MANUAL KAPASITAS JALAN INDONESIA. From : BAB 5 (MKJI) JALAN PERKOTAAN

dokumen-dokumen yang mirip
Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

BAB III LANDASAN TEORI. manajemen sampai pengoperasian jalan (Sukirman 1994).

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. karakteristik arus jalan, dan aktivitas samping jalan.

PENGANTAR TRANSPORTASI

BAB III LANDASAN TEORI. karakteristik jalan yang dapat diuraikan sebagai berikut: dapat dilihat pada uraian di bawah ini:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODOLOGI. untuk mengetahui pengaruh yang terjadi pada jalan tersebut akibat pembangunan jalur

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, ruas jalan

BAB III LANDASAN TEORI. kapasitas. Data volume lalu lintas dapat berupa: d. Arus belok (belok kiri atau belok kanan).

EVALUASI TINGKAT PELAYANAN JALAN JENDERAL SUDIRMAN KABUPATEN SUKOHARJO

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Motto dan Persembahan ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

BAB III LANDASAN TEORI

Langkah Perhitungan PERHITUNGAN KINERJA RUAS JALAN PERKOTAAN BERDASARKAN MKJI Analisa Kondisi Ruas Jalan. Materi Kuliah Teknik Lalu Lintas

BAB III LANDASAN TEORI. Pengolongan jenis kendaraan sebagai berikut : Indeks untuk kendaraan bermotor dengan 4 roda (mobil penumpang)

Gambar 4.1 Potongan Melintang Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. kecepatan bebas ruas jalan tersebut mendekati atau mencapai

ANALISIS PENGARUH PELEBARAN RUAS JALAN TERHADAP KINERJA JALAN

DAFTAR ISTILAH. lingkungan). Rasio arus lalu lintas (smp/jam) terhadap kapasitas. (1) Kecepatan rata-rata teoritis (km/jam) lalu lintas. lewat.

TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja atau tingkat pelayanan jalan menurut US-HCM adalah ukuran. Kinerja ruas jalan pada umumnya dapat dinyatakan dalam kecepatan,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peraturan Perundang undangan dibidang LLAJ. pelosok wilayah daratan, untuk menunjang pemerataan, pertumbuhan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, jalan perkotaan

komposisi lalu lintas, dan perilaku pengemudi di Indonesia. mengacu pada Spesifikasi Standar Perencanaan Geometrik Jalan Luar Kota 1990.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KAPASITAS, TINGKAT PELAYANAN, KINERJA DAN PENGARUH PEMBUATAN MEDIAN JALAN. Adhi Muhtadi ABSTRAK

LAMPIRAN A (Hasil Pengamatan)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dilakukan perhitungan beberapa hal dengan teori pendekatan.

PENGARUH HAMBATAN SAMPING TERHADAP KINERJA RUAS JALAN RAYA SESETAN

ANALISIS HAMBATAN SAMPING AKIBAT AKTIVITAS PERDAGANGAN MODERN (Studi Kasus : Pada Jalan Brigjen Katamso di Bandar Lampung)

TUGAS REKAYASA LALU LINTAS (RESUME ANALISIS KINERJA JALAN BEBAS HAMBATAN)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. (termasuk mobil penumpang, kopata, mikro bus, pick-up dan truck kecil. sesuai sitem klasifikasi Bina Marga).

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL

Kata Kunci : Kinerja Ruas Jalan, Derajat Kejenuhan, Tingkat Pelayanan, Sistem Satu Arah

I LANGKAH D : PERILAKU LALU-LINTAS Derajat Kejenuhan Kecepatan Dan Waktu Tempuh Iringan (peleton)

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lori, dan jalan kabel (Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006).

STUDI KAPASITAS, KECEPATAN, DAN DERAJAT KEJENUHAN JALAN PURNAWARMAN, BANDUNG

STUDI KINERJA JALAN SATU ARAH DI JALAN KEBON KAWUNG, BANDUNG

BAB III METODOLOGI. Pada bagian berikut ini disampaikan Bagan Alir dari Program Kerja.

EVALUASI KINERJA RUAS JALAN IR. H. JUANDA, BANDUNG

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN. mengenai rekapitulasi untuk total semua jenis kendaraan, volume lalulintas harian

BAB IV HASIL DAN ANALISA. kondisi geometrik jalan secara langsung. Data geometrik ruas jalan Kalimalang. a. Sistem jaringan jalan : Kolektor sekunder

ANALISA KAPASITAS RUAS JALAN SAM RATULANGI DENGAN METODE MKJI 1997 DAN PKJI 2014

tidak berubah pada tanjakan 3% dan bahkan tidak terlalu

STUDI KAPASITAS, KECEPATAN DAN DERAJAT KEJENUHAN PADA JALAN LEMBONG, BANDUNG MENGGUNAKAN METODE MKJI 1997

II. TINJAUAN PUSTAKA. meskipun mungkin terdapat perkembangan permanen yang sebentar-sebentar

BAB II DASAR TEORI. Tipe jalan pada jalan perkotaan adalah sebagai berikut ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan kapasitas terganggu pada semua arah.

KAPASITAS JALAN LUAR KOTA

TUGAS AKHIR ANALISIS PERFORMANCE KINERJA JALAN RAYA CINERE

TUGAS AKHIR ANALISIS DAMPAK LOKASI PINTU TOL SLIPI TERHADAP KINERJA JALAN S. PARMAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISTILAH DAN DEFINISI

Pengaruh Variasi Nilai emp Sepeda Motor Terhadap Kinerja Ruas Jalan Raya Cilember-Raya Cibabat, Cimahi ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. berupa jalan aspal hotmix dengan panjang 1490 m. Dengan pangkal ruas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik suatu jalan akan mempengaruhi kinerja jalan tersebut.

STUDI VOLUME, KECEPATAN DAN DERAJAT KEJENUHAN PADA RUAS JALAN DR. JUNJUNAN, BANDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut MKJI (1997) ruas Jalan, kadang-kadang disebut juga Jalan raya

BAB III LANDASAN TEORI

EVALUASI KINERJA JALAN JENDRAL AHMAD YANI DEPAN PASAR KOSAMBI BANDUNG

II. TINJAUAN PUSTAKA

STUDI VOLUME, KECEPATAN DAN DERAJAT KEJENUHAN PADA RUAS JALAN ABDULRACHMAN SALEH, BANDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Wikipedia (2011), ruas jalan adalah bagian jalan di antara dua

STUDI TINGKAT KINERJA JALAN BRIGADIR JENDERAL KATAMSO BANDUNG

BAB III LANDASAN TEORI. lebih sub-pendekat. Hal ini terjadi jika gerakan belok-kanan dan/atau belok-kiri

RINGKASAN SKRIPSI ANALISIS TINGKAT PELAYANAN JALAN SISINGAMANGARAJA (KOTA PALANGKA RAYA)

BAB III LANDASAN TEORI. hal-hal yang mempengaruhi kriteria kinerja lalu lintas pada suatu kondisi jalan

BAB II LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

MANAJEMEN LALU LINTAS AKIBAT BEROPERASINYA TERMINAL PESAPEN SURABAYA

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi Penelitian terletak di Kotamadya Denpasar yaitu ruas jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA. Lalu lintas di dalam Undang-undang No 22 tahun 2009 didefinisikan sebagai. melalui manajemen lalu lintas dan rekayasa lalu lintas.

PENGARUH PENUTUPAN CELAH MEDIAN JALAN TERHADAP KARAKTERISTIK LALU LINTAS DI JALAN IR.H.JUANDA BANDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS EFEKTIVITAS ZONA SELAMAT SEKOLAH DAN KINERJA RUAS JALAN

Bahu Jalan Berdasarkan MKJI KATA PENGANTAR

STUDI PUSTAKA PENGUMPULAN DATA SURVEI WAKTU TEMPUH PENGOLAHAN DATA. Melakukan klasifikasi dalam bentuk tabel dan grafik ANALISIS DATA

ANALISIS KINERJA RUAS JALAN MENURUT MKJI 1997 ( Studi Kasus : Jalan Sulawesi Denpasar, Bali ) Oleh : Ngakan Putu Ari Kurniadhi NPM.

EVALUASI KORIDOR JALAN KARANGMENJANGAN JALAN RAYA NGINDEN SEBAGAI JALAN ARTERI SEKUNDER. Jalan Karangmenjangan Jalan Raya BAB I

ANALISIS KAPASITAS JALAN TERHADAP KEMACETAN

WAKTU PERJALANAN DAN TUNDAAN PADA JALAN GUNUNG BATU, BANDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

ANALISIS KINERJA JALAN KOMYOS SUDARSO PONTIANAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Studi Pustaka. Survey Pendahuluan. Pengumpulan Data. Analisis data. Pembahasan. Kesimpulan dan saran.

BAB II STUDI PUSTAKA II - 1

ANALISIS KARAKTERISTIK PARKIR PINGGIR JALAN (ON STREET PARKING) DAN PENGARUHNYA TERHADAP KINERJA JALAN (STUDI KASUS: JALAN LEGIAN)

BAB II DASAR TEORI Jalan Perkotaan

Transkripsi:

MANUAL KAPASITAS JALAN INDONESIA From : BAB 5 (MKJI) JALAN PERKOTAAN

1.1. Lingkup dan Tujuan 1. PENDAHULUAN 1.1.1. Definisi segmen jalan perkotaan : Mempunyai pengembangan secara permanen dan menerus minimum pada salah satu sisinya, jalan di atau dekat pusat perkotaan dengan penduduk > 100.000 orang. Indikasi antara lain karakteristik arus lalu lintas puncak pagi dan sore (didominasi kend. Pribadi dan sepeda motor), peningkatan arus yang cukup pada jam puncak. Tipe jalan perkotaan adalah : 2/2 UD, 4/2 UD, 4/2 D, 6/2 D, Jalan satu arah (1-3/1)

1.1.1. Penggunaan Tipe Jalan ini tidak harus berkaitan dengan sistem klasifikasi fungsional jalan Indonesia, UU Jalan No. 13, 1980 & UU tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan No. 14 tahun 1992. Dapat digunakan pada kondisi: Alinyemen datar atau hampir datar Alinyemen horisontal lurus atau hampir lurus Mempunyai karakteristik yang hampir sama sepanjang jalan

1.1.3. Segmen Jalan : Diantara simpang dan tidak terpengaruh oleh simpang bersinyal atau simpang tak bersinyal utama dan Mempunyai karakteristik yang hampir sama sepanjang jalan. Batas segmen jalan perkotaan dapat berupa : Perubahan karakteristik jalan yang berarti walaupun tidak ada simpang di dekatnya. Penentuan akses segmen jalan ke jalan perkotaan bebas hambatan Jalur hubung dan daerah jalinan harus dipisahkan dari jalan umum. Analisa menggunakan prosedur jalinan dan/ atau jalan bebas hambatan.

1.1.4. Jaringan jalan/koridor dibagi dalam komponen sbb : Segmen jalan Simpang bersinyal Simpang tak bersinyal Bagian Jalinan Analisa masing-masing kemudian digabung untuk memperoleh kapasitas dan kinerja sistem secara menyeluruh.

Jika analisa jaringan diperlukan prosedur perhitungan segmen jalan dapat digunakan pada dengan cara: Hitung waktu tempuh, dengan prosedur segmen jalan perkotaan seolah-olah tidak ada gangguan dari persimpangan untuk daerah jalinan. Untuk setiap simpang atau daerah jalinan utama pada jaringan, hitung tundaannya. Tambahkan tundaan simpang/jalinan ke waktu tempuh tak terganggu (untuk memperoleh waktu tempuh keseluruhan) Kecepatan rata-rata adalah jarak keseluruhan dibagi waktu tempuh keseluruhan.

1.2. KARAKTERISTIK JALAN 1.2.1. Geometrik Tipe jalan berpengaruh terhadap kinerja jalan (seperti : UD/D/SATU ARAH Lebar jalur lalu lintas (lebar bertambah kecepatan arus bebas dan kapasitas bisa bertambah) Karakteristik bahu (sebagai batas denan trotoar berpengaruh pada hambatan samping, kapasitas dan kecepatan) Median (dengan adanya median dapat meningkatkan kapasitas) Lengkung vertikal (makin berbukit makin lambat kecepatn kendaraan) Lengkung horizontal (jari-jari tikungan tajam makin memaksa kendaraan bergerak makin lambat) Jarak pandang

KOMPOSISI ARUS DAN PEMBAGIAN ARAH : Pembagian arah lalu lintas Komposisi lalu lintas, mempengaruhi hubungan aruskecepatan jika kapasitas dinyatakan dalam kend. per jam PENGENDALIAN LALU-LINTAS : Batas kecepatan (jarang diberlakukan => hanya sedikit berpengaruh pada kecepatan arus bebas), Kinerja lalu-lintas dipengaruhi oleh : pembatas parkir, berhenti sepanjang sisi jalan, akses tipe kendaraan tertentu, akses dari lahan samping jalan

TATA GUNA LAHAN DAN AKTIVITAS SAMPING JALAN : Aktivitas samping jalan menimbulkan hambatan samping seperti : pejalan kaki, angkutan umum dan kendaraan lain yang berhenti, kendaraan lambat, keluar masuknya kendaraan dari samping jalan. Oleh karena itu maka MKJI mengelompokannya dalam lima kelas (sangat rendah => sangat tinggi sebagai fungsi frekuensi kejadian sepanjang segmen jalan yang diamati.

PERILAKU PENGEMUDI DAN POPULASI KENDARAAN Di Indonesia perilaku pengemudi dan tingkat perkembangan daerah perkotaan menunjukkan keanekaragaman. Begitu pula dengan populasi kendaraan dalam umur, tenaga dan kondisi kendaraan. Pengaruh-pengaruh ini diperhitungkan dalam UKURAN KOTA.

DEFINISI DAN ISTILAH D DS Kapasitas (PCU/h) Arus lalu lintas maksimum yang dapat dipertahankan sepanjang potongan jalan dalam kondisi tertentu Derajat Kejenuhan Rasio arus terhadap kapasitas W c Lebar Jalur Lebar (m) jalur jalan yang digunakan untuk lalu lintas, tidak termasuk bahu W s Lebar Bahu Lebar bahu (m) di samping jalur jalan W k Jarak Penghalang Kereb Jarak dari kereb ke penghalang di trotoar misal pohon, tiang lampu) Q Traffic Flow Jumlah kendaraan bermotor yang melalui suatu titik pada jalan per satuan waktu, dinyatakan dalam kendaraan/jam (Q kend ), smp/jam (Q smp ) atau AADT

JUMLAH LAJUR JALAN PERKOTAAN Lebar Jalur Efektif W ce (m) Jumlah lajur 5 10,5 2 10,5-16 4

UKURAN KOTA UNTUK JALAN PERKOTAAN Ukuran Kota (juta penduduk) Kelas Ukuran Kota CS < 0,1 Sangat kecil 0,1 0,5 Kecil 0,5 1,0 Sedang 1,0 3,0 Besar > 3,0 Sangat besar

KELAS HAMBATAN SAMPINGAN JALAN PERKOTAAN Kelas Hambatan Samping (SFC) Kode Jumlah berbobot kejadian per 200 m per jam (dua sisi) Kondisi khusus Sangat rendah VL < 100 Daerah pemukiman; jalan samping tersedia Rendah L 100 299 Daerah pemukiman, bbrp angkt, umum tersedia Sedang M 300 499 Daerah industri; bbrp toko sisi jalan Tinggi H 500 899 Daerah Komersial; aktivitas sisi jalan tinggi Sangat tinggi VH 900 Daerah komersial; aktivitas pasar sisi jalan

2. METODOLOGI 2.1. Pendekatan umum 2.2. Variabel 2.3. Hubungan Dasar 2.4. Karakteristik Geometrik 2.5. Panduan Rekayasa Lalu Lintas 2.6. Bagan Alir Prosedur Perhitungan

2.1. PENDEKATAN UMUM Prosedur perhitungan dalam Bab ini secara umum, serupa dengan US Highway Capacity Manual 1994 dan 2000) 2.1. Tipe Perhitungan Kecepatan arus bebas, kapasitas, derajat kejenuhan, kecepatan pada kondisi arus sesungguhnya, Arus lalu lintas yang dapat ditampung oleh segmen jalan tertentu dengan mempertahankan tingkat kinerja atau derajat kejenuhan tertentu.

2.1.2. Tingkat Analisis Tahap analisis operasional dan perencanaan Tahap perancangan, Perbedaannya adalah tingkat ketelitiannya 2.1.3. Periode Analisis Analisis kapasitas, arus dan kecepatan menggunakan periode satu jam puncak untuk operasional dan perencanaan. Untuk perancangan digunakan AADT yang dikonversikan ke arus dengan tabel yang disediakan 2.1.4. Jalan terbagi dan tak terbagi Untuk jalan tak terbagi analisanya berdasarkan gabungan kedua arah pergerakan Untuk jalan terbagi perlakuannya terpisah untuk masing-masing lintasan seperti jalan satu arah.

2.2. VARIABEL 2.2.1. Arus dan komposisi lalu lintas Nilai arus lalu lintas (Q) mencerminkan komposisi lalu lintas dalam satuan mobil penumpang (smp) Pengaruh kendaraan tak bermotor dimasukkan sebagai kejadian terpisah dalam faktor penyesuaian hambatan samping.

2.2.2. Kecepatan Arus Bebas FV = (FV O + FV W ) x FFV SF x FFV cs 2.2.3. Kapasitas C = C 0 x FC w x FC SP x FC SF x FC CS 2.2.4. Derajat Kejenuhan DS = Q/C 2.2.5. Kecepatan V = L/TT 2.2.6. Perilaku Lalu Lintas Berdasarkan nilai-nilai dari kecepatan, derajat kejenuhan

2.3. HUBUNGAN DASAR 2.3.1. Hubungan Kecepatan arus kerapatan V = FV x [ 1- D/D j ) (1-1) ] 1(1-1) D 0 /D j = [(1-m)/(1-m)] 1/(1-1)

2.4. KARAKTERISTIK GEOMETRIK 2.4.1. Jalan Dua-Lajur Dua Arah Tak Terbagi (2/2 UD) Lebar Jalur lalu-lintas lebih kecil atau sama dengan 10,5 m Kondisi Dasar tipe jalan ini : 1. Lebar Jalur lalu lintas 7,0 m 2. Lebar bahu efektif 2 m pada masing-masing sisi 3. Tidak ada median 4. Pemisahan arah lalu lintas 50-50 5. Kelas hambatan samping rendah (L) 6. Ukuran kota 1,0 3,0 juta 7. Tipe alinemen datar

2.4.2. Jalan Empat-Lajur Dua Arah Tak terbagi (4/2D) Lebar jalur lalu-lintas lebih dari 10,5 m kurang dari 16 m. Kondisi Dasar tipe Jalan ini : 1. Lebar jalur 3,5 m (lebar jalur lalu lintas total 14,0 ) 2. Kereb (tanpa bahu) 3. Jarak kereb dan penghalang terdekat pada trotoar 2 m 4. Tidak ada median 5. Pemisahan arah lalu lintas 50-50 6. Kelas hambatan samping : Rendah (L) 7. Ukuran kota 1,0 3,0 juta 8. Tipe alinemen : datar

2.4.3. Jalan Enam-Lajur Dua Arah Terbagi (6/2 D) Lebar jalur lalu-lintas lebih dari 18 m kurang dari 24m. Kondisi Dasar tipe jalan ini : 1. Lebar jalur 3,5 (lebar jalur lalu lintas total 21,0 m) 2. Kereb (tanpa bahu) 3. Jarak antar kereb dan penghalang terdekat pada trotoar 2m 4. Ada median 5. Pemisahan arah lalu lintas 50-50 6. Kelas hambatan samping : Rendah (L) 7. Ukuran kota 1,0 3,0 juta 8. Tipe alinemen : datar

2.4.4. Jalan satu arah Lebar jalur lalu-lintas dari 5 m sampai dengan 10,5 m Kondisi Dasar tipe Jalan ini : 1. Lebar jalur lalu lintas 7 m 2. Lebar bahu paling efektif paling sedikit 2 m pada setiap sisi 3. Kelas hambatan samping : Rendah (L) 4. Ukuran kota 1,0 3,0 juta 5. Tipe alinyemen : datar

2.5. PANDUAN REKAYASA LALU LINTAS 2.5.1. Tujuan Memberikan saran rentang arus lalu lintas yang layak untuk tipe dan denah standar jalan perkotaan dalam masalah perancangan, perencanaan dan operasional. 2.5.2. Tipe jalan standar dan penampang melintang : Parameter perencanaan untuk kelas jalan yang berbeda Tipe penampang melintang dalam batasan tertentu berkenaan dengan lebar jalan dan bahu. Sejumlah standar tipe penampang melintang telah dipilih untuk penggunaan khusus seperti yg ditunjukkan pada Tabel 2.5.2:1. Semua penampang melintang diasumsikan mempunyai bahu berkerikil yg dapat digunakan untuk parkir dan kendaraan berhenti, tetapi bukan untuk dilalui lalu-lintas.

2.5.3. Pemilihan tipe jalan dan penampang melintang a. Dokumen standar jalan b. Pertimbangan ekonomi c. Kinerja lalu lintas d. Pertimbangan keselamatan lalu lintas e. Pertimbangan Lingkungan 2.5.4. Perencanaan Rinci Sesuaikan dengan dokumen standar yang ada Standar jalan sedapat mungkin tetap sepanjang rute Bahu jalan harus rata dan sama tinggi dengan jalur lalu lintas Halangan terletak jauh diluar bahu jalan

Kondisi Jalan Perkotaan : Pembuatan Jalan baru Rentang ambang arus lalu lintas (kend/jam) Tahun ke1 Tipe Hambatan Tipe jalan/lebar jalur lalu lintas (m) Alinemen Samping 2/2 UD 4/2 D 4/2 D 6/2D 4,5 6 7 10 12 14 12 14 21 Datar Rendah < 300 250-300 - 450-450 - 550-650 - 800 - < 1450 300 450 550 550 650 950 1250 Datar Rendah < 300 200-300 Bukit/ Gunung Bukit/ Gunung Tinggi <300 250-300 Rendah < 250 200-250 250-350 300-400 300-350 350-500 450-500 350-450 450-500 450-500 500-600 450-500 500-700 600-650 500-700 700-250 800-950 700-950 Tabel 2.5.3.1 Rentang Arus Lalu Lintas (jam puncak tahun ke 1) untuk memilih tipe jalan > 1450 > 1450 > 1350

Pelebaran (Peningkatan Jalan) Kondisi Ambang arus lalu lintas (kendaraan/jam)tahun ke 1 Tipe jalan/pelebaran lebar jalur dari ke (m) Tipe Hambatan 2/2 UD 4/2 UD ½ UD Alinyemen Samping 4,5 ke 6 4,5 ke 7 6 ke 9 7 ke 10 7 ke 12 7 ke 14 Datar Rendah 250 400 700 1050 1100 1200 Datar Tinggi 200 350 650 950 1050 1100 Bukit/Gunu ng Bukit/Gunu ng Rendah 200 350 650 950 1050 1100 Tinggi 150 300 550 850 950 1050 Tabel 2.5.3.2 Rentang Arus Lalu Lintas (jam puncak tahun ke 1) untuk pemilihan tipe jalan

Kelandaian Khusus Definisi: Suatu bagian jalan yang curam secara menerus Khusus untuk jalan 2 lajur 2 arah tak terbagi pada alinyemen bukit dan gunung Kelandaian (> 3% rata-rata) untuk keseluruh segmen Pengaruh :Pengurangan kapasitas dan penurunan kinerja Panduan Rekayasa Lalu Lintas Bertujuan : Saran penyelesaian saat melakukan perencanaan & analisis operasional jalan dengan kelandaian khusus Standar tipe & penampang melintang Pemilihan tipe jalan dan penampang melintang

Jalan Perkotaan (?) Tipe Jalan Kelas Jarak Lebar Lajur Lalu Lintas Kode Pandang Tanjakan Turunan Gunung 2/2 UD A 3,5 3,5 1,0 2/2 UD Lajur pendakian A 6,0 3,5 1,0 Tabel 2.5.5.1 Penampang melintang yang digunakan dalam analisis kelandaian khusus

Panjang Ambang Arus Lalu Lintas (Kendaraan/Jam) Tahun 1 Kelandaian 3% 5% 7% 0,5 km 500 400 300 1 km 325 300 300 Tabel 2.5.5.2 Ambang arus lalu lintas (tahun 1, jam puncak) untuk lajur pendakian pada kelandaian khusus di jalan perkotaan dua arah (umur rencana23 tahun)

Jumlah Lajur Lebar Jalur Efektif W Ce (m) Jumlah Lajur 5-10,5 2 10,5-16 4

3. PROSEDUR PERHITUNGAN LANGKAH A: DATA MASUKAN LANGKAH A-1: DATA UMUM a) Penentuan Segmen b) Data Identifikasi segmen LANGKAH A-2 KONDISI GEOMETRIK Rencana situasi Penampang melintang jalan Kondisi pengaturan lalu lintas LANGKAH A-3 KONDISI LALU LINTAS

Ukuran Kota Ukuran Kota (Juta pend.) < 0,1 0,1 0,5 0,5 1,0 1,0 3,0 >3,0 Kelas Ukuran Kota CS Sangat kecil Kecil Sedang Besar Sangat besar

Tabel A-3:1 Nilai Ekivalen Mobil Penumpang untuk Jalan Perkotaan Tak Terbagi Jenis Jalan: Jalan tak terbagi Arus Lalu lintas Total Dua Arah (kend/jam) KB emp SM Lebar Jalan W Ce (m) 6 >6 Dua-lajur tak terbagi (2/2 UD) 0 1800 1,3 1,2 0,5 0,35 0,40 0,25 Empat-lajur tak terbagi (4/2 UD) 0 3700 1,3 1,2 0,40 0,25

Tabel A-3:2 Nilai Ekivalen Mobil Penumpang Untuk Jalan Perkotaan Terbagi dan Satu Arah Jenis Jalan: Jalan satu arah dan Jalan terbagi Arus Lalu lintas Total Dua Arah (kend/jam) KB emp SM Dua-lajur satu-arah (2/1) dan Empat-lajur terbagi (4/2 D) 0 1050 1,3 1,2 0,40 0,25 Tiga-lajur satu-arah (3/1) dan Enam-lajur terbagi (6/2 D) 0 1100 1,3 1,2 0,40 1,25

Tabel A-4:1 Kelas Hambatan Samping untuk Jalan Perkotaan Kelas Hambatan Samping (SFC)ada Kode Jumlah Berbobot kejadian per 200 m per jam (dua sisi) Kondisi Khusus Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi VL L M H VH < 100 100 299 300 499 500 899 > 900 Daerah pemukiman; ada jalan samping Daerah pemukiman; bbrp angkt umum Daerah industri; bbrp toko di sisi jalan Daerah komersial; akt. sisi jalan tinggi Daerah komersial; aktv. pasar di sisi jl.

Kecepatan arus bebas kendaraan ringan FV = (FV 0 +FV W ) x FFV SF x FFV CS Dimana: FV = kecepatan arus bebas kendaraan ringan (km/jam) FV 0 = kecepatan arus bebas dasar kendaraan ringan (km/jam) FV W = FP lebar lajur lalu lintas efektif (km/jam) FFV SF = FP hambatan samping FFVCS = FP ukuran kota

Tabel B-1:1 Kecepatan Arus Bebas Dasar FV 0 untuk Jalan Perkotaan Jenis Jalan Enam lajur terbagi (6/2 D) atau Tiga lajur satu arah (3/1) Empat lajur terbagi (4/2 D) atau Dua lajur satu arah (2/1) Empat lajur tak terbagi (4/2 UD) Dua lajur tak terbagi (2/2/ UD) Kendaraan Ringan KR Kendaraan Berat KB Sepeda Motor SM 61 52 48 57 57 50 47 55 53 46 43 51 44 40 40 42 Semua Kendaraan (rata-rata)

Tabel B-2:1 FP FV W untuk Pengaruh Lebar Jalur Lalu Lintas Pada Kecepatan Arus Bebas Kendaraan Ringan Jenis Jalan Lebar Jalur Lalu Lintas Efektif (W C ) (m) Empat lajur terbagi atau Jalan satu arah Per lajur 3,00 3,25 3,50 3,75 4,00 Empat lajur tak terbagi Per lajur 3,00 3,25 3,50 3,75 4,00 Dua lajur tak terbagi Total 5 6 7 8 9 10 11 FV W (km/jam) -4-2 0 2 4-4 -2 0 2 4-9,5-3 0 3 4 6 7

Tabel B-3:1 FP FFV SF untuk Pengaruh Hambatan Samping dan Lebar Bahu Pada Kecepatan Arus Bebas Kendaraan Ringan untuk Jalan Perkotaan Dengan Bahu Jenis Jalan Empat lajur terbagi 4/2 D Empat lajur terbagi 4/2 UD Dua lajur tak terbagi 2/2 UD Kelas Hambatan Samping (SFC) Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi Faktor Penyesuaian untuk Hambatan Samping dan Lebar Bahu Lebar Bahu efektif rata-rata W S (m) 0,50 1,0 1,5 2,0 1,02 0,98 0,94 0,89 0,84 1,02 0,98 0,93 0,87 0,80 1,00 0,96 0,90 0,82 0,73 1,03 1,00 0,97 0,93 0,88 1,03 1,00 0,96 0,91 0,86 1,01 0,98 0,93 0,86 0,79 1,03 1,02 1,00 0,96 0,92 1,03 1,02 0,99 0,94 0,90 1,01 0,99 0,96 0,90 0,85 1,04 1,03 1,02 0,99 0,96 1,04 1,03 1,02 0,98 0,95 1,01 1,00 0,99 0,95 0,91

Tabel B-3:2 FP FFV SF untuk Pengaruh Hambatan Samping dan Jarak Kerb Pada Kecepatan Arus Bebas Kendaraan Ringan untuk Jalan Perkotaan Dengan Kerb Jenis Jalan Empat lajur terbagi 4/2 D Empat lajur terbagi 4/2 UD Dua lajur tak terbagi 2/2 UD Kelas Hambatan Samping (SFC) Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi Faktor Penyesuaian untuk Hambatan Samping dan Jarak Kerb Jarak Kerb W K (m) 0,50 1,0 1,5 2,0 1,00 0,97 0,93 0,87 0,81 1,00 0,96 0,91 0,84 0,77 0,98 0,93 0,87 0,78 0,68 1,01 0,98 0,95 0,90 0,85 1,01 0,98 0,93 0,87 0,81 0,99 0,95 0,89 0,81 0,72 1,01 0,99 0,97 0,93 0,88 1,01 0,99 0,96 0,90 0,85 0,99 0,96 0,92 0,84 0,77 1,02 1,00 0,99 0,96 0,92 1,02 1,00 0,98 0,94 0,90 1,00 0,98 0,95 0,88 0,82

Tabel B-4:1 Faktor Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas Untuk Ukuran Kota Ukuran Kota (Juta pend.) < 0,1 0,1 0,5 0,5 1,0 1,0 3,0 >3,0 Faktor Penyesuaian untuk Ukuran Kota 0,90 0,93 0,95 1,00 1,03

Kapasitas C = C 0 x FC W x FC SP x FC SF x FC CS (smp/jam) Dimana: C = kapasitas C 0 F CW = kapasitas dasar (smp/jam) = FP lebar jalur lalu lintas FC SP = FP pemisahan arah FC SF = FP hambatan samping FC CS = FP ukuran kota

Tabel C-1:1 Kapasitas Dasar C 0 untuk Jalan Perkotaan Jenis Jalan Kapasitas Dasar (smp/jam) Komentar Empat-lajur terbagi atau Jalan satu-arah 1650 Per lajur Empat-lajur tak terbagi 1500 Per lajur Dua-lajur terbagi 2900 Total dua-arah

Faktor Penyesuaian FC W Lebar Lajur Jenis Jalan Lebar Lajur Efektif (W C ) (m) FC W Empat-lajur terbagi atau Jalan satu-arah Empat-lajur tak terbagi Dua-lajur terbagi Per lajur Per lajur 3,0 3,25 3,50 3,75 4,00 3,0 3,25 3,50 3,75 4,00 Total dua arah 5 6 7 8 9 10 11 0,92 0,96 1,00 1,04 1,08 0,91 0,95 1,00 1,05 1,09 0,56 0,87 1,00 1,14 1,25 1,29 1,34

Faktor Penyesuaian Pemisahan Arah Pembagian Arah %-% 50-50 55-45 60-40 65-35 70-30 FC SP Dua-lajur 2/2 1,00 0,97 0,94 0,91 0,88 Empat-lajur 4/2 1,00 0,985 0,97 0,955 0,94

FP FC SF untuk Pengaruh Hambatan Samping dan Lebar Bahu Pada Kapasitas untuk Jalan Perkotaan Dengan Bahu Jenis Jalan Empat lajur terbagi 4/2 D Empat lajur terbagi 4/2 UD Dua lajur tak terbagi 2/2 UD atau Jalan satu-arah Kelas Hambatan Samping (SFC) Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi Faktor Penyesuaian untuk Hambatan Samping dan Lebar Bahu Lebar Bahu efektif rata-rata W S (m) 0,50 1,0 1,5 2,0 0,96 0,94 0,92 0,88 0,84 0,96 0,94 0,92 0,87 0,80 0,94 0,92 0,89 0,82 0,73 0,98 0,97 0,95 0,92 0,88 0,99 0,97 0,95 0,91 0,86 0,96 0,94 0,92 0,86 0,79 1,01 1,00 0,98 0,95 0,92 1,01 1,00 0,98 0,94 0,90 0,99 0,97 0,95 0,90 0,85 1,03 1,02 1,00 0,98 0,96 1,03 1,02 1,00 0,98 0,95 1,01 1,00 0,98 0,95 0,91

FP FC SF Pengaruh Hambatan Samping dan Jarak Kerb Pada Kapasitas untuk Jalan Perkotaan Dengan Kerb Jenis Jalan Empat lajur terbagi 4/2 D Empat lajur terbagi 4/2 UD Dua lajur tak terbagi 2/2 UD atau Jalan satu-arah Kelas Hambatan Samping (FC SF ) Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi FP untuk Hambatan Samping dan Jarak Kerb Jarak Kerb Penghalang W K (m) 0,50 1,0 1,5 2,0 0,95 0,94 0,91 0,86 0,81 0,95 0,93 0,90 0,84 0,77 0,93 0,90 0,86 0,78 0,68 0,97 0,95 0,93 0,89 0,85 0,97 0,95 0,92 0,87 0,81 0,95 0,92 0,88 0,81 0,72 0,99 0,98 0,95 0,92 0,88 0,99 0,97 0,95 0,90 0,85 0,97 0,95 0,91 0,84 0,77 1,01 1,00 0,98 0,95 0,92 1,01 1,00 0,97 0,93 0,90 0,99 0,97 0,94 0,88 0,82

Tabel C-2:1 Faktor Penyesuaian Ukuran Kota FC CS Ukuran Kota (Juta penduduk) <0,1 0,1 0,5 0,5 1,0 1,0 3,0 >3,0 Faktor Penyesuaian Ukuran Kota FC CS 0,86 0,90 0,94 1,00 1,04

Contoh 1. Geometrik: Lebar jalur efektif 6,0 m Lebar bahu 1,0 m Lalu Lintas: Pemisah arah 70-30 Lingkungan: - Ukuran kota 700.000 penduduk - Banyak angkutan kota - Banyak Pejalan kaki - Bbrp kend.menggunakan akses sisi jalan Pertanyaan: - Berapa kapasitas segmen? - Berapa arus maksimum yang dapat dilalui pada kecepatan 30 km/jam?

Contoh 2.

Contoh 3.

Tabel C-2:1 FP Kapasitas untuk pengaruh Lebar Lajur (FCW)

Tabel C-3:1 Faktor Penyesuaian Kapasitas untuk Pemisahan Arah (FCSP)

Tabel C-4:1 FP Kapasitas untuk pengaruh Hambatan Samping dan Lebar Bahu (FCSF) pada Jalan Perkotaan dengan Bahu

Tabel C-4:2 FP Kapasitas untuk pengaruh Hambatan Samping dan Lebar Bahu (FCSF) pada Jalan Perkotaan dengan Kereb

Tabel C-5:1 Faktor Penyesuaian Kapasitas untuk Ukuran Kota (FCSC)