PENGEMBANGAN INSTRUMEN DAN SKALA PENILAIAN PUKULAN SERVICE

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. Indonesia menurut Depdikbud (1978/1979: 129) menyatakan bulutangkis

Pengembangan Instrumen dan Skala Penilaian Service Panjang Pemain Putra Tahun

EFEKTIVITAS TEKNIK PEGANGAN TERHADAP HASIL PUKULAN SERVICE LOB PEMAIN PEMULA PUTRA PB. SEHAT TAHUN 2013

2015 HUBUNGAN ANTARA FLEKSIBILITAS PERGELANGAN TANGAN DAN POWER OTOT LENGAN DENGAN KECEPATAN SMASH DALAM OLAHRAGA BULU TANGKIS

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. 2.1 Kajian Teori Hakikat Servis Panjang Servis merupakan pukulan dengan raket yang menerbangkan shuttlecock

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya yang bermain bulutangkis baik di ruangan tertutup (indoor)

OLEH DILLA FARID W. T

PENGARUH LATIHAN POSISI BERUBAH DAN TETAP TERHADAP HASIL DROPSHOT

BAB I PENDAHULUAN. dimainkan oleh berbagai kelompok umur, dari anak-anak, pemula, remaja, dewasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rahmat Hidayatuloh, 2013

SKRIPSI. Oleh : Agung Prasetyo NIM

PENGARUH MODEL LATIHAN DAN PANJANG LENGAN TERHADAP PRESTASI OVERHEAD LOB SKRIPSI

BULU TANGKIS Guru Pendamping : Bapak Hendra

BAB 1 PENDAHULUAN. Bulutangkis merupakan salah satu olahraga yang terkenal di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. ruangan untuk rekreasi juga sebagai ajang persaingan. Shuttlecock bulutangkis

I. PENDAHULUAN. UU RI NO 3 tahun 2005 BAB II pasal 4 sistem keolahragaan nasional

ARTIKEL ILMIAH PENGARUH LATIHAN BEBAN RAKET TERHADAP HASIL PUKULAN LONG FOREHAND

I. PENDAHULUAN. watak serta peradaban bangsa yang bermatabat, dan merupakan salah satu tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

KEMAMPUAN PUKULAN PEMAIN BULUTANGKIS KLUB BINA SATRIA TANGKAS WONOSOBO TAHUN 2015 SKRIPSI

JURNAL ILMIAH OLAHRAGA. Hikmah Nindya Putri/

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN MENGGUNAKAN BEBAN MAKSIMAL DAN MENENGAH TERHADAP PRESTASI FOREHAND OVERHEAD LOB SKRIPSI

2015 UJI VALIDITAS DAN REABILITAS INSTRUMEN TES FOREHAND SMASH DARI JAMES POOLE UNTUK CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS

BAB I PENDAHULUAN. Permainan bulutangkis merupakan salah satu cabang olahraga prestasi yang banyak di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Erpan Herdiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PANJANG LENGAN, POWER

SKRIPSI. Oleh : IBNU NUR BUDIAWAN

METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian ini adalah penelitian eksperimen murni diartikan sebagai

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. dengan menggunakan shutllecock (bola) dan raket sebagai alat untuk memukul

BAB I PENDAHULUAN. Tenis Lapangan merupakan salah satu jenis olahraga yang populer dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tingkat nasional dan dimainkan hampir di semua kota di Indonesia khususnya

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui. aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya maksud permainan tenis adalah untuk berolahraga. Tapi

KONTRIBUSI DAYA LEDAK OTOT LENGAN DAN KELENTUKAN TERHADAP PUKULAN LOB ATLET BULUTANGKIS PB. MERAH PUTIH KOTA PADANG

JURNAL. Oleh: AINU ROHMAT HAFIDI Dibimbing oleh : 1. Drs. Sugito, M.Pd. 2. Mokhammad Firdaus, M.Or.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan teknik- teknik gerakan yang sesuai dengan peraturan permainan. ekstrakurikuler maupun diluar kegiatan tersebut.

I. PENDAHULUAN. Sekolah pada hakikatnya merupakan lembaga pendidikan yang bertugas untuk

BAB I PENDAHULUAN. dimana terdiri dari dua tim beranggotakan masing-masing tim terdiri dari enam

: MOCH. SEPTIAN IMAN ARIFFIN K

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan olahraga. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari setiap

PENGARUH PANJANG DAN LATIHAN POWER LENGAN TERHADAP HASIL PUKULAN SMAS PENUH PADA PEMAIN PUTRA PB. SINAR MUTIARA PEMALANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga Bolavoli merupakan cabang olahraga permainan yang

TEKNIK DASAR BULUTANGKIS

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang menggeluti olahraga tenis lapangan atau menjadi sumber mata

Pengukuran Keterampilan Dasar Bermain Bulu Tangkis Pada Mahasiswa Universitas Abulytama. Oleh: Amiruddin*) 1

BAB III METODE PENELITIAN

SUMBANGAN TINGGI BADAN DAN FLEKSIBILITAS PERGELANGAN TANGAN DENGAN KETERAMPILAN DROPSHOT FOREHAND PADA ATLET BULUTANGKIS DI PB PANDIGA YOGYAKARTA

PENGARUH PANJANG DAN LATIHAN POWER LENGAN TERHADAP HASIL PUKULAN DROPSHOT PADA PERMAINAN BULUTANGKIS PB. SATRIA KABUPATEN TEGAL TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya masyarakat, mulai anak usia dini yang ikut serta dalam setiap

PERBEDAAN LATIHAN FOREHAND VOLLEY

BAB I PENDAHULUAN. Service adalah menyebrangkan bola/shuttle cock. permainan bulutangkis, Service merupakan modal awal untuk bisa memenangkan

PENGARUH LATIHAN OVERHEAD LOB DENGAN PENAMBAHAN FORWARD DAN BACKWARD HANDGRIP TERHADAP HASIL OVERHEAD LOB SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja, dan orang dewasa. Tiap orang mempunyai tujuan yang

Pengembangan Model Pembelajaran Pukulan Clear Lob Menggunakan Shuttlecock Dilempar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. permainan tenis meja dikenal bangsa Indonesia kira-kira pada tahun 1930.

TINGKAT KEMAMPUAN SERVIS PENDEK FOREHAND DAN KEMAMPUAN SMASH BULUTANGKIS SISWA PUTRA PESERTA EKSTRAKURIKULER BULUTANGKIS SMP N 32 PURWOREJO

Oleh: Ganang Cipto Pramodho/ Prodi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi/Fakultas Ilmu Keolahragaan/Universitas Negeri Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

SIKLUS I RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Kelas/Semester : VIII/ 1 (Ganjil ) : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan. Kesehatan

PERBEDAAN LATIHAN PUKULAN LOB BERPOLA DAN LATIHAN PUKULAN LOB BEBAS TIDAK BERPOLA TERHADAP HASIL PUKULAN LOB DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS PADA ATLET PB

BAB I PENDAHULUAN. dipertanggungjawabkan adalah melalui pendekatan ilmiah. Menurut Cholik

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

PERBEDAAN PUKULAN TOP SPIN DAN FLAT TERHADAP AKURASI BACKHAND GROUNDSTROKE TENIS LAPANGAN JAWA TENGAH

SKRIPSI. Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan. Oleh : Sadhikul Aziz Eka Matif

PERBEDAAN HASIL LATIHAN FOREHAND DRIVE

2015 KONSTRUKSI TES KELINCAHAN D ALAM CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat pada zaman sekarang umumnya disibukkan dengan

PERBANDINGAN KONDISI FISIK DAN TEKNIK DASAR PEMAIN TUNGGAL DENGAN PEMAIN GANDA DALAM CABOR BULUTANGKIS

PEMBELAJARAN TEHNIK DASAR PERMAINAN BOLA VOLLI OLEH SUARDI. B

(Skripsi) Oleh TRIWULAN SEKARINI

BAB I PENDAHULUAN. penggemarnya. Cabang olahraga ini banyak dilakukan oleh anak-anak, remaja, orang

PENGARUH LATIHAN SKIPPING TERHADAP KEMAMPUAN JUMP SMASH DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS PADA SISWA KELAS VII SMP SANTA MARIA KOTA SELATAN TAHUN 2013

S K R I P S I. Oleh : NUGROHO SETYO PRESTANTO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 LATIHAN SHADOW BADMINTON DAN LATIHAN LADDER DALAM MENINGKATKAN KELINCAHAN ATLET BULUTANGKIS

BAB I PENDAHULUAN. internasional dan membangkitkan rasa kebangaan nasional. Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping itu masih ada bermacam-macam tujuan lain. Ada orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Dan Motivasi Berprestasi Terhadap Keterampilan Teknik Dasar Lapangan

ANALISIS KEBUTUHAN PUKULAN BULUTANGKIS PEMAIN TUNGGAL PUTRA USIA TAHUN PADA KEJUARAAN NASIONAL BULUTANGKIS DI SURAKARTA TAHUN 2012

KETERAMPILAN PUKULAN DROPSHOT PERMAINAN BULUTANGKIS PADA ATLET PB JAYA RAYA METLAND JAKARTA

MODEL PERMAINAN UNTUK ANAK USIA 11 TAHUN (13 Model Permainan)

perkembangan olahraga itu bersifat dinamis, seiring dengan perkembangan yang digemari oleh masyarakat umum yaitu badminton.

KEMAMPUAN PUKULAN DROPSHOT BULUTANGKIS PADA EKSTRAKURIKULER BULUTANGKIS DI SMA NEGERI 9 PONTIANAK

Kata Pengantar. Semoga makalah ini bermamfaat untuk para pembaca.

BAB II TINJAUAN TEORETIS

KETERAMPILAN TEKNIK DASAR PUKULAN PADA PROSES PEMBELAJARAN BULU TANGKIS

SKRIPSI Diajuakan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Jurusan PENJASKESREK.

HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT LENGAN DAN POWER OTOT

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Hampir semua negara menaruh perhatiannya terhadap olahraga. Hal ini

: PRADIPTA ARDI PRASTOWO K

TEKNIK PASING BAWAH. Oleh : Sb Pranatahadi

BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS. luar lapangan, dengan lapangan yang dibatasi garis-garis dalam ukuran panjang

JURNAL SKRIPSI PENGARUH METODE LATIHAN DRILL DAN BERPASANGAN TERHADAP KETEPATAN PUKULAN SMASH PADA PERSATUAN BULUTANGKIS THOKEWOH KLATEN TAHUN 2016

Permainan Bola Voli. 1. Sejarah Permainan Bola Voli. 2. Pengertian Bola Voli. 3. Lapangan Bola Voli

PENGEMBANGAN TES KETERAMPILAN SERVIS PENDEK BULUTANGKIS UNTUK ATLET KELOMPOK ANAK-ANAK, PEMULA, REMAJA DAN TARUNA

HUBUNGAN POWER OTOT LENGAN DAN KOORDINASI DENGAN KECEPATAN DAN KETEPATAN SMASH DALAM CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

PENGEMBANGAN INSTRUMEN DAN SKALA PENILAIAN PUKULAN SERVICE PANJANG BULUTANGKIS UNTUK PEMAIN TUNGGAL PUTRA USIA 13-15 TAHUN ANGGOTA PBSI KOTA SEMARANG TAHUN 2012 SKRIPSI diajukan dalam rangka Penyelesaian Studi Strata I untuk mencapai gelar sarjana pendidikan oleh Eka Fransisca 6301408105 JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2012 i

ABSTRAK Eka Fransisca. 2012. Pengembangan Instrumen dan Skala Penilaian Pukulan Service Panjang Bulutangkis untuk Pemain Tunggal Putra Usia 13-15 Tahun Anggota PBSI Kota Semarang Tahun 2012. Skripsi. Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga. Fakultas Ilmu Keolahragaan. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Suratman, S.Pd, M.Pd. Pembimbing II: Dra. Kaswarganti Rahayu, M. Kes. Kata kunci : Instrumen. Service Panjang. Bulutangkis. Abstrak: Pukulan service panjang merupakan jenis pukulan pembuka permainan bulutangkis untuk memperoleh poin. Pukulan service panjang pemain putra usia 13-15 tahun belum seakurat pemain di atasnya, maka perlu dibuatkan instrumen pukulan service panjang yang sesuai dengan karakteristik pemain putra usia 13-15 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan menghasilkan produk berupa instrumen dan skala penilaian pukulan service panjang untuk pemain putra usia 13-15 tahun anggota PBSI Kota Semarang dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang olahraga bulutangkis. Metode penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang mengacu pada pengembangan dari Borg & Gall yaitu (1) melakukan penelitian pendahuluan, (2) mengembangkan produk awal (Instrumen pukulan service panjang dengan membagi daerah sasaran pukulan service panjang), (3) Evaluasi para ahli dengan menggunakan dua ahli akademisi dan satu ahli kepelatihan, (4) Revisi produk berdasarkan hasil dari evaluasi ahli dan uji coba kelompok kecil (16 testee), (5) Uji coba kelompok besar (40 testee), (6) revisi produk akhir yang dihasilkan dari uji coba kelompok besar, (7) hasil akhir instrumen pukulan service panjang dengan membagi daerah sasaran pukulan service panjang. Pengumpulan data dilakukan menggunakan tes pengukuran secara langsung yang telah dievaluasi oleh tiga ahli olahraga bulutangkis. Produk yang dihasilkan dari instrumen pukulan service panjang yang dikembangkan adalah membagi daerah sasaran menjadi tiga bagian, yaitu daerah sasaran back boundary dengan nilai 3 dan dua daerah sasaran di depannya, masingmasing berukuran 0,46 dengan nilai 2 dan 1. Tes ini dilakukan dengan melakukan pukulan service panjang sebanyak 60 kali pukulan. Setelah melalui validasi ahli dan pengukuran tes secara langsung diperoleh validitas 0,83 dan reliabilitas 0,97. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengembangan instrumen pukulan service panjang dengan membagi daerah sasaran dapat digunakan untuk pemain putra usia 13-15 tahun anggota PBSI Kota Semarang. Berdasarkan hasil penelitian ini, kepada para peneliti, pelatih dan pembina bulutangkis hendaknya dapat memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan di bidang olahraga bulutangkis dan dikemudian hari dapat melakukan penelitian pengembangan lebih lanjut dengan model pengembangan yang berbeda dan dapat menjadikan instrumen penelitian ini sebagai bahan referensi untuk mendapat data yang lebih baik dan lebih baku, guna meningkatkan prestasi atlet. ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING Ujian Skripsi. Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Semarang, 13 November 2012 Pembimbing I Pembimbing II Suratman, S.Pd, M.Pd. Dra. Kaswarganti Rahayu, M.Kes. NIP 19700203 200501 1 002 NIP 19670119 199203 2 001 Mengetahui, Ketua Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga Drs. Hermawan, M.Pd. NIP 19590401 198803 1 002 iii

PENGESAHAN KELULUSAN Telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. Nama : Eka Fransisca NIM : 6301408105 Judul : Pengembangan Instrumen dan Skala Penilaian Pukulan Service Panjang Bulutangkis untuk Pemain Tunggal Putra Usia 13-15 Tahun Anggota PBSI Kota Semarang Tahun 2012 Pada Hari : Selasa Tanggal : 13 November 2012 Panitia Ujian Skripsi Ketua, Sekretaris, Drs. H. Harry Pramono M.Si. Drs. Hermawan, M.Pd. NIP 19591019 198503 1 001 NIP 19590401 198803 1 002 Dewan Penguji 1. Drs. Moh. Nasution, M.Kes. (Ketua) NIP 19640423 199002 1 001 2. Suratman, S.Pd., M.Pd. (Anggota) NIP 19700203 200501 1 002 3. Dra. Kaswarganti Rahayu, M.Kes.(Anggota) NIP 19670119 199203 2 001 iv

PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini hasil karya saya sendiri dan tidak menjiplak karya ilmiah orang lain, baik seluruhnya maupun sebagian. Apabila pernyataan saya ini tidak benar saya bersedia menerima sangsi akademik dari Unnes dan sangsi hukum sesuai yang berlaku di wilayah negara Republik Indonesia. Semarang, 13 November 2012 Peneliti Eka Fransisca NIM. 6301408105 v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO Jadikan sabar dan salat menjadi penolongmu dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecil bagi orang-orang yang khusyu (QS. Al Baqoroh : 45). PERSEMBAHAN Untuk ayahanda Tommy Sudarto, ibunda Siti Rochmah, Dwi Yuli Rahmawati, Emy Tri Frasutila Fitriana, teman-teman mahasiswa PKLO angkatan 2008, dan Almamaterku FIK UNNES yang Saya banggakan. vi

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat serta hidayah- Nya, sehingga penulis diberi kelancaran dalam menyelesaiakan penyusunan skripsi yang berjudul Pengembangan Instrumen Pukulan Service Panjang Bulutangkis untuk Pemain Tunggal Putra Usia 13-15 Tahun Anggota PBSI Kota Semarang Tahun 2012. Keberhasilan penulis dalam skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan motivasi berbagai pihak. Dengan kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti menjadi mahasiswa UNNES. 2. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada peneliti untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. 3. Ketua Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga Universitas Negeri Semarang atas persetujuan dan arahan dalam penyusunan skripsi. 4. Suratman, S.Pd, M.Pd., selaku pembimbing I yang telah memberikan petunjuk dan membimbing sehingga penulisan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar. 5. Dra. Kaswarganti Rahayu, M.Kes., selaku pembimbing II yang telah memberi banyak masukan kepada peneliti. 6. Dony Wira Yudha, S.Pd, M.Pd., atas berkenannya sebagai ahli kepelatihan yang membantu dalam penyelesaian penelitian ini. vii

7. Suwardito, A.Md, Pk., selaku pelatih PB. SEHAT Semarang yang banyak membantu dalam penyelesaian penelitian ini. 8. Bapak dan Ibu Dosen PKLO FIK UNNES yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dalam perkuliahan. 9. Para pemain bulutangkis anggota PBSI Kota Semarang yang telah bersedia menjadi sampel dalam penelitian. 10. Yesi Widhi, S.Pd., Nettin, Nurul, Ahmad Candra Setiawan, S.Pd., dan Sutarno, S.Si., terima kasih atas dukungan dan doanya. 11. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu yang telah banyak membantu hingga terselesainya skripsi ini. Atas segala bantuannya, penulis hanya dapat berdoa semoga Allah SWT berkenan memberikan imbalan yang setimpal. Akhirnya penulis berharap, kiranya hasil penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan prestasi olahraga. Semarang, 13 November 2012 Peneliti viii

DAFTAR ISI halaman HALAMAN JUDUL... i ABSTRAK... ii PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii PENGESAHAN KELULUSAN... iv PERNYATAAN... v MOTTO DAN PERSEMBAHAN... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Perumusan Masalah... 8 1.3 Tujuan Pengembangan... 8 1.4 Spesifikasi Produk... 8 1.5 Pentingnya Pengembangan... 10 1.6 Sumber Pemecahan Masalah... 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR 2.1 Landasan Teori... 13 2.1.1 Pengertian Bulutangkis... 13 ix

2.1.2 Teknik Dasar Bulutangkis... 14 2.1.3 Teknik Pukulan Bulutangkis... 15 2.1.4 Perkembangan Perilaku Anak Usia 13-15 Tahun... 15 2.1.4.1 Kategori Anak Usia 13-15 Tahun... 16 2.1.4.2 Karakteristik Anak Usia 13-15 Tahun... 16 2.1.5 Analisis Pukulan Service Panjang... 19 2.1.5.1 Pegangan Raket Pada Pukulan Service Panjang... 19 2.1.5.2 Sikap Berdiri Pada Pukulan Service Panjang... 20 2.1.5.3 Gerakan Ayunan Raket Pada Pukulan Service Panjang... 21 2.1.5.4 Saat Impact Pada Pukulan Service Panjang... 21 2.1.5.5 Gerakan Lanjutan Pada Pukulan Service Panjang... 22 2.1.5.6 Penerbangan Shuttlecock Pada Pukulan Service Panjang... 23 2.1.5.7 Daerah Sasaran Pada Pukulan Service Panjang... 23 2.1.6 Instrumen Pukulan Service Panjang... 24 2.1.6.1 Alat dan Perlengkapan... 26 2.1.6.2 Pelaksanaan... 26 2.1.6.3 Aturan dan Metode Penilaian... 26 2.1.6.4 Kelebihan dan Kekurangan... 27 2.1.7 Instrumen Pukulan Service Panjang yang Dikembangkan... 27 2.1.7.1 Alat dan Perlengkapan... 28 2.1.7.2 Pelaksanaan... 28 2.1.7.3 Aturan dan Metode Penilaian... 29 2.1.7.4 Kelebihan dan Kekurangan... 30 x

2.1.7.5 Validitas Instrumen yang Dikembangkan... 30 2.1.7.6 Reliabilitas Instrumen yang Dikembangkan... 31 2.2 Kerangka Berfikir... 32 BAB III METODE PENGEMBANGAN 3.1 Model Pengembangan... 35 3.2 Prosedur Pengembangan... 37 3.3 Uji Coba Produk... 37 3.3.1 Desain Uji Coba... 38 3.3.1.1 Uji Coba Kelompok Kecil... 38 3.3.1.2 Uji Coba Kelompok Besar... 39 3.3.2 Subjek Uji Coba... 39 3.4 Cetak Biru Produk... 40 3.4.1 Penilaian Proses... 40 3.4.2 Penilaian Hasil... 41 3.5 Jenis Data... 41 3.6 Instrumen Pengumpulan Data... 42 3.7 Analisis Data Produk... 44 3.7.1 Validitas Instrumen... 44 3.7.2 Reliabilitas Instrumen... 45 BAB IV HASIL PENGEMBANGAN 4.1 Penyajian Data Hasil Uji Coba Kelompok Kecil... 47 4.1.1 Data Analisis Kebutuhan... 47 4.1.2 Diskripsi Draf Pemilihan Produk... 47 xi

4.1.3 Diskripsi Draf Produk Awal... 48 4.2 Hasil Analisis Data Uji Coba Kelompok Kecil... 49 4.3 Revisi Produk... 53 4.3.1 Revisi Draf Produk Awal Sebelum Uji Coba Kelompok Kecil... 53 4.3.1.1 Validasi Draf Produk Awal Sebelum Uji Coba Kelompok Kecil... 53 4.3.1.2 Deskripsi Draf Validasi Ahli... 54 4.3.2 Revisi Draf Setelah Uji Coba Kelompok Kecil... 55 4.4 Penyajian Data Hasil Uji Coba Kelompok Besar... 57 4.5 Hasil Analisis Data Uji Coba Kelompok Besar... 58 4.6 Prototipe Produk... 60 BAB V KAJIAN DAN SARAN 5.1 Kajian Prototipe Produk... 62 5.2 Saran Pemanfaatan, Diseminasi, dan Pengembangan Lebih Lanjut... 61 DAFTAR PUSTAKA... 64 LAMPIRAN-LAMPIRAN... 65 xii

DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Pengkategorian Anak Menurut Usia... 16 Tabel 2.2 Kategori Usia Berdasarkan Jenjang Pendidikan... 16 Tabel 2.3 Kategori Usia Berdasarkan Sistem Kejuaraan PBSI... 17 Tabel 2.4 Norma Penilaian Keterampilan Pukulan Service Panjang... 29 Tabel 3.1 Rubrik Penilaian Pukulan Service Panjang... 43 Tabel 3.2 Interpretasi Nilai r... 46 Tabel 4.1 Hasil Validitas Uji Coba Kelompok Kecil Menurut Ahli... 49 Tabel 4.2 Hasil Tes Ketepatan Uji Coba Kelompok Kecil... 50 Tabel 4.3 Revisi Produk Berdasarkan Pendapat Ahli... 54 Tabel 4.4 Rincian Jumlah Atlet dalam Uji Coba Kelompok Besar... 58 Tabel 4.5 Hasil Tes Ketepatan Uji Coba Kelompok Besar... 58 Tabel 4.6 Distribusi Kemampuan Service Panjang yang Dikembangkan... 59 xiii

DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Pengembangan Daerah Sasaran Service Panjang... 9 Gambar 1.2 Pengembangan Batasan Posisi Testee Service Panjang... 9 Gambar 2.1 Pegangan Raket pada Pukulan Service Panjang... 20 Gambar 2.2 Sikap Berdiri pada Pukulan Service Panjang... 20 Gambar 2.3 Gerakan Ayunan Raket pada Pukulan Service Panjang... 21 Gambar 2.4 Saat Impack pada Pukulan Service Panjang... 22 Gambar 2.5 Gerakan Lanjutan pada Pukulan Service Panjang... 22 Gambar 2.6 Arah Layang Shuttlecock pada Pukulan Service Panjang... 23 Gambar 2.7 Daerah Sasaran pada Pukulan Service Panjang... 24 Gambar 2.8 Lapangan Tes Baku Pukulan Service Panjang... 25 Gambar 2.9 Lapangan Tes Pengembangan Pukulan Service Panjang... 28 Gambar 3.1 Langkah-langkah Penggunaan Metode Research and Development (R&D)... 37 Gambar 3.2 Desain Penelitian Pengembangan Pukulan Service Panjang... 38 Gambar 4.1 Draf Produk Awal Sebelum Uji Coba Kelompok Kecil... 48 Gambar 4.2 Revisi Draf Produk Awal Sebelum Uji Coba Kelompok Kecil... 55 Gambar 4.3 Revisi Draf Produk Awal Setelah Uji Coba Kelompok Kecil... 56 Gambar 4.4 Grafik Kemampuan Pukulan Service Panjang yang Dikembangkan... 59 Gambar 4.5 Prototipe Produk Instrumen Pukulan Service Panjang (Produk Akhir)... 61 xiv

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Surat Usulan Penetapan Pembimbing... 66 Lampiran 2 Surat Keputusan Pembimbing Skripsi... 67 Lampiran 3 Surat Izin Penelitian... 68 Lampiran 4 Surat Rekomendasi PBSI Kota Semarang... 69 Lampiran 5 Surat Ketrangan Klub-klub PBSI Kota Semarang Tahun 2012... 70 Lampiran 6 Daftar Hadir Peserta Uji Coba Instrumen... 78 Lampiran 7 Daftar Petugas Pembantu Penelitian... 81 Lampiran 8 Daftar Usia Pemain Putra Anggota PBSI Kota Semarang Tahun 2012... 82 Lampiran 9 Lembar Hasil Evaluasi Ahli... 84 Lampiran 10 Draf Produk Instrumen Tes Service Panjang yang Dikembangkan... 88 Lampiran 11 Data Tes Kemampuan Pukulan Service Panjang yang Dikembangkan... 89 Lampiran 12 Perhitungan Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen... 95 Lampiran 13 Dokumentasi Penelitian... 101 xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial (UU RI No.3 pasal 1 ayat 4 tahun 2005). Sebagai salah satu bentuk dari upaya peningkatan kualitas olahraga, dapat dilakukan dengan melakukan olahraga yang diarahkan pada pembentukan watak dan kepribadian, disiplin dan sportivitas yang tinggi, serta peningkatan prestasi yang dapat membangkitkan rasa kebanggaan nasional. Seiring perkembangan ilmu dan teknologi dewasa ini khususnya di bidang keolahragaan, olahraga telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Oleh karena itu perlu dilakukan beberapa upaya pembinaan dan pengembangan di bidang olahraga, sebagai contoh salah satu cabang olahraga ialah cabang olahraga bulutangkis. Bulutangkis merupakan salah satu cabang olahraga yang terkenal di dunia. Di Indonesia dewasa ini perkembangannya semakin maju, terbukti dengan semakin banyaknya klub bulutangkis yang ikut kejuaraan yang diselenggarakan baik di tingkat Daerah, Nasional, maupun Internasional. Tujuan semula bermain bulutangkis adalah untuk rekreasi dan mencari keringat. Akan tetapi tujuan itu tidak saja untuk rekreasi dan mencari keringat melainkan untuk meningkatkan prestasi dan mengharumkan nama bangsa dan negara (Tohar, 1992:31). 1

2 Memperhatikan kajian penting faktor-faktor penunjang prestasi, M. Sajoto (1995:7), menjelaskan bahwa untuk mencapai suatu prestasi yang maksimal ada empat macam kelengkapan yang perlu dimiliki, yaitu: pengembangan fisik (physical build-up), pengembangan teknik (technical build-up), pengembangan mental (mental build-up), dan kematangan juara. Oleh sebab itu, perlu dilakukan latihan yang efektif dan efisien, terutama dalam metode latihan sehingga penguasaan teknik dasar dapat dikuasai dengan sempurna. Pemain bulutangkis yang baik harus menguasai teknik dasar, teknik pukulan, dan pola pukulan. Teknik dasar bulutangkis adalah penguasaan pokok yang harus dikuasai oleh setiap pemain dalam melakukan kegiatan bulutangkis. Teknik dasar yang harus dikuasai oleh para pemain antara lain: 1) Cara memegang raket, 2) Gerakan pergelangan tangan, 3) Gerakan melangkahkan kaki atau footwork, 4) Pemusatan pikiran atau konsentrasi (Tohar, 1992:34-40). Bagi pemain bulutangkis setelah menguasai teknik dasar maka diharuskan dapat menguasai teknik pukulan. Teknik pukulan adalah cara-cara melakukan pukulan dalam bulutangkis dengan tujuan menerbangkan shuttlecock ke bidang lapangan lawan. Macam-macam teknik pukulan bulutangkis, diantaranya adalah: 1) Pukulan service, 2) Pukulan lob atau clear, 3) Pukulan dropshot, 4) Pukulan smash, 5) Pukulan drive atau mendatar, dan 6) Pukulan pengembalian service atau return service (Tohar, 1992:40-67). Setelah penguasaan teknik dasar dan teknik pukulan bulutangkis dikuasai, maka pemain bulutangkis diharuskan juga menguasai pola pukulan, yaitu pukulan rangkaian yang dilakukan secara berurutan dan berkesinambungan, yang

3 menggabungkan antara teknik pukulan yang satu dengan teknik pukulan yang lain dan dilakukan secara berulang-ulang sehingga menjadikan suatu bentuk rangkaian teknik pukulan yang dapat dimainkan secara harmonis dan terpadu. Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dari pola pukulan yang mudah terlabih dahulu kemudian menuju ke sukar artinya dari pola yang sederhana menuju pukulan yang komplek dari teknik pukulan tersebut (Tohar, 1992:70). Dilihat dari macam-macam teknik pukulan dalam bulutangkis, pukulan service merupakan pukulan yang sangat penting yang harus dikuasai oleh pemain. Pukulan service adalah pukulan dengan raket yang menerbangkan shuttlecock ke bidang lapangan lain secara diagonal dan bertujuan sebagai pembuka permainan dan merupakan suatu pukulan yang penting dalam permainan bulutangkis (Tohar 1992:40). Pukulan service dikatakan penting karena service merupakan modal awal untuk bisa memenangkan pertandingan, dengan kata lain seorang pemain tidak bisa mendapatkan angka apabila tidak bisa melakukan service dengan baik. Karena service ini merupakan modal awal bagi pemain untuk memperoleh angka, maka service dikhususkan sebagai teknik yang pertama kali dipelajari. Terdapat empat macam pukulan service, antara lain: pukulan service pendek atau short service, service lob atau clear atau service panjang, service drive, dan service flick atau cambukan (Tohar, 1992:41-45). Berdasarkan keempat macam pukulan service pada bulutangkis, pukulan service panjang yang lebih banyak digunakan pada permainan tunggal untuk modal awal mendapatkan poin. Pukulan service panjang adalah pukulan service yang dilakukan

4 dengan cara menerbangkan shuttlecock setinggi-tingginya dan jatuh ke garis belakang bidang lapangan lawan (Tohar, 1992:42). Tujuan dan maksud menggunakan pukulan service panjang ini ialah untuk menekan posisi pihak lawan ke garis belakang, agar lapangan bagian depan menjadi kosong (Tohar, 1992:43). Sehingga shuttlecock kembalian lawan bisa diarahkan ke depan net. Selain itu, pukulan service panjang ini sangat tepat dilakukan pada saat lawan kehabisan tenaga karena lawan dipaksa untuk bergerak dalam daerah yang lebih luas dan mengeluarkan tenaga yang lebih besar. Service panjang ini termasuk jenis pukulan underhand stroke, yaitu pukulan yang dilakukan dengan ayunan raket dari bawah ke atas. Service panjang biasa digunakan untuk permainan bulutangkis pada partai tunggal, sehingga diharapkan dengan laju shuttlecock yang melambung ke belakang, permainannya akan terjadi realy yang lama dan panjang. Dilakukan dengan cara memukul shuttlecock dengan kekuatan yang penuh agar shuttlecock yang dipukul jatuh menurun tegak lurus ke bawah, dengan daerah sasaran service panjang adalah daerah back boundary atau daerah belakang lapangan yaitu daerah yag mempunyai perbatasan antara garis batas belakang untuk permainan tuggal dan garis batas belakang untuk service ganda dengan garis batas tengah dan garis batas tepi untuk permainan tunggal. Keterampilan tes service panjang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan penguasaan service yang melambung tinggi ke belakang di daerah bidang lapangan pihak lawan (Tohar, 1992: 144). Pemain bulutangkis yang memiliki keterampilan service panjang yang bagus diharapkan juga mempunyai keterampilan yang mendukung, diantaranya kekuatan,

5 daya tahan otot, dan ketepatan sehingga dengan permainan yang lama dapat bertahan sampai akhir pertandingan. Menurut M. Sajoto (1995:8), kekuatan, daya tahan otot, dan ketepatan merupakan komponen-komponen kondisi fisik yang ada dalam program latihan sirkuit yang akan diberikan pada setiap atlet dalam cabang olahraga prestasi. Cara melakukan pukulan service panjang dengan menggunakan pegangan handshake atau berjabat tangan, berdiri dengan kaki deregangkan satu di depan dan satu di belakang, shuttlecock dipegang pada ketinggian pinggang, berat badan pada kaki yang berada di belakang, tangan yang memegang raket pada posisi backswing, pergelangan tangan ditekukkan, melepaskan shuttlecock di depan samping badan disertai dengan memindahkan berat badan dari kaki yang belakang ke kaki yang depan, menggunakan gerakan menelungkupkan tangan bagian bawah dan sentakkan pergelangan tangan, melakukan kontak pada ketinggian lutut, shuttlecock akan melambung tinggi dan jauh, mengakhiri gerakan dengan raket mengarah ke atas lurus dengan gerakan shuttlecock, menyilangkan raket di depan dan di atas bahu tangan yang tidak memegang raket, memutar pinggul dan bahu (Tony Grice, 1999:26). Klub-klub bulutangkis di kota Semarang berhimpun pada PBSI kota Semarang. Setiap klub memiliki atlet dari berbagai kelompok umur. Setiap kelompok umur memiliki tingkat penguasaan teknik pukulan yang berbeda, contohnya kelompok umur 13-15 tahun. Pemain pada usia 13-15 tahun sudah termasuk dalam kategori masa remaja awal, berada dalam masa pubersitas, dimana mereka juga merupakan masa sekolah pada jenjang SMP, dan termasuk dalam kelompok pemula pada sistem

6 kejuaraan PBSI. Pemain putra yang berada pada usia 13-15 memiliki kemampuan teknik dasar dan teknik pukulan dalam cabang bulutangkis yang lebih dari cukup (menguasai teknik dasar dan teknik pukulan). Hal yang dilakukan untuk mengetahui hasil pukulan service panjang seorang pemain bulutangkis, dilakukan tes hasil pukulan service panjang. Dewasa ini belum ditemukan suatu bentuk parameter atau alat tes dan pengukuran pukulan service panjang untuk pemain tunggal putra usia 13-15 tahun. Berdasarkan hasil observasi di lapangan pada klub PBSI Kota Semarang, kemampuan pukulan service panjang untuk pemain tunggal putra usia 13-15 tahun sudah melampaui atau shuttlecock jatuh dibagian ¾ panjang lapangan lawan dan belum seakurat usia di atasnya (pemain remaja, taruna, dan dewasa), maka dipandang perlu dibuatkan instrumen pukulan service panjang yang lebih mudah untuk mengetahui peningkatan hasil pukulan service panjang dan mematangkan kemampuan pukulan service panjang untuk pemain tunggal putra usia 13-15 tahun, dengan cara merubah daerah sasaran menjadi tiga, yaitu daerah sasaran back boundary yang berukuran 0,76 meter dan dua daerah sasaran di depannya, masingmasing berukuran 0,46 meter. Instrumen tes pukulan service panjang adalah suatu alat pengukur yang digunakan untuk mengukur kemampuan penguasaan pukulan service yang melambung tinggi ke belakang di daerah bidang lapangan lawan (Barry and Nelson, 1979:266). Tes ini dilakukan dengan cara subjek berdiri di daerah diagonal dengan target, shuttlecock yang dipukul harus melewati pita pembatas setinggi 8 feet (2,438 meter) dari lantai dan berjarak 14 feet (4,267 meter) dari net dengan cara service

7 yang sah ke daerah sasaran. Dilakukan 20 kali pukulan service panjang. Daerah sasaran pukulan service panjang ini dibuat pada sudut belakang bagian samping yang bebentuk seperempat lingkaran masing-masing dengan ukuran 22,30,38, dan 46 inci (55,76,97, dan 107 cm), yang diberi nilai dari daerah sasaran terdalam masingmasing 5,4,3,2, dan 1. Bila shuttlecock jatuh pada bagian garis, dianggap jatuh pada bagian yang bernilai tinggi. Penerapan tes ini diterapkan untuk SMA dan mahasiswa, serta belum adanya penerapan untuk usia di bawahnya, yaitu umur 13-15 tahun. Kemampuan pukulan service panjang untuk pemain tunggal putra usia 13-15 tahun belum seakurat usia di atasnya (pemain remaja, taruna, dan dewasa). Berdasarkan fakta tersebut, maka dipandang perlu dibuatkan instrumen pukulan sevice panjang yang lebih mudah diterapkan untuk pemain tunggal putra usia 13-15 tahun, dengan merubah daerah sasaran menjadi tiga daerah sasaran, yaitu daerah sasaran back boundary dengan lebar 0,76 meter dan dua daerah sasaran di depannya, masing-masing bagian lebarnya 0,46 meter. Berdasarkan uraian di atas membuat penulis tertarik untuk meneliti Pengembangan Instrumen dan Skala Penilaian Pukulan Service Panjang Bulutangkis untuk Pemain Tunggal Putra Usia 13-15 Tahun Anggota PBSI Kota Semarang 2012. Adapun alasan peneliti memilih judul adalah sebagai berikut: 1.1.1 Pukulan service panjang dalam bulutangkis merupakan jenis pukulan pembuka permainan bulutangkis dan merupakan suatu pukulan yang penting untuk memperoleh poin, serta modal awal untuk memenangkan pertandingan.

8 1.1.2 Instrumen pukulan service panjang yang dikembangkan mempunyai daerah sasaran yang sesuai dengan karakteristik pemain tunggal putra usia 13-15 tahun. 1.1.3 Belum adanya penelitian pengembangan instrumen pukulan service panjang yang serupa. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dikaji adalah, Bagaimanakah bentuk instrumen dan skala penilaian pukulan service panjang bulutangkis yang sesuai dengan karakteristik pemain tunggal putra usia 13-15 tahun anggota PBSI kota Semarang tahun 2012?. 1.3. Tujuan Pengembangan Berdasarkan permasalahan penelitian, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah menciptakan instrumen dan skala penilaian pukulan service panjang bulutangkis yang sesuai dengan karakteristik pemain tunggal putra usia 13-15 tahun anggota PBSI kota Semarang tahun 2012. 1.4. Spesifikasi Produk Penelitian pengembangan ini akan menyusun instrumen tes pukulan service panjang. Langkah yang ditempuh adalah dengan menciptakan daerah sasaran pukulan service panjang bulutangkis yang sesuai dengan karakteristik pemain tunggal putra usia 13-15 tahun anggota PBSI Kota Semarang, yang dapat

9 mengembangkan aspek di dalam latihan, secara efektif dan efisien, dan dapat mengetahui kemampuan di dalam latihan dengan melaksanakan tes pengukuran. Adapun tes pukulan service panjang yang dikembangkan sebagai berikut: 1.4.1. Sasaran pukulan service panjang yang sebelumnya dibagi menjadi lima daerah sasaran, dirubah menjadi tiga daerah sasaran sasaran. Gambar 1.1. Pengembangan Daerah Sasaran Servise Panjang 1.4.2. Pada instrumen baku batasan sasaran pukulan service panjang berukuran 14 feet (4,27 meter) dari net, dikembangkan menjadi ¾ panjang lapangan lawan atau 5,025 meter dari net. 1.4.3. Posisi testee yang sebelumnya tidak ditentukan batasnya, dikembangkan dengan diberi batasan persegi panjang berjarak 30 cm dari garis batas service pendek dengan panjang 70 cm dan lebar 30 cm. Gambar 1.2. Pengembangan Batasan Posisi Testee Service Panjang

10 1.4.4. Pada instrumen tes baku daerah sasaran yang sebelumnya berbentuk seperempat lingkaran, dikembangkan menjadi persegi panjang dengan membagi tiga daerah sasaran, yaitu daerah sasaran back boundary dengan lebar 0,76 meter yang diberi nilai 3 dan dua daerah sasaran di depannya, masing-masing bagian lebarnya 0,46 meter yang diberi nilai 2 dan 1. 1.4.5. Setiap anak coba atau testee melakukan 20 kali pukulan. Pukulan service panjang dari kanan sebanyak 10 kali dan dari kiri sebanyak 10 kali. Berorientasi pada penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa produk instrumen tes pukulan service panjang yang dikembangkan adalah merubah daerah sasaran pukulan service panjang dengan membagi daerah sasaran service panjang menjadi tiga bagian dan setiap daerah sasaran dihargai nilai antara 0-3. Semakin mudah daerah sasaran service panjang yang dijangkau, maka nilai yang dihasilkan rendah. Sebaliknya, semakin sulit daerah sasaran service panjang yang dijangkau, maka nilai yang dihasilkan tinggi. Produk yang dihasilkan diharapkan dapat mengembangkan aspek di dalam latihan, secara efektif dan efisien, dan dapat mengetahui kemampuan di dalam latihan dengan melaksanakan tes pengukuran. 1.5. Pentingnya Pengembangan Instrumen pukulan service panjang dengan membagi daerah sasaran pukulan service panjang menjadi tiga bagian, instrumen pukulan service panjang yang dikembangkan memiliki tingkat kesulitan relatif lebih mudah oleh karena itu

11 diharapkan instrumen tes pukulan service panjang yang dikembangkan cocok dan berguna untuk pemain tunggal putra usia 13-15 tahun. Serta hasil penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat sebagai referensi tambahan yang memperkaya bentuk tes yang sudah ada serta bermanfaat bagi ilmu pengetahuan. 1.6. Sumber Pemecahan Masalah Pukulan service panjang adalah pukulan service yang dilakukan dengan cara menerbangkan shuttlecock setinggi-tingginya dan jatuh ke garis belakang bidang lapangan lawan (Tohar, 1992:42). Pukulan service panjang terdiri atas forehand service panjang dan backhand service panjang. Pada instrumen tes pukulan service panjang yang dikembangkan, pemain bulutangkis menggunakan pukulan forehand service panjang dan dikhususkan untuk permainan tunggal. Seorang pemain memiliki kemampuan dan karakteristik yang berbeda, memiliki bakat tersendiri, serta latar belakang kehidupan yang mempengaruhi secara spesifik pada dirinya. Pemain berada pada usia 13-15 tahun dikategorikan sebagai pemain pemula. Dimana pada tahapan tersebut memiliki kemampuan teknik dasar dan teknik pukulan dalam cabang olahraga bulutangkis yang lebih dari cukup (menguasai teknik dasar dan teknik pukulan). Kemampuan pemain putra usia 13-15 tahun belum seakurat pemain yang usianya di atasnya (pemain remaja, taruna dan dewasa). Bakat yang dimiliki pemain tunggal putra usia 13-15 tahun menuju tahap kematangan, untuk itu perlu adanya perhatian secara khusus agar dapat memanfaatkan potensipotensi yang ada secara maksimum.

12 Pemain tunggal putra usia 13-15 tahun yang digunakan dalam penelitian ini adalah atlet yang terhimpun dalam anggota PBSI kota Semarang, dimana atlet tersebut berlatih dan dipersiapkan untuk mendapatkan prestasi di masa sekarang maupun yang akan datang, untuk itu perlu diadakannya pembinaan serta pendalaman tentang cabang bulutangkis. Kemampuan yang membedakan dengan pemain diatasnya (pemain remaja, taruna, dan dewasa), salah satunya adalah dari segi penguasaan teknik dan taktik dalam bermain dan juga bisa dilihat dari kondisi fisik. Tingkat kemampuan serta keakuratan pemain tunggal putra usia 13-15 tahun masih dalam tingkat sedang. Oleh karena itu, perlu instrumen yang lebih mudah yang diterapkan untuk pemain putra usia 13-15 tahun. Pemecahan masalah dalam penelitian ini, yaitu dengan cara mengadakan penelitian pengembangan, melalui penelitian tersebut akan dilakukan tes terhadap variabel-variabel yang akan diteliti. Ketepatan pukulan service panjang dengan cara melakukan pukulan service panjang 10 kali dari sisi lapangan kanan dan 10 kali dari sisi lapangan kiri, sedangkan daerah sasaran sudah ditentukan dalam instrumen tes tersebut. Penelitian pengembangan ini diharapkan akan berguna untuk mengetahui tingkat kemampuan pukulan service panjang bulutangkis yang sesuai dengan karakteristik pemain tunggal putra usia 13-15 tahun anggota PBSI Kota Semarang, yang hasilnya berupa produk baru yang dapat digunakan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR 2.1. Landasan Teori Sebagai acuan berpikir secara ilmiah dalam rangka untuk pemecahan permasalahan, pada kajian pustaka ini dimuat beberapa pendapat para pakar. Selanjutnya secara garis besar akan diuraikan tentang: pengertian bulutangkis, teknik dasar bulutangkis, teknik pukulan service panjang, dan instrumen pukulan service panjang. 2.1.1. Pengertian Bulutangkis Olahraga bulutangkis merupakan salah satu cabang olahraga permainan yang dimainkan oleh dua orang yang saling berlawanan (tunggal) atau empat orang yang saling berlawanan (ganda). Permainan bulutangkis dimainkan di atas sebidang lapangan permainan yang berukuran panjang 13,40 m dan lebar 6,10 m dengan dibatasi jaring (net) setinggi 1,55 m dari lantai yang membagi bidang permainan yang sama luasnya (Syahri Alhusin, 2007:16). Area bulutangkis dibatasi pada masing-masing sisinya oleh dua garis pinggir (side lines). Garis-garis pinggir ini merupakan garis pembeda permainan single dan ganda. Garis pada bagian belakang masing-masing lapangan disebut garis batas belakang (back line). Garis-garis ini merupakan batas permainan terjauh dalam tunggal dan ganda. Adapun garis yang berada di depan 1,98 meter jauhnya dari net disebut garis service pendek (short 13

14 service line) untuk tunggal dan ganda. Setiap shuttlecock yang jatuh di atas garis pinggir, garis belakang, dan garis service dianggap masuk dan sah. Permainan ini dilakukan dengan cara memukul atau menangkis shuttlecock ke daerah lawan menggunakan raket sebagai alat memukul. Tujuan dari permainan ini adalah memperoleh angka dan kemenangan dengan cara berusaha menyeberangkan dan menjatuhkan shuttlecock di daerah permainan lawan dan berusaha agar lawan tidak dapat memukul atau menjatuhkannya di daerah permainan sendiri. Prinsip dasar permainan bulutangkis adalah satu kali memukul shuttlecock sebelum jatuh di daerah lapangan sendiri dengan cara memukul atau mengembalikan shuttlecock ke daerah lawan dengan melintasi net, baik dipukul dengan keras atau pelan untuk memaksa lawannya bergerak atau lari di lapangannya. Adapun tujuan dasar permainan bulutangkis adalah mendapatkan angka 21 atau sebanyakbanyaknya 30. 2.1.2. Teknik Dasar Bulutangkis Unsur kelengkapan seorang pemain bulutangkis yang baik dan berprestasi dituntut untuk memahami dan menguasai salah satu komponen dasar, yaitu teknik dasar permainan bulutangkis. Teknik dasar permainan bulutangkis adalah penguasaan pokok yang harus dipahami dan dikuasai oleh setiap pemain dalam melakukan kegiatan bermain bulutangkis (Tohar, 1992:34). Atlet, untuk dapat berprestasi semaksimal mungkin harus menguasai teknik dasar guna mengembangkan mutu permainan bulutangkis. Teknik dasar dalam olahraga bulutangkis yang harus dikuasai oleh pemain, antara lain: 1) Cara

15 memegang raket, 2) Gerakan pergelangan tangan, 3) Gerakan melangkah kaki atau footwork, 4) Pemusatan pikiran atau konsentrasi (Tohar, 1992 :34-40). 2.1.3. Teknik Pukulan Bulutangkis Seorang pemain bulutangkis harus menguasai beberapa keterampilan khusus atau skill dengan tujuan agar dapat menerbangkan shuttlecock dengan sebaikbaiknya, keterampilan itu diantaranya teknik pukulan. Teknik pukulan adalah caracara melakukan pukulan dalam bulutangkis dengan tujuan menerbangkan shuttlecock ke bidang lapangan lawan (Tohar, 1992:40). Sebuah teknik pukulan tersusun dari beberapa gerak dasar. Dari rangkaian gerak dasar akhirnya menghasilkan suatu jenis pukulan. Jenis-jenis pukulan itu antara lain: 1) Pukulan service, 2) Pukulan lob atau clear, 3) Pukulan dropshot, 4) Pukulan smash, 5) Pukulan drive atau mendatar, dan 6) Pukulan pengembalian service atau return service (Tohar, 1992:40-67). 2.1.4. Perkembangan Perilaku Anak Usia 13-15 Tahun Anak usia 13-15 tahun merupakan tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak sebelumnya. Anak dalam usia ini biasa disebut dengan masa remaja awal dan akan masih berlanjut ke tahap pertumbuhan dan perkembangan masa remaja akhir. Anak pada masa remaja merupakan anak yang sedang mencari jati diri atau anak yang sedang gemar mencari tahu dirinya serta ingin mengenal dunia luar yang sebelumnya belum pernah ia kenal.

16 2.1.4.1. Kategori Anak Usia 13-15 Tahun Pengkategorian anak menurut usia dapat dilihat dari berbagai aspek. Dilihat dari periodisasi pertumbuhan dan perkembangan manusia, Elizabeth B. Hurlock (Andi Mappiare, 1982:24), memberikan kategori sebagai berikut : Tabel 2.1 Pengkatagorian Anak Menurut Usia Periodisasi Pertumbuhan Keterangan Prenatal Masa Neonatus Masa Bayi Masa kanak-kanak awal Masa kanak-kanak akhir Pubertas Masa Remaja Awal Masa Remaja Akhir Masa Dewasa Awal Masa Setengah Baya Masa Tua Saat konsepsi sampai lahir lahir sampai akhir minggu kedua setelah lahir Akhir minggu kedua sampai akhir tahun kedua 2 tahun sampai 6 tahun 6 sampai 10/11 tahun 10/12 sampai 13/14 tahun 13/14 17 tahun 17 21 tahun 21 40 Tahun 40 60 tahun 60 meninggal dunia Sumber: Elizabeth B. Hurlock (Andi Mappiare, 1982: 24) Dilihat dari aspek pendidikan, Enung Fatimah (2006:12), menjelaskan bahwa kategori usia berdasarkan jenjang pendidikan sebagai berikut : Tabel 2.2 Kategori Usia Berdasarkan Jenjang Pendidikan No. Jenjang Pendidikan Kelompok Usia 1. Taman Kanak-kanak 4 6 tahun 2. Sekolah Dasar 7 12 tahun 3. SMP 13 16 tahun 4. SMU 16 19 tahun 5. Perguruan Tinggi 19 tahun ke atas Sumber: Enung Fatimah (2006:12)

17 Kelompok usia berdasarkan sistem kejuaraan PBSI, Pengurus Besar PBSI (2011:20), menerangkan bahwa batasan umur dihitung sesuai tahun berjalan sebagai berikut: Tabel 2.3 Kategori Usia Berdasarkan Sistem Kejuaraan PBSI No. Kelompok Keterangan 1. Usia Dini di bawah 11 tahun 2. Anak-anak di bawah 13 tahun 3. Pemula di bawah 15 tahun 4. Remaja di bawah 17 tahun 5. Taruna di bawah 19 tahun 6. Dewasa Bebas 7. Veteran Sumber: Pengurus Besar PBSI (2011:20) 35 tahun ke atas 40 tahun ke atas 45 tahun ke atas 50 tahun ke atas 55 tahun ke atas, dan seterusnya dengan interval 5 tahun, tetapi yang mendapat poin ranking hanya sampai umur 55 tahun. Sebagaimana telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa kategori anak usia 13-15 tahun sudah termasuk dalam kategori masa remaja awal, dimana mereka juga merupakan masa sekolah pada jenjang SMP, dan termasuk dalam kelompok pemula pada sistem kejuaraan PBSI. 2.1.4.2. Karakteristik Anak Usia 13-15 Tahun Istilah remaja bisa dilihat dari empat sisi: fisik, mental, sosial budaya, dan ekonomi. Secara fisik, remaja telah mengalami pubertas dimana seluruh organ

18 reproduksinya sudah matang. Secara mental, remaja sering dianggap belum memiliki mental yang stabil. Hal ini dicirikan dengan praktek pencarian identitas dan hal-hal baru yang menarik perhatian mereka. Secara sosial, mereka tidak mau lagi sangat bergantung kepada keluarga. Akan tetapi secara ekonomi, kebanyakan remaja masih bergantung kepada orang tua. Terdapat beberapa karakteristik remaja yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu: a) Kesanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan, b) Ketidakstabilan emosi, c) Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup, d) Adanya sikap menentang dan menantang orang tua, e) Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-pertentang dengan orang tua, f) Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi semuanya, g) Senang bereksperimentasi, h) Senang bereksplorasi, i) Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan, j) Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan berkelompok. Berdasarkan tinjauan teori perkembangan, usia remaja adalah masa saat terjadinya perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan fundamental dalam aspek kognitif, emosi, sosial dan pencapaian. Sebagian remaja mampu mengatasi transisi ini dengan baik, namun beberapa remaja bisa jadi mengalami penurunan pada kondisi psikis, fisiologis, dan sosial. Beberapa permasalahan remaja yang muncul biasanya banyak berhubungan dengan karakteristik yang ada pada diri remaja.

19 2.1.5. Analisis Pukulan Service Panjang Pukulan service panjang adalah pukulan service yang dilakukan dengan cara menerbangkan shuttlecock setinggi-tingginya dan jatuh ke garis belakang bidang lapangan lawan (Tohar, 1992:42). Service panjang dilakukan dengan cara memukul shuttlecock dengan kekuatan yang penuh agar shuttlecock yang dipukul jatuh menurun tegak lurus ke bawah, dengan daerah sasaran service panjang ini adalah daerah back boundary atau daerah belakang lapangan yaitu daerah yag mempunyai perbatasan antara garis batas belakang untuk permainan tuggal dan garis batas belakang untuk service ganda dengan garis batas tengah dan garis batas tepi untuk permainan tunggal. Instrumen tes pukulan service panjang yang dikembangkan, hanya dikhususkan untuk permainan tunggal. Keterampilan tes service panjang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan penguasaan service yang melambung tinggi ke belakang di daerah bidang lapangan pihak lawan (Tohar, 1992: 144). Mengenai urutan pelaksanaan pukulan service panjang, adalah sebagai berikut: 2.1.5.1. Pegangan Raket pada Pukulan Service Panjang Seperti halnya permainan bulutangkis pada umumnya, cara memegang raket pada pukulan service panjang adalah pegangan gabungan atau pegangan berjabat tangan. Pegangan cara ini lazim dinamakan shakehand grip, caranya adalah memegang raket seperti orang berjabat tangan. Caranya hampir sama dengan pegangan Inggris, tetapi setelah raket dimiringkan, tangkai dipegang dengan ibu jari

20 melekat pada bagian dalam yang kecil, sedangkan jari-jari lain melekat pada bagian dalam yang lebar (Tohar, 1992:36). Gambar 2.1 Pegangan Raket pada Pukulan Service Panjang Sumber: Tohar, 1992 2.1.5.2.Sikap Berdiri pada Pukulan Service Panjang Sikap berdiri pada saat pukulan service panjang dilakukan dengan cara pemain berdiri di sudut depan garis tengah pada daerah service kira-kira setengah meter di belakang garis service pendek, kaki kiri di depan dan kaki kanan di belakang, sementara berat badan bertumpu pada kaki belakang. Pada saat shuttlecock dipukul, pindahkan berat badan ke depan (Herman Subarjah, 2004:29). Gambar 2.2 Sikap Berdiri pada Pukulan Service Panjang Sumber: Tony Grice, 1999

21 2.1.5.3. Gerakan Ayunan Raket pada Pukulan Service Panjang Ayunan raket pada pukulan service panjang, dimulai dengan menahan tangan yang memegang raket pada posisi backswing (ayunan ke belakang) dengan tangan dan pergelangan tangan berada pada posisi menekuk, pada saat melepaskan bola dan berat badan dari kaki yang di belakang ke kaki yang di depan, gunakan gerakan menelungkupkan tangan tagian bawah dan sentakkan pergelangan tangan, lakukan kontak pada ketinggian lutut, pada saat bola melambung tinggi dan jauh akhiri gerakan dengan raket mengarah ke atas lurus dengan gerakan bola, silangkan raket di depan dan di atas bahu tangan yang tidak memegang raket (Tonny Grice, 1999:26). Gambar 2.3 Gerakan Ayunan Raket pada Service Panjang Sumber: Tony Grice, 1999 2.1.5.4. Saat Impack pada Pukulan Service Panjang Saat impack adalah saat raket bertemu dengan dengan shuttlecock. Pada saat raket berkenaan dengan shuttlecock, gerakan ayunan lengan dari belakang ke depan tidak berhenti dan tetap bergerak dengan kecepatan yang sama dengan ayunan yang mula-mula. Sudut permukaan raket menentukan arah shuttlecock. Pada saat kontak,

22 putaran tangan bagian bawah dan gerakan pergelangan tangan merupakan sumber dari tenaga yang dikeluarkan (Tony Grice, 1999:26). Gambar 2.4 Saat Impack pada Pukulan Service Panjang Sumber: Tony Grice, 1999 2.1.5.5. Gerakan Lanjutan pada Pukulan Service Panjang Gerakan akhir atau gerakan lanjutan service panjang adalah ke arah atas dengan arah yang sejalan dengan bola dan berakhir di atas bahu tangan yang tidak memegang raket (Tony Grice, 1999:26). Gerakan lengan lanjutan dari melakukan pukulan service panjang ini sampai di depan atas badan. Seluruh gerakan cara memukul ini dimulai dari gerakan kaki, badan, ayunan tangan dan terakhir dilanjutkan dengan mencambukkan pergelangan tangan. Gambar 2.5 Gerakan Lanjutan pada Service Panjang Sumber: Tony Grice, 1999

23 2.1.5.6. Penerbangan Shuttlecock pada Pukulan Service Panjang Lintas penerbangan atau perjalanan shuttlecock dipengaruhi atau dihasilkan oleh gerak ayunan raket yang memukul (M. Nasution, 2010:27). Pada pukulan service panjang, shuttlecock dipukul ke atas sehingga penerbangan shuttlecock tinggi mengarah jauh ke belakang lapangan. Mengenai penerbangan shuttlecock, melayang tinggi dan jatuh tegak lurus di bagian belakang garis lapangan lawan (PBSI, 2001:22). Gambar 2.6 Arah Layang Shuttle pada Pukulan Service Panjang Sumber: James Pool, 2009 2.1.5.7. Daerah Sasaran pada Pukulan Service Panjang Sasaran tes service panjang ini adalah daerah back boundary atau daerah belakang lapangan yaitu daerah yang mempunyai perbatasan antara garis batas belakang untuk permainan tunggal dan garis batas belakang untuk service ganda dengan garis batas tengah dan garis batas tepi untuk permainan tunggal (Tohar, 1999:145). Tujuan daerah sasaran pada pukulan service panjang ini ialah untuk menekan posisi pihak lawan ke garis belakang, agar lapangan bagian depan menjadi kosong

24 sehingga lapangan bagian depan kosong dan shuttlecock kembalian lawan bisa diarahkan ke depan net. Selain itu, pukulan service panjang ini sangat tepat dilakukan pada saat lawan kehabisan tenaga karena lawan dipaksa untuk bergerak dalam daerah yang lebih luas dan mengeluarkan tenaga yang lebih besar. Gambar 2.7 Daerah Sasaran pada Pukulan Service Panjang Sumber: Tohar, 1992 2.1.6. Instrumen Pukulan Service Panjang Instrumen tes pukulan service panjang adalah suatu alat pengukur yang digunakan untuk mengukur kemampuan penguasaan pukulan service yang melambung tinggi ke belakang di daerah bidang lapangan lawan (Barry and Nelson, 1979:266). Tes ini dilakukan dengan cara testee melakukan pukulan service panjang sebanyak 20 kali pukulan. Hasil pukulan harus jatuh di dalam garis yang telah di tentukan, jika tersangkut net, atau shuttlecock keluar lintasan di luar daerah tersebut

25 dinyatakan gagal. Jatuhkan shuttlecock pertama kali di lantai menunjukan hasil pelaksanaan tes. Jumlah nilai keseluruhan merupakan hasil pelaksanaan tes. Service panjang dilakukan dengan forehand service, dengan daerah sasaran pukulan service panjang ini dibuat pada sudut belakang bagian samping yang bebentuk seperempat lingkaran dengan pusat lingkaran di perpotongan garis batas belakang service panjang dan garis samping untuk tunggal. Dengan ketentuan nilai 5 = 55 cm, nilai 4 = 76 cm, nilai 3 = 97 cm, nilai 2 = 107 cm, nilai 1 = di luar lingkaran. Tes ini bertujuan untuk mengukur kemampuan service yang tinggi dan dalam ke daerah sasaran belakang. Penerapan tes ini untuk SMA dan mahasiswa. Nilai validitas kemampuan pukulan service panjang adalah 0,54 dan nilai Reliabilitas kemampuan pukulan service panjang adalah 0,77 (Barry and Nelson, 1979:266). Gambar 2.8 Lapangan Tes Baku Pukulan Service Panjang Sumber: Barry and Nelson, 1979

26 2.1.6.1. Alat dan Perlengkapan Alat dan perlengkapannya meliputi: raket, shuttlecock, net, pita sepanjang net, dua tiang setinggi 2,438 meter, alat tulis, alat ukur. 2.1.6.2. Pelaksanaan Tes ini dilakukan dengan cara: a) Subjek atau testee berdiri di bidang lapangan diagonal berlawanan dengan target, b) Bila ada aba-aba mulai Ya, testee melakukan pukulan service panjang sebanyak 20 kali, c) Shuttlecock pukulan harus melewati pita pembatas setinggi 8 feet (2,438 meter) dari lantai dan berjarak 14 feet (4,267 meter) dari net, apabila tidak melewati tali pembatas tersebut, maka dinyatakan gagal, d) Usahakan agar shuttlecock jatuh pada daerah sasaran yang mempunyai nilai tertinggi. 2.1.6.3. Aturan dan Metode Penilaian Penilaian pada instrumen ini adalah poin dinilai dari semua tembakan, selama subjek berdiri di tempat yang benar dan shuttlecock melewati net. Daerah sasaran pukulan service panjang ini dibuat pada sudut belakang bagian samping masingmasing dengan ukuran 22,30,38, dan 46 inci (55,76,97, dan 107 cm) yang diberi nilai dari daerah sasaran terdalam masing-masing 5,4,3,2, dan 1. Bila shuttlecock jatuh pada bagian garis, dianggap jatuh pada bagian yang bernilai tinggi.

27 2.1.6.4. Kelebihan dan Kekurangan Kelebihan instrumen baku (Barry and Nelson, 1979:266), adalah: a) Mempunyai lima daerah sasaran, b) Setiap daerah sasaran memiliki nilai, c) Mempunyai daerah sasaran yang sesuai digunakan oleh pemain yang sudah ahli. Kekurangan instrumen baku (Barry and Nelson, 1979:266), adalah: a) Untuk mendapatkan nilai tertinggi sangat sulit dikarenakan daerah sasaran dengan nilai tertinggi hanya berukuran 55 cm, b) Nilai terendah berada pada garis batas sasaran pukulan service panjang 14 feet (4,27 meter dari net) sampai dengan back boundary, sedangkan tujuan dari pukulan service panjang adalah menerbangkan shuttlecock ke daerah sasaran yang berada di garis belakang lapangan pihak lawan atau back boundary, c) Kurang efektif digunakan untuk pemain usia di bawahnya, termasuk pemain usia 13-15 tahun. 2.1.7. Instrumen Pukulan Service Panjang yang Dikembangkan Pelaksanaan dalam penelitian ini, peneliti mencoba mengembangkan metode tes pukulan service panjang dari Barry and Nelson (1979:266). Jadi metode yang sudah ada dan baku dikembangkan lagi, dengan membagi daerah sasaran menjadi tiga. Tes ini dilakukan dengan forehand service dengan daerah sasaran service panjang yang dibagi menjadi tiga bagian, yaitu daerah sasaran back boundary dengan lebar 0,76 meter yang diberi nilai 3 dan dua daerah sasaran di depannya, masing-masing bagian lebarnya 0,46 meter yang diberi nilai 2 dan 1. Instrumen tes pukulan service panjang yang dikembangkan hanya dikhususkan untuk permainan tunggal. Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan pukulan

28 service panjang yang akurat dan sesuai dengan karakteristik pemain tunggal putra usia 13-15 tahun. Gambar 2.9 Lapangan Tes Pengembangan Service Panjang Tes pelaksanaan tersebut adalah sebagai berikut: 2.1.7.1. Alat dan Perlengkapan Alat dan perlengkapannya meliputi: raket, shuttlecock, net, pita sepanjang net, dua tiang setinggi 2,438 meter, alat tulis, alat ukur. 2.1.7.2. Pelaksanaan Tes ini dilakukan dengan cara: a) Subjek atau testee berdiri di kotak batasan berbentuk persegi panjang berjarak 30 cm dari garis batas service pendek dengan panjang 70 cm dan lebar 30 cm dan berada diagonal berlawanan dengan target, b) Bila ada aba-aba Ya, testee melakukan kegiatan pukulan service panjang sebanyak

29 20 kali (10 kali kanan dan 10 kali kiri) berdasarkan diagonal dari daerah sasaran, c) Pukulan service panjang dianggap sah apabila shuttlecock melewati pita pembatas setinggi 8 feet (2,438 meter) dari lantai dan berjarak 5,025 meter dari net dan tidak menyangkut net, serta dinyatakan gagal apabila shuttlecock tidak melewati pita pembatas atau menyangkut di net, d) Usahakan agar shuttlecock jatuh pada daerah sasaran yang mempunyai nilai tertinggi. 2.1.7.3. Aturan dan Metode Penilaian Penilaian pada instrumen ini adalah poin dinilai dari semua tembakan, selama subjek berdiri di tempat yang benar dan shuttlecock melewati net. Daerah sasaran pukulan service panjang ini adalah daerah sasaran back boundary dengan lebar 0,76 meter yang diberi nilai 3 dan dua daerah sasaran di depannya, masing-masing bagian lebarnya 0,46 meter yang diberi nilai 2 dan 1. Apabila keluar dari ketentuan penilaian, maka diberi nilai 0. Bila shuttlecock jatuh pada bagian garis, dianggap jatuh pada bagian yang bernilai tinggi. Penilaian Keseluruhan tes dijumlahkan dengan jumlah shuttlecock yang masuk pada kotak-kotak penilaian dengan hasil maksimal adalah 60. Jumlah nilai keseluruhan merupakan hasil pelaksanaan tes, kemudian dicocokkan dengan ketentuan penilaian, sebagai berikut : Tabel 2.4 Norma Penilaian Keterampilan Pukulan Service Panjang No Score/Nilai Kategori Nilai Kemampuan Nilai Akhir 1 18-20 Baik Sekali 90-100 A 2 15-17 Baik 80-89 B 3 12-14 Sedang 70-79 C 4 9-11 Kurang 60-69 D 5 6-8 Kurang Sekali 50-59 E Sumber : Tohar (1992:145)