PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN TAHUN

dokumen-dokumen yang mirip
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445 Tahun 1991);

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

BAB II PENATAAN RUANG DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 26 TAHUN A. Definisi Penataan Ruang dalam Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN RUANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PENGGUNAAN PEMANFAATAN TANAH

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR : 1 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN

oleh para pelaku pembangunan dalam mengembangkan Kabupaten Pacitan.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1992 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG

21. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

~ 53 ~ PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup Jelas. Pasal 2 Cukup Jelas. Pasal 3 Cukup Jelas

K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M D I R E K T O R A T J E N D E R A L P E N A T A A N R U A N G

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1992 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Peran Pemerintah dalam Perlindungan Penataan Ruang

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH

QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN SUMBER AIR BAKU

1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara tanggal 4 Juli Tahun 1950);

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN KABUPATEN TEMANGGUNG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 52 TAHUN 2001 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

LAMPIRAN 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KONSERVASI TANAH DAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 2 TAHUN 2002 IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH

GUBERNUR MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN TELUK DI PROVINSI MALUKU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR: 5 TAHUN 2013

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG IZIN GANGGUAN

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2010

PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG:

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

d. ketentuan tentang prosedur perubahan perizinan dari satu kegiatan menjadi kegiatan lain

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 05 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI GORONTALO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PENGGUNAAN PEMANFAATAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 11 TAHUN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2015 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANAU LINDU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG PENGENDALIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE AIR ATAU SUMBER AIR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

P E N J E L A S A N A T A S PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI MALUKU

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, Menimbang

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PEKANBARU Nomor : 12 Tahun 1998 TENTANG REVISI RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA PEKANBARU

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR...TAHUN... TENTANG USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG IZIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN KETENAGALISTRIKAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PER

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI KONAWE UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LOKASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI DI KABUPATEN SERANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 23 TAHUN 1997 (23/1997) Tanggal: 19 SEPTEMBER 1997 (JAKARTA)

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PENGGUNAAN PEMANFAATAN TANAH

Transkripsi:

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN TAHUN 2009-2028 I. UMUM 1. Ruang wilayah Kabupaten Pacitan, baik sebagai kesatuan wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi, maupun sebagai sumber daya, merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada Kabupaten Pacitan yang perlu disyukuri, dilindungi, dan dikelola secara berkelanjutan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat sesuai dengan amanat yang terkandung dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta makna yang terkandung dalam falsafah dan dasar negara Pancasila. 2. Ruang yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi, sebagai tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya, yang pada dasarnya ketersediaannya tidak tak terbatas. Berkaitan dengan hal tersebut untuk mewujudkan ruang wilayah Kabupaten Pacitan yang aman, nyaman, dan berkelanjutan maka perlunya dilakukan penataan ruang yang dapat mengharmoniskan lingkungan alam dan lingkungan buatan yang mampu mewujudkan keterpaduan penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan, serta dapat memberikan perlindungan terhadap fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan hidup akibat pemanfaatan ruang. 3. Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang bahwa penataan ruang wilayah Nasional, wilayah Propinsi dan wilayah Kabupaten/Kota dilakukan secara terpadu dan tidak dipisah-pisahkan. Ruang wilayah Kabupaten Pacitan meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sampai batas tertentu yang diatur dengan peraturan perundang-undangan. 4. Secara geografis Kabupaten Pacitan berada antara 110 o 55 111 o 25 Bujur Timur dan 7 o 55 8 o 17 Lintang Selatan. Adapun wilayah administrasi Kabupaten Pacitan setelah diberlakukannya Undang-udang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah Daerah, maka Kabupaten Pacitan telah terjadi pengembangan wilayah terutama di desa yang terjadi pemekaran berjumlah 7 desa, dari sebelumnya 12 kecamatan, 5 kelurahan, dan 159 desa menjadi 12 kecamatan, 5 kelurahan, dan 166 desa. 5. Berkaitan dengan kebijakan otonomi daerah, wewenang penyelenggaraan penataan ruang oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah, yang mencakup kegiatan pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang, didasarkan pada pendekatan wilayah dengan batasan wilayah administratif. Dalam Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah antara lain disebutkan bahwa pemberian kedudukan kabupaten sebagai daerah otonom dan sekaligus sebagai wilayah administrasi dilakukan dengan pertimbangan untuk memelihara hubungan serasi antara pusat, propinsi, dan daerah, untuk menyelenggarakan otonomi daerah yang bersifat lintas Kabupaten. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan kabupaten sebagai daerah otonom mencakup kewenangan dalam bidang pemerintahan dan kewenangan dalam bidang tertentu, termasuk bidang penataan ruang. Dalam menentukan kewenangan kabupaten digunakan kriteria yang berkaitan dengan pelayanan pemanfaatan ruang dan konflik kepentingan pemanfaatan ruang di setiap wilayah kecamatan.

6. Penataan ruang dengan pendekatan kegiatan utama kawasan terdiri atas penataan ruang kawasan perkotaan dan penataan ruang kawasan perdesaan. Kawasan perkotaan menurut besarannya dapat berbentuk kawasan perkotaan kecil, kawasan perkotaan sedang, kawasan perkotaan besar, kawasan metropolitan, dan kawasan megapolitan. Penataan ruang dengan pendekatan nilai strategis kawasan dimaksudkan untuk mengembangkan, melestarikan, melindungi, dan/atau mengoordinasikan keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan yang bersangkutan demi terwujudnya pemanfaatan yang berhasil guna. Penataan ruang Kabupaten Pacitan merupakan proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Pacitan di wilayah yang menjadi kewenangan Kabupaten Pacitan, dalam rangka optimalisasi dan mensinergikan pemanfaatan sumberdaya daerah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat di kabupaten Pacitan. 7. Penataan ruang Kabupaten Pacitan didasarkan pada karakteristik, daya dukung, dan daya tampung lingkungan, serta didukung oleh teknologi yang sesuai akan meningkatkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan subsistem yang akan berpengaruh pada subsistem lainnya, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi sistem ruang Kabupaten Pacitan secara keseluruhan. Pengaturan penataan ruang menuntut dikembangkannya suatu kebijakan penataan ruang Kabupaten Pacitan sebagai ciri utama yang memadukan berbagai kebijaksanaan pemanfaatan ruang Kabupaten Pacitan. 8. Perencanaan tata ruang Kabupaten Pacitan dilakukan untuk menghasilkan rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang. Rencana umum tata ruang disusun berdasarkan pendekatan wilayah administratif, sedangkan rencana rinci disusun berdasarkan pendekatan strategis kawasan dan/atau kegiatan kawasan. Dalam penataan ruang Kabupaten Pacitan diperlukan suatu pengendalian pemanfaatan ruang sebagai upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang. Pengendalian pemanfaatan ruang dapat melalui perizinan pemanfaatan ruang, pemberian insentif, dan disinsentif, serta pengenaan sanksi. Perizinan pemanfaatan ruang di Kabupaten Pacitan dimaksudkan sebagai upaya untuk penertiban pemanfaatan ruang melalui izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pemberian insentif dimaksudkan sebagai upaya untuk memberikan imbalan terhadap pelaksana kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang di Kabupaten Pacitan, baik yang dilakukan oleh masyarakat maupun Pemerintah Daerah Kabupaten Pacitan. Pemberian disisentif dimaksudkan sebagai upaya untuk membatasi pertumbuhan atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang di Kabupaten Pacitan. Pengenaan sanksi merupakan tindakan penertiban yang dilakukan terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi. Pengenaan sanksi tidak hanya diberikan kepada pemanfaat ruang yang tidak sesuai dengan ketentuan perizianan pemanfaatan ruang, tapi juga dikenakan kepada pejabat pemerintah yang berwenang yang menertibkan izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang. 9. Selanjutnya dengan maksud tersebut, maka untuk mencapai tujuan pemanfaatan ruang wilayah secara optimal, serasi, dan seimbang diperlukan tindakan penetapan fungsi ruang yang jelas, tegas, dan menyeluruh serta memberikan kepastian hukum bagi upaya perencanaan dan pemanfaatan ruang serta pengendalian dan pengawasan pembangunan di Kabupaten Pacitan, melalui penetapan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pacitan.

II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Tujuan penataan ruang dirumuskan berdasarkan: 1) visi dan misi pembangunan wilayah kabupaten; 2) karakteristik wilayah kabupaten; 3) isu strategis; dan 4) kondisi objektif yang diinginkan. Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Yang dimaksud dengan aman adalah situasi masyarakat dapat menjalankan aktivitas kehidupannya dengan terlindungi dari berbagai ancaman. Yang dimaksud dengan nyaman adalah keadaan masyarakat dapat mengartikulasikan nilai sosial budaya dan fungsinya dalam suasana yang tenang dan damai. Yang dimaksud dengan produktif adalah proses produksi dan distribusi berjalan secara efisien sehingga mampu memberikan nilai tambah ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat, sekaligus meningkatkan daya saing. Yang dimaksud dengan berkelanjutan adalah kondisi kualitas lingkungan fisik dapat dipertahankan bahkan dapat ditingkatkan, termasuk pula antisipasi untuk mengembangkan orientasi ekonomi kawasan setelah habisnya sumber daya alam tak terbarukan. Kebijakan penataan ruang dirumuskan berdasarkan: 1) tujuan penataan ruang wilayah kabupaten; 2) karakteristik wilayah kabupaten; 3) kapasitas sumber daya wilayah kabupaten dalam mewujudkan tujuan penataan ruangnya; dan 4) ketentuan peraturan perundang-undangan terkait. Strategi penataan ruang dirumuskan berdasarkan: 1) kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten; 2) kapasitas sumber daya wilayah kabupaten dalam melaksanakan kebijakan penataan ruangnya; dan 3) ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 Pasal 25 Kebijakan dan strategi pelestarian kawasan lindung dimaksudkan untuk menjamin kelestarian fungsi lingkungan dan keseimbangan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya buatan sesuai dengan prinsip pembangunan yang berkelanjutan. Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Transportasi no. 4.2 lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009-2028, hal 4-10. Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Transportasi no. 4.2 lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009-2028, hal 4-10. Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Transportasi no. 4.2 lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009-2028, hal 4-10. Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Transportasi no. 4.2 lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009-2028, hal 4-10. Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Listrik dan Sumber Daya Energi no. 4.3 lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009-2028, hal 4-12. Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Listrik dan Sumber Daya Energi no. 4.3 lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009-2028, hal 4-12.

Pasal 26 Ayat 1 Pasal 27 Pasal 28 Pasal 29 Pasal 30 Pasal 31 Pasal 32 Ayat 2 Penyediaan sarana pendistribusian Liquid Petroleum Gas (LPG) direncanakan dengan penyediaan Stasiun Pengisian Bulk Elpiji (SPBE) dan direncanakan di lokasi yang tingkat kepadatan permukimannya rendah, dengan ketentuan pendirian SPBE sesuai aturan PERTAMINA. Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Telekominikasi no. 4.4 lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009-2028, hal 4-13 Yang dimaksud dengan Daerah Aliran Sungai adalah suatu wilayah tertentu yang bentuk dan sifat alamnya merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang berfungsi menampung air yang berasal dari curah hujan dan sumber air lainnya dan kemudian mengalirkannya melalui sungai utama ke laut. Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Pengelolaan Air Bersih no. 4.5 lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009-2028, hal 4-19. Ayat 1 Ayat 2 Ayat 3 Ayat 4 Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Pengelolaan Limbah no. 4.6 lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009-2028, hal 4-23. Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Pengelolaan Air Bersih no. 4.7 lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009-2028, hal 4-25. Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Pola Ruang no. 5.2 lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009-2028, hal 5-4. Ayat 1 Ayat 2 Ayat 3 Ayat 4 Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Kawasan Hutan Lindung dan Hutan Rakyat no. 5.3 lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009-2028, hal 5-6..

Pasal 33 Ayat 5 Ayat 6 Ayat 7 Ayat 1 Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Kawasan Karst no. 5.4 lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009-2028, hal 5-7. Pasal 34 Ayat 2 Ayat 3 Ayat 4 Ayat 5 Ayat 6 Ayat 7 Ayat 8 Ayat 9 Ayat 10 Ayat 11 Ayat 12 Ayat 13 Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Kawasan Sempadan Pantai no. 5.5 lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009-2028, hal 5-8. Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Kawasan Sempadan Sungai no. 5.6 lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009-2028, hal 5-9. Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Kawasan Sekitar Mata Air no. 5.7 lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009-2028, hal 5-11. Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Kawasan SUTT no. 5.8 lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009-2028, hal 5-12. Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Kawasan Cagar Alam no. 5.9 lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009-2028, hal 5-14.

Pasal 35 Pasal 36 Pasal 37 Pasal 38 Pasal 39 Pasal 40 Pasal 41 Pasal 42 Pasal 43 Pasal 44 Ayat 1 Ayat 2 Ayat 3 Ayat 4 Ayat 5 Ayat 6 Ayat 7 Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Kawasan Kawasan RTH no. 5.10 lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009-2028, hal 5-17. Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Kawasan Peruntukan Hutan Produksi no. 5.13 lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009-2028, hal 5-37. Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Kawasan Hutan Lindung dan Hutan Rakyat no. 5.3 lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009-2028, hal 5-6. Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Kawasan Peruntukan Pertanian no. 5.14 lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009-2028, hal 5-39. Ketentuan lebih lanjut mengenai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan diatur dengan Peraturan Daerah Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Kawasan Peruntukan Perikanan no. 5.15 lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009-2028, hal 5-41.

Pasal 45 Ayat 1 Pasal 46 Pasal 47 Pasal 48 Pasal 49 Pasal 50 Ayat 2 Ayat 3 Ayat 4 Ayat 5 Permukiman perdesaan merupakan permukiman yang sebagian besar kegiatan penduduknya pertanian. Permukiman pedesaan sebagian besar tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Pacitan dengan pengelompokan skala kecil. Permukiman perkotaan merupakan permukiman yang sebagian besar kegiatannya bukan pertanian dan ini terletak di Kecamatan Pacitan. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan Pasal 11 meliputi kawasan pendaratan dan lepas landas, kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan, kawasan di bawah permukaan horizontal-dalam, kawasan di bawah permukaan horizontalluar, kawasan di bawah permukaan kerucut, kawasan di bawah permukaan transisi, dan kawasan di sekitar penempatan alat bantu navigasi penerbangan. KKOP yang dikemukakan di atas akan mempengaruhi penetapan ketinggian bangunan maksimal di Kabupaten Pacitan, yang arahan ketinggian bangunan banyak ditentukan oleh fungsi atau kegiatan pemanfaatan ruangannya. Kawasan strategis merupakan kawasan yang di dalamnya berlangsung kegiatan yang mempunyai pengaruh besar terhadap tata ruang di wilayah sekitarnya, kegiatan lain di bidang yang sejenis dan kegiatan di bidang lainnya, dan/atau peningkatan kesejahteraan masyarakat. Penetapan kawasan strategis di Kabupaten Pacitan diprioritaskan pada kawasan yang mempunyai pengaruh sangat penting terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan di wilayah Kabupaten Pacitan. Ayat 1 Ayat 2 Ayat 3 Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Kawasan Strategis Pariwisata no. 6.1 lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009-2028, hal 6-5.

Pasal 51 Pasal 52 Pasal 53 Pasal 54 Pasal 55 Pasal 56 Pasal 57 Pasal 58 Pasal 59 Pasal 60 Ayat 4 Ayat 5 Ayat 6 Ayat 7 Ayat 8 Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Kawasan Strategis Agropolitan no. 6.2 lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009-2028, hal 6-9. Pengendalian pemanfaatan ruang di Kabupaten Pacitan sesuai dengan UU Nomor 26 tahun 2007 Pasal 26 ayat (2), dimaksudkan agar pemanfaatan ruang dilakukan sesuai dengan rencana tata ruang Kabupaten Pacitan, melalui ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif dan disisentif, dan arahan sanksi. Ayat (1) Ayat (2) Zonasi yang dilakukan di Kabupaten Pacitan merupakan pembagian kawasan ke dalam beberapa zona sesuai dengan fungsi atau karakteristik semula atau diarahkan untuk pengembangan fungsi-fungsi lain. Regulasi Zonasi (Zoning Regulation) adalah ketentuan yang mengatur klasifikasi zoning dan penerapannya ke dalam ruang, pengaturan lebih lanjut tentang pemanfaatan lahan dan prosedur pemanfaatan lahan.

Pasal 61 Pasal 62 Pasal 63 Pasal 64 Pasal 65 Pasal 66 Pasal 67 Pasal 68 Pasal 69 Pasal 70 Pasal 71 Ayat (1) Ayat (2) Perizinan merupakan upaya yang mengatur agar pembangunan di Kabupaten Pacitan sesuai dengan yang direncanakan serta mengatur agar kegiatan yang memiliki peluang melanggar ketentuan perencanaan dan pembangunan, serta yang dapat menimbulkan gangguan bagi kepentingan umum dapat dikendalikan. Izin dalam penataan ruang merupakan izin yang berkaitan dengan lokasi, kualitas ruang, dan tata bangunan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan, hukum adat, dan kebiasaan yang berlaku. Prinsip dasar penerapan mekanisme perizinan dalam pemanfaatan ruang adalah sebagai berikut: - Setiap kegiatan dan pembangunan yang berpeluang menimbulkan gangguan bagi kepentingan umum, pada dasarnya dilarang kecuali dengan izin dari Pemerintah Kabupaten Pacitan. - Setiap kegiatan dan pembangunan harus memohon izin dari pemerintah Kabupaten Pacitan yang akan memeriksa kesesuaiannya dengan rencana, serta standar administrasi legal. - Setiap permohonan pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang harus melalui pengkajian mendalam untuk menjamin bahwa manfaatnya jauh lebih besar dari kerugiannya bagi semua pihak terkait sebelum dapat diberikan izin.

Pasal 72 Pasal 73 Ayat (3) Ayat (4) Ayat (5) Ayat (6) Syarat-syarat mengenai pengajuan izin pemanfaatan ruang antara lain: a. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP); b. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); c. Fotokopi akte pendirian perusahaan yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang (bila ada); d. Uraian rencana pemanfaatan lahan (bila ada); e. Gambar teknis berupa site plan, tapak, potongan, dan situasi sekitar (bila ada); f. Gambar teknis konstruksi sipil (bila ada); g. Informasi surat penguasaan tanah; h. Informasi sertifikat hak atas tanah atau bukti perjanjian sewa tanah; i. Surat kuasa bila diurus orang lain. Setiap pemanfaatan ruang harus mendapat izin sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Setiap kegiatan yang meminta izin pemanfaatan ruang, perlu memperoleh konfirmasi kesesuaian kegiatannya dengan RTRW atau produk rencana yang lebih rinci, sehingga pengembangan kegiatan tersebut tidak menyimpang dari fungsi ruang yang telah ditetapkan. Perubahan pemanfaatan lahan harus melalui prosedur khusus yang berbeda dari prosedur reguler/normal. Dalam masa transisi tahapan rencana, izin khusus dapat diberikan apabila dampak kegiatan yang dimohonkan negatif atau kecil dan berdasarkan kebijakan Pemerintah Kabupaten Pacitan. Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Pemberian insentif bertujuan untuk merangsang perkembangan yang sesuai dengan fungsi atau pemanfaatan ruang pada suatu kawasan. Insentif diterapkan di wilayah Kabupaten Pacitan yang memiliki fungsi sebagai kawasan budidaya. Insentif dapat diberikan antarpemrintah daerah yang saling berhubungan berupa subsidi silang dari daerah yang penyelenggaraan penataan ruangnya memberikan dampak kepada daerah yang dirugikan, atau antara pemerintah dan swasta dalam hal pemerintah memberikan preferensi kepada swasta sebagai imbalan dalam mendukung perwujudan rencana tata ruang. Pemberian disisentif adalah untuk menghambat atau membatasi perkembangan yang tidak sesuai dengan fungsi atau pemanfaatan ruang pada suatu kawasan. Disinsentif diperuntukan bagi kawasan lindung.

Pasal 74 Pasal 75 Pasal 76 Pasal 77 Pasal 78 Pasal 79 Pasal 80 Pasal 81 Pasal 82 Pasal 83 Pasal 84 Pasal 85 Pasal 86 Pasal 87 Pasal 88 Pasal 89 Pasal 90 Pasal 91 Pasal 92

Pasal 93 Sesuai dengan aturan perundangan Penataan Ruang, Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007, memuat ketentuan pidana sebagai berikut: Romawi I : 1. Setiap orang yang tidak menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini yang mengakibatkan perubahan fungsi ruang, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). 2. Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan kerugian terhadap harta benda atau kerusakan barang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan denda paling banyak Rp 1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah). 3. Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan kematian orang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). Romawi II : 1. Setiap orang yang memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 huruf b, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). 2. Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan perubahan fungsi ruang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). 3. Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan kerugian terhadap harta benda atau kerusakan barang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp 1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah). 4. Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan kematian orang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). Romawi III : Setiap orang yang tidak mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 huruf c, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Romawi IV : Setiap orang yang tidak memberikan akses terhadap kawasan yang oleh peraturan perundang undangan dinyatakan sebagai milik umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 huruf d, dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Romawi V : 1. Setiap pejabat pemerintah yang berwenang yang menerbitkan izin tidak sesuai dengan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 ayat (8), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). 2. Selain sanksi pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pelaku dapat dikenai pidana tambahan berupa pemberhentian secara tidak dengan hormat dari jabatannya. Romawi VI : 1. Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Romawi I, Romawi II, Romawi III, dan Romawi IV dilakukan oleh suatu korporasi, selain pidana penjara dan denda

Pasal 94 Pasal 95 Pasal 96 Pasal 97 Pasal 98 terhadap pengurusnya, pidana yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi berupa pidana denda dengan pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana denda sebagaimana dimaksud dalam Romawi I, Romawi II, Romawi III, dan Romawi IV. 2. Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan berupa: - pencabutan izin usaha; dan/atau - pencabutan status badan hukum. Romawi VII : 5. Setiap orang yang menderita kerugian akibat tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Romawi I, Romawi II, Romawi III, dan Romawi IV, dapat menuntut ganti kerugian secara perdata kepada pelaku tindak pidana. 6. Tuntutan ganti kerugian secara perdata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan hukum acara pidana. Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Ayat (5) Ayat (6) Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Pengangkatan penyidik pegawai negeri sipil dilakukan dengan memperhatikan kompetensi pegawai seperti pengalaman serta pengetahuan pegawai dalam bidang penataan ruang dan hukum. Untuk keperluan penggandaan buku Album Peta, skala yang digunakan dalam peta buku Album Peta adalah skala batang.

Pasal 99 Pasal 100 Pasal 101 Pasal 102