Korespondensi: Anis Purwanti, Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman, Jl. Kerayan, Kampus Gn. Kelua,

dokumen-dokumen yang mirip
Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X. Bagian Patologi Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Bandung 3

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. serviks uteri. Kanker ini menempati urutan keempat dari seluruh keganasan pada

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. human papilloma virus (HPV) terutama pada tipe 16 dan 18. Infeksi ini

ABSTRAK INSIDENSI DAN GAMBARAN PENDERITA KANKER SERVIKS DI RSUP DR HASAN SADIKIN BANDUNG TAHUN 2014

Gambaran Karakteristik Penderita Rawat Inap Karsinoma Serviks di RSUD Karawang Periode 1 Januari Desember 2011

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization

Kata Kunci : umur, paritas,usia menikah,stadium kanker serviks Daftar Pustaka : 15 buku

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK GAMBARAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT PIRNGADI MEDAN PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2013

BAB 1 PENDAHULAN. kanker serviks (Cervical cancer) atau kanker leher rahim sudah tidak asing lagi

BAB 4 HASIL PENELITIAN

ABSTRACT. CHARACTERISTICS OF CERVICAL CARCINOMA AT HASAN SADIKIN HOSPITAL BANDUNG in 1 JANUARY DECEMBER 2010

BAB I PENDAHULUAN. bila program skrining sitologi dan pelayanan kesehatan diperbaiki. 1

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks (leher rahim) adalah salah satu kanker ganas yang

KARAKTERISTIK IBU DENGAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) BANGIL

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA KANKER SERVIKS

Hubungan Ekspresi Reseptor Progesteron dengan Derajat Diferensiasi Carsinoma Mammae

I. PENDAHULUAN. Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan

FAKTOR RISIKO YANG BERPENGARUH DENGAN KEJADIAN KANKER SERVIKS DI RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG

GAMBARAN KANKER PAYUDARA BERDASARKAN STADIUM DAN KLASIFIKASI HISTOPATOLOGI DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN

ABSTRAK PREVALENSI KARSINOMA SERVIKS DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2009

BAB I PENDAHULUAN. kanker yang paling sering ditemukan pada wanita, setelah kanker mulut

HUBUNGAN USIA WANITA SAAT COITARCHE DAN LAMA PEMAKAIAN PIL KB KOMBINASI DENGAN KEJADIAN KANKER SERVIKS DI RSUD DR.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker sistim reproduksi meliputi kanker serviks, payudara, indung telur,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui

BAB I PENDAHULUAN menyepakati perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker leher rahim (kanker serviks) masih menjadi masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) dapat digolongkan menjadi satu kelompok utama dengan faktor

BAB I PENDAHULUAN. dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. neoplasmagana yang berasal parenchyma. Kankerpayudara adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kanker leher rahim adalah tumor ganas pada daerah servik (leher rahim)

Prosiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan

Kata kunci: kanker kolorektal, jenis kelamin, usia, lokasi kanker kolorektal, gejala klinis, tipe histopatologi, RSUP Sanglah.

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Agency for Research on Cancer (IARC) diketahui

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

ABSTRAK GAMBARAN PAP SMEAR ABNORMAL DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2015

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. LEMBAR KEASLIAN PENELITIAN... ii. LEMBAR PERSETUJUAN... iii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv. KATA PENGANTAR...

PROFIL PENDERITA KANKER GINEKOLOGI DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JULI 2015 SAMPAI JULI Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNSRAT 2

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran

KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER SERVIKS DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG TAHUN 2010 JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

Karakteristik penderita kanker serviks di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 1 Januari Desember 2015

BAB I PENDAHULUAN. (Emilia, 2010). Pada tahun 2003, WHO menyatakan bahwa kanker merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. kardiovaskular dan infeksi (Hauptman, et.al., 2013). Berdasarkan Global Health

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang

Prevalensi Kanker Serviks Berdasarkan Paritas di RSUP. Dr. M. Djamil Padang Periode Januari Desember 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN OVEREKSPRESI HUMAN EPIDERMAL GROWTH FACTOR RECEPTOR 2 (HER-2) DENGAN USIA PADA PASIEN KANKER PAYUDARA

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup sebagai salah satu tujuan

BAB I PENDAHULUAN. jutaan wanita di seluruh dunia terkena kanker payudara tiap tahunnya. Walaupun

BAB I PENDAHULUAN. biaya. 1 Kanker payudara merupakan kanker yang sering dialami perempuan saat

BAB I PENDAHULUAN. rahim yaitu adanya displasia/neoplasia intraepitel serviks (NIS). Penyakit kanker

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MENGENAI KANKER SERVIKS DI KALANGAN SISWI SMA SWASTA X, BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal.

Perbedaan Terapi Kemoradiasi dan Radiasi terhadap Kesembuhan Kanker Payudara Pasca Bedah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan penyakit kanker nomor tiga paling banyak diderita wanita di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Karsinoma laring adalah keganasan pada laring yang berasal dari sel epitel laring.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jawab terhadap pertumbuhan sel ikut termutasi (Saydam, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks adalah kanker tersering nomor tujuh secara. keseluruhan, namun merupakan kanker terbanyak ke-dua di dunia pada

PERSETUJUAN PEMBIMBING INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 12 DESEMBER Pembimbing, dr. I Nyoman Gede Budiana, Sp.OG (K) NIP

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 4

1 Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2010

BioLink Jurnal Biologi Lingkungan, Industri, Kesehatan HUBUNGAN JUMLAH PARITAS ANAK DENGAN ANGKA KEJADIAN KANKER LEHER RAHIM DI DR.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. saat ini menjadi permasalahan dunia, tidak hanya di negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Studi kualitatif..., An Nur Fatimah, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di Amerika Tengah dan Amerika Selatan, Karibia, Sub-Sahara

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu penyakit yang dianggap sebagai masalah besar

BAB I PENDAHULUAN. pada perempuan. Menurut riset yang dilakukan oleh International Agency for

BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah penyakit tidak menular yang ditandai dengan pertumbuhan sel

BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kanker yang menempati peringkat teratas diantara berbagai penyakit kanker

Tingkat Pengetahuan Siswi Sekolah Menengah Atas tentang Kanker Serviks dan Pencegahannya. Rosnancy Sinaga :

THE RELATIONSHIP OF MATERNAL CHARACTERISTICS WITH THE INCIDENCE CERVICAL CANCER IN THE DR

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN KANKER SERVIKS DI RSUP DR.SARDJITO YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh :

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN jiwa dan Asia Tenggara sebanyak jiwa. AKI di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat. Kanker menjadi penyebab kematian nomor 2 di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Karakteristik Karsinoma Serviks di RS. Dr. M. Djamil Padang Periode Januari 2010 Desember 2013

ABSTRAK PREVALENSI DAN GAMBARAN PASIEN KARSINOMA NASOFARING DI RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. kanker yang paling tinggi di kalangan perempuan adalah kanker serviks. yang paling beresiko menyebabkan kematian.

KARYA TULIS ILMIAH PERBANDINGAN TINGKAT KELENGKAPAN PENGISIAN FORMULIR DAN ADEKUASI HASIL APUSAN PAP SMEAR

Transkripsi:

Hubungan Usia dan Jumlah Paritas terhadap Derajat Diferensiasi dan Stadium pada Squamous Cell Carcinoma Serviks di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Periode 2011-2013 Anis Purwanti, Hadi Irawiraman, Nurul Hasanah ABSTRAK Latar Belakang : Karsinoma serviks masih merupakan penyebab kematian tersering pada wanita termasuk di Indonesia dengan kasus terbanyak adalah squamous cell carcinoma (SCC). Penegakkan diagnosis akan mempengaruhi angka kelangsungan hidup. Diperlukan diagnosis untuk mengklasifikasikan tingkat agresivitas, luas, dan penyebaran karsinoma pada pasien. Semakin lanjut usia dan semakin banyak jumlah paritas menyebabkan semakin tinggi stadium dan derajat diferensiasi karsinoma serviks sehingga pengobatan jauh lebih sulit. Diagnosis berdasarkan penentuan derajat diferensiasi akan berguna untuk perencanaan pengobatan, dan sebagai sarana pertukaran informasi antar berbagai pusat pengobatan karsinoma. Diagnosis berdasarkan stadium akan mempengaruhi angka kesembuhan pasien. Tujuan : Untuk mengetahui hubungan usia dan jumlah paritas terhadap derajat diferensasi dan stadium squamous cell carcinoma serviks. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross sectional. Sebanyak 55 kasus penderita SCC serviks dimasukkan dalam penelitian ini dengan teknik purposive sampling. Hubungan usia, jumlah paritas terhadap derajat diferensiasi dan stadium pasien selanjutnya dianalisis menggunakan uji fisher s. Hasil : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan derajat diferensiasi SCC serviks (p=1,00) dan hubungan antara usia dengan stadium (p=1,00). Hubungan jumlah paritas terhadap derajat diferensiasi tidak menunjukan hubungan yang signifikan (p=0.26) demikian antara jumlah paritas terhadap stadium yang tidak menunjukkan adanya hubungan (p=0.69). Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara usia dan jumlah paritas terhadap stadium derajat diferensiasi dan stadium. Kata Kunci: Usia, jumlah paritas, derajat diferensiasi, stadium, squamous cell carcinoma serviks.

ABSTRACT Background: Cervix cancer still the reason of woman death including in Indonesia with have a lot of case is squamous cell carcinoma (SCC). The diagnosis will be influence survival rates. Diagnosis will be required to classified agresivity level, broad, and carsinoma diffusion on patient. The more advanced the age and the more number of parity led to higher stage and level of differentiation of carcinoma of the cervix so that the treatment is much more difficult. Diagnosis based on differentiation degree determination will useful for treatment planning and as media of information exchange between carcinoma treatment center. Diagnosis based on staging will influenced number of patient recovery. Aims: To evaluate the relation between between age and parity with differentiation grade and stage of squamous cell carcinoma cervix in RSUD Abdul Wahab Sjahranie Period 2011-2013. Method: This is a cross sectional analytical study. A total of 55 cases of SCC that have been confirmed by pathologist and listed in the medical record were enrolled in this study with purposive sampling. The relation of agee, parity with stage and differentiation was analyzed statiscally with fisher s test. Result: There has no relation between age with differentiation grade of SCC (p=1,00) and between age with stage (p=0,1,00). Number of parity doesn t have significant relationship with differentiation grade (p=0,26), the same result also showed between number of parity with stage that doesn t have relationship (p=0,69). Conclussion: The age and parity has no relation with differentiation grade and stage of squamous cell carcinoma cervix in RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Key word: Age, parity, differentiation grade, stage, squamous cell carcinoma. PENDAHULUAN Karsinoma serviks masih merupakan salah satu penyebab kematian tersering pada wanita di negara berkembang, dengan 75% kasus tersering adalah squamous cell carcinoma (SCC) (1). Menurut World Health Organization (WHO) kasus karsinoma serviks terus bertambah dan ditemukan 6,25 juta kasus baru setiap tahunnya. International Agency for Research on Cancer (IARC) pada tahun 2010 menunjukkan bahwa karsinoma

serviks menempati urutan kedua setelah kanker payudara dengan kejadian rata-rata 0,015% wanita dengan angka kematian 7,8% pertahun dari seluruh karsinoma wanita di dunia (2). Sebelum menjadi karsinoma serviks biasanya di dahului oleh adanya riwayat sel prainvasif yang bervariasi antara displasia dan karsinoma in situ yang dialami 10 sampai 20 tahun sebelum berkembang menjadi karsinoma invasif (3). Sekitar 80.000 wanita Amerika Serikat meninggal dunia setiap tahun dan angka kejadian karsinoma serviks di Asia sebesar 0,51% dengan angka kematian 39,8% (4). Insiden karsinoma serviks tertinggi pada Amerika Selatan, sub-sahara Afrika, Karibia, dan Asia yaitu lebih dari 30 kasus dari 100.000 wanita sementara Amerika Utara dan Eropa memiliki insiden karsinoma serviks tidak lebih 10 kasus dari 100.000 wanita. Indonesia setiap tahunnya terdapat 100 kasus dari 100.000 wanita mengalami karsinoma serviks (5,6). Penelitian yang dilakukan di Instalasi Rekam Medik RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda periode Januari 2008-Desember 2009 terdapat 111 kasus karsinoma serviks (7) dan pada periode Januari-Desember 2009 terdapat 76 kasus kanker serviks (8). Karsinoma serviks masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia karena angka kejadian dan kematian yang tinggi, walaupun penelitian pada 50 tahun terakhir ini mengalami penurunan yang disebabkan oleh pencegahan dan pemeriksaan dini seperti yang terjadi di Britain dari tahun 1975-2005. Pemeriksaan dini berguna untuk penegakkan diagnosis terhadap karsinoma serviks yang akan mempengaruhi angka kelangsungan hidup pasien (3). Oleh sebab itu diperlukan diagnosis yang dapat mengklasifikasikan tingkat agresivitas, luas dan penyebaran tumor pada tiap-tiap pasien (1). Faktor-faktor yang dianggap sebagai risiko tinggi terhadap angka kejadian karsinoma serviks adalah usia, jumlah paritas, kontrasepsi yang digunakan, usia pertama kali berhubungan seksual, merokok, dan berganti-ganti pasangan seksual. Karsinoma serviks bisa terjadi pada usia dekade kedua sampai usia tua dengan puncak insiden terjadi pada dua kelompok usia, yaitu antara 30-39 tahun dan kelompok usia diatas 80 tahun. Peningkatan usia sesorang selalu diiringi dengan penurunan kinerja organ-organ dan kekebalan tubuhnya, dan itu membuatnya relatif mudah terkena berbagai infeksi. Proporsi wanita diatas 35 tahun yang

menderita karsinoma serviks meningkat dari 9% menjadi 25% dan tiap wanita yang berusia lanjut mempunyai risiko metastase yang lebih besar. Keterlambatan diagnosis dapat disebabkan oleh sikap wanita yang kurang peduli untuk melakukan deteksi dini walaupun mempunyai niat untuk melakukannya. Niat untuk melakukan deteksi dini cukup tinggi pada usia produktif tetapi sikap untuk melakukan deteksi dini cukup rendah bila dibandingkan niat, sehingga dapat menyebabkan keterlambatan diagnosis stadium (9). Semakin lanjut usia terkena karsinoma serviks semakin tinggi stadium dan diferensiasi karsinoma sehingga pengobatan jauh lebih sulit. Lebih dari separuh penderita karsinoma serviks datang berobat di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta sudah dalam stadium lanjut sehingga hasil pengobatan tidak seperti yang diharapkan. Multiparitas dianggap sebagai faktor risiko tinggi pada karsinoma serviks dan berhubungan dengan kejadian karsinoma serviks. Seperti pada faktor usia semakin banyak jumlah paritas yang dialami seorang wanita semakin tinggi stadium dan diferensiasi karsinoma serviks (10,11). Diagnosis serviks yang telah ditegakkan berdasarkan penentuan derajat diferensiasi akan berguna untuk perencanaan pengobatan, dan sebagai sarana pertukaran informasi antar berbagai pusat pengobatan karsinoma. Diagnosis berdasarkan tingkat keganasan atau stadium didasari oleh angka kesembuhan penderita karsinoma. Angka kesembuhan pasien karsinoma lebih besar pada stadium dini daripada angka kesembuhan pada stadium lanjut karena tumor telah bermetastase (12). Prognosis karsinoma serviks bergantung pada penegakkan diagnosis secara dini, semakin awal diagnosis ditegakkan maka semakin baik prognosisnya. Derajat diferensiasi rendah mempunyai prognosis yang baik karena jumlah sel yang bermitosis sedikit dan sel tumor berdiferensiasi baik. Sementara derajat diferensiasi tinggi mempunyai prognosis yang lebih buruk karena sel yang bermitosis sangat mudah ditemukan dan diferensiasi sel buruk atau tidak berdiferensiasi (12). Berdasarkan penjelasan diatas, belum pernah dilakukan penelitian mengenai usia dan jumlah paritas terhadap derajat diferensiasi dan stadium squamous cell carcinoma serviks di RSUD AWS oleh karena itu maka penelitian ini

dilakukan di RSUD Abdul Wahab Sjahranie periode 2011-2013. dan didapatkan 55 pasien yang telah memenuhi kriteria inklusi. METODE PENELITIAN Jenis penelitian berupa studi analitik dan desain penelitian yang dipilih yaitu cross sectional. Sampel penelitian ini adalah semua pasien squamous cell carcinoma yang tercatat pada rekam medik dan telah dikonfirmasi di Laboratorium Patologi Anatomi RSUD Abdul Wahab Sjahranie periode 2011-2013. Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas yaitu, usia dan jumlah paritas dan variabel terikat yaitu, derajat diferensiasi dan stadium. Analisis data pada penelitian ini adalah analisis bivariat, untuk melihat hubungan kedua variabel dengan menggunakan uji statistik Fisher s Exact Test. Hubungan antar variabel dapat dikatakan bermakna apabila derajat kemaknaan p < 0.05. HASIL PENELITIAN Proses pengambilan data dilakukan selama periode 2011-2013 pada bulan Desember 2013-Februari 2014. Data pasien karsinoma serviks di Laboratorium Patologi Anatomi berjumlah 146 pasien dan dari Rekam Medik berjumlah 266 pasien. Kedua data tersebut dicocokkan Tabel 1. Hubungan Usia dengan Derajat Diferensiasi Squamous Cell Carcinoma Serviks di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Periode 2011-2013 Derajat Total Diferensiasi High grade Low grade Usia 35 44 8 52 Pasien < 35 3 0 3 Total 47 8 55 Tabel 1. menunjukkan bahwa nilai p = 1,00 nilai p ini berarti lebih besar dari 0.05 (p > 0.05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dengan derajat diferensiasi pada penelitian ini. Tabel 2. Hubungan Usia dengan Stadium Squamous Cell Carcinoma Serviks di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Periode 2011-2013 Stadium Total Stadium akhir Stadiu m awal Usia pasien 35 33 19 52 < 35 2 1 3 Total 35 20 55 Tabel 2. menunjukkan bahwa nilai p = 1,00 nilai p ini berarti lebih besar dari 0.05 (p > 0.05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dengan stadium pada penelitian ini.

Tabel 3. Hubungan Jumlah Paritas Terhadap Derajat Diferensiasi Squamous Cell Carcinoma Serviks di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Periode 2011-2013 antara jumlah paritas dengan stadium pada penelitian ini. Derajat Diferensiasi High grade Low grade Total Jumlah 3 42 6 48 Paritas < 3 5 2 7 Total 47 8 55 Tabel 3. menunjukkan bahwa nilai p = 0,267 nilai p ini berarti lebih besar dari 0.05 (p > 0.05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jumlah paritas dengan derajat diferensiasi pada penelitian ini. Tabel 4. Hubungan Jumlah Paritas terhadap Stadium Squamous Cell Carcinoma Serviks di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Periode 2011-2013 Stadium Stadium akhir Stadium awal Total Jumlah 3 31 17 48 Paritas < 3 4 3 7 Total 35 20 55 Tabel 4. menunjukkan bahwa nilai p = 0,696 nilai p ini berarti lebih besar dari 0.05 (p > 0.05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dapatkan pada tabel 1 nilai p>0.05 sehingga tidak ada hubungan antara usia dengan derajat diferensiasi SCC serviks. Sel normal membutuhkan proto-onkogen untuk perkembangan dan pertumbuhan sel. Gen ini tidak menyebabkan keganasan karena aktivitasnya dikontrol oleh p53 sebagai tumor supressor gene yang berperan menginduksi terhentinya siklus sel. Gen p53 dapat mengalami mutasi sehingga sel tersebut menjadi rentan terhadap keganasan, penderita usia muda mempunyai frekuensi lebih tinggi mengalami mutasi pada gen p53, sehingga pada usia muda wanita juga bisa terinfeksi HPV dan mengalami derajat diferensiasi yang buruk karena progresivitas sel kanker lebih cepat dibandingkan sel yang tidak ada mutasi gen p53 (13 ). Tabel 2 didapatkan hasil nilai p>0.05 yang artinya tidak ada hubungan antara usia dengan stadium penderita SCC serviks. Penelitian ini sesuai dengan yang dilakukan Lusiana (2013) di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh pada bulan Januari-Juni tahun 2013 dengan

menggunakan data sekunder. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keterlambatan seorang wanita saat terdiagnosis karsinoma serviks seperti: pengetahuan, tingkat pendidikan, dan sikap. Penelitian yang dilakukan Huda (2011) didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara usia dan tingkat pendidikan terhadap pengetahuan mengenai kanker serviks dan Pap smear. Wanita usia produktif 35-45 memiliki pengetahuan yang baik mengenai karsinoma serviks dikarenakan pada usia tersebut rentan mengalami karsinoma serviks sehingga mereka lebih banyak mencari informasi mengenai karsinoma serviks. Tingkat pengetahuan seorang wanita akan mempengaruhi dalam proses belajarnya untuk terus menerus mencari informasi terkait karsinoma serviks yang menjadi masalah kesehatan bagi para wanita di dunia sehingga pada usia tersebut mereka lebih waspada, dengan melakukan deteksi dini dan memberikan informasi kepada wanita sebaya ataupun pada wanita usia muda sehingga stadium dapat terdiagnosis saat stadium awal. Tabel 3 didapatkan bahwa nilai p>0.05 sehingga tidak ada hubungan antara jumlah paritas dengan derajat diferensiasi SCC serviks. Nutrisi, hormonal, trauma, dan mekanisme imunologi adalah beberapa faktor yang dapat berhubungan dengan derajat diferensiasi pada karsinoma serviks. Jumlah paritas yang tinggi meningkatkan angka kejadian karsinoma serviks dapat dikarenakan mempengaruhi zona transformasi pada eksoserviks, memudahkan terjadinya paparan langsung HPV, dan memungkinkan terjadi infeksi dari faktor-faktor lain yang mempengaruhi, perubahan hormon pada saat kehamilan seperti kenaikan estrogen dan progesteron. Masih jarangnya skrining Pap smear yang menyebabkan keterlambatan diagnosis karsinoma berhubungan dengan derajat diferensiasi buruk pada karsinoma serviks. Wanita yang mengalami infeksi HPV tipe 16 lebih banyak mengalami diferensiasi buruk daripada diferensiasi baik (16). HPV 16 merupakan salah satu faktor predisposisi yang menyebabkan semakin progresif perkembangan suatu karsinoma dan lebih mudah mengalami diferensiasi buruk. Infeksi virus dapat menyebabkan kumpulan kerusakan yang terjadi pada tingkat seluler dan kromosom. Integrasi DNA HPV ke dalam sel tubuh menyebabkan ekspresi E6 dan E7 sebagai onkoprotein berlebihan dan onkoprotein ini yang menyebabkan replikasi virus

semakin bertambah dalam jumlah besar, sehingga wanita usia muda yang terinfeksi HPV tipe 16 akan lebih mudah terkena derajat diferensiasi yang buruk karena sel kanker yang berkembang semakin progresif. Tabel 4 didapatkan niai p>0.05 sehingga tidak ada hubungan antara paritas dengan stadium pada SCC serviks. Hasil penelitian ini juga serupa dengan Lusiana (2013). Wanita yang melahirkan lebih dari dua kali dengan jarak yang terlalu dekat dapat menyebabkan kerusakan jaringan epitel berkembang kearah pertumbuhan sel abnormal yang berpotensi ganas. Robekan selaput serviks yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan sel abnormal juga dapat terkontaminasi oleh virus yang menyebabkan infeksi. Bakteri tersebut ada karena kondisi hygiene vagina yang tidak terawat sehingga dapat berkembang menjadi keganasan, meskipun paritas tinggi namun jika pada saat proses persalinan hygiene tetap terjaga dengan baik dan proses penyembuhan yang baik dapat mengurangi proses infeksi yang menyebabkan karsinoma serviks. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 1. Tidak terdapat hubungan antara usia dan jumlah paritas terhadap derajat diferensiasi squamous cell carcinoma serviks di RSUD Abdul Wahab Sjahranie periode 2011-2013. 2. Tidak terdapat hubungan antara usia dan jumlah paritas terhadap stadium squamous cell carcinoma serviks di RSUD Abdul Wahab Sjahranie periode 2011-2013. 7.2 Saran 1. Perlu adanya peningkatan kelengkapan pencatatan status pasien pada rekam medis. 2. Ditingkatkannya sosialisasi terhadap deteksi dini karsinoma serviks pada wanita yang telah berhubungan seksual. 3. Dapat dilakukan penelitian serupa yang bersifat retrospektif atau prospektif sehingga jumlah kasus yang dapat digunakan sebagai sampel dapat meningkat dan dapat diketahui faktor-faktor berhubungan lainnya. 4. Dapat dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui tingkat pengetahuan pada karsinoma serviks terhadap angka kejadian pada karsinoma serviks.

UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kepada Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman yang memberikan saya kesempatan untuk menempuh pendidikan serta melakukan penelitian dan kepada kedua pembimbing saya yang telah banyak membantu selama proses penelitian dan penulisan laporan penelitian ini. Terima kasih kepada para dosen, staff akademik, kemahasiswaan, kedua orang tua, serta teman-teman yang telah banyak membantu saya dalam masa pendidikan dan dalam penyusunan laporan penelitian. DAFTAR PUSTAKA 1. Kumar, Cotran, & Robbins. 2007. Buku ajar Patologi (7 ed., Vol. 1& 2). Jakarta: EGC. 2. Prandana, D., A & Rusda, M. 2013. Pasien Kanker Serviks di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2011. Diunduh dari jurnal.usu.ac.id. 1 (2). 3. Otto, S. E. 2005. Buku Saku Keperawatan Onkologi. (E. Meiliya, Ed., & J. F. Budi, Trans.) Jakarta: EGC. 4. Hacker & Moore. 2001. Essential of Obstetri and Gynecology. J george Hypopcrates. 637. 5. Castle, M. S. 2005. The Promise of Global Cervical Cancer Prevention. N Engl J Med, 353 (20), 2101-4. 6. Prawirohardjo, S. 2006. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 7. Effendi, V. 2011. Gambaran Pasien Kanker Leher Rahim di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Periode januari 2008-Desember 2009 (Skripsi). Universitas Mulawaraman, Samarinda. 8. Negari, A.S. 2011. Hubungan Usia Pasien, Usia Pertama Kali Menikah Paritas dengan Risiko Terjadinya Kanker Leher Rahim di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Periode Januari-Desember 2009 (Skripsi). Universitas Mulawarman, Samarinda. 9. Adi, T. N. 2011. Wanita dan Deteksi Dini Kanker Serviks (Studi Korelasi antara Sikap dan Norma Subjektif dengan Intensi Wanita Dewasa dalam Pemeriksaan Deteksi Dini Kanker Serviks). Acta diurna, 7 (2). 10. Sirait, A. M., Soetiarto, F., & Oemiati, R. 2003. Ketahanan Hidup Penderita Kanker Serviks di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta. 32, 13-24. 11.Tan, L. T., Shafi, M. I., & Earl, H. M. 2010. Gynaecological Oncology. New York: Unites States of America by Cambridge University Press.

12.Pringgoutomo, S., Himawan, S., & Tjarta, A. (Eds.). 2006. Buku Ajar Patologi I (Umum) (1 ed.). Jakarta: Sagung Seto. 13.Sampepajung, D. 2010. Relationship between p53 Gene Mutation with Age, Clinical Grade and Histopathological Grading of Breast Cancer Patient in Makassar. The Indonesian Journal of Medical Science, 2 (1), 25-30. 14.Lusiana, A. 2013. Faktor Risiko Kanker Serviks di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh pada Tahun 2013. Jurnal Kesehatan 15.Huda, G. A. 2011. Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Kanker Serviks dan Pap Smear di Kelurahan Campaka Tahun 2011 serta Faktor-faktor yang berhubungan (Skripsi). Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. 16. Amtarina, R. 2009. Organisasi Genom dan Varian Molekuler Human Papillomavirus Tipe 16 Sebagai Penyebab Karsinoma Serviks. Journal of Medical Science, 2 (1), 6-13.