HUBUNGAN BREEDING PLACE DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEBERADAAN JENTIK VEKTOR DBD DI DESA GAGAK SIPAT KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN BREEDING PLACE DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEBERADAAN JENTIK VEKTOR DBD DI DESA GAGAK SIPAT KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI BAB I

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PSN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI DESA NGESREP KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PSN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI DESA NGESREP KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

Keywords : Mosquito breeding eradication measures, presence of Aedes sp. larvae.

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG

PERILAKU 3M, ABATISASI DAN KEBERADAAN JENTIK AEDES HUBUNGANNYA DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB I LATAR BELAKANG

HUBUNGAN ANTARA TINDAKAN PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DENGAN KEBERADAAN JENTIK NYAMUK AEDES

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KELUARGA TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KELURAHAN PANCORAN MAS ABSTRAK

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KELURAHAN ABIANBASE KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Sitti Badrah, Nurul Hidayah Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman 1) ABSTRACT

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH KADER JUMANTIK DI PUSKESMAS GAYAMSARI SEMARANG

Unnes Journal of Public Health

HUBUNGAN SIKAP DAN UPAYA PENCEGAHAN IBU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNTUNG PAYUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

Hubungan Faktor Lingkungan Fisik Rumah, Keberadaan Breeding Places, Perilaku Penggunaan Insektisida dengan Kejadian DBD Di Kota Semarang

HUBUNGAN PERILAKU PSN TERHADAP KEBERADAAN LARVA AEDES AEGYPTI DI WILAYAH KERJA PELABUHAN KETAPANG BANYUWANGI

HUBUNGAN PELAKSANAAN PSN 3M DENGAN DENSITAS LARVA Aedes aegypti DI WILAYAH ENDEMIS DBD MAKASSAR

JURNAL. Suzan Meydel Alupaty dr. H. Hasanuddin Ishak, M.Sc,Ph.D Agus Bintara Birawida, S.Kel. M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

: Suhu, Kelembaban, Perilaku Masyarakat dan Keberadaan jentik

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: HAFSHAH RIZA FAWZIA J

Penyakit DBD merupakan masalah serius di Provinsi Jawa Tengah, daerah yang sudah pernah terjangkit penyakit DBD yaitu 35 Kabupaten/Kota.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DBD DI DESA GONILAN KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA IBU RUMAH TANGGA DI KELURAHAN KRAMAS KOTA SEMARANG

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

SARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG DEMAM BERDARAH DAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DI PUSKESMAS NGORESAN KECAMATAN JEBRES SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

ANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH MEDAN TAHUN 2005

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya ini cenderung menurun bersamaan dengan terus membaiknya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS KEBERADAAN KONTAINER DAN KEPADATAN JENTIK Aedes aegypti DI KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU

ABSTRAK. Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II : Budi Widyarto L, dr., MH

BAB I PENDAHULUAN. tropis dan subtropis di seluruh dunia. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi

HUBUNGAN KEBERADAAN JENTIK

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan

Lesly Joclin Efruan * ), dr.zaenal Sugiyanto, M.Kes ** ) Jl. Nakula 1 No Semarang.

Skripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: DIAH NIA HERASWATI J

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi

SUMMARY HASNI YUNUS

KARAKTERISTIK TEMPAT PERINDUKAN DAN KEPADATAN JENTIK NYAMUK Aedes aegypti

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

Al-Sihah : Public Health Science Journal. Sulaemana Engkeng 1, Roy Max Dotulong Mewengkang 2

GAMBARAN FAKTOR KEBERHASILAN KELURAHAN KRAMAS KOTA SEMARANG DALAM PROGRAM KAWASAN BEBAS JENTIK

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) dan ditularkan oleh nyamuk

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

Ni Luh Puspareni¹, I Made Patra², Ni Ketut Rusminingsih³

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PERILAKU 3M DENGAN KEBERADAAN JENTIK NYAMUK DI DUSUN TEGAL TANDAN, KECAMATAN BANGUNTAPAN, KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. misalnya akibat gigitan nyamuk dapat menyebabkan dermatitis, alergika dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DBD DI DESA GONILAN KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO

ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum

HubunganLingkungan Fisik dan Tindakan PSN dengan Penyakit Demam Berdarah Dengue di Wilayah Buffer Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Samarinda

BAB 1 PENDAHULUAN. anak-anak.penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai saat ini masih

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: INDRIANI KUSWANDARI

ABSTRAK. Pembimbing II : Kartika Dewi, dr., M.Kes., Sp.Ak

BAB I PENDAHULUAN. kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK BERKORELASI POSITIF DENGAN KEBERADAAN JENTIK DJ KELURAHAN BINTARO KOTA MATARAM

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit menular cukup tinggi dan prevalensinya meningkat karena

BAB I PENDAHULUAN. lancarnya transportasi (darat, laut dan udara), perilaku masyarakat yang kurang sadar

PERBEDAAN PENGETAHUAN PEMANTAUAN JENTIK SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN (Studi Pada Siswa Kelas V SDN Karsamenak Kota Tasikmalaya Tahun 2017)

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN RUMAH DAN KEPADATAN PENDUDUK DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CHIKUNGUNYA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIPATANA.

HUBUNGAN ANTARA MEMASANG KAWAT KASA, MENGGANTUNG PAKAIAN DI DALAM RUMAH, DAN KEMAMPUAN MENGAMATI JENTIK DENGAN KEJADIAN DBD

HUBUNGAN KEBERADAAN BREEDING PLACES, CONTAINER INDEX DAN PRAKTIK 3M DENGAN KEJADIAN DBD (STUDI DI KOTA SEMARANG WILAYAH BAWAH)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DI RT 3 RW 4 DESA KEMBANGBAHU KECAMATAN KEMBANGBAHU KABUPATEN LAMONGAN

LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagianpersyaratan guna mencapai derajat sarjana strata 1 kedokteran umum

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan. keluarga dengan melaksanakan pembangunan yang berwawasan kesehatan,

BAB III METODE PENELITIAN

Sugiyono 1, Sri Darnoto 2. Kata Kunci : Penyakit DBD, Siswa SD, Pengetahuan dan Sikap

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan. salah satu masalah kesehatan lingkungan yang cenderung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

FAKTOR KEBERADAAN BREEDING PLACE DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI SEMARANG

SKRIPSI. HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN FISIK, KIMIA, SOSIAL BUDAYA DENGAN KEPADATAN JENTIK (Studi di Wilayah Kecamatan Gunung Anyar Kota Surabaya)

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN MALALAYANG 2 LINGKUNGAN III

HUBUNGAN PRAKTIK PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DENGAN KBERADAAN JENTIK

HUBUNGAN JUMLAH PENGHUNI, TEMPAT PENAMPUNGAN AIR KELUARGA DENGAN KEBERADAAN LARVA Aedes aegypti DI WILAYAH ENDEMIS DBD KOTA MAKASSAR

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

Fajarina Lathu INTISARI

Transkripsi:

HUBUNGAN BREEDING PLACE DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEBERADAAN JENTIK VEKTOR DBD DI DESA GAGAK SIPAT KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI Dhina Sari dan Sri Darnoto Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A Yani Tromol Pos I, Pabelan, Kartasura, Surakarta Abstract Indonesia is one of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) endemic countries which number of incident tend to increase in every year. Gagak Sipat is a village in Ngemplak Health Centre area which has high incident of DHF. The purpose of this research was to know the correlation between breeding place and public behavior and existence of larvae vector DHF in Gagak Sipat Village, Ngemplak, Boyolali. Type of research was observasional research with cross sectional approach. Samples of this research were 96 houses which were obtained with simple random sampling. Data were collected with interview and live monitoring at container. Data were analyzed with Chi Square test at level confident 95%. Result of research showed that there was correlation between breeding place (ñ=0,001) and society behavior (ñ=0,022) and existence of larvae vector DHF in Gagak Sipat Village, Ngemplak, Boyolali. Key words: Existence Larvae Vector DHF, Breeding Place, Society Behavior. PENDAHULUAN Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Di Indonesia merupakan daerah endemis DBD yang setiap tahunnya terjadi KLB dan memiliki jumlah kasus Demam Berdarah cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Meningkatnya angka Demam Berdarah di berbagai kota di Indonesia disebabkan oleh sulitnya pengendalian penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti (Brahim dan Hasnawati, 2010). Kabupaten Boyolali merupakan salah satu kota dari bagian Propinsi Jawa Tengah yang mempunyai jumlah kasus DBD tinggi. Kasus DBD di Kabupaten Boyolali tahun 2009 mencapai 326 kasus dengan jumlah kematian 4 orang, tahun 2010 terjadi 403 kasus dengan jumlah kematian 7 orang, dan pada tahun 2011 terjadi 82 kasus dengan angka kematian 1 orang atau. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa angka kasus terbesar terjadi pada tahun 2010 yaitu 403 kasus dengan 7 angka kematian, sedangkan untuk tahun 2012 Hubungan Breeding Place dan Perilaku... (Dhina Sari dan Sri Darnoto) 103

hingga bulan Juli ada 79 kasus dengan 1 angka kematian (Dinkes Boyolali, 2012). Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh peneliti di Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali diperoleh data bahwa angka kejadian DBD dari ketiga belas kecamatan di Kabupaten Boyolali pada tahun 2009 s/d bulan Juli tahun 2012, data tertinggi terdapat di Kecamatan Ngemplak. Data yang dihimpun dari Puskesmas Ngemplak diperoleh hasil, angka kejadian DBD di Kecamatan Ngemplak untuk tahun 2009 sebanyak 51 kasus, tahun 2010 sebanyak 81 kasus, tahun 2011 sebanyak 21 kasus, dan 5 kasus untuk tahun 2012 sampai bulan Juli (Dinkes Boyolali, 2012). Keberadaan jentik di suatu wilayah diketahui dengan indikator Angka Bebas Jentik (ABJ). Peningkatan jumlah kasus tersebut didukung rendahnya ABJ. Indikator keberhasilan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) adalah terwujudnya ABJ yaitu lebih dari 95% (Brahim dan Hasnawati, 2010). Berdasarkan hasil survei pendahuluan didapatkan jumlah kasus terbanyak di Kecamatan Ngemplak dari tahun 2009 hingga tahun 2012 bulan Juli ada di Desa Ngesrep dan Desa Gagak Sipat, yaitu Desa Ngesrep berjumlah 28 kasus dan Desa Gagak Sipat berjumlah 27 kasus, tetapi untuk nilai ABJ Desa Gagak Sipat masih lebih rendah dibandingkan Desa Ngesrep. Desa Gagak Sipat pada tahun 2010 nilai ABJ 72%, sedangkan untuk Desa Ngesrep tahun 2010 ABJ 79% (Puskesmas Ngemplak, 2010). Nilai ABJ untuk tahun 2011 peneliti mendapatkan data dari para kader kesehatan di Desa Gagak Sipat dengan ABJ 76%, dan dari kader di Desa Ngesrep yaitu 79%. Nilai ABJ tersebut masih rendah dari nilai indikator keberhasilan ABJ yaitu 95% terutama nilai ABJ di Desa Gagak Sipat, maka sangat perlu diwaspadai, karena rendahnya ABJ menjadikan risiko adanya penyakit DBD terutama di Desa Gagak Sipat. Oleh karena itu penting untuk dilakukan penelitian di Desa Gagak Sipat mengenai tempat perindukan nyamuk (breeding place) dan perilaku masyarakat yang meliputi pemeriksaan Tempat Penampungan Air (TPA) terdiri dari TPA untuk keperluan sehari-hari, TPA bukan untuk keperluan sehari-hari, TPA alamiah, dan perilaku dalam pencegahan dan pemberantasan DBD dengan keberadaan jentik vektor DBD. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional dengan menggunakan rancangan penelitian Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rumah yang ada di Wilayah Desa Gagak Sipat sebanyak 2137 rumah. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 96 rumah yang diambil dengan menggunakan sample random sampling. Proses pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi dengan menggunakan instrumen penelitian berupa lembar soal dan check 104 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 5, No. 2, Desember 2012: 103-109

list. Lokasi penelitian di Desa Gagak Sipat Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali. Variabel bebasnya adalah breeding place dan perilaku masyarakat, vareiabel terikatnya adalah keberadaan jentik vektor DBD. Untuk menganalisis data digunakan uji Chi Square. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Desa Gagak Sipat merupakan satu dari 208 desa atau kelurahan yang ada di wilayah Kabupaten Boyolali dan salah satu desa yang memiliki jumlah penduduk terbanyak dan terluas se- Kecamatan Ngemplak yang terdiri dari 4 kadus dengan 13 RW dan 49 RT. Uji statistik hubungan antara variabel bebas dengan keberadaan jentik vektor DBD di Desa Gagak Sipat: 1. Hubungan antara Tempat Perin-dukan Nyamuk ( Breeding Place) dengan Keberadaan Jentik Vektor DBD. Tabel l. Analisis Hubungan antara Perilaku Masyarakat dengan Keberadaan Jentik Vektor DBD Tempat Perindukan (Breeding Place) Keberadaan Jentik Vektor DBD Total Positif jentik Negatif jentik f % f % f % Banyak 23 53,5 20 46,5 43 100 Sedikit 11 20,8 42 79,2 53 100 Total 34 35,4 62 64,6 96 100 ρ 0,001 Berdasarkan hasil uji Chi Square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai ρ-value sebesar 0,001 (cvalue > α 0,05). Sehingga Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan antara tempat perindukan nyamuk (Breeding place) dengan keberadaan jentik vektor DBD di Desa Gagak Sipat Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali. 2. Hubungan antara Perilaku Masyarakat dalam Pelaksanaan Pencegahan dan Pemberantasan DBD dengan Keberadaan Jentik Vektor DBD. Tabel 2. Hubungan antara Perilaku Masyarakat dengan Keberadaan Jentik Vektor DBD Keberadaan jentik vektor DBD Perilaku Positif jentik Negatif jentik Total f % f % f % Baik 12 24,5 37 75,5 49 100 Buruk 22 46,8 25 53,2 47 100 Total 34 35,4 62 64,6 96 100 ρ 0,022 Hubungan Breeding Place dan Perilaku... (Dhina Sari dan Sri Darnoto) 105

Berdasarkan hasil uji Chi Square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai ρ-value sebesar 0,022 (ρ-value α 0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan antara perilaku masyarakat dalam pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan DBD dengan keberadaan jentik vektor DBD di Desa Gagak Sipat Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali. Pembahasan Secara umum Desa Gagak Sipat merupakan endemis DBD dan memiliki nilai ABJ yang sangat rendah yaitu tahun 2010 ABJ 72% dan 76% untuk tahun 2011. Rendahnya ABJ ini memungkinkan adanya peluang terjadinya transmisi virus Dengue. Banyaknya Tempat Penampungan Air (TPA) di daerah Gagak Sipat yang ditunjukkan dengan padatnya pemukiman penduduk dapat berpotensi menjadi tempat perindukan vektor DBD. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 96 responden di Desa Gagak Sipat, semuanya memiliki tempat penampungan air yang berpotensi menjadi tempat perindukan nyamuk, keberadaan jentik nyamuk dan penghuni berperilaku kurang baik terkait pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan DBD. Sampel penelitian mayoritas responden adalah ibu atau kaum perempuan dengan persentase 69,79% atau 67 responden. Hal ini dikarenakan pada saat dilaksanakan penelitian yaitu di waktu pagi hari, responden yang ada di rumah kebanyakan ibu atau kaum perempuan, hal ini juga mendukung dalam penelitian terkait variabel perilaku pencegahan dan pemberantasan DBD, dimana dalam mengurus rumah tangga termasuk dalam melakukan kegiatan kebersihan rumah adalah kaum perempuan. A. Hubungan antara Tempat Perindukan Nyamuk dengan Keberadaan Vektor DBD Hasil analisis uji Chi Square didapatkan nilai p = 0,001 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara jenis tempat perindukan dengan keberadaan jentik vektor DBD. Keberadaan jentik vektor DBD di Desa Gagak Sipat Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali tahun 2012 tergantung dari tempat perindukan nyamuk. Hal ini karena ditemukannya banyak tempat perindukan nyamuk di sebagian rumah responden dengan keberadaan jentik vektor DBD. Keberadaan tempat perindukan nyamuk sangat berperan dalam keberadaan vektor DBD, karena semakin banyak tempat perindukan maka akan semakin padat populasi vektor DBD. Berdasarkan hasil penelitian dari 96 responden diketahui bahwa semua responden memiliki tempat penampungan air yang dapat dijadikan tempat perindukan nyamuk, tetapi tempat perindukan yang dinyatakan banyak dan positif jentik sebanyak 23 (53,5%), se- 106 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 5, No. 2, Desember 2012: 103-109

dangkan tempat perindukan yang dinyatakan sedikit dan negatif jentik sebanyak 42 (79,2%). Banyak dan beragamnya jenis tempat penampungan air responden sangat berpotensi bagi vektor DBD terutama nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus untuk bertelur dan telah menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk dengan adanya jentik dalam tempat penampungan air tersebut. Keadaan ini hampir sama dengan penelitian Nurngaini (2011) yang menunjukkan bahwa adanya hubungan antara tempat perindukan nyamuk dengan kejadian Chikungunya. Tetapi hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2009) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tempat perindukan nyamuk dengan keberadaan jentik Aedes aegypti, karena dalam penelitian tersebut ditemukannya tempat perindukan pada semua rumah responden, yang mana dalam penelitian didapatkan hasil bahwa semua rumah responden termasuk dalam kategori ada tempat perindukan nyamuk, sehingga dalam analisis SPSS didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara tempat perindukan nyamuk buatan dengan keberadaan jentik Aedes aegypti. Menurut Sembel (2008) dalam mencegah akan keberadaan jentik DBD maka perlu adanya pengendalian, salah satunya melalui sanitasi lingkungan yaitu membersihkan atau mengeluarkan tempat-tempat pembiakan nyamuk seperti barang-barang bekas harus dapat dipendam atau dibakar. Selain itu tempat-tempat penampungan air temasuk sumur harus dibersihkan untuk mengeluarkan atau membunuh telur-telur, jentik-jentik, dan pupa-pupa nyamuk. B. Hubungan antara Perilaku dalam Pelaksanaan Pencegahan dan Pemberantasan DBD dengan Keberadaan Vektor DBD. Hasil analisis uji Chi Square diketahui ada hubungan antara perilaku dengan keberadaan jentik vektor DBD di Desa Gagak Sipat Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali yang ditunjukkan nilai p = 0,002 ñ-value = 0,002 d 0,05. Hal ini dikarenakan adanya keberadaan jentik di tempat penampungan air di rumah responden yang menunjukkan bahwa perilaku responden belum baik atau buruk. Responden banyak yang belum melakukan 3 M secara baik seperti menutup penampungan air, yang hampir di semua rumah responden tidak ada tutup penampungan air, kurangnya pemahaman responden di wilayah tersebut terhadap penyakit DBD yang mengakibatkan ketidak adanya kesadaran masyarakat setempat dalam mencegah penyakit DBD salah satunya dalam menguras tempat penampungan air dan pemberian tutup pada tempat penampungan air, selain itu banyaknya tempat penampungan air yang digunakan responden memperburuk Hubungan Breeding Place dan Perilaku... (Dhina Sari dan Sri Darnoto) 107

keadaan tersebut karena banyaknya tandon yang digunakan mengakibatkan banyaknya pula jentik di berbagai bejana. Berdasarkan hasil penelitian ini, juga banyak responden yang belum melaksanakan pencegahan dan pemberantasan DBD secara kimia dan biologi, secara kimia dapat dilakukan dengan menaburkan bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air, akan tetapi bubuk abate sangat jarang digunakan responden karena mereka memiliki bubuk abate hanya apabila mendapatkan secara gratis dari instansi kesehatan, hal ini juga didukung karena kurangnya pengetahuan masyarakat setempat akan manfaat bubuk abate terutama bagi yang memiliki tempat-tempat penampungan air yang besar. Hal ini tentunya juga dapat menambah resiko bagi jentik nyamuk Aedes aegypti untuk hidup dan berkembangbiak pada tempat-tempat penampungan air. Pencegahan dan pemberantasan DBD secara biologi yang dilakukan dengan cara memelihara ikan pada tempat-tempat penampungan air juga belum dilakukan responden. Sebenarnya cara ini adalah cara alamiah dan cara yang cukup efektif untuk membasmi jentik Aedes aegypti, akan tetapi responden enggan melaksanakannya karena ikan yang dipelihara akan menyebabkan bau amis pada tempat penampungan air responden selain itu responden tidak mengetahui akan manfaat memelihara ikan pada tempat penampungan air. Notoadmodjo (2003) menyatakan bahwa bentuk perilaku seseorang itu ada 2 yaitu perilaku aktif dan perilaku pasif. Perilaku aktif seperti perilaku responden terhadap upaya pencegahan terjadinya DBD dapat berupa tindakan untuk menambah pengetahuan mengenai penyakit DBD, upaya membersihkan dalam rumah atau luar rumah, sementara perilaku pasif adalah perilaku responden yang cenderung jarang membersihkan rumah meskipun memiliki pengetahuan penyakit DBD. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Ada hubungan antara tempat perindukan nyamuk ( Breeding place) dan perilaku masyarakat dalam pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan DBD dengan keberadaan jentik vektor DBD di Desa Gagak Sipat Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali. B. Saran 1. Bagi Instansi Puskesmas a. Peningkatan penyuluhan secara intensif, guna memberikan pemahaman terhadap masyarakat tentang penyebab, gejala, pencegahan penyalit DBD. b. Koordinasi dengan bidan desa dan kader-kader jumantik agar 108 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 5, No. 2, Desember 2012: 103-109

dapat melaksanakan pemeriksaan jentik berkala, guna memantau nilai ABJ di masing-masing wilayah. c. Memberikan bubuk abate kepada masyarakat terutama yang memiliki tandon atau tempat penampungan air dengan volume yang besar. 2. Bagi masyarakat lebih memperhatikan kegiatan pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan DBD secara mandiri dan teratur yang dapat mengurangi keberadaan jentik dan penularan penyakit DBD dapat ditekan. 3. Bagi peneliti lain dapat melakukan penelitian yang lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain yang belum diteliti yang berhubungan dengan keberadaan jentik vektor DBD. Misalnya kondisi fisik rumah, suhu, kelembaban, dan kadar Ph pada jenis tempat-tempat penampungan dengan keberadaan jentik vektor DBD. DAFTAR PUSTAKA Brahim, R., dan Hasnawati, 2010, Demam Berdarah Dengue, Buletin Jendela Epidemiologi. Vol.2. Agustus 2010. Dinkes Boyolali, 2012, Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali 2012, Boyolali, Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali. Notoatmodjo, S., 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar, Jakarta, Rineka Cipta. Nugroho, F.S., 2009, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keberadaan Jentik Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali, Skripsi, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Nurngaini O., 2011, Hubungan Faktor Lingkungan Fisik dengan Kejadian Penyakit Chikungunya di Wilayah Kerja Puskesmas Ampel I Kebupaten Boyolali, Skripsi, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Puskesmas Ngemplak, 2010, Profil Puskesmas Ngemplak Kabupaten Boyolali 2012, Boyolali, Profil Puskesmas Ngemplak. Sembel, D.T., 2008, Entomologi Kedokteran, Edisi 1, Yogyakarta, C.V ANDI OFFSET. Hubungan Breeding Place dan Perilaku... (Dhina Sari dan Sri Darnoto) 109