ANALISIS JENIS MINERAL MAGNETIK DARI POLUTAN KENDARAAN BERMOTOR MENGGUNAKAN METODE ISOTHERMAL REMANENT MAGNETIZATION (IRM) DI KOTA PADANG ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
PENENTUAN TINGKAT POLUSI UDARA AKIBAT KENDARAAN BERMOTOR MENGGUNAKAN METODA SUSEPTIBILITAS MAGNETIK DI KOTA PADANG ABSTRACT

Nilam Sari *), Hamdi Rifai *), Fatni Mufit *) ABSTRACT

Bab III Metodologi Penelitian

KAITAN SIFAT MAGNETIK DENGAN TINGKAT KEHITAMAN (DARKNESS) PASIR BESI DI PANTAI MASANG SUMATERA BARAT

* Jurusan Fisika FMIPA UNP, ABSTRACT

PENENTUAN NILAI SATURASI MAGNETIK BATUAN PERIDOTIT ASAL DESA AWANG BANGKAL BARAT KABUPATEN BANJAR KALIMANTAN SELATAN

Bab II Tinjauan Pustaka

ANALISA UKURAN BULIR MINERAL MAGNETIK PADA LINDI TPA SAMPAH KOTA PADANG MENGGUNAKAN METODA ANHYSTERETIC REMANENT MAGNETIZATION (ARM)

IDENTIFIKASI MINERAL MAGNETIK MENGGUNAKAN METODA X-RAY DIFFRACTION (XRD) TERHADAP POLUSI DI KOTA PADANG

PENERAPAN METODE ISOTHERMAL REMANENT MAGNETIZATION

PILLAR OF PHYSICS, Vol. 1. April 2013, 52-59

SIFAT MAGNETIK TANAH DAN DAUN SEBAGAI INDIKATOR PENCEMARAN

Bab IV Hasil dan Pembahasan

MONITORING MAGNETIK TERHADAP POLUSI KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA PADANG PANJANG

Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Vetran Republik Indonesia

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2018

PENENTUAN NILAI SUSEPTIBILITAS MAGNETIK GUANO YANG BERASAL DARI GUA BABA KECAMATAN LUBUK KILANGAN KOTA PADANG

Bab IV Hasil dan Diskusi

IDENTIFIKASI PENCEMARAN AIR PERMUKAAN SUNGAI BY PASS KOTA PADANG DENGAN METODE SUSEPTIBILITAS MAGNET

Gambar 2.1. momen magnet yang berhubungan dengan (a) orbit elektron (b) perputaran elektron terhadap sumbunya [1]

Estimasi Ukuran Bulir Mineral Magnetik pada Batuan Peridotit Berdasarkan Peluruhan Anhysteretic Remanent Magnetization (ARM)

Teori Dasar GAYA MAGNETIK : (F) Jika dua buah benda atau kutub magnetik terpisah pada jarak r dan muatannya masing-masing m 1.

Pengolahan awal metode magnetik

PEMETAAN NILAI SUSEPTIBILITAS MAGNETIK TANAH LAPISAN ATAS DI KODYA SURAKARTA MENGGUNAKAN BARTINGTON MS2 SEBAGAI INDIKATOR PENDEKATAN SEBARAN LOGAM

BAB IV AKUISISI DAN PENGOLAHAN DATA LAPANGAN

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran.. 66 DAFTAR PUSTAKA Lampiran-lampiran... 69

PEMETAAN NILAI SUSEPTIBILITAS MAGNETIK PADA TOP SOIL SEBAGAI INDIKATOR PENYEBARAN LOGAM BERAT DI SEKITAR JALAN SOEKARNO-HATTA MALANG

PENGARUH WAKTU MILLING TERHADAP SIFAT FISIS, SIFAT MAGNET DAN STRUKTUR KRISTAL PADA MAGNET BARIUM HEKSAFERIT SKRIPSI EKA F RAHMADHANI

Identifikasi Polutan Dalam Air Permukaan Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Air Dingin Padang

PENGARUH WAKTU LOOPING TERHADAP NILAI KOREKSI HARIAN DAN ANOMALI MAGNETIK TOTAL PADA PENGOLAHAN DATA GEOMAGNET STUDI KASUS : DAERAH KARANG SAMBUNG

OP-030 Uji Validasi Program Caline4 terhadap Dispersi Gas NO2 dari Sektor Transportasi di Kota Padang

Teori Dasar GAYA MAGNETIK. Jika dua buah benda atau kutub magnetik terpisah pada jarak r dan muatannya masing-masing m 1. dan m 2

PENENTUAN BATAS KONTAK BATUAN GUNUNG PENDUL DAN GUNUNG SEMANGU, BAYAT, KLATEN MENGGUNAKAN METODA MAGNETIK

Experiment indonesian (Indonesia) Loncatan manik-manik - Sebuah model transisi fase dan ketidak-stabilan (10 poin)

BAB III METODE PENELITIAN

Bahan Listrik. Bahan Magnet

IDENTIFIKASI SEBARAN BIJI BESI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DAERAH GUNUNG MELATI KABUPATEN TANAH LAUT

Medan magnet bumi, Utara geografik D. Utara magnetik I. Timur

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiliki kemampuan berpikir yang terus berkembang. Seiring

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KOMPOSISI UNSUR Fe TERHADAP NILAI SUSEPTIBILITAS MAGNETIK DI KOTA PADANG MENGGUNAKAN METODE X-RAY FLUORESCENCE (XRF)

BAB I PENDAHULUAN. yang berasal dari lingkungan atau benda diluar sistem sensor. Input rangsangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGUKURAN INDUKSI MAGNETIK TOTAL DAN IDENTIFIKASI KANDUNGAN ELEMEN ENDAPAN PASIR BESI DI PANTAI BAGIAN SELATAN KOTA PADANG SUMATERA BARAT

RANCANG BANGUN SISTEM PENGUKURAN POLUTAN GAS H 2 S PADA LOKASI MANIFESTASI GEOTHERMAL GEDUNG SONGO MENGGUNAKAN SENSOR TGS 2602 TUGAS AKHIR

Lenny Marcillina, Erwin, dan Tengku Emrinaldi

1.2 Tujuan Makalah Makalah ini dibuat untuk membantu para taruna-taruni dalam hal memahami tentang hal-hal yang berkaitan dengan medan magnet Bumi.

ANALISA PENGARUH INTI KOIL TERHADAP MEDAN MAGNETIK DAN MUATAN PADA KAPASITOR DALAM RANGKAIAN SERI LC. Sri Wahyuni *, Erwin, Salomo

V. Medan Magnet. Ditemukan sebuah kota di Asia Kecil (bernama Magnesia) lebih dahulu dari listrik

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

OLEH : S I S W O Y O, S.Si MAHMUD YUSUF,ST MUHAMAD SANUSI,S.Si 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

d) Dipol magnet merupakan sebuah magnet dipol, akselerator partikel, magnet yang dibangun untuk menciptakan medan magnet homogen dari jarak tertentu.

BAB III METODE PENELITIAN. Elekto Medis, Politeknik Kesehatan Surabaya, dan Sekolah Luar Biasa (SLB) Tuna Rungu mulai bulan Januari 2012-Juli 2012.

PENENTUAN NILAI TINGKAT KEMAGNETAN DAN SUSEPTIBILITAS MAGNETIK PASIR DAN DEBU SEPANJANG JALAN UTAMA DI KOTA PEKANBARU

MAGNET - Materi Ipa Fisika SMP Magnet magnítis líthos Magnet Elementer teori magnet elementer.

Afdal, Elio Nora Islami. Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas, Padang

STUDI ANOMALI BAWAH PERMUKAAN DAERAH SEKITAR MANIFESTASI AIR PANAS, DESA WAGIR LOR, KEC. NGEBEL, KAB. PONOROGO DENGAN MENGGUNAKAN METODE MAGNETIK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

19/11/2016. MAGNET Benda yang memiliki sifat dapat menarik besi atau baja Penggolongan bahan secara makroskopik. Sifat-sifat magnet.

PENGERTIAN. Kata magnet (magnit) berasal dari bahasa Yunani magnítis líthos yang berarti batu Magnesian. Apakah magnet itu?

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini, inovasi teknologi yang terus berkembang khususnya

MAGNET. Benda yang memiliki sifat dapat menarik besi atau baja Penggolongan bahan secara makroskopik

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 4, Oktober 2014 ISSN

PENDETEKSI OTOMATIS ARAH SUMBER CAHAYA MATAHARI PADA SEL SURYA. Ahmad Sholihuddin Universitas Islam Balitar Blitar Jl. Majapahit no 4 Blitar.

PILLAR OF PHYSICS, Vol. 4. November 2014, 49-56

BAB 2 PENGGUNAAN SENSOR MEDAN MAGNET TUNGGAL BERBASIS EFEK HALL DALAM PENGEMBANGAN ALAT UKUR HISTERISIS MAGNET UNTUK MATERIAL MAGNET LEMAH

TOPIK 8. Medan Magnetik. Fisika Dasar II TIP, TP, UGM 2009 Ikhsan Setiawan, M.Si.

Identifikasi Keberadaan Heat Source Menggunakan Metode Geomagnetik Pada Daerah Tlogowatu, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah

POSITRON, Vol. IV, No. 1 (2014), Hal ISSN :

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pengesahan... Kata Pengantar Dan Persembahan... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

KARAKTERISASI SIFAT MAGNET DAN KANDUNGAN MINERAL PASIR BESI SUNGAI BATANG KURANJI PADANG SUMATERA BARAT

Magnet dapat menarik benda-benda dari bahan tertentu

PEMETAAN PERSENTASE KANDUNGAN DAN NILAI SUSEPTIBILITAS MINERAL MAGNETIK PASIR BESI PANTAI SUNUR KABUPATEN PADANG PARIAMAN SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kesehatan manusia. Hal ini disebakan karena gas CO dapat mengikat

PENENTUAN NILAI SUSEPTIBILITAS MAGNETIK MINERAL MAGNETIK PASIR BESI SISA PENDULANGAN EMAS DI KABUPATEN SIJUNJUNG SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kelompok 3 : Ahmad Imam Darmanata Pamungkas Firmansyah Saleh Ryan Isra Yuriski Tomy Dwi Hartanto

Mesin AC. Motor Induksi. Dian Retno Sawitri

Pertemuan ke-5 Sensor : Bagian 1. Afif Rakhman, S.Si., M.T. Drs. Suparwoto, M.Si. Geofisika - UGM

Detektor Medan Magnet Tiga-Sumbu

BAB 2 Teori Dasar 2.1 Konsep Dasar

Analisis Persamaan Respon Dosis Thermoluminescent Dosimeter (TLD) Pada Spektrum Sinar-X Menggunakan Metode Monte Carlo

RANCANG BANGUN SUMBER MEDAN MAGNETIK DINAMIK UNTUK IDENTIFIKASI ANOMALI MAGNETIK LAPISAN TANAH

RANCANG-BANGUN PIRANTI IDENTIFIKASI RADIASI ELEKTROMAGNETIK (KASUS DI SEKITAR BERKAS SINAR KATODA)

Soal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menganalisa data hubungan tegangan dengan

Jika massa jenis benda yang tercelup tersebut kg/m³, maka massanya adalah... A. 237 gram B. 395 gram C. 632 gram D.

BAB I PENDAHULUAN. Magnet keras ferit merupakan salah satu material magnet permanen yang

RANCANG BANGUN SISTEM AUTOTRACKING UNTUK ANTENA UNIDIRECTIONAL FREKUENSI 2.4GHZ DENGAN MENGGUNAKAN MIKROKONTOLER ARDUINO

MONITORING GUNUNG API DENGAN METODE MAGNETIK

PENCEMARAN LINGKUNGAN. Purwanti Widhy H, M.Pd

DASAR-DASAR LISTRIK ARUS AC

PENGARUH POLA KONTUR HASIL KONTINUASI ATAS PADA DATA GEOMAGNETIK INTEPRETASI REDUKSI KUTUB

PENGEMBANGAN SENSOR MAGNETIK MAGNETORESISTIF (MR) UNTUK APLIKASI KOMPAS ELEKTRONIK

PENGARUH VARIASI TEKANAN KOMPAKSI TERHADAP SIFAT MAGNETIK PADA PEMBUATAN SOFT-MAGNETIC DARI SERBUK BESI SKRIPSI

Analisis Anisotropi Suseptibilitas Magnetik Batuan Beku Lengan Utara Sulawesi

MODUL 6 OSILOSKOP DAN FUNGSI GELOMBANG LISTRIK. frekuensi, amplitudo, dan beda fasa dari sinyal tegangan.

Transkripsi:

PILLAR OF PHYSICS, Vol. 1. April 2013, 09-15 ANALISIS JENIS MINERAL MAGNETIK DARI POLUTAN KENDARAAN BERMOTOR MENGGUNAKAN METODE ISOTHERMAL REMANENT MAGNETIZATION (IRM) DI KOTA PADANG Pramita Syafrina *), Mahrizal dan Harman Amir **) *) Mahasiswa Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Padang **) Staf Pengajar Jurusan Fisika FMIPA UNP ABSTRACT Polution is big problem in many city. Iron-oksida is very small and dangeraous for healty, so important to measure who give information about magnetic field. The source of polution are mount eruption, forest fire and motor vehicle. In this eksperiment we studying about kind polution from motor vehicle. The kind polutan of vehicles was know with Isothermal Remanent Magnetization (IRM) method. In this eksperiment 93 sample, 45 top soil sample, 40 wood sample and 8 for leaf sample. The result of data analysis indication that intensity magnetization of top soil is 10.24 to 11.974.558 ma/m for wood sample is 0,22 to 7.186,20 ma/m and for leaf 0.33 to 900.31 ma/m. The analysis for saturation kurva of IRM for samples is magnetite (Fe 3 O 4 ) because out field 300 mt. Keywords: Isothermal Remanent Magnetization (IRM), magnetite PENDAHULUAN Pesatnya pertambahan jumlah kendaraan bermotor berakibat meningkatnya pencemaran udara. Pencemaran udara merupakan suatu masalah besar dikebanyakan kota di dunia. Hal ini disebabkan oleh adanya bahan bakar yang digunakan dalam transportasi dan industri meski konstribusi alam juga menyokong melalui kejadian seperti letusan gunung berapi dan kebakaran hutan. Dibanyak negara berkembang seperti Indonesia, konsentrasi bahan pencemar udara berasal dari kendaraan bermotor meningkat sebagai suatu konsekuensi terhadap meningkatnya pembakaran bahan bakar fosil (Sutriyo, 2008: 862). Dalam satu dekade terakhir, metoda sifat magnetik batuan (rock magnetic methods) telah banyak digunakan dalam kajian tentang pencemar atau polusi lingkungan. Tujuan dari kajian seperti ini, umumnya adalah untuk mengidentifikasi mineral magnetik pada polutan dan menghubungkannya dengan sumber atau mekanisme pencemaran. Mineral magnetik sebenarnya selalu ada secara alamiah pada batuan, tanah, atau endapan sedimen, meskipun secara kuantitatif kelimpahannya cukup kecil yaitu sekitar 0.1 % dari massa total batuan atau endapan (Bijaksana, 2002). Mineral magnetik ini memiliki sifat, jenis dan morfologi yang beragam yang bergantung pada sumbernya. Pada kasus pencemaran, perlu dilakukan identifikasi apakah mineral magnetik berasal dari sumber-sumber alamiah atau dari proses pencemaran. Mengingat oksida-besi dalam ukuran kecil yang sangat beresiko bagi kesehatan, maka perlu dilakukan pengukuran yang dapat memberikan informasi tentang keberadaan material magnetik tersebut. Untuk memastikan bahwa dalam suatu sampel yang diambil terdapat material magnetik, dilakukan pengukuran menggunakan metode Isothermal Remanent Magnetization (IRM). 9

Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan normalnya. Kehadiran bahan atau zat asing di dalam udara dalam jumlah tertentu serta berada di udara dalam waktu yang cukup lama, akan dapat mengganggu kehidupan manusia. Penyebab pencemaran udara akibat kendaraan bermotor bersumber pada bahan bakar kendaraan dan dapat dihasilkan dari karat pada kendaraan itu dan gesekangesekan yang terjadi pada saat kendaraan beroperasi. Bagian dalam sistem pembuangan pada kendaraan juga dapat menghasilkan material-material magnetik sebagai sumber polusi. Kemagnetan bahan sangat bergantung pada kandungan mineral magnetik, ukuran bulir, temperatur dan tekanan. Berdasarkan sifat magnetiknya suatu bahan digolongkan menjadi tiga bagian yaitu: diamagnetik, paramagnetik dan ferromagnetik. Untuk menunjukkan sifat mineral dari bahan ferromagnetik, cara yang paling umum dilakukan adalah dengan memplot induksi magnet B terhadap medan magnet H atau dengan memplot magnetisasi M terhadap medan magnet H. Istilah mineral magnetik biasanya hanya digunakan untuk mineral yang tergolong ferromagnetik. Mineral ferromagnetik umumnya berasal dari keluarga besi titanium oksida, sulfide besi dan hidroksi besi. Yang paling banyak dijumpai dalam batuan yaitu besi titanium oksida. Keluarga besi titanium oksida dianggap sebagai pembawa magnetisasi remanen yang paling dominan. Contohnya, magnetite (Fe 3 O 4 ), hematite (α- Fe 2 O 3 ) dan magnetite (γ-fe 2 O 3 ). Isothermal Remanent Magnetization (IRM) adalah magnetisasi remanen yang dihasilkan dalam waktu yang singkat melalui medan magnetik yang kuat pada temperatur konstan. IRM merupakan bentuk remanen yang dihasilkan melalui eksperimen histerisis dan bulir magnetik yang merekamnya mempunyai energi koersif yang lebih kecil dari medan yang digunakan. Pemberian IRM bertujuan untuk menentukan jenis mineral magnetik yang terdapat pada sampel. Untuk membedakan antara magnetite (Fe 3 O 4 ) dan hematite (Fe 2 O 3 ) dapat kita ketahui dari pola saturasi yang dihasilkan. Gambar 5. Kurva perbandingan antara magnetite dan hematite setelah pemberian IRM (Hunt,1991:35) Menurut Hunt (1991: 34), ada 3 teknik yang digunakan dalam mengkarakterisasi IRM : 1. Akuisisi yaitu pengukuran dengan menggunakan medan, dimana medan demagnetisasi sampel dinaikkan. Remanen maksimum merupakan remanen saturasi. 2. Demagnetisasi DC yaitu pengukuran dengan menggunakan medan DC negatif dimulai dari medan remanen saturasi. Medan yang menurunkan harga saturasi disebut medan koersif. 3. Demagnetisasi dengan bolak balik yaitu pengukuran dilakukan dengan medan bolak-balik mulai dari medan remanen saturasi. Dari 3 teknik yang digunakan dalam mengkarakterisasi IRM pada penelitian ini digunakan teknik pertama yaitu dengan teknik akuisisi data. Dimana sampel yang telah dipreparasi diberikan medan demagnetisasi sampai mencapai remanen maksimum yang merupakan remanen saturasi. METODE PENELITIAN 10

Penelitian ini merupakan penelitian dasar yang dilakukan secara sistematik terhadap suatu masalah. Data dari penelitian ini merupakan data primer yang diperoleh langsung pada saat melakukan peneitian. Penelitan ini dilaksanakan dari bulan Desember 2011 sampai Mei 2012. Pengambilan data pada penelitian ini di lakukan di Laboratorium Geofisika Universitas Sriwijaya. Pengambilan sampel dilakukan selama lebih kurang satu bulan yaitu dari tanggal 4 Desember sampai dengan 8 Januari 2012. Reparasi sampel dilakukan di Laboratorium Geofisika Universitas Padang pada bulan Februari 2012. Beberapa instrumentasi / alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah : a. Impulse Magnetizer sebanding dengan komponen magnetik yang paralel dengan sumbu fluxgate. Rasio sinyal terhadap noise ditingkatkan dengan frekuensi 6 Hz. Kemudian sinyal output didigitalkan dengan alat Analog Digital Converter (ADC) dan disimpan dalam memori komputer dalam besran berupa arah (dalam inklinasi dan deklinasi) dan intensitas mineral magnetik sampel. Untuk putaran pendek jumlah putaran 24 dan 120 untuk putaran panjang. Pada pengukuran magnetik ini posisi sampel diatur dalam empat arah yang berbeda seperti yang terlihat pada Gambar 8. Arah pemutaran sampel adalah: a. Vertikal I ; b. Horizontal I (diputar 90 o ke arah kiri dari arah Vertikal I) ; c. Vertikal II ; d. Horizontal II (diputar 90 o ke arah kanan dari arah Vertikal II). Gambar 4. Posisi sampel didalam Minispin Magnetometer Gambar 2. Impulse Magnetizer Impulse Magnetizer digunakan untuk memberikan tegangan pada sampel yang akan di ukur. Pemberian tegangan pada sampel dimulai dari 0, 5, 7, 10, 15, 20, 25, 50, 75, 100, 150, 200, 250 dan 300 untuk koil 1 dan 0 10, 15, 20, 25, 50, 75, 100, 150, 200, 250 dan 300 untuk koil 2. b. Minispin Magnetometer Sampel dari penelitian ini berjumlah 93 sampel, yang terdiri dari 45 sampel jenis top soil, 40 sampel jenis kulit kayu, dan 8 sampel jenis daun. Posisi sampel secara geografis dapat ditentukan dengan meng-gunakan alat GPS (Global Positioning System). Pengambilan sampel dilakukan pa-da primer yaitu Jalan Adinegoro Padang Utara, Jalan By Pass Kuranji, Jalan By Pass Lubuk Begalung, Jalan Lubuk Kilangan, Jalan Hamka Padang Utara, Jalan Khatib Sulaiman dan Jalan By Pass Koto Tangah. Gambar 3. Minispin Magnetometer Minispin Magnetometer seperti yang terlihat pada Gambar 7 dikontrol oleh Microprocessor Rockwell 6502. Prinsip kerja alat ini menghasilkan sinyal DC 11

Pada sampel daun, diambil daun yang berada di sekitar lokasi pengambilan sampel topsoil dan kulit kayu. Prosedur Persiapan Sampel Gambar 4. Peta Lokasi Sampel (sumber: Bappeda Kota Padang 2012) Prosedur Pengambilan Sampel Pada data topsoil di ambil tanah permukaan. Dimana setiap lokasi di bagi menjadi 3 titik dan setiap titik akan diambil 3 sampel yaitu yang dekat dengan jalan raya pada jarak 0 meter dari jalan, pada jarak 1 meter dan pada jarak 2 meter seperti yang terlihat pada Gambar 5. Gambar 5. Titik pengambilan sampel top soil Untuk sampel kulit kayu, diambil sampel pada kulit terluar. Titik pengambilan sampel dilakukan dengan membagi kayu menjadi 8 bagian yaitu pada sudut 45 0, yang mana titik 0 0 pada arah utara. Kemudian diambil sampel yang lain searah dengan jarum jam. Pada sampel kulit kayu diperhatikan juga letak pohon kayu seperti yang terlihat pada Gambar 6. Ditinjau dari prosedur pengambilan sampel terdapat tiga jenis sampel yaitu top soil, kulit kayu dan daun. Adapun langkah dalam persiapan atau reparasi sampel adalah : Pada sampel jenis top soil, tanah yang di dapat kemudian dihaluskan menggunakan ayakan kemudian dimasukkan kedalam holder yang berbentuk tabung. Sampel yang dimasukkan ke dalam holder harus padat agar sewaktu dilakukan pengukuran tidak ada ruang didalam holder yang mem-buat hasil pengukuran tidak lagi akurat. Penamaan pada sampel top soil berupa ke-terangan nama jalan, dan titik pengambilan sampel. Pada sampel jenis kulit kayu perta-ma-tama dihaluskan dengan cara mengerus terlebih dahulu bagian permukaan kulit kayu kemudian diambil bagian yang agak halus untuk dimasukkan kedalam holder. Karena sampel dari kulit kayu didapat sedikit maka sampel yang didapat dicampur dengan silikon. Penamaan pada sampel ku-lit kayu berupa keterangan nama jalan dan sudut pengambilan sampel. Pada sampel je-nis daun pertama-tama daun dipotong-poto-ng menjadi bagian yang kecil dan dicampur dengan silikon lalu masukkan kedalam holder. Penamaan pada sampel daun berupa keterangan nama jalan, dan titik pengambilan sampel. Gambar 6. Titik pengambilan sampel kulit kayu Gambar 7. Sampel yang siap untuk diukur Pengukuran IRM bertujuan untuk mendapatkan keadaan saturasi dari sampel 12

Intensitas (ma/m) yang diteliti. Adapun prosesnya adalah sebagai berikut : Proses Kalibrasi Alat Sebelum alat Minispin Magnetometer digunakan, terlebih dahulu dilakukan proses kalibrasi dengan menggunakan sampel kalibrasi. Sampel kalibrasi dimasukkan kedalam pemutar pada alat Minispin Magnetometer seperti Gambar 3. Arah panah menunjukkan arah utara (N). Tekan short spin yang menghasilkan 24 putaran atau long spin yang menghasilkan 120 putaran dan tunggu sampai nilai East. Pada penelitian ini digunakan short spin. Jika nilai East terletak antara terletak antara 0.00 sampai 2.00 berarti kalibrasi sudut sudah benar. Jika belum benar putar ring fluxgate searah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam kemudian klik lagi spin sampai diperoleh nilai yang benar. Kemudi-an masukkan nilai kalibrasi 537, tekan cal kemudian tekan spin sampai keluar nilai intensitas sampel kalibrasi. Setelah didapat nilai yang sama maka alat Minispin Magne-tometer sudah terkalibrasi. Pengkalibrasi alat harus dilakukan setiap 1 jam dari pengukuran sampel. Proses Demagnetisasi Tekan tombol power pada alat Impulse Magnetizer. Letakkan sampel pada tempat sampel kemudian masukkan kedalam tabung demagnetisasi. Lalu tekan tombol trigger dengan tegangan 0 mv. Setelah terdengar bunyi tik pada alat Impulse Magnetizer, tarik sampel keluar untuk selanjutnya dilakukan proses pengukuran IRM. Lakukan langkah untuk koil I dan koil II. Proses Pengukuran IRM Setelah sampel didemagnetisasi kemudian diukur intensitasnya dengan alat Minispin Magnetometer, ukur sampel sebanyak 4 kali sesuai posisi sampel pada Gambar 4. Setelah itu klik sp4 pada monitor komputer. Kemudian didapat nilai intensitasnya, deklinasi daan inklinasinya. Teknik Analisa Data Untuk melihat kandungan mineral magnetik yang dimiliki oleh sampel yang diteliti, di ukur IRMnya dengan menggunakan alat Impulse Magnetizer yaitu dengan cara memberikan tegangan tinggi secara bertahap. Tegangan yang diberikan secara bertahap akan dikonversi menjadi kuat medan (H) dengan menggunakan tabel yang terdapat pada Minispin Operator s Manual. Kemudian sampel di ukur dengan menggunakan alat Minispin Magnetometer dan dari hasil pengukuran didapat nilai intensitas. Nilai kuat medan (H) didapat dari Kalibasi Data Impulse Magnetizer yang dapat dilihat pada Lampiran 4. Setelah didapat nilai kuat medan (H) dan intensitas, kemudian dengan menggunakan Microsoft Excel data tersebut diplot dalam bentuk grafik yang menyatakan hubungan antara kuat medan (H) (sumbu x) dan intensitas (sumbu y). Untuk menentukan jenis mineral magnetik pada sampel dilakukan dengan menganalisis kapan terjadi saturasi. Jika sampel tersaturasi 300 mt menunjukkan jenis mineral magnetite (Fe 3 O 4 ), sedangkan jika tersaturasi >300 mt menunjukkan jenis mineral hematite (Fe 2 O 3 ). HASIL Hasil pengukuran IRM di Jalan By Pass Kuranji untuk sampel top soil: 400000 300000 200000 100000 0 0 1000 2000 Kuat Medan (mt) BPKT 11 BPKT 12 BPKT 13 Gambar 8. Kurva saturasi IRM untuk sampel BPKT 11, BPKT 12, BPKT 13 Dari Gambar 8 dapat dilihat keadaan saturasi mulai terjadi pada kuat medan 13

Intensitas (ma/m) Intensitas (ma/m) antara 220 mt 300 mt dan tidak terjadi lagi akuisisi IRM pada medan yang lebih tinggi. Dari Gambar 17 dapat dilihat bahwa nilai intensitas yang tertinggi terdapat pada BPKT 11 yang berjarak 1 meter dari jalan. Hasil pengukuran IRM di Jalan By Pass Kuranji untuk sampel kulit kayu: 8000 6000 4000 2000 0 Gambar 9. Kurva saturasi IRM untuk sampel BPKK 0, BPKK 45, BPKK 90, BPKK 135, BPKK 180, BPKK 225, BPKK 270 dan BPKK 315 Dari Gambar 9 dapat dilihat keadaan saturasi mulai terjadi pada kuat medan antara 160 mt 300 mt dan tidak terjadi lagi akuisisi IRM pada medan yang lebih tinggi. Dari Gambar 27 dapat dilihat bahwa nilai intensitas yang tertinggi terdapat pada BPKK 0. Hasil pengukuran IRM di Jalan By Pass Kuranji untuk sampel daun: 200 100 0 0 1000 2000 Kuat Medan (mt) 0 1000 2000 Kuat Medan (mt) BPKK 0 BPKK 45 BPKK 90 BPKK 135 BPKK 180 BPKK 225 BPKD Gambar 10. Kurva saturasi IRM untuk sampel BPKD Dari Gambar 10 dapat dilihat keadaan saturasi mulai terjadi pada kuat medan antara 250 mt 300 mt dan tidak terjadi lagi akuisisi IRM pada medan yang lebih tinggi. PEMBAHASAN Dilihat dari kurva saturasi IRM pada sampel top soil, kulit kayu dan daun, diketahui bahwa nilai medan saturasi pada penelitian ini adalah sama yaitu 300 mt. Perilaku mineral magnetik dengan harga saturasi yang rendah ini mengindikasikan koersifitas magnetik yang rendah. Rendahnya nilai saturasi dan koersifitas ini mengindikasikan bahwa jenis mineral magnetik yang terkandung pada sampel top soil, kulit kayu dan daun adalah mineral magnetite. Menurut Butler (1998) magnetite tersaturasi pada rentang 100 hingga 300 mt, sedangkan hematite tersaturasi pada sekitar 800 mt. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa nilai intensitas tertinggi terdapat pada sampel yang berjarak 1 meter dari jalan untuk sampel top soil. Tapi pada beberapa sampel ada yang terdapat nilai intensitas tertinggi pada jarak 2 meter dari jalan atau pada jarak 3 meter dari jalan. Hal ini dapat terjadi karena pada sampel top soil, tanah yang terdapat di permukaan dapat terbawa air saat hujan dan dapat diterbangkan angin. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dengan menggunakan metode Isothermal Remanent Magnetization (IRM) di kota Padang pada tiga jenis sampel yaitu top soil, kulit kayu, dan daun menunjukkan bahwa jenis mineral megnetik yang terkandung dalam masing masing sampel adalah magnetite (Fe 3 O 4 ). Hal ini ditunjukkan dengan melihat kurva saturasi IRM dari nilai intensitas dengan kuat medan yang mana tersaturasi pada kuat medan 300 mt. Tingginya nilai intensitas menunjukkan bahwa aktivitas lalulintas di lokasi pengambilan sampel juga tinggi. 14

UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih untuk Ibu Fatni Mufit, Bapak Mahrizal dan Bapak Harman Amir yang telah mengizinkan saya ikut serta dalam penelitian Dosen tahun 2011 dana DIPA Jurusan Fisika FMIPA UNP sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi saya. Terima kasih untuk Wedara Yuliatri yang telah bekerjasama dalam persiapan sampai pengukuran sampel. DAFTAR PUSTAKA Bijaksana, S. (2002). Analisa Mineral Magnetik dalam Masalah Lingkungan. Journal Geofisika. Vol 1. Hlm. 19-27. Buttler, R.F. (1998). Paleomagnetism : Magnetic Domain to Geologic Terranes. Blackwell. Evans, Michael. E & Heller, Friedrich. (2003). Principles and Aplication of Enviromagnetik. Sandiego, California USA: Akademic press. Hunt, Christoper. P. (1991). Environmental Magnetism Workshop. University of Minnesota. Minispin Operation s Manual. Molspin Ltd. New Castle, England. 15