BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
OTC (OVER THE COUNTER DRUGS)

LEBIH DEKAT DENGAN OBAT

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT SOSIALISASI MENGENAL OBAT AGAR TAK SALAH OBAT PADA IBU-IBU PENGAJIAN AISYIYAH PATUKAN AMBARKETAWANG GAMPING

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II A. TINJAUAN PUSTAKA. obat atau farmakoterapi. Tidak kalah penting, obat harus selalu digunakan secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perpustakaan Unika LAMPIRAN- LAMPIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENYIMPANAN OBAT Tujuan penyimpanan Agar obat tidak menguap Agar khasiat obat tidak berubah Agar obat tetap dalam keadaan baik dan bersih Agar obat ti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2. Bentuk setengah Padat contohnya salep,krim,pasta,cerata,gel,salep mata. 3. Bentuk cair/larutan contohnya potio,sirop,eliksir,obat tetes,dan lotio.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bab 11 Bagaimana menjelaskan kepada dokter saat berobat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat pelayanan kesehatan (DepKes RI, 2002). paling tepat dan murah (Triyanto & Sanusi, 2003).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,

ANALISIS IKLAN OBAT BEBAS DAN OBAT BEBAS TERBATAS PADA ENAM MEDIA CETAK YANG BEREDAR DI KOTA SURAKARTA PERIODE BULAN FEBRUARI-APRIL 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. racun yang jika tidak digunakan sebagaimana mestinya dapat membahayakan

Gerakan Nasional Peduli Obat dan Pangan Aman (GNPOPA) Edukasi terkait OBAT pada Remaja dan Dewasa

Penyimpanan Obat. Standar penyimpanan obat yang sering di gunakan adalah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penggolongan sederhana dapat diketahui dari definisi yang lengkap di atas yaitu obat untuk manusia dan obat untuk hewan. Selain itu ada beberapa

Resep. Penggunaan obat berlabel dan tidak berlabel Aspek legal. Pengertian Unsur resep Macam-macam resep obat

Kebijakan Obat Nasional, Daftar Obat Esensial Nasional, Perundangan Obat. Tri Widyawati_Wakidi

Efek Samping Obat. Indah Solihah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGGOLONGAN OBAT. Hidayah Sunar Perdanastuti Program Studi Farmasi Universitas Brawijaya

BAB I PENDAHULUAN. menghilangkan suatu penyakit. Obat dapat berguna untuk menyembuhkan jenis-jenis

PENGELOLAAN OBAT DAN PENYULUHAN OBAT KEPADA MASYARAKAT. Lecture EMI KUSUMAWATI., S.FARM., APT

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Demografi Responden. Distribusi responden berdasarkan umur seperti pada tabel 3.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan suatu indikator yang menggambarkan tingkat

HUBUNGAN DOKTER-APOTEKER APOTEKER-PASIENPASIEN SERTA UU KEFARMASIAN TENTANG OBAT

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tujuan Instruksional:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Dasar Pemberian Obat. Basyariah Lubis, SST, MKes

Tujuan Instruksional:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KATA PENGANTAR. Akhirnya kami berharap materi ini dapat bermanfaat bagi para Kader kesehatan dan masyarakat untuk pengobatan sendiri.

Dept.Farmakologi dan Terapeutik, Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau mempengaruhi mudah tidaknya seseorang menerima suatu pengetahuan. Sedangkan

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK

AGAR OBAT MEMBERIKAN MANFAAT DAN KEAMANAN BAGI ANDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

INGATLAH... DA GU SI BU. Kami Para Apoteker siap membantu masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsep pelayanan dalam kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 1992 TENTANG OBAT HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DESAIN SEDIAAN FARMASI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pekerjaan. Dari hasil penelitian yang dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut :

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Permenkes, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang. benda asing eksternal seperti debu dan benda asing internal seperti dahak.

LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN INFORMASI DAN KISI-KISI

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN OBAT DI APOTEK KELURAHAN WONOKARTO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI

Obat. Written by bhumi Thursday, 15 March :26 -

DEFENISI. Merupakan suatu gejala yang menunjukkan adanya gangguangangguan. peradangan, infeksi dan kejang otot.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN ASPEK FARMASETIK PADA RESEP RACIKAN DI TIGA APOTEK KOTA SURAKARTA PERIODE JANUARI-JUNI 2008 SKRIPSI

CERDAS MENGENALI PENYAKIT DAN OBAT

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN BREBES TAHUN 2008 SKRIPSI

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN DAN KEHUTANAN NOMOR: 453/Kpts/TN.260/9/2000 TENTANG OBAT ALAMI UNTUK HEWAN MENTERI PERTANIAN DAN KEHUTANAN,

KATA PENGANTAR. Ilham Niawan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengetahuan obat secara baik bagi siswa sekolah tingkat dasar, merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Pokok Bahasan. Sejarah Perkembangan Obat. Definisi. Fungsi Obat. Penggolongan Obat. Aturan Pemakaian Obat. Cara Penyimpanan Obat. Cara Pemusnahan Obat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Swamedikasi atau self medication adalah penggunaan obat-obatan tanpa

Menerapkan pembuatan sediaan obat sesuai resep dokter di bawah pengawasan Apoteker HILMA HENDRAYANTI, S.Si., Apt.

TUGAS DRUGS MANAGEMENT MAKALAH MEMAHAMI KUALITAS OBAT DAN DRUG ASSURANCE PENGELOLAAN OBAT DI PUSKESMAS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini mengambil lokasi Desa Pojok Kidul Kecamatan Nguter

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Apotek menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 tentang Standar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Swamedikasi atau pengobatan sendiri merupakan kegiatan pemilihan dan

Suspensi. ALUMiNII HYDROXYDUM COLLOIDALE. Aluminium Hidroksida Koloidal. Alukol

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK

AKTIVITAS ANALGETIKA INFUSA DAUN ALPUKAT (Persea americana) PADA MENCIT. TITA NOFIANTI Program Studi S1 Farmasi STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di apotek Mega Farma Kota Gorontalo pada tanggal

DINAS KESEHATAN KABUPATEN TELUK WONDAMA

DRA. HELNI, APT, M.KES

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

POLA PEMILIHAN OBAT SAKIT MAAG PADA KONSUMEN YANG DATANG DI APOTEK DI KECAMATAN DELANGGU SKRIPSI

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Pengetahuan dan Pendidikan 2.1.1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari kata tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek, baik melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba (Notoatmodjo, 2003). 2.1.2. Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu : 1. Tahu Tahu adalah suatu keadaan dimana seseorang dapat mengingat sesuatu yang telah dipelajari sebelumnya. Tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. 2. Paham Paham diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang mampu menjelaskan dengan benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 3. Aplikasi Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. 4. Analisis Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu objek ke dalam komponen-komponen yang masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain, misalnya mengelompokkan dan membedakan. 5. Sintesis Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. 6. Evaluasi

Evaluasi adalah suatu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. 2.1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003) dalam Widianti (2007), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : 1. Pengalaman Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain. Pengalaman yang diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang. 2. Tingkat pendidikan Secara umum, orang yang berpendidikan lebih tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih luas daripada orang yang berpendidikan lebih rendah. 3. Keyakinan Biasanya keyakinan diperoleh secara turun-temurun, baik keyakinan yang positif maupun keyakinan yang negatif, tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. 4. Fasilitas Fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah majalah, radio, koran, televisi, buku, dan lain-lain. 5. Penghasilan Penghasilan tidak berpengaruh secara langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun, jika seseorang berpenghasilan cukup besar, maka dia mampu menyediakan fasilitas yang lebih baik. 6. Sosial budaya Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu. 2.1.4. Pengukuran Pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan seperangkat alat tes/kuesioner tentang objek pengetahuan yang mau diukur, selanjutnya dilakukan penilaian dimana setiap jawaban benar dari masing-masing pertanyaan diberi nilai satu dan jika salah diberi nilai nol. Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan

jumlah skor jawaban dengan skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian dikalikan 100% dan hasilnya berupa presentase dengan rumus yang digunakan sebagai berikut : N= (Sp/Sm) x 100% Keterangan: N = Nilai pengetahuan Sp = Skor yang didapat Sm = Skor tertinggi maksimum (Notoatmodjo, 2003) 2.2. Informasi Umum Obat 2.2.1. Defenisi Obat Obat didefinisikan sebagai senyawa yang digunakan untuk mencegah, mengobati, mendiagnosis penyakit/gangguan, atau menimbulkan suatu kondisi tertentu, misalnya membuat seseorang infertil, atau melumpuhkan otot rangka selama pembedahan (Gunawan, 2007). Selanjutnya menurut Tan Hoan Tjay dan Kirana Rahardja obat merupakan semua zat baik kimiawi, hewani, maupun nabati yang dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan, atau mencegah penyakit berikut gejalanya. Meskipun obat dapat menyembuhkan tetapi banyak kejadian bahwa seseorang telah menderita akibat keracunan obat. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa obat dapat bersifat sebagai obat dan juga dapat bersifat sebagai racun. Obat itu akan bersifat sebagai obat apabila tepat digunakan dalam pengobatan suatu penyakit dengan dosis dan waktu yang tepat. Jadi bila digunakan salah dalam pengobatan atau dengan kelebihan dosis akan menimbulkan keracunan. Bila dosisnya lebih kecil kita tidak memperoleh penyembuhan. Obat bila digunakan tidak menurut aturan yang telah ditentukan oleh ahlinya (apoteker/dokter) justru akan dapat membunuhnya. Oleh karena itu dalam menggunakan obat perlu diketahui efek obat tersebut, penyakit apa yang diderita, berapa dosisnya serta kapan dan dimana obat itu digunakan. 2.2.2. Penggolongan Obat

Untuk memudahkan pengawasan, penggunaan dan pemantauan, obat digolongkan sebagai berikut : 1. Penggolongan Obat Berdasarkan Keamanan (Permenkes No. 725a/1989) a. Obat Bebas Simbol : Obat golongan ini termasuk obat yang paling relatif aman, dapat diperoleh tanpa resep dokter, selain di apotek juga dapat diperoleh di warung-warung. Obat Bebas dalam kemasannya ditandai dengan lingkaran berwarna hijau. Contohnya adalah Parasetamol, Vitamin-C, Asetosal (aspirin), Antasida Daftar Obat Esensial (DOEN), dan Obat Batuk Hitam (OBH). b. Obat Bebas Terbatas Simbol : Obat golongan ini juga relatif aman selama pemakaiannya mengikuti aturan pakai yang ada. Penandaan obat golongan ini adalah adanya lingkaran berwarna biru dan 6 peringatan khusus. Sebagaimana Obat Bebas, obat ini juga dapat diperoleh tanpa resep dokter di apotek, toko obat atau di warungwarung. Contohnya obat flu kombinasi (tablet), Klotrimaleat (CTM), dan Mebendazol. c. Obat Keras Simbol : Golongan ini pada masa penjajahan Belanda disebut golongan G (gevaarlijk) yang artinya berbahaya. Disebut obat keras karena jika pemakai tidak memperhatikan dosis, aturan pakai, dan peringatan yang diberikan, dapat menimbulkan efek berbahaya. Obat ini hanya dapat diperoleh dengan resep dokter di apotek. Dalam kemasannya ditandai dengan lingkaran merah dengan huruf K ditengahnya. Contoh obat ini adalah Amoksilin, Asam Mefenamat, semua obat dalam bentuk injeksi, dan semua obat baru. d. Psikotropika Psikotropika atau dulu lebih dikenal dengan nama obat keras tertentu, sebenarnya termasuk golongan obat keras, tetapi bedanya dapat mempengaruhi aktivitas psikis. Psikotropika dibagi menjadi : - Golongan I, sampai sekarang kegunaannya hanya ditujukan untuk ilmu pengetahuan, dilarang diproduksi, dan digunakan untuk pengobatan.

Contohnya : Metilen Dioksi Metamfetamin, Lisergid Acid Diathylamine (LSD), dan Metamfetamin. - Golongan II, III, dan IV dapat digunakan untuk pengobatan asalkan sudah didaftarkan. Namun, kenyataannya saat ini hanya sebagian dari golongan IV saja yang terdaftar dan digunakan, seperti Diazepam, Fenobarbital, Lorasepam, dan Klordiazepoksid. e. Narkotika Narkotika merupakan kelompok obat yang paling berbahaya karena dapat menimbulkan addiksi (ketergantungan) dan toleransi. Obat ini hanya dapat diperoleh dengan resep dokter. Karena berbahaya, dalam peredaran, produksi, dan pemakaiannya narkotika diawasi secara ketat. 2. Berdasarkan Cara Atau Jalur Pemakaian a. Obat Luar Obat Luar ialah obat yang pemakaiannya tidak melalui saluran pencernaan (mulut). Termasuk obat luar adalah salep, injeksi, lotion, tetes hidung, tetes telinga, dan krim. Obat golongan ini jika diserahkan oleh apotek kepada pasien selalu diberikan dengan etiket berwarna biru. b. Obat Dalam Ialah semua obat yang penggunaannya melalui mulut, masuk pada saluran pencernaan, bermuara pada lambung, dan usus halus. Contohnya obat-obat yang berbentuk tablet, kapsul, dan sirup. Jika diserahkan oleh apotek kepada pasien selalu diberikan dengan etiket berwarna putih. 3. Berdasarkan Sumber Atau Asalnya a. Tanaman Obat dapat bersumber dari akar, batang, daun, dan biji tanaman tertentu atau dari kandungan tanaman seperti alkaloid, glikosida, resin, karbohidrat atau protein. b. Hewan Dapat berupa hormon atau enzim, misalnya insulin. c. Mineral

Dapat berupa elemen-elemen organik atau bentuk garamnya, misalnya alumunium hidroksida, magnesium trisilat, natrium karbonat, dan garam inggris. d. Sintesis Kebanyakan obat yang digunakan sekarang bersumber dari semisintesis atau sintesis. 4. Berdasarkan Efek Yang Ditimbulkan, Misalnya : a. Antiinfeksi b. Antijamur c. Antihitamin d. Antihipertensi e. Vaksin f. Antikanker 5. Berdasarkan Bentuk Sediaan a. Padat, meliputi ekstrak, serbuk, pil, tablet, suppositoria, kapsul, dan ovula. b. Cair, meliputi sirup, larutan, suspensi, linimen, lotion, dan infus. c. Semi padat, meliputi salep, krim, gel, dan pasta. d. Gas, yaitu aerososl, oksigen, dan inhaler. 6. Berdasarkan Penamaan a. Obat Generik b. Obat dengan nama dagang, obat diberi nama sesuai keinginan dari produsennya, seperti panadol, ponstan, amoksan, dan adalat. c. Obat dengan nama kimia. Penamaan ini jarang digunakan dalam praktek sehari-hari karena sulit dihafalkan dan disebutkan, nama itu hanya untuk di buku-buku untuk menjamin tidak keliru dengan zat lain. Contoh penamaan obat seperti asetosal (generik), asam asetil salisilat (nama kimia), dan aspirin (nama dagang). 7. Penggolongan Obat Berdasarkan Keamanan Jika Diberikan Selama Kehamilan a. Kategori A

Obat-obat yang telah banyak digunakan oleh wanita hamil tanpa disertai kenaikan frekuensi malformasi janin atau pengaruh buruk lainnya. Misalnya Parasetamol, Penisilin, Eritromisin, Digoksin, Isoniazid, dan Asam Folat. b. Kategori B Obat-obat yang pengalaman pemakaiannya pada wanita hamil masih terbatas, tetapi tidak terbukti meningkatkan frekuensi malformasi atau pengaruh buruk lainnya pada janin. Kategori B dibagi lagi berdasarkan temuan-temuan pada studi toksikologi pada hewan, yaitu: - B1: Dari penelitian pada hewan tidak terbukti meningkatnya kejadian kerusakan janin. Contoh simetidin, dipiridamol, dan spektinomisin. - B2: Data dari penelitian pada hewan belum memadai, tetapi ada petunjuk tidak meningkatnya kejadian kerusakan janin. Contoh tikarsilin, amfoterisin, dopamin, asetilkistein, dan alkaloid belladonna. - B3: Penelitian pada hewan menunjukkan peningkatan kejadian kerusakan janin, tetapi belum tentu bermakna pada manusia. Misalnya karbamazepin, pirimetamin, griseofulvin, trimetoprim, dan mebendazol. c. Kategori C Obat-obat yang dapat memberi pengaruh buruk pada janin tanpa disertai malformasi anatomic semata-mata karena efek farmakologiknya. Efeknya bersifat reversibel. Contoh narkotik, fenotiazin, rifampisin, aspirin, AINS, dan diuretika. d. Kategori D Obat-obat yang terbukti menyebabkan meningkatnya kejadian malformasi janin pada manusia atau menyebabkan kerusakan janin yang bersifat ireversibel. Obat-obat dalam kategori ini juga mempunyai efek farmakologik yang merugikan terhadap janin. Misalnya: androgen, fenitoin, pirimidon, fenobarbiton, kinin, klonazepam, asam valproat, dan steroid anabolik. e. Kategori X Kategori obat yang telah terbukti mempunyai resiko tinggi terjadinya pegaruh buruk yang menetap (irreversibel) pada janin jika diminum pada masa kehamilan. Obat dalam kategori ini merupakan kontraindikasi mutlak selama kehamilan. Misalnya isotretionin dan dietilstilbestrol, talidomid.

8. Penggolongan Obat Berdasarkan Kelas Terapi Penggolongan berdasarkan kelas terapi umumnya digunakan dalam buku-buku seperti DOEN, formularium (daftar obat yang digunakan Rumah Sakit), dan panduan terapi. Contoh kelas terapi : a. Analgetik, antipiretik, antiinflamasi non steroid b. Anestetik c. Antialergi d. Antidotum dan obat lain untuk keracunan (Priyanto, 2008). Sebelum menggunakan obat, termasuk Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas harus diketahui sifat dan cara memakainya agar penggunaannya tepat dan aman. Informasi tersebut dapat diperoleh dari etiket atau brosur pada kemasan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas. 2.2.3. Informasi Kemasan, Etiket dan Brosur Pada setiap kemasan obat selalu dicantumkan: Nama obat Komposisi Indikasi Informasi cara kerja obat Aturan pakai Peringatan (khusus untuk obat bebas terbatas) Perhatian Nama produsen Nomor batch/lot Nomor registrasi Nomor registrasi dicantukan sebagai tanda izin edar abasah yang diberikan oleh pemerintah pada kemasan obat. Tanggal kadaluarsa 2.2.4. Cara Pemilihan Obat Untuk menetapkan jenis obat yang dibutuhkan perlu diperhatikan : a) Gejala atau keluhan penyakit.

b) Kondisi khusus misalnya hamil, menyusui, bayi, lanjut usia, diabetes mellitus dan lain-lain. c) Pengalaman alergi atau reaksi yang tidak diinginkan terhadap obat tertentu. d) Nama obat, zat berkhasiat, kegunaan, cara pemakaian, efek samping dan interaksi obat yang dapat dibaca pada etiket atau brosur obat. e) Pilihlah obat yang sesuai dengan gejala penyakit dan tidak ada interaksi obat dengan obat yang sedang diminum. f) Untuk pemilihan obat yang tepat dan informasi yang lengkap, tanyakan kepada apoteker di apotik. 2.2.5. Cara Penggunaan Obat a) Penggunaan obat tidak untuk pemakaian secara terus menerus. b) Gunakan obat sesuai dengan anjuran yang tertera pada etiket atau brosur. c) Bila obat yang digunakan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan, hentikan penggunaan dan tanyakan kepada apoteker di apotik dan dokter. d) Hindarkan menggunakan obat orang lain walaupun gejala penyakitnya sama. e) Untuk mendapatkan informasi penggunaan obat yang lebih lengkap, tanyakan kepada apoteker di apotik. Cara Pemakaian Obat Yang Tepat Obat digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan, pada saat yang tepat dan dalam jangka waktu terapi sesuai dengan anjuran. Minum obat sesuai waktunya Bila anda hamil atau menyusui tanyakan obat yang sesuai Gunakan obat sesuai dengan cara penggunaannya 2.2.6. Efek Samping Efek samping obat adalah setiap respons obat yang merugikan dan tidak diharapkan yang terjadi karena penggunaan obat dengan dosis atau takaran normal pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis, dan terapi. Yang perlu diketahui tentang efek samping adalah : Baca dengan seksama kemasan atau brosur obat, efek samping yang mungkin timbul.

Untuk mendapatkan informasi tentang efek samping yang lebih lengkap dan apa yang harus dilakukan bila yang mengalaminya, tanyakan pada apoteker. Efek samping yang mungkin timbul antara lain reaksi alergi gatal-gatal, ruam, mengantuk, mual dan lain-lain. Menggunakan obat pada kondisi tertentu seperti pada ibu hamil, menyusui, lanjut usia, gagal ginjal dan lain-lain dapat menimbulkan efek samping yang fatal, penggunaan obat harus di bawah pengawasan dokter-apoteker. 2.2.7. Cara Penyimpanan Obat 1. Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat. 2. Simpan obat pada suhu kamar dan terhindar dari sinar matahari langsung atau yang seperti tertera pada kemasan. 3. Simpan obat ditempat yang tidak panas atau tidak lembab karena dapat menimbulkan kerusakan. 4. Jangan menyimpan obat cair dalam lemari pendingin agar tidak beku, kecuali jika tertulis pada etiket obat. 5. Jangan menyimpan obat kadaluarsa atau rusak. 6. Jauhkan dari jangkauan anak-anak 2.2.8. Kadaluarsa dan Obat Rusak Tanggal kadaluarsa menunjukkan bahwa sampai dengan tanggal yang dimaksud, mutu dan kemurnian obat dijamin masih tetap memenuhi syarat. Tanggal kadaluarsa biasanya dinyatakan dalam bulan dan tahun. Tanggal kadaluarsa berlaku untuk obat dalam kemasan aslinya. Perubahan mutu obat dapat terlihat pada: 1. Tablet Terjadinya perubahan warna, bau atau rasa Kerusakan berupa noda, berbintik-bintik, lubang, sumbing, pecah,retak dan atau terdapat benda asing, jadi bubuk dan lembab Kaleng atau botol rusak 2. Kapsul Perubahan warna isi kapsul Kapsul terbuka, kosong, rusak atau melekat satu sama lain

3. Tablet salut Pecah-pecah, terjadi perubahan warna Basah dan lengket satu dengan lainnya Kaleng atau botol rusak sehingga menimbulkan kelainan fisik 4. Cairan Menjadi keruh atau timbul endapan Konsistensi berubah Warna atau rasa berubah Botol plastik rusak atau bocor 5. Salep Warna berubah Pot atau tube rusak atau bocor Bau berubah (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007). 2.2.9. Hal-hal yang harus Diperhatikan 1. Kemasan/wadah Harus tersegel dengan baik, tidak rusak, tidak berlubang, tanggal kadaluarsa jelas terbaca. 2. Penandaan pada wadah Baca zat berkhasiat dan manfaatnya Baca aturan pakainya, misalnya sebelumdan sesudah makan Untuk pencegahan overdosis, jangan minum obat 2 kali dosis bila sebelumnya lupa minum obat Baca kontraindikasinya Misalnya: - tidak boleh diminum oleh ibu hamil/menyusui - tidak boleh diminum oleh penderita gagal ginjal Baca efek samping yang mungkin timbul Baca cara penyimpanannya 3. Bila ragu tanyakan pada Apoteker di apotek 4. Bila sakit berlanjut hubungi dokter 2.3. Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas

2.3.1. Obat Bebas Obat Bebas yaitu obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter dan bisa diperoleh di apotek, toko obat, toko dan pedagang eceran. Pada kemasan obat ditandai dengan lingkaran hitam dengan latar berwarna hijau. Contohnya Parasetamol (pereda nyeri dan demam), dan produk-produk vitamin (Widodo, 2004). Obat Bebas adalah obat-obat yang telah digunakan dalam pengobatan modern (ilmiah) dan tidak mempunyai bahaya yang mengkhawatirkan. Obat Bebas yang diperjualbelikan tanpa resep dokter harus disetai dengan brosur yang menerangkan cara pemakaiannya, jumlah takaran, kontraindikasinya dan peringatan terhadap kemungkinan gangguan-gangguan akibat allergi terhadap obat yang bersangkutan serta gejala-gejalanya, ditulis dengan huruf Latin dalam bahasa Indonesia. Berdasarkan S.K Menkes R.I No.2380/A/SK/IV/83 tanda khusus untuk Obat Bebas adalah berupa lingkaran berwarna hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Simbol : 2.3.2. Obat Bebas Terbatas Obat Bebas Terbatas adalah obat yang dijual bebas dan dapat dibeli tanpa resep dokter, tapi disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus untuk obat ini adalah lingkaran berwarna biru dengan garis tepi hitam. Simbol : Khusus untuk Obat Bebas Terbatas, selain terdapat tanda khusus lingkaran biru, diberi pula tanda peringatan untuk aturan pakai obat, karena hanya dengan takaran dan kemasan tertentu, obat ini aman dipergunakan untuk pengobatan sendiri. Tanda peringatan berupa empat persegi panjang dengan huruf putih pada dasar hitam yang terdiri dari 6 macam yaitu : P. No. 1 yaitu: Awas! Obat Keras Bacalah aturan memakainya P. No. 2 yaitu: Awas! Obat Keras Hanya untuk kumur, jangan ditelan P. No. 3 yaitu: Awas! Obat Keras Hanya untuk bagian luar badan P. No. 4 yaitu: Awas! Obat Keras Hanya untuk dibakar P. No. 5 yaitu: Awas! Obat Keras Tidak boleh ditelan P. No. 6 yaitu: Awas! Obat Keras Obat Wasir, jangan ditelan 2.4. Tempat Penjualan dan Cara Mendapatkan Obat 2.4.1 Tempat Penjualan Obat

Pedagang Eceran Obat (diatur oleh Per. Menkes No. 167/Kab/B VII/1972) ialah orang atau Badan Hukum Indonesia yang memiliki izin untuk menyimpan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas (daftar W) untuk dijual secara eceran di tempat tertentu sesuai dengan syarat izinnya. Obat yang boleh dijual pedagang eceran obat hanya Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas dalam bungkusan asli dari pabrik yang membuatnya secara eceran. Obat yang dijual harus bermutu baik dan berasal dari pabrik farmasi atau Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang berizin dari Depkes. Yang boleh mengusahakan adalah Perusahaan Negara, Perusahaan Swasta dan Perorangan. 2.4.2 Cara Mendapatkan Obat Obat Bebas dapat diperoleh dari Toko Obat, Pedagang Eceran Obat Berizin yang dipimpin oleh asisten apoteker dan dari apotek. Obat Bebas tersebut dalam kemasan asli dari pabrik dengan disertai tanda lingkaran hijau sebagai tanda Obat Bebas dan disertai brosur yang berisi nama obat, nama dari isi zat berkhasiat, indikasi, dosis atau aturan memakainya, nomor batch dan nomor register, nama pabrik dan alamatnya, cara penyimpanannya. Di apotek boleh membungkus kembali dari pengemasan besar, tetapi disertai etiket apotek di mana ditulis nama obat serta aturan pemakaiannya atau dosis dan hanya boleh dijual langsung pada si pemakai. Obat Bebas Terbatas dapat diperoleh tanpa resep dari Pedagang Eceran Obat Berizin yang dipimpin oleh asisten apoteker dan apotek, dalam bungkus asli dari pabrik dengan disertai tanda lingkaran berwarna biru sebagai tanda Obat Bebas Terbatas, di samping itu ada tanda peringatan dari P. No. 1 P. No. 6 sesuai dengan SK Menkes No. 6355/Dirjen/SK/69 tanggal 5 November 1975, dan harus ditandai dengan etiket-etiket atau brosur yang menyebutkan: a) Nama obat yang bersangkutan. b) Daftar bahan berkhasiat serta jumlahnya yang digunakan. c) Nomor batch dan tanggal kadarluarsa, nomor register. d) Nama dan alamat produsen. e) Petunjuk kegunaan (indikasi) dan cara pemakaian dan peringatan, pencegahan (kontraindikasi) yang dipandang perlu (Anief, 2007).