BAB I PENDAHULUAN. (2007) menjelaskan bahwa tubuh manusia rata-rata tersusun atas 75% air dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. gizi tubuh berperan dalam media transportasi dan eliminasi produk sisa metabolisme.

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah komponen penyusun tubuh terbesar, yaitu sebanyak 50%-60%

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Lima puluh sembilan persen dari berat badan orang dewasa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tubuh manusia dapat bertahan selama berminggu-minggu tanpa

STUDI KEBIASAAN MINUM DAN HIDRASI PADA REMAJA DAN DEWASA DI DUA WILAYAH EKOLOGI YANG BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan pengeluaran cairan lebih besar daripada pemasukan. (Almatsier, 2009). Dehidrasi dapat terjadi tanpa disadari di saat

BAB I PENDAHULUAN. lansia adalah mereka yang berusia 65 tahun ke atas. Menurut Surini dan Utomo

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia. Manusia dalam menjalankan kehidupannya. akan tetapi manusia dapat hidup berminggu-minggu tanpa makan

BAB 1 : PENDAHULUAN. lebih. Kondisi ini dikenal sebagai masalah gizi ganda yang dapat dialami oleh anakanak,

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 : PENDAHULUAN. akibat dari disregulasi dalam sistem keseimbangan energi

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum Obyek Penelitian

Dr.Or. Mansur, M.S. Dr.Or. Mansur, M.S

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB I PENDAHULUAN. karena sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air. Manusia dapat hidup

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerja yang dibutuhkan. Berdasarkan data statistik, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini. Setiap penyedia jasa penyelanggara makanan seperti rumah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL KUISIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subjek

8 Cara Menurunkan Kadar Gula Secara Alami

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kota besar yang mengandalkan kepraktisan sehingga

PENDAHULUAN. Pola penyakit yang ada di Indonesia saat ini telah. mengalami pergeseran atau sedang dalam masa transisi

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda (Double

BAB I PENDAHULUAN. leiomyoma uteri, fibromioma uteri, atau uterin fibroid. 1 Angka kejadian

BAB I PENDAHULUAN. hiperkolesterolemia, dan diabetes mellitus. angka kejadian depresi cukup tinggi sekitar 17-27%, sedangkan di dunia

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan salah satu faktor utama penyebab pencapaian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Konsumsi Pangan (makanan dan minuman) Intake energi. Persentase tingkat konsumsi cairan. Kecenderungan dehidrasi

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dipompa dari jantung ke jaringan. Tekanan darah berubah-ubah sepanjang hari,

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

PERBEDAAN KEBIASAAN MINUM DAN STATUS HIDRASI PADA REMAJA OVERWEIGHT DAN NON OVERWEIGHT DI SMK BATIK 1 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari masa anak-anak menuju

BAB V PEMBAHASAN. penggerindaan dan pengelasan di area malting, dan finishing produk. Lokasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. cair, dengan atau tanpa darah dan atau lendir, biasanya terjadi secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi (Paramurthi, 2014). Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. dan paling banyak ditemui menyerang anak-anak maupun dewasa. Asma sendiri

Indonesian Journal of Human Nutrition P-ISSN E-ISSN Artikel Hasil Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan pembentukan tulang. Salah satu penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

PEMANFAATAN CAKRAM KEBUTUHAN ASUPAN CAIRAN UNTUK PENINGKATAN KEBERHASILAN PELAKSANAAN PROGRAM AYO MINUM AIR

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB I PENDAHULUAN. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif yang. menjadi permasalah global di bidang kesehatan termasuk di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. irreversible. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini, masalah kegemukan ( overweigth dan obesitas) menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. tubuh. Media masa sangat mudah mempengaruhi cara berpikir dan gaya

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah. penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun

BAB I PENDAHULUAN. berlebihan dan kondisi fisik yang lain dapat mengakibatkan gangguan


BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. sebuah hal yang sangat penting bagi seorang wanita. Penampilan bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latarbelakang. merokok merupakan faktor risiko dari berbagai macam penyakit, antara lain

BAB I PENDAHULUAN. setiap proses kehidupan manusia agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya berbagai perubahan dalam kehidupan. Salah satu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk kesehatan dan perkembangan bagi anak-anak, remaja,

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi abnormal atau berlebihnya lemak

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian kerena payah jantung, infark miocardium, stroke, atau gagal. ginjal (Pierece, 2005 dalam Cahyani 2012).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

BAB I PENDAHULUAN. masa ini terjadi pertahapan perubahan yang sangat cepat. Status kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan pestisida di seluruh dunia (world-wide), tetapi dalam hal kematian

BAB I PENDAHULUAN. Prevention (CDC) memperkirakan jumlah penderita hipertensi terus

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan

serangan diare dan 3,2 juta kematian per tahun pada balita disebabkan oleh diare.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen utama dalam tubuh manusia. Batmanghelidj (2007) menjelaskan bahwa tubuh manusia rata-rata tersusun atas 75% air dan 25% bahan padat. Air merupakan komponen penting dari semua struktur sel dan merupakan media kelangsungan proses metabolisme dan reaksi kimia di dalam tubuh. Air dikatakan esensial karena tubuh manusia tidak dapat menghasilkan air untuk pemenuhan kebutuhan cairan tubuh, sehingga air harus diperoleh dari luar tubuh untuk mencapai status hidrasi yang baik (Santoso et al., 2012). Status hidrasi merupakan kondisi yang memberikan gambaran mengenai jumlah cairan di dalam tubuh individu (Andayani, 2013). Status hidrasi menurut Shirrefs (2003) dibagi menjadi tiga, yaitu euhidrasi (status hidrasi baik/keadaan terjadi keseimbangan cairan), hiperhidrasi (kondisi terjadinya kelebihan cairan), dan hipohidrasi (kekurangan cairan). Status hidrasi dipengaruhi oleh kecukupan asupan cairan yang dikonsumsi seseorang. World Health Organization (WHO) (2005), menyatakan bahwa jumlah asupan air yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan air rata-rata orang dewasa dalam kondisi normal adalah 2,9 L/hari untuk laki-laki dan 2,2 L/hari untuk wanita. Sedangkan menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) (2004) merekomendasikan tentang kecukupan air minum bagi orang Indonesia yaitu 0,8 sampai 2,8 L/hari tergantung pada umur, jenis kelamin, aktivitas dan suhu lingkungan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gustam (2012), prevalensi kasus dehidrasi pada remaja lebih tinggi daripada dewasa. Dehidrasi pada remaja sebesar 48,1% dan pada dewasa sebesar 44,5%. Penelitian yang dilakukan oleh Andayani (2013) menunjukkan hanya 28% laki-laki yang memiliki status

hidrasi baik. Sisanya ditemukan subjek mengalami pre-dehidrasi (dehidrasi ringan 37,0% dan dehidrasi sedang 15,0%), sedangkan yang mengalami dehidrasi sebesar 19,2%. Menurut Piliang dan Djojosoebagio (2006) disebutkan bahwa kandungan air berbeda-beda pada setiap jaringan tubuh. Jaringan otot pada tubuh memiliki kandungan air sebesar 72% sedangkan jaringan adiposa memiliki kandungan air sebesar 25-35% hal itu yang menjadi alasan mengapa kandungan air pada pria dan wanita menjadi berbeda. Kandungan air pada pria cenderung lebih banyak karena prosentasi jaringan otot pada pria normal lebih tinggi dibandingkan pada wanita. Sebagian besar individu tidak minum dalam jumlah yang cukup, sehingga kebutuhan akan asupan air tidak terpenuhi dan mengakibatkan ketidakseimbangan cairan. Hal ini dikarenakan jumlah yang keluar lebih banyak daripada jumlah yang masuk sehingga berakibat terjadinya dehidrasi. Dehidrasi dapat mengakibatkan berbagai macam keadaan berdasarkan persentase kehilangan cairan tubuh. Hilangnya cairan tubuh sebesar 1-2% dari berat badan, akan menimbulkan rasa haus, tidak nyaman, hilangnya nafsu makan dan gangguan endurance performance. Apabila hilangnya air meningkat menjadi 3-4% dari berat badan maka terjadi penurunan gangguan performance, produksi urin menurun, mulut kering, kulit memerah, mual dan lethargy. Kehilangan cairan 5-6% dari berat badan akan meningkatkan frekuensi nadi dan frekuensi pernafasan, memengaruhi konsentrasi, serta menurunkan kapasitas kerja sebesar 30%. Telinga berdenging, lemah dan kondisi mental yang bingung berhubungan dengan hilangnya cairan sebesar 8% dari berat badan (Utami, 2008). Kondisi dehidrasi yang berkelanjutan dapat membahayakan kondisi tubuh seperti gangguan saluran pencernaan, fungsi jantung (Popkin et al., 2010), hingga risiko penyakit tidak menular seperti diabetes, batu ginjal (Amstrong, 2010).

Study the Indonesian Hydration Regional Study (THIRST) yang dilakukan oleh Hardinsyah (2008) mengungkapkan bahwa 46,1% subjek yang diteliti mengalami kurang air atau dehidrasi ringan. Kondisi tersebut kebanyakan ditemukan pada remaja (49,5%) dibandingkan dengan orang dewasa (42,5%). Hardinsyah (2008) juga mengungkapkan bahwa rendahnya pengetahuan responden mengenai kebutuhan air minum merupakan penyebab tingginya angka dehidrasi. Untuk itu, diperlukan upaya pencegahan agar tidak terjadi keadaan yang lebih beresiko bagi tubuh. Salah satu caranya yaitu memberikan edukasi mengenai kebutuhan air minum bagi tubuh melalui kegiatan penyuluhan. Pengertian penyuluhan dalam hal kesehatan pada dasarnya adalah suatu proses mendidik individu/masyarakat supaya mereka dapat memecahkan masalah-masalah kesehatan yang dihadapi. Seperti halnya proses pendidikan lainnya, pendidikan kesehatan mempunyai unsur-unsur masukan yang setelah diolah dengan tehnik tertentu akan menghasilkan keluaran yang sesuai dengan harapan atau tujuan kegiatan tersebut (Sarwono, 2004). Kegiatan penyuluhan ini merupakan kegiatan yang berhubungan dengan peningkatan pengetahuan. Sehingga diharapkan setelah terjadi peningkatan dapat mengubah sikap/tingkah laku dan timbul kebiasaan baru. Upaya lain yang dapat dilakukan yaitu dengan mengetahui status hidrasi. Salah satu metode untuk mengetahui status hidrasi dengan melakukan Pemeriksaan Urin Sendiri (PURI). PURI merupakan cara sederhana untuk melihat kecukupan air dalam tubuh dengan mencermati warna urin. PURI ini telah direkomendasi penggunaannya oleh Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI) dan dibuat dalam bentuk kartu serta stiker. PURI adalah indikator kadar kecukupan air dalam tubuh manusia, berisi daftar warna dan nomor mulai dari 1 sampai 8, dimana 1, warna bening, adalah indikator urin sehat yang menandakan seseorang memiliki kadar hidrasi cukup, sementara 8

yang berwarna sangat pekat adalah indikator seseorang mengalami dehidrasi (Dinkes Surabaya, 2011). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, dehidrasi banyak dijumpai pada usia remaja. Usia remaja adalah orang yang masuk dalam kelompok usia 16-19 tahun (Widyastuti, 2009). Mahasiswa termasuk kategori remaja. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Tawarniate (2011), prevalensi dehidrasi tinggi pada mahasiswa di Yogyakarta, yaitu 70,1%. Dilihat dari pendidikan mahasiswa dapat dibagi menjadi dua yaitu mahasiswa kesehatan dan non-kesehatan. Pengetahuan atau informasi mengenai status hidrasi dan cara pengecekannya telah diberikan saat di bangku perkuliahan pada mahasiswa kesehatan. Sehingga dapat diasumsikan bahwa mahasiswa non kesehatan banyak yang belum mengetahui mengenai perihal tersebut. Oleh karena itu, berdasarkan uraian di atas, penulis ingin mengetahui pengaruh penyuluhan kebutuhan air minum bagi tubuh dan pemberian kartu PURI (Pemeriksaan Urin Sendiri) terhadap perubahan pengetahuan kebutuhan air minum bagi tubuh, kecukupan asupan cairan dan status hidrasi pada mahasiswa non kesehatan di Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Apakah ada pengaruh penyuluhan kebutuhan air minum bagi tubuh dan pemberian kartu PURI (Pemeriksaan Urin Sendiri) terhadap perubahan pengetahuan kebutuhan air minum bagi tubuh, kecukupan asupan cairan dan status hidrasi pada mahasiswa non kesehatan di Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh penyuluhan kebutuhan air minum bagi tubuh dan pemberian kartu PURI (Pemeriksaan Urin Sendiri) terhadap perubahan

pengetahuan kebutuhan air minum bagi tubuh, kecukupan asupan cairan dan status hidrasi pada mahasiswa non kesehatan di Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui pengaruh penyuluhan kebutuhan air minum bagi tubuh dan pemberian kartu PURI (Pemeriksaan Urin Sendiri) terhadap pengetahuan kebutuhan air minum bagi tubuh pada mahasiswa. b. Mengetahui pengaruh penyuluhan kebutuhan air minum bagi tubuh dan pemberian kartu PURI (Pemeriksaan Urin Sendiri) terhadap kecukupan asupan cairan pada mahasiswa. c. Mengetahui pengaruh penyuluhan kebutuhan air minum bagi tubuh dan pemberian kartu PURI (Pemeriksaan Urin Sendiri) terhadap status hidrasi pada mahasiswa. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi Pendidikan Dapat digunakan untuk landasan teori atau acuan bagi penelitian-penelitian selanjutnya. 2. Bagi Mahasiswa Mendapatkan informasi tambahan mengenai asupan cairan yang baik agar tidak mengalami dehidrasi. 3. Bagi Peneliti Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang status hidrasi dan kecukupan asupan cairan pada mahasiswa non kesehatan.

4. Keaslian Penelitian Penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah Pengaruh penyuluhan kebutuhan air minum bagi tubuh dan pemberian kartu PURI (Pemeriksaan Urin Sendiri) terhadap perubahan pengetahuan kebutuhan air minum bagi tubuh, kecukupan asupan cairan dan status hidrasi pada mahasiswa non kesehatan di Yogyakarta dengan rancangan penelitian quasi-eksperimental menggunakan desain control group with pre-test and post-test. Hal ini sepanjang pengetahuan penulis berbeda dengan penelitian yang sudah ada. Adapun penelitian yang hampir serupa yaitu : 1. Tawarniate (2011), yang berjudul Identifikasi Dehidrasi dengan Pengukuran Ortostatik dan Frekuensi Konsumsi Cairan pada Mahasiswa di Universitas Gadjah Mada. Jenis penelitian ini deksriptif analitik dengan pendekatan observational dan desain cross-sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah cairan yang dikonsumsi dengan kondisi dehidrasi (p>0,05). Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah rancangan penelitiannya. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian quasi-eksperimental menggunakan desain control group with pre-test and post-test. Sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan cross-sectional. 2. Dhini (2014), yang berjudul Hubungan Status Hidrasi dan Konsumsi Cairan terhadap Mood Perawat di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan observasional dan rancangan cross-sectional. Hasilnya tidak ada hubungan yang signifikan antara status hidrasi dengan mood (p>0,05) dan antara konsumsi cairan dengan mood (p>0,05). Perbedaan penelitian yang akan dilakukan yaitu pada subjek dan rancangan penelitian. Penelitian sebelumnya menggunakan subjek penelitian perawat di RSUD Panembahan Senopati Bantul sedangkan di dalam penelitian yang akan dilakukan adalah mahasiswa non kesehatan di

Yogyakarta. Rancangan penelitian sebelumnya adalah cross-sectional sedangkan penelitian ini menggunakan quasi-eksperimental menggunakan desain control group with pre-test and post-test. 3. Tiarasari (2014), yang berjudul Hubungan Iklim Kerja dengan Asupan Cairan dan Status Hidrasi Tenaga Pemasak Katering di Yogyakarta dengan desain penelitian observasional cross-sectional. Hasil penelitian ini adalah terdapat hubungan signifikan antara iklim kerja dengan asupan cairan dan antara asupan cairan dengan status hidrasi (p<0,05), namun tidak terdapat hubungan antara iklim kerja dengan status hidrasi (p>0,05). Perbedaan penelitian yang akan dilakukan yaitu terdapat pada subjek dan rancangan penelitian. Subjek peneltian sebelumnya adalah tenaga katering pemasak di Yogyakarta sedangkan subjek penelitian ini adalah mahasiswa non kesehatan di Yogyakarta. Rancangan penelitian sebelumnya adalah observational crosssectional sedangkan penelitian ini menggunakan quasi-eksperimental menggunakan desain control group with pre-test and post-test. 4. Ekaningrum (2013), yang berjudul Pengaruh Konseling Pemenuhan Kebutuhan Cairan terhadap Jumlah Asupan Cairan dan Jenis Asupan Cairan pada Tenaga Pendidik di SMA N 8 dan SMA N 9 Yogyakarta dengan desain penelitian control group with pretest and post-test.hasil penelitian ini adalah Perubahan jumlah asupan pada kelompok kontrol (p = 0,516) dan kelompok perlakuan (p = 0,415) saat sebelum dan sesudah konseling tidak ada beda yang signifikan. Subjek penelitian sebelumnya adalah tenaga pendidik sedangkan subjek penelitian ini adalah mahasiswa non kesehatan.