutan diikuti dengan kelas erosi sedang, ringan, berat dan sangat berat. Hal ini dikarenakan wilayah DAS Cidanau didominasi oleh penggunaan lahan berupa hutan, hutan rawa dan padi sawah yang mendominasi kelas erosi sangat ringan. Dimana padi sawah dan hutan rawa berada pada lereng datar dan hutan meski berada pada lereng curam tapi masih tertutup oleh tanaman hutan yang lebat. Inilah yang dapat mempertahankan laju erosi dengan rata-rata yang kecil. Tabel 2 Luas Lahan Tererosi Luas Erosi Kelas Erosi ha % Berat 2182.46 9.8 Ringan 3989.15 17.9 Sangat berat 1549.91 7.0 Sangat Ringan 9729.22 43.8 sedang 4783.63 21.5 Jumlah 22234.37 100.0 Gambar 6 Luas Lahan Tererosi. Integrasi dan Perancangan Antarmuka A. Arsitektur Sistem Perancangan arsitektur sistem didasarkan pada three tier architecture yaitu data tier, logic tier dan presentation tier. Arsitektur yang digunakan dalam pengembangan sistem dapat dilihat pada Gambar 7. Diagram hirarki sistem informasi geografis erosi DAS Cidanau dapat dilihat pada Lampiran 6. Pada Three Tier Architecture, Arsitektur paling bawah adalah server basis data itu sendiri (data tier). Pada lapisan ini terjadi konversi data dari data shapefile ke dalam PostGIS. Agar data pada DBMS PostgreSQL dapat ditampilkan pada aplikasi Mapserver, maka perlu dibuatkan mapfile (*.map) yang menyimpan konfigurasi untuk menampilkan data tersebut. Hasil konfigurasi mapfile tersebut dibangkitkan oleh Pmapper untuk menyajikan bentuk tampilan peta dengan menu navigasi yang interaktif dan dinamis. Pada Mapserver terjadi konversi data shapefile ke tiff/jpeg sehingga Mapserver dapat menempatkan sebuah

12 gambar peta statis pada halaman web. Gambar ditempatkan pada sebuah bentuk HTML. Proses dari tampilan mapserver, konfigurasi mapfile pada Pmapper, dan penanganan komunikasi antara client dan server terjadi pada lapisan logic tier. Pada presentation tier, lapisan ini bertanggung jawab dalam penyedia antarmuka ke pengguna yaitu web browser. Pada lapisan inilah client melakukan sebuah permintaan ke web server. Keuntungan dari three tier architecture salah satunya adalah perubahan pada antarmuka pengguna tidak saling mempengaruhi satu sama lain, membuat suatu aplikasi mudah berevolusi untuk memenuhi kebutuhan baru. dalam pembangunan SIG Erosi DAS Cidanau adalah sebagai berikut : 1 Antarmuka halaman utama Antarmuka halaman utama SIG Erosi DAS Cidanau terdiri dari empat bagian yaitu header, menu, isi dan footer. Bagian header berisi judul sistem, bagian menu berisi navigasi fungsi-fungsi yang dimiliki SIG Erosi, bagian isi berupa paparan informasi yang akan dipilih dan bagian footer berisi informasi hak cipta. Tampilan perancangan antarmuka halaman utama digambarkan pada Gambar 8. Gambar 8 Antarmuka Halaman Utama. 2 Antarmuka halaman peta Antarmuka halaman peta terdiri dari 8 bagian yaitu header, search, tools, peta, navigasi, skala, layer dan legenda serta referensi. Header berisi framework yang digunakan. Pengguna dapat melakukan pemilihan layer dan informasi terkait pada bagian layer-legenda. Legenda berisi keterangan atau simbol dari peta. Pengguna dapat melakukan proses pencarian pada tombol search. Pada bagian tools terdapat pilihan download dan print peta. Bagian referensi berupa tampilan peta dasar. Tampilan perancangan antarmuka halaman utama digambarkan pada Gambar 9. Gambar 7 Three Tier Architecture. B. Perancangan Antarmuka Setelah proses integrasi dilakukan, maka dilakukan perancangan antarmuka sistem. Perancangan antarmuka dilakukan untuk memberikan kemudahan serta kenyamanan kepada pengguna dalam mengoperasikan sistem. Desain antarmuka sistem didominasi dengan warna hijau. Penggunaan warna hijau disesuaikan dengan halaman antarmuka peta. Perancangan antarmuka yang dilakukan Gambar 9 Antarmuka Halaman Peta.

13 Pengembangan Sistem Berbagai tipe data dan desain yang telah dibuat sebelumnya kemudian diaplikasikan untuk pengembangan sistem informasi berbasis web. Halaman utama sistem yang dibangun dapat dilihat pada Gambar 10. Pada bagian kiri sistem terdapat menu pencarian dan menu utama. Menu pencarian digunakan untuk mencari informasi tentang erosi dan faktor yang mempengaruhi erosi. Hasil pencarian yang ditampilkan berupa list yang berupa link ke informasi yang dimaksud. Menu utama berupa HOME, TENTANG SITUS, INFORMASI SPASIAL, FAKTOR EROSI, PENGUMUMAN dan HUBUNGI KAMI. Halaman awal pada sistem ini adalah halaman HOME yang berisi tentang informasi singkat tentang informasi spasial, faktor erosi dan pengumuman. Halaman TENTANG SITUS berisi informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan erosi dan tujuan dibuatnya web tersebut. Halaman INFORMASI SPASIAL berisi informasi propinsi banten, informasi faktor erosi, informasi tingkat erosi beserta link ke halaman peta yang dituju. Halaman PENGUMUMAN berisi tentang pengumuman dan berita seputar erosi yang terjadi di DAS Cidanau. Halaman HUBUNGI KAMI berisi tentang saran, masukan kepada pengembang sistem. Untuk halaman peta terdapat dua informasi spasial yaitu peta yang berisi INFORMASI DASAR dan INFORMASI EROSI. Pada halaman peta INFORMASI DASAR terdapat peta spasial administrasi DAS Cidanau dan infrastruktur. Tampilan halaman tersebut dapat dilihat pada Lampiran 13. Pada halaman peta INFORMASI EROSI terdapat peta spasial faktor penyebab erosi berupa curah hujan, kemiringan lereng, erodibilitas tanah, pengelolaan tanaman, konservasi praktis, identifikasi erosi beserta luasnya. Tampilan halaman tersebut dapat dilihat pada Gambar 11. Pada halaman ini tersedia beberapa tools yang memberikan kemudahan kepada pengguna dalam memanipulasi peta. Tools yang tersedia diantaranya adalah zoom maksimum, undo, redo, memperbesar dan memperkecil peta, penggeseran, identifikasi informasi daerah yang dipilih, auto identity, pemilihan area yang dipilih, pengukuran jarak, tambah objek baru dan refresh. Fungsi lainnya adalah Gambar 10 Halaman Utama Sistem. melakukan proses pencarian berdasar layer yang dipilih. Tampilan halaman proses dari tools yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran 16 hingga Lampiran 22. Pada halaman peta informasi erosi, terdapat 7 kategori pembagian layer berdasarkan jenisnya, yaitu : 1 Kategori Peta Dasar Kategori ini terdiri atas 8 layer yaitu layer batas kabupaten, batas kecamatan, batas desa, nama kabupaten, nama kecamatan, nama desa, sungai dan jalan.

14 Gambar 11 Halaman Peta Informasi Erosi. Layer batas kabupaten, batas kecamatan dan Legenda untuk layer nilai erodibilitas tanah batas desa menggunakan legenda dengan menggunakan simbol kotak berwana simbol berbentuk garis. Layer sungai dan sedangkan untuk layer kelas erodibilitas jalan juga menggunakan simbol berbentuk garis dan masing-masing berwarna biru dan merah. Berbeda halnya untuk layer nama tanah menggunakan simbol kotak berwarna dari warna merah muda hingga merah tua. Bahwa nilai K bisa ditampilkan seluruhnya kabupaten, nama kecamatan dan nama desa dengan pengelompokan. Dalam hal ini yang masing-masing menggunakan legenda simbol kotak hitam di dalam kotak putih, dicontohkan pengelompokan nilai K seperti pada gambar 13. berbentuk kotak yang dikelilingi lingkaran kecil, dan berbentuk kotak hitam transparanputih. Legenda ini dapat dilihat pada Gambar 12. Gambar 12 Legenda Untuk Kategori Peta Administrasi. 2 Kategori Faktor R Kategori Faktor R berisi tentang informasi layer curah hujan. Kategori ini hanya terdiri atas layer nilai curah hujan dan nama stasiun curah hujan. Legenda untuk layer nilai curah hujan menggunakan simbol kotak berwana sedangkan untuk layer nama stasiun menggunakan legenda simbol kotak hitam dalam kotak putih. 3 Kategori Faktor K Kategori Faktor K berisi tentang informasi kerentanan tanah terhadap erosi. Kategori ini terdiri atas 2 layer yaitu layer nilai erodibilitas tanah dan layer kelas erodibilitas tanah. Gambar 13 Legenda untuk Kelas Erodibilitas Tanah. 4 Kategori Faktor LS Kategori Faktor LS berisi tentang layer nilai kemiringan lereng dengan legenda berupa simbol kotak dengan warna yang berbeda. Kemiringan lereng di DAS Cidanau dikelompokkan menjadi lima kelas yaitu (0-8)%, (>8-15)%, (>15-25)%, (>25-40)% dan (>40)%. Ternyata DAS Cidanau didominasi oleh kemiringan lereng (0-8)% dengan luas sebesar 31.73% yang menyebar di rawa danau, dataran pantai di bagian hilir DAS Cidanau dan secara berurutan diikuti dengan kelas kemiringan lereng (>25-40)%, (>8-15)%, (>40)%, dan (>15-25)%. Luas kemiringan lereng disajikan pada Tabel 3.

15 Tabel 3 Luas Kelas Kemiringan Lereng Kelas kemiringan lereng Luas ha % (0-8)% 7056.03 31.73 (>8-15)% 4477.8 20.14 (>15-25)% 1612.97 7.25 (>25-40)% 5331.47 23.98 >40% 3756.1 16.89 Jumlah 22234.37 100.0 5 Kategori Faktor C Kategori Faktor C berisi tentang informasi pengelolaan tanaman. Pada kategori ini terdiri atas layer penggunaan lahan, elevasi dan nilai faktor pengelolaan tanaman. Ketiga layer tersebut menggunakan legenda berupa simbol kotak dengan warna yang berbeda. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa DAS Cidanau didominasi oleh nilai C sebesar 0.2 dengan luas 7574.93 ha. Nilai (C=0.2) menunjukkan penggunaan lahan berupa tanaman tahunan dengan kerapatan sedang. Sebaliknya luas dari nilai C paling rendah adalah sebesar 1286.31 ha dengan nilai sebesar 0.1. Ini menggambarkan bahwa daerah tersebut berupa tanaman tahunan dengan kerapatan tinggi. 6 Kategori Faktor P Kategori Faktor P berisi tentang informasi tindakan konservasi. Pada kategori ini terdiri atas layer penggunaan lahan, elevasi dan nilai faktor tindakan konservasi. Ketiga layer tersebut menggunakan legenda berupa simbol kotak dengan warna yang berbeda. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa DAS Cidanau didominasi oleh nilai tindakan konservasi sebesar 0.5 dengan luas 7574.93 ha. Nilai (P=0.5) menunjukkan penggunaan lahan berupa tanaman tahunan dengan kerapatan sedang. Nilai P sebesar 0.1 menduduki luas penggunaan lahan paling rendah berupa tanaman tahunan dengan kerapatan tinggi sebesar 1286.31 ha. Ini menggambarkan bahwa daerah tersebut berupa tanaman tahunan dengan kerapatan tinggi. 7 Kategori Erosi Kategori ini terdiri atas layer erosi DAS Cidanau 2006 dan layer luas erosi. Pada Layer tersebut berisi informasi tentang erosi yang terjadi di DAS Cidanau dari informasi erosi sangat ringan hingga erosi sangat berat. Untuk erosi sangat ringan legenda yang digunakan adalah simbol dengan kotak berwana biru muda sedangkan untuk erosi sangat berat digunakan legenda dengan simbol kotak berwana biru tua. ternyata DAS Cidanau didominasi oleh kelas erosi sangat ringan dengan luas 9729.22 ha. Pengujian Sistem Secara fungsional, sistem dapat digunakan pada browser Internet Explorer, Mozilla Firefox dan Opera. Administrator dan pengguna biasa dapat menggunakan sistem ini sesuai dengan hak akses dan tanggung jawab yang telah ditentukan. Sesuai dengan pembagian kategori pengguna, administrator mempunyai hak akses dan tanggung jawab melakukan manajemen basis data. Hanya saja manajemen data spasial tidak dapat dilakukan secara langsung dalam sistem ini dikarenakan batasan sistem, tetapi menggunakan perangkat lunak ArcView untuk melakukan manipulasi data spasial. Pengujian terhadap sistem dilakukan menggunakan metode black-box. Aspek-aspek yang diuji dalam sistem ini adalah fungsifungsi, antarmuka sistem, struktur basis data pada sistem. Pengujian dilakukan dengan cara memberi masukan tertentu untuk diperiksa apakah keluaran yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan. Daftar menu yang diuji dan kasus uji dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Pengujian Black-Box Kasus uji Menu Utama Sistem Menu Login Menu Administrator Menu Antarmuka Peta Menu yang diuji Informasi tentang situs Pencarian tentang erosi dan faktor erosi Informasi tentang faktor erosi Menu hubungi kami Login administrator Ubah Password Konfigurasi informasi spasial Zoom slider Undo Redo Perbesar peta Perkecil peta Geser peta Identifikasi layer Select Auto identity Pengukuran jarak Tambah objek baru Refresh Hasil pengujian sistem dengan metode black-box dapat dilihat pada Lampiran 23.