TATA PERMAINAN BAHASA WITTGENSTEIN DALAM PROSES PENTERJEMAHAN 1. Indraningsih (Universitas Negeri Yogyakarta)

dokumen-dokumen yang mirip
RAGAM BAHASA DALAM BAHASA INDONESIA

03Teknik RAGAM BAHASA DALAM BAHASA INDONESIA. Ragam Lisan dan Tulisan Bahasa Indonesia Baku Ragam Lisan dan Tulisan Bahasa Indonesia Tidak Baku

Modul ke: BAHASA INDONESIA. Ragam Bahasa. Sudrajat, S.Pd. M.Pd. Fakultas FEB. Program Studi Manajemen.

MAKALAH RAGAM BAHASA INDONESIA

INTERFERENSI BAHASA JAWA DALAM KARANGAN NARASI BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI

BAB II RAGAM DAN LARAS BAHASA

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang dalam kehidupannya. membutuhkan sistem komunikasi. Adapun sistem komunikasi dimaknai sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat pertukaran informasi. Namun, kadang-kadang

BAB I PENDAHULUAN MAKALAH BAHASA INDONESIA RAGAM ILMIAH Latar Belakang Masalah

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Akibatnya, banyak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa yang berkembang di masyarakat sangat beragam. Ragam

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 22,

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

Bahasa Indonesia. Ragam Bahasa. Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen

BAB 1 PENDAHULUAN. haruslah digunakan ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi. Tetapi

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa

BAHASA INDONESIA UMB. Ragam Bahasa. Dra. Hj. Winarmi. M.Pd. Modul ke: Fakultas Ekonomi. Program Studi Manajemen.

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN BAHASA INGGRIS

I. PENDAHULUAN. hubungan antarbahasa sehingga timbul penyerapan bahasa-bahasa asing ke dalam

BAHASA INDONESIA KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA. Drs. SUMARDI, M. Pd. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS

Penting Tidaknya Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam pembelajaran bahasa Indonesia, keterampilan menulis merupakan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk

LARAS dan RAGAM BAHASA

PENINGKATAN MUTU PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASING (BIPA) YANG PROFESIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan-kebijakan tersebut. Di awal kemerdekaan republik ini, dunia pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. ustaz Maulana pada acara Islam Itu Indah. Satu episode pada tanggal 5

Bahasa Indonesia UMB. Pilihan Kata (Diksi) Kundari, S.Pd, M.Pd. Komunikasi. Komunikasi. Modul ke: Fakultas Ilmu. Program Studi Sistem

1. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SD/MI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi sekaligus menjadi alat pemersatu bangsa. Sebagai

PELATIHAN PENULISAN KARYA ILMIAH UNTUK GURU SMP SE-KOTAMADYA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan sehari-hari tidak pernah lepas dengan bahasa, ketika

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan sehari-hari. Tidak terlalu berlebihan jika dikatakan sejak bangun tidur

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

OBJEK LINGUISTIK = BAHASA

BAB I PENDAHULUAN. tata kalimat, dan tata makna. Ciri-ciri merupakan hakikat bahasa, antara lain:

JURNAL LOGIKA, Vol XVIII, No 3, Desember 2016 p-issn: e-issn:

BAB 1 PENDAHULUAN. kenali adalah surat perjanjian, sertifikat, buku ilmu pengetahuan bidang hukum

Jumlah Penutur RAGAM BAHASA INDONESIA UNIVERSITAS WINAYA MUKTI RAGAM BAHASA INDONESIA 03/03/2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelajaran 2011/2012. Bab 1 ini mencakup latar belakang masalah penelitian,

PENGGUNAAN VARIASI BAHASA REMAJA DALAM RUBRIK MISS GAUL PADA MAJALAH GADIS

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat utama yang digunakan manusia untuk

ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

Masmimar Mangiang, Dasar-dasar Penulisan materi kuliah Departemen Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan manusia dalam hidupnya sangatlah beragam. Baik itu

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan menyampaikan maksud kepada lawan bicaranya. Bahasa terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang

PROSIDING SEMNAS KBSP V

BAB I PENDAHULUAN. berkembang semenjak bayi, kemampuan berbicara erat kaitannya dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. diuraikan, diperlukan sejumlah teori yang menjadi kerangka landasan di dalam

BAB III METODE PENELITIAN Metode Penelitian Metode penelitian merupakan cara yang dilakukan seorang peneliti untuk

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan baik antarsesama. (Keraf, 1971:1), bahasa merupakan alat

KARAKTERISTIK PENULISAN ARTIKEL ILMIAH Luluk Sri Agus Prasetyoningsih

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam

BAB I PENDAHULUAN. lain. Penggunaan suatu kode tergantung pada partisipan, situasi, topik, dan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. kenegaraan, bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan, dan alat

KEBERADAAN BAHASA DAN DINAMIKA KEHIDUPAN MASYARAKAT (LANGUAGE EXISTENCE AND SOCIAL LIFE DYNAMIC)

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan unsur terpenting dalam kehidupan manusia. Hal ini

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang wujudnya berupa aneka simbol, isyarat, kode, dan bunyi (Finoza, 2008:2). Hal

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan bahasa, terdapat aturan-aturan pemakaian bahasa yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer,

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB 3 OBJEK LINGUISTIK : BAHASA. Linguistik adalah ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya.

SILABUS. Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan

KEDUDUKAN BAHASA INGGRIS SEBAGAI BAHASA PENGANTAR DALAM DUNIA PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi sehari-hari, tetapi juga digunakan untuk pembuatan lagu-lagu yang

BAB I PENDAHULUAN. bersifat produktif dan dinamis. Selain itu perkembangan bahasa juga dipengaruhi

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hidup bermasyarakat merupakan salah satu sifat manusia. Manusia tidak

BAB I PERKEMBANGAN DAN PEMEROLEHAN BAHASA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANALISIS PENYIMPANGAN MAKSIM KERJASAMA DAN AKSIM KESOPANAN DALAM WACANA KARTUN PADA URAT KABAR KOMPAS (TINJAUAN PRAGMATIK)

FILSAFAT BAHASA DAN BAHASA MENURUT LUDWIG WITTGENSTEIN

BAB I PENDAHULUAN. kanji di Jepang. Manga pertama diketahui dibuat oleh Suzuki Kankei tahun 1771

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi menggunakan simbol-simbol vokal

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI

SILABUS BAHASA INDONESIA KELAS VI SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA & KOMPUTER JAKARTA STI&K SATUAN ACARA PERKULIAHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

TATA PERMAINAN BAHASA WITTGENSTEIN DALAM PROSES PENTERJEMAHAN 1 Indraningsih (Universitas Negeri Yogyakarta) Key words: tata permainan bahasa, proses penterjemahan, makna 1. Pendahuluan Makalah ini membicarakan problematika penterjemahan dan salah satu kiat untuk memperoleh hasil penterjemahan yang sedekat-dekatnya dengan teks bahasa sumbernya, wajar, memiliki makna dan gaya yang sesuai pula dengan apa yang ada pada teks sumber. Kiat tersebut adalah penggunaan tata permainan bahasa (language games) yang dikemukakan oleh Wittgenstein dan diterangkan pada bagian berikut ini. Makna sebuah kata itu adalah penggunaannya dalam bahasa dan bahwa makna bahasa itu adalah penggunaannya di dalam hidup. Demikian menurut konsep pemikiran Wittgenstein dalam karyanya yang berjudul Philosophical Investigations (Kaelan, 2009: 124-125). Karya ini lebih menekankan pada aspek pragmatik bahasa yang lebih meletakkan bahasa dalam fungsinya sebagai alat komunikasi dalam hidup manusia. Bahasa tidak hanya memiliki satu struktur logis saja melainkan segi penggunaannya dalam hidup manusia yang bersifat kompleks dan meliputi berbagai bidang kehidupan. Hal tersebut berkembang terus-menerus sehingga senantiasa muncul jenis-jenis bahasa yang baru. Sehubungan dengan kenyataan tersebut, Wittgenstein mengemukakan pula sebuah istilah yaitu language games (tata permainan bahasa), dalam arti bahwa menurut kenyataan penggunaannya, bahasa merupakan sebagian dari suatu kegiatan atau merupakan suatu bentuk kehidupan. Kita dapat melihat wujud permainan bahasa itu dalam kehidupan sehari-hari. misalnya: menguraikan keadaan suatu benda, mengarang suatu cerita, membuat lelucon, menterjemahkan bahasa dari bahasa yang satu ke bahasa yang lain. Setiap ragam 1 Makalah ini disampaikan pada Seminar Internasional Systemic Functional Linguistics (SFL) and Its Contributions to Translation Studies, 9 September 2009 di Sahid Kusuma Prince Hotel Solo.

permainan bahasa mengandung aturan permainan bahasa yang mencerminkan ciri atau corak khas dari permainan bahasa yang bersangkutan. Keanekaragaman dalam hidup manusia memerlukan bahasa yang digunakan dalam konteks-konteks tertentu. Oleh karena itu, setiap konteks kehidupan manusia menggunakan bahasa tertentu yang memiliki aturan-aturan main tertentu. Sebagaimana layaknya permainan maka terdapat seperangkat aturan yang harus dipatuhi yang merupakan pedoman dalam penyelenggaraan permainan tersebut. Hal ini dilukiskan oleh Wittgenstein melalui contoh sebuah permainan catur sebagai berikut. Suatu permainan hendaklah berpedoman pada suatu aturan, dalam suatu permainan catur manakala telah ditentukan bahwa :raja memegang peranan yang sangat penting, maka ketentuan itu merupakan bagian yang essensial dalam permainan tersebut. Apakah kita dapat melanggar aturan yang telah ditentukan di sini? Pelanggaran itu hanya menunjukkan bahwa kita tidak mengetahui petunjuk yang sebenarnya tentang aturan permainan itu. Barangkali kita tidak memahami aturan tersebut secara petunjuk yang menggariskan agar kita berpikir tiga kali (berpikir tiga langkah ke depan) sebelum menggerakkan setiap buah catur. Jikalau kita menjumpai penerapan aturan ini di atas papan catur, maka kita tentu akan merasa kagum dan memahami maksud dan tujuan suatu aturan. Analog dengan yang dikemukakan oleh Wittgenstein itu menunjukkan, bahwa daalm berbagai macam permainan terdapat aturan-aturan main tersendiri yang harus ditaati dan harus merupakan pedoman dalam tata permainan. Dalam pengertian ini dimaksudkan oleh Wittgenstein selain permainan catur masih terdapat banyak permainan-permainan lainnya antara lain, bola volley, sepak bola, tennis, dan lain sebagainya yang masing-masing juga memiliki aturan-aturan main. Demikian pula di dalam language game, kekacauan akan timbul manakala kita menerapkan aturan permainan bahasa yang satu ke dalam bentuk permainan bahasa lainnya. Kekacauan tersebut sering dijumpai dalam proses penterjemahan karena penterjemah kurang menguasai tata permainan bahasa, baik yang terdapat di dalam bahasa sumber maupun bahasa sasaran, sehingga pemahaman tentang makna di dalam teks pun menjadi sulit untuk diwujudkan. Kehidupan manusia yang bersifat kompleks yang meliputi berbagai bidang dan memiliki sifat dinamis dengan sendirinya memiliki berbagai macam aturan dan hal tersebut terlukiskan melalui bahasa. Dalam pengertian

inilah maka bahasa akan memiliki makna manakala mampu mencerminkan aturan-aturan yang terdapat dalam setiap konteks kehidupan manusia yang beranekaragam dan tidak terbatas. Dengan memperhatikan konsep di atas, maka dapat dimengerti bahwa penterjemahan sama sekali bukan hal yang sederhana. Menurut Widyamartana (1991: 11), penterjemahan adalah memindahkan suatu amanat dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dengan pertama-tama mengungkapkan maknanya dan kedua mengungkap gaya bahasa. Pentingnya pemahaman makna haruslah diperhatikan dalam proses dan hasil penterjemahan. Untuk mengungkap makna pada bahasa sumber dan memindahkannya ke dalam bahasa sasaran, penterjemah sebaiknya mengingat prinsip tata permainan bahasa Wittgenstein yang telah disebutkan terdahulu sehingga terjemahan pada bahasa sasaran terasa wajar dan mengungkapkan segenap arti dari karangan aslinya tanpa mengorbankan tuntutan akan ungkapan yang baik dan idiomatik. 2. Pembahasan Setiap bentuk permainan bahasa memiliki aturan permainan sendiri-sendiri yang tidak dapat dicampuradukkan satu sama lain. Tata aturan (ragam) ilmiah misalnya, memiliki aturan permainan sendiri dalam arti ketentuan-ketentuan yang harus dipatuhi oleh masyarakat ilmiah. Penggunaan bahasa dalam konteks ilmiah tidak dapat dicampuradukkan dengan penggunaan bahasa dalam ragam santai, sebab ragam santai memiliki aturan tersendiri. Demikian juga sebaliknya. Oleh karena itu, mustahil bilamana kita menentukan suatu aturan permainan bahasa yang bersifat umum yang berlaku dalam berbagai macam konteks kehidupan manusia. Makna sebuah kata adalah tergantung pada penggunaannya dalam suatu kalimat, adapun makna kalimat adalah tergantung penggunaannya dalam bahasa, sedangkan makna bahasa adalah tergantung penggunaannya dalam hidup. (Wittgenstein, dalam Kaelan, 2009: 127). Dalam ilmu bahasa, memang kita memiliki makna leksikal akan tetapi tidak memiliki makna informasi yang hanya terbatas sebagai suatu simbol saja, sehingga sebenarnya terdapat kata yang maknanya tidak menunjukkan suatu realitas kehidupan, misalnya kata: kemudian, atau, bilamana, dan lain-lain. Sehingga

penterjemahan dari kata-kata tersebut menyesuaikan dengan segi pragmatiknya dan konteks kalimatnya. Perhatian pertama pada proses penerjemahan yang mengacu pada permainan bahasa Wittgenstein ini adalah pada ragam bahasa. Dalam hal ini, kita jumpai dua jenis ragam bahasa, yaitu ragam bahasa formal dan ragam bahasa tidak formal..bahasa formal ialah bahasa yang digunakan dalam situasi resmi, seperti urusan surat-menyurat, semasa mengajar atau bertutur dengan orang yang kita tidak kenal dekat atau lebih tinggi status dan pangkatnya. Bahasa formal menggunakan pilihan kata yang sesuai dengan budaya sepenuhnya. Ia digunakan dengan benar dan teratur. Bahasa formal merujuk kepada penggunaan bahasa yang lebih teratur, lengkap dan memerlukan segala strategi pertuturan untuk memberi gambaran yang beradat dan hormat dalam konteks formal. Bahasa formal lebih mementingkan penggunaan bahasa yang sesuai dengan konteks penggunaan bahasa itu dan tersusun rapi. Bahasa tidak formal merupakan bahasa yang digunakan dalam situasi tidak resmi seperti dalam percakapan sehari-hari, khususnya dengan orang yang kita kenal akrab. Bahasa tidak formal dapat dilihat melalui cirinya yang tampak jelas, yaitu percampuran kode. Kode dalam bahasa ialah unsur-unsur bahasa yang digunakan dalam komunikasi, yang seringkali berasal dari bahasa lain. Percampuran kode merupakan salah satu ciri yang paling menonjol dalam bahasa tidak formal. Sehubungan dengan pengertian di atas, secara struktur ungkapan kalimat atau kata dapat saja memiliki kemiripan namun dalam penerapan dan penggunaan yang berbeda, akan memiliki konsekuensi makna yang berbeda pula dan sangat tergantung kepada konteks kehidupan yang berkaitan dengan ragam bahasa tertentu. Oleh karena itu, meskipun mengandung suatu kemiripan yang bersifat umum namun maknanya sangat bergantung pada cara penggunaannya dan konsekuensinya juga sangat tergantung pada game atau aturan main dalam konteks penggunaan tersebut dalam kehidupan manusia. Seperti contohnya adalah aku, saya, kamu Anda dalam bahasa Indonesia dan tu dan vous dalam bahasa Perancis yang memperlihatkan permainan bahasa dan memiliki aturan yang sangat jelas pada penggunaannya dalam konteks komunikasi. Baik S il vous plait dan s il te plait dapat diterjemahkan dengan please dalam bahasa Inggris, namun pada aturan permainan bahasa Perancis S il vous plait digunakan untuk

memohon kepada orang yang dihormati dan s il te plait digunakan untuk orang yang sudah akrab dengan si penutur. Sehingga di dalam kasus tersebut tampak sekali unggahungguh yang harus diketahui pada saat kita akan menterjemahkan kata please ke dalam bahasa Perancis. Ragam bahasa dapat juga dibedakan menjadi ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis. Ragam lisan adalah bahasa yang diujarkan oleh pemakai bahasa. Ragam lisan yang standar dapat kita jumpai pada pidato, perkuliahan, dan ceramah. Ragam lisan yang nonstandard dapat kita temukan pada percakapan antarteman, antara penjual dan pembeli di pasar, dan lain sebagainya. Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang ditulis atau yang tercetak. Ragam bahasa tulis pun dapat dibedakan antara ragam bahasa tulis standar seperti yang terdapat pada buku pelajaran, buku teks, dan surat kabar, dan ragam bahasa nonstandar dalam majalah remaja, iklan, dan poster. Setiap ragam permainan bahasa mengandung aturan permainan bahasa yang mencerminkan corak khas dari permainan bahasa yang bersangkutan. Oleh karena itu, perhatian kita dalam masalah ini diarahkan untuk membandingkan keanekaragaman alatalat dalam bahasa (dalam masalah ini adalah unsure-unsur bahasa) dan cara penggunaannya. Problematika penerjemahan pada ragam-ragam bahasa di atas dapat ditemui, misalnya saat kita harus menerjemahkan buku teks dari sebuah disiplin ilmu tertentu. Seperti diketahui, masing-masing disiplin ilmu memiliki terminologi yang membedakan makna peristilahan. Untuk mengatasi problem tersebut, kini dikenal adanya intervensi pemerintah dan negara dalam bidang peristilahan (Rey,1992:103). Intervensi ini memiliki kerangka ganda: di satu sisi, politik bahasa dari suatu negara, dari suatu federasi, atau dari suatu himpunan negara yang dihubungkan oleh bahasa dan budaya; di sisi lain, pembakuan antarbahasa dalam lembaga nasional atau internasional, yang berkaitan erat dengan kegiatan penerjemahan. Hukum mengatur bahasa dan politik bahasa dan budaya, mulai dari kecenderungan untuk memaksakan suatu bahasa di dalam pembakuan intern, dari intervensi merata atas satu aspek dari bahasa itu sampai ke intervensi parsial. Pada umumnya, pada tataran kosa kata, yang terjadi adalah intervensi atas butir tertentu atau intervensi terbatas, di dalam bidang kehidupan sehari-hari yang luas, dan intervensi

parsial, di dalam bidang-bidang tertentu. Di dalam praktik, norma bahasa Perancis adalah salah satu contoh dalam penerapan kaidah yang mengatur bahasa, yang terbatas pada intervensi yang sangat lokal. Norma itu membatasi diri dengan hanya memaksakan penggunaan bahasa Perancis di dalam perdagangan dan pemberian merk dagang di Perancis. Walaupun dibatasi dengan ketat, norma bahasa Perancis mengharuskan pula tindakan pembakuan di dalam peristilahan yang berkaitan dengan penggunaan bahasa di dalam ragam administratif, yuridis, perdagangan, istilah ilmiah dan teknik. Yang jauh lebih ambisius adalah perundang-undangan di beberapa negara yang menghadapi masalah bahasa yang harus segera ditanggulangi. Sebagai contoh dari hubungan bahasa Inggris dengan bahasa Perancis, dapat disebutkan Kanada dengan Bureau des Langues (Biro Bahasa)- nya yang besar dan aktif, yang ditugasi untuk menerapkan kebijakan federal tentang kedwibahasaan. Di Quebec, suatu kebijakan Perancisasi yang sistematis telah mendorong suatu pembakuan yang sifatnya lentur yang sering juga disebut penataan bahasa. Untuk menerapkan kebijakan tersebut, sebuah Office de la Langue Française berusaha untuk memperkaya, menyebarluaskan dan membakukan kosakata Perancis yang sangat diperlukan di dalam penyempurnaan bahasa itu, yang dianggap sebagai homogenisasi dan sebagai upaya mendekatkannya dengan norma Perancis yang bersifat internasional, yang sebenarnya sangat sulit untuk dirumuskan. Terminologi menjadi kebutuhan dasar di dalam tindakan tersebut. Contoh tersebut menunjukkan bahwa aspek sosiolinguistik, metodologis, dan ikutannya dalam pendidikan sangat mencolok di Negara di Amerika Utara yang berbahasa Perancis itu. Perancis sendiri memiliki, dengan adanya Haut Comité de la Langue Française, suatu badan yang ditugasi untuk menginformasikan berbagai dinas di kantor Perdana Menteri segala masalah bahasa untuk menyusun dan mengusulkan suatu politik bahasa dan untuk mengkoordinasikan berbagai tindakan yang menyangkut bahasa Perancis di dunia. Setiap badan, sesuai dengan kemampuannya, mengadakan kegiatan yang mendeskripsikan istilah, mendorong penyusunan, dan penyebarluasaan informasi peristilahan dalam bahasa Perancis di segala kalangan yang sangat membutuhkannya (contohnya peristilahan pertanian tropis, yang disebarluaskan di Afrika, mencerminkan ciri pragmatis dari program semacam itu, yang langsung dikaitkan dengan masalah ekonomi).

Contoh nyata dari pragmatisme tersebut adalah peristilahan di bidang teknik yang disusun secara sangat berbeda. Sebagai sistem pekerjaan, instrument, dan aktivitas yang cenderung kepada perubahan lingkungan yang terencana, setiap teknik membentuk sebuah bidang pragmatis. Setiap bidang dibentuk sedemikian rupa dengan berbagai tujuan praktis dan tipe kegiatan, dalam kebergantungan pada pengetahuan yang sangat beragam sesuai dengan kebutuhan. Berbagai istilah dalam bahasa Perancis dapat dicermati berikut ini. Infrastructure forestière : infrastruktur hutan Réseau routièr forestier : jaringan jalan hutan Camps forestiers : pangkalan hutan Installations de flottage de bois : instalasi penghanyutan kayu Récolte du bois : panen kayu Abbatage des arbres : penebangan pohon Abbatage manuel : penebangan manual Abbatage mécanique : penebangan mekanis Façonnage des arbres : pengerjaan pohon Débardage des arbres : pengangkutan pohon Apabila kita cermati kasus penerjemahan di atas, terdapat istilah yang sangat khas di bidang kehutanan. Kata manuel dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia manual, demikian pula mécanique menjadi mekanik dan infrastructure menjadi infrasturuktur karena penerjemahan ketiga istilah tersebut benar-benar menerapkan aturan language game yang berlaku pada bidang teknik. Sehingga terlihat ada pembakuan istilah meskipun dengan ejaan yang berbeda sesuai kaidah masing-masing bahasa, dalam hal ini bahasa Perancis dan Indonesia. Selanjutnya, sehubungan dengan percampuran kode, berbagai pertukaran antarbangsa yang menyangkut ilmu dan teknik, pertukaran istilah dan dokumentasi sangat diperlukan. Bilamana menyangkut suatu bahasa yang luas penggunaannya, pembakuan kosakata dapat dilaksanakan dengan mengacu pada kesepakatan antarbangsa. Suatu terminologi yang efektif harus diterima oleh semua kelompok masyarakat yang

menggunakan bahasa yang sama. Koordinasi itu bahkan dapat meluas dan mencakupi juga peristilahan dalam bahasa-bahasa yang mirip dan negara-negara yang bersahabat. Di tataran dunia, sebuah Pusat Informasi bidang Peristilahan (INFOTERM) yang bekerja di Australia mengkoordinasikan berbagai kegiatan peristilahan di seluruh dunia dan kegiatan klasifikasi. Adanya kecenderungan untuk mencari pengertian yang bersifat umum dengan merangkum pelbagai gejala yang diperkirakan mencerminkan sifat keumumannya itu disebut oleh Wittgenstein sebagai Craving for Generality. Hal inilah yang oleh Wittgenstein dicoba untuk dinetralisir dengan konsepnya yang meletakkan pluralitas bahasa dalam aspek pragmatisnya. Baginya sebenarnya sangat menarik untuk membandingkan kemajemukan dari alat-alat dalam bahasa dan berbagai cara yang dipergunakannya. 3. Penutup Mengenai language game, yang harus senantiasa kita perhatikan selama menterjemahkan, Wittgenstein mengatakan bahwa kita harus melihat, membaca, dan memahami suatu bahasa dalam konteksnya masing-masing. Di sini ada aturan atau norma dalam menggunakan bahasa di pelbagai bidang kehidupan. Menurutnya, makna bahasa bukan terdapat dalam bahasa atau penutur bahasa melainkan terdapat dalam kehidupan manusia itu sendiri. Oleh karena itu, untuk mengkaji makna bahasa harus dilakukan pengamatan terhadap kehidupan manusia dalam hubungan aturan penggunaan bahasa tersebut. Setiap konteks penggunaan bahasa memiliki aturan masing-masing. Dalam turan beserta penggunaannya dalam kehidupan manusia itulah akan ditemukan makna bahasa yang dikaji pada kehidupan manusia dan merupakan nilai yang digunakan secara pragmatis dalam kehidupan manusia pula. Wittgenstein telah menunjukkan kepada kita bahwa bahasa tidaklah dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Kita tidak dapat memahami dan menggambarkan bagaimana realita kehidupan di dunia ini tanpa bahasa. Manusia tidak mkeluar dari sistem bahasa untuk melihat dunia secara objektif. Makna dari pikiran dan ekspresi kita tidak dapat lepas dari bahasa. Kita harus melihat bagaimana makna suatu ekspresi di dalam language game. Hal tersebutlah yang harus kita perhatikan dalam penterjemahan.

Sumber Bacaan: Kaelan. Filsafat Bahasa, Semiotika dan Hermeneutika. 2009. Yogyakarta: Paradigma. Rey, Alain. Terminologie: noms et notions. Diterjemahkan Rahayu S. Hidayat. 1992. Paris; Presses Universitaires de France.. Disusun oleh: Indraningsih Jurusan Pendidikan Bahasa Perancis Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta S1 : Jurusan Sastra Perancis Fakultas Sastra UGM

S2 S3 : Jurusan Ilmu-ilmu Humaniora UGM : Sedang ditempuh di Jurusan Filsafat UGM Makalah ini disusun oleh Dra. Indraningsih, M.Hum. Jurusan Pendidikan Bahasa Perancis Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Phone: 0274 564431, 081328869171 Alamat rumah; Jl. Flamboyan CT X/16 Karangasem Depok Sleman Yogyakarta 55281