HUBUNGAN ANTARA POWER OTOT TUNGKAI DAN KELINCAHAN TERHADAP KEMAMPUAN MENGGIRING BOLA DALAM PERMAINAN SEPAK BOLA USIA TAHUN DI SSB DESA KETRO

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT PERUT DAN PANJANG LENGAN DENGAN JAUH LEMPARAN KEDALAM (throw-in) PADA PEMAIN U 16 SSB TARUNA MUDA DESA KETRO TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia, baik di kota-kota maupun di desa-desa. Bahkan sekarang

SURVEI TINGKAT KETERAMPILAN BERMAIN SEPAKBOLA SISWA USIA TAHUN SSB BINA SATRIA PURWOREJO PACITAN TAHUN 2015 SKRIPSI

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PENJASKESREK OLEH :

HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT PERUT DENGAN KEMAMPUAN MENYUNDUL BOLA PADA PEMBELAJARAN SEPAK BOLA

OLEH : YULI HARIANTO ANDRIANSYAH NPM :

PROFIL KOBDISI FISIK PEMAIN EKSTRAKURIKULER BOLABASKET DI SMAN 2 PARE TAHUN 2014/2015 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

HUBUNGAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI DAN KELINCAHAN DENGAN KETERAMPILAN MENGGIRING BOLA. Jurnal. Oleh. Chandra Sasongko

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PJKR OLEH:

HUBUNGAN KEKUATAN OTOT PERUT DENGAN KETRAMPILAN MENYUNDUL BOLA PADA PEMBELAJARAN SEPAKBOLA BAGI PARA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 1 GROGOL TAHUN 2015

ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan Penjaskesrek OLEH :

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PJKR OLEH:

BAB I PENDAHULUAN. tingkat kebugaran seseorang, semakin kuat juga fisik seseorang tersebut.

I. PENDAHULUAN. Sepakbola adalah salah satu cabang olahraga yang sangat digemari. masyarakat, di desa maupun di kota sering kali dijumpai orang yang

HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT PERUT DENGAN KEMAMPUAN MENYUNDUL BOLA PADA PEMBELAJARAN SEPAK BOLA PADA SISWA KELAS XI SMK PGRI 3 KEDIRI

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN DAN KELINCAHAN DENGAN KETERAMPILAN MENGGIRING BOLA PADA SISWA PUTRA SMK PGRI 4 KEDIRI TAHUN 2015

HUBUNGAN KEKUATAN OTOT PERUT DENGAN KETERAMPILAN MENYUNDUL BOLA PADA PEMBELAJARAN SEPAKBOLA BAGI SISWA KELAS XI SMA NEGERI 4 KEDIRI ARTIKEL SKRIPSI

SKRIPSI. Oleh : NPM : PROGAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERBEDAAN KETEPATAN SHOOTING MENGGUNAKAN PUNGGUNG KAKI ANTARA PEMAIN DEPAN DENGAN PEMAIN TENGAH DI KLUB SEPAKBOLA PS KUDA LAUT PACITAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP) UNIVERSITAS NUSANTARA PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA UNP KEDIRI 2015

BAB I PENDAHULUAN. digemari oleh kalangan remaja pada saat ini. Dalam permainan sepakbola

HUBUNGAN ANTARA DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI DAN KELINCAHAN TERHADAP PRESTASI LOMPAT JAUH GAYA MENGGANTUNG BAGI SISWA KELAS X SMK PGRI 2 KEDIRI SKRIPSI

SURVEI KETERAMPILAN TEKNIK DASAR UNTUK PEMBINAAN PEMAIN PADA SEKOLAH SEPAKBOLA EAGLE SIDOHARJO SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN, KELINCAHAN DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN MENGGIRING BOLA PEMAIN SEPAKBOLA SSB BENGKULU USIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

Oleh: Afid Arifianto

KONTRIBUSI PANJANG TUNGKAI DAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN MENENDANG JAUH PEMAIN FC PORGALA BANJARBARU

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI 50 METER DAN KELINCAHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepakbola merupakan cabang olahraga yang sudah memasyarakat, dan

SURVEY TINGKAT KONDISI FISIK ATLET SEPAKTAKRAW KOTA KEDIRI TAHUN 2016

PEMAHAMAN PEMAIN U 23 PERSATUAN SEPAK BOLA EAGLE SIDOHARJO PACITAN TENTANG PPC (PENCEGAHAN DAN PERAWATAN CEDERA) TAHUN 2015

HUBUNGAN KEKUATAN OTOT PERUT DENGAN KETRAMPILAN MENYUNDUL BOLA PADA PEMBELAJARAN SEPAKBOLA BAGI SISWA PUTRA SMK MUHAMMADIYAH KEDIRI TAHUN 2015

SKRIPSI. Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Jurusan PENJASKESREK. Oleh : ARDITYA PRADANA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian dari program pendidikan umum yang

HUBUNGAN ANTARA KELINCAHAN DAN KECEPATAN DENGAN KEMAMPUAN MENGGIRING BOLA PADA SISWA EXTRAKURIKULER SEPAKBOLA SMA NEGERI 1 GONDANG NGANJUK TAHUN 2016

KONTRIBUSI POWER OTOT TUNGKAI, KEKUATAN OTOT PERUT, DAN KELENTUKAN TERHADAP HASIL HEADING. Jurnal. Oleh. Heru Setiawan

KONTRIBUSI KELINCAHAN DAN KECEPATAN TERHADAP KETERAMPILAN MENGGIRING BOLA DALAM PERMAINAN BOLA BASKET

TINGKAT PENGETAHUAN TAKTIK DAN STRATEGI SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER SEPAKBOLA DI SMP NEGERI 2 MUNTILAN KABUPATEN MAGELANG

I. PENDAHULUAN. masing-masing regu terdiri dari sebelas orang pemain, yang lazim disebut. sebanyak-banyaknya ke dalam gawang lawan dan mempertahankan

PERBEDAAN EFEKTIFITAS TENDANGAN PENALTI DENGAN MENGGUNAKAN KAKI BAGIAN DALAM DAN PUNGGUNG TIM SEPAK BOLA UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI TAHUN 2015

ARTIKEL SKRIPSI. Oleh : MUHAMMAD SUJATMIKO NPM :

PENGARUH LATIHAN KNEE-TUCK JUMP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga salah satu cara untuk membina dan mempertahankan kesegaran

OLEH : SYAMSUL ARIFUDIN NPM : PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI, KESEHATAN DAN REKREASI

Disusun Oleh: Claudia Mutiara Putri NIM

I. PENDAHULUAN. regu yang masing-masing regu terdiri dari sebelas orang pemain yang. dan mempertahankan gawangnya jangan sampai kemasukan,

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Penjaskesrek.

BAB I PENDAHULUAN. tua, orang muda, bahkan anak-anak. Banyak diantara anak-anak yang ingin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bidang ilmu dan teknologi serta bidang lainnya, termasuk olahraga. Olahraga

ARTIKEL SKRIPSI. Oleh: OKTAFIAN NPM

HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN KEKUATAN OTOT PERUT DENGAN KETEPATAN MENENDANG MENGGUNAKAN PUNGGUNG KAKI

HUBUNGAN ANTARA TINGGI BADAN, KEKUATAN OTOT LENGAN, DAN KELENTUKAN TERHADAP KETEPATAN SMASH PADA KLUB BOLA VOLI PUTRI JUNIOR TULUNGAGUNG

MENINGKATKAN KEMAMPUAN TENDANGAN JAUH DALAM PERMAINAN SEPAK BOLA MELALUI METODE LATIHAN SINGLE MULTIPLE JUMP PADA SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 4 KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam permainan sepakbola banyak faktor-faktor yang dibutuhkan sesuai

JURNAL. Oleh: FAJAR DARU NPM Dibimbing oleh : 1. Drs. Sugito, M.Pd 2. Drs. Slamet Junaidi, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup sehat yang lebih baik lagi. Olahraga adalah proses sistematik yang

SKRIPSI. Oleh : MURYANTO NPM : PROGAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

KONTRIBUSI ANTARA KECEPATAN DAN KELENTUKAN TERHADAP HASIL MENGGIRING BOLA EKSTRAKURIKULER SEPAK BOLA DI SMK PEMUDA PAPAR

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PENJASKESREK OLEH :

PERBEDAAN KEKUATAN DAN DAYA TAHAN OTOT TUNGKAI PEMAIN BELAKANG TENGAH DAN DEPAN DALAM SEPAKBOLA

BAB I PENDAHULUAN. banyak perubahan, dari permainan yang primitive dan sederhana sampai menjadi

HUBUNGAN POWER OTOT TUNGKAI DAN KECEPATAN LARI TERHADAP KCEPATAN TENDANGAN PENALTI JURNAL. Oleh SINGGIH PRADITO

ANALISIS KONDISI FISIK PEMAIN SEPAK BOLA KLUB PERSEPU UPGRIS TAHUN 2016

SKRIPSI. Oleh: HELLA ELOK WULANDARI NPM

BAB I PENDAHULUAN. kalangan masyarakat dan sekarang ini banyak pemain yang berlomba-lomba

BAB I PENDAHULUAN. Sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga populer di dunia

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PENJASKESREK. Oleh :

JURNAL PENGARUH LATIHAN SPEED LADDER DRILL TERHADAP KELINCAHAN DAN KEMAMPUAN MENGGIRING BOLA SSB AKADEMI AREMA KABUPATEN TULUNGAGUNG

TINGKAT KESEGARAN JASMANI SISWA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN PRINGKUKU TAHUN PELAJARAN 2015/2016

PENGARUH METODE BELAJAR GUIDE DISCOVERY TERHADAP HASIL BELAJAR PERMAINAN SEPAK BOLA PADA SISWA PUTRA SMK PGRI 4 KOTA KEDIRI TAHUN 2015

Oleh : MUHAMMAD NUR SOLIKIN

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Penjaskesrek.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data, deskripsi, pengujian hasil penelitian, dan. pembahasan, dapat diambil kesimpulan bahwa:

POLA HIDUP SEHAT SISWA KELAS ATAS SD NEGERI GEMBONG 1 KABUPATEN PACITAN TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. sepakbola ini maka dibentuklah organisasi sepakbola dunia yaitu FIFA (Federation

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga sekarang ini telah menjadi kebutuhan setiap individu,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gabungan dari jalan, lari dan lompat serta unsur kekuatan, kecepatan,

ARTIKEL SKRIPSI. Oleh : SUGENG SANTOSA

ARTIKEL PENELITIAN OLEH : AGUS KAMBALI NPM :

SKRIPSI. Disusun oleh : CANDI OMEGA SETIAWAN NIM

HUBUNGAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN KELINCAHAN TERHADAP KECEPATAN MENGGIRING BOLA. (Jurnal) Oleh IRFANDRI VANIKO NEGARA

SURVEI KONDISI FISIK PEMAIN PS. PUTRA SAKTI JOMBANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. analisis, temuan temuan yang berkaitan dengan perbandingan ketepatan menendang bola ke

HUBUNGAN KEKUATAN TUNGKAI PANJANG TUNGKAI DAN LINGKAR PAHA TERHADAP AKURASI PASSING. Jurnal. Oleh CAHYO PRASETYO

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan. Oleh WAGA AFRIAN EFENDI

TINGKAT KETERAMPILAN BERMAIN BOLA VOLI SISWA SD NEGERI PELEM 1 KELAS V KABUPATEN KEDIRI TAHUN 2015 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini dunia khususnya olaharaga di Indonesia menunjukkan

JURNAL SURVEY TINGKAT KONDISI FISIK ATLET KLUB SEPAKTAKRAW YUNIOR PANGGUL TRENGGALEK 2016

JURNAL SURVEI KETERAMPILAN DRIBBLING, SHOOTNG, HEADING DAN THROW IN PADA SSB YUDHA BHIRAWA U-14 KECAMATAN TUGU TRENGGALEK

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KORELASI ANTARA KESEIMBANGAN DAN KOORDINASI MATA KAKI TERHADAP KEMAMPUAN DRIBBLE PADA PERMAINAN SEPAKBOLA MINI

SKRIPSI. Disusun oleh : SURYADI NIM

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan Penjaskesrek. Oleh:

Survai Kemampuan Motorik Pemain Sekolah Sepakbola Selabora FIK UNY Oleh:

SKRIPSI. Universitas Nusantara PGRI Kediri. Disusun Oleh: SAFARUL ANAM NPM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN ( FKIP )

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi telah menembus setiap aspek kehidupan. Olahraga tidak

KETERAMPILAN MENGGIRING BOLA DITINJAU DARI PENDEKATAN TEKNIK DAN TAKTIK SERTA KEMAMPUAN GERAK DASAR PADA ANAK USIA TAHUN SSB KANDANGAN

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA POWER OTOT TUNGKAI DAN KELINCAHAN TERHADAP KEMAMPUAN MENGGIRING BOLA DALAM PERMAINAN SEPAK BOLA USIA 14-16 TAHUN DI SSB DESA KETRO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PJKR Oleh : MUKAMAD 11.1.01.09.1328 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP) UNIVERSITAS NUSANTARA PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA UNP KEDIRI 2015 1

2

3

HUBUNGAN ANTARA POWER OTOT TUNGKAI DAN KELINCAHAN TERHADAP KEMAMPUAN MENGGIRING BOLA DALAM PERMAINAN SEPAK BOLA USIA 14-16 TAHUN DI SSB DESA KETRO Mukamad 11.1.01.09.1328 email Drs. Setyo Harmono, M.Pd. dan Wasis Himawanto, M.Or. UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI ABSTRAK Kata kunci: hubungan, power otot tungkai, kelincahan,kemampuan menggiring bola, siswa usia 13-15 tahun Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara hubungan antara power otot tungkai dan kelincahan terhadap kemampuan menggiring bola pada permainan sepak bola. Penelitian ini mencari hubungan dan kontribusi antara variabel bebas terhadap variabel terikat sehingga disebut penelitian korelasional. variabel bebas adalah power otot tungkai dan kelincahan, sedang variabel terikat adalah kemampuan menggiring bola. Penelitian ini menggunakan metode survei. Populasi dan sampel penelitian ini adalah seluruh peserta usia 14-16 tahun SSB Taruna Muda desa Ketro yang berjumlah 15 anak. Jadi penelitaian ini merupakan penelitian populasi. Instrumen untuk mengukur power otot tungkai mengunakan loncat tegak, Instrumen untuk mengukur kelincahan mengunakan lari bolak balik, Instrumen untuk mengukur kemampuan menggiring bola mengunakan tes kemampuan menggiring bola dari Norbert Rogalski ( 2000 : 37). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ada hubungan positif yang signifikan antara power otot tungkai dengan kemampuan menggiring bola pada siswa SSB Taruna Muda desa Ketro usia 14-16 tahun. Ada hubungan positif yang signifikan antara kelincahan dengan kemampuan menggiring bola pada siswa SSB Taruna Muda desa Ketro usia 14-16 tahun. Ada hubungan positif yang signifikan antara power otot tungkai dan kelincahan secara bersama-sama dengan kemampuan menggiring bola pada siswa SSB Taruna Muda desa Ketro usia 14-16 tahun. 4

I. PENDAHULUAN Teknik dasar merupakan fondasi bagi seseorang untuk bermain sepakbola. Sedangkan pengertian teknik dasar itu sendiri adalah semua kegiatan yang mendasari sehingga dengan modal sedemikian itu sudah dapat bermain sepakbola (Ahmad Muhdhor, 2013: 60). Menurut Ahmad Muhdhor (2013: 32) bahwa teknik dasar bermain sepakbola terdiri dari: 1) Teknik tanpa bola, diantaranya adalah: a) lari, b) melompat, c) gerak tipu tanpa bola, d) gerakan khusus penjaga gawang. 2) Teknik dengan bola, diantaranya adalah: a) menendang bola, b) menerima bola, c) menggiring bola, d) menyundul bola, e) melempar bola, f) gerak tipu dengan bola, g) merampas atau merebut bola, dan h) teknikteknik khusus penjaga gawang. Dalam permainan sepakbola bila kita amati, menggiring bola merupakan gerakan yang sering dilakukan oleh pemain sepakbola. Menurut Ahmad Muhdhor (2013: 37) menyatakan bahwa menggiring bola merupakan teknik dalam usaha memindahkan bola dari suatu daerah ke daerah lain pada saat pemainan. Sedangkan tujuan dari menggiring bola adalah: 1) memindahkan permainan, 2) untuk melewati lawan, 3) untuk memancing lawan, 4) untuk memperlambat permainan. Seorang pemain sepakbola selain harus menguasai teknik dasar yang benar juga harus mempunyai kondisi fisik yang baik, komponen kondisi fisik yang sangat diperlukan meliputi: kekuatan, daya tahan, daya ledak, kecepatan, kelentukan, keseimbangan, koordinasi, kelincahan, ketepatan dan reaksi. Jadi menggiring bola tidak hanya membawa bola menyusuri tanah dan lurus ke depan melainkan menghadapi lawan yang jaraknya cukup dekat dan rapat. Hal ini menuntut seorang pemain untuk memiliki kemampuan menggiring bola dengan baik. Menggiring bola adalah membawa bola dengan kaki dengan tujuan melewati lawan, mencari kesempatan memberi umpan kepada kawan, dan untuk menahan bola tetap ada dalam penguasaan. Menggiring bola memerlukan keterampilan yang baik dan didukung dari unsur-unsur kondisi fisik yang baik pula seperti kekuatan yang merupakan daya penggerak bagi setiap aktivitas fisik. Power otot tungkai dan kelincahan disini memberikan kemampuan gerak lebih cepat dalam menggiring bola. Dari hasil pengamatan peneliti di lapangan, bahwa power otot tungkai dan kelincahan anak usia 14 16 tahun SSB Taruna Muda desa ketro belum begitu baik. Banyak anak yang belum begitu bagus dalam menggring bola dalam permainan sepak bola. Berdasarkan uraian diatas maka penulis sangat tertarik sehingga ingin meneliti mengenai Hubungan antara power otot tungkai dan kelincahan terhadap kemampuan menggiring bola usia 14 16 tahun SSB Taruna Muda desa Ketro. 5

II. METODE PENELITIAN Penelitian ini ingin mencari hubungan dan kontribusi antara variabel bebas terhadap variabel terikat sehingga disebut penelitian korelasional. Penelitian korelasional adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana variasi-variasi pada satu faktor berkaitan dengan variabel-variabel pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan koefisien korelasi (Sumadi Suryabrata, 2001 : 26). Metode Penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan instrumen tes yang telah terstandar. Desain penelitian disusun dan dilaksanakan dengan penuh perhitungan agar dapat menghasilkan petunjuk empirik yang kuat hubungannya dengan masalah penelitian. III. HASIL DAN KESIMPULAN Power Otot Tungkai Hasil tes pengukuran power otot tungkai pada 15 siswa SSB Taruna Muda desa Ketro usia 14 16 tahun diperoleh rerata (mean) = 59,44; standar deviasi = 0,56 nilai maksimum = 60,07; nilai minimum = 58,04. Data kemudian disusun ke dalam kategorisasi dengan acuan rumus dari Anas Sudijono (2009: 453), sebagai berikut: Tabel 2. Kategorisasi Power Otot Tungkai Siswa SSB Taruna Muda Desa Ketro Rumus Kelas Interval Kelas Interval Kategori M + 1,5 SD X X 60,28 Baik sekali M + 0,5 SD X < M + 1,5 SD 59,72 X < 60,28 Baik M 0,5 SD X < M + 0,5 SD 59,16 X < 59,72 Cukup M 1,5 SD X < M - 0,5 SD 58,60 X < 59,16 Kurang X < M 1,5 SD X < 58,60 Keterangan: X M SD = jumlah skor subjek = mean (rerata) = standar deviasi/ simpangan baku Kurang sekali Mengacu pada kategorisasi yang telah dihitung tersebut, maka distribusi frekuensi power otot tungkai pada 15 siswa SSB Taruna Muda desa Ketro usia 14 16 tahun berdasarkan hasil tes power otot tungkai pada subjek penelitian dapat diketahui. Tabel 3 berikut merupakan distribusi frekuensi power otot tungkai pada 15 siswa SSB Taruna Muda desa Ketro usia 14 16 tahun secara keseluruhan. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Power Otot Tungkai Siswa SSB Taruna Muda Desa Ketro No Kelas Interval Kategori Frekuensi Persentase 1. X 60,28 Baik sekali 0 0,00% 2. 59,72 X < 60,28 Baik 6 40,00% 3. 59,16 X < 59,72 Cukup 5 33,33% 4. 58,60 X < 59,16 Kurang 3 20,00% 5. X < 58,60 Kurang sekali 1 6,67% Jumlah 15 100,00% Dari tabel 3 diperoleh power otot tungkai pada 15 siswa SSB Taruna Muda desa Ketro usia 14 16 tahun yaitu sebanyak 0 siswa (0,00%) kategori baik sekali, 6 siswa (40,00%) baik, 5 siswa (33,33%) kategori cukup, 3 siswa (20,00%) kategori kurang, dan 1 siswa (6,67%) kategori kurang sekali. 6

Frekuensi terbanyak sebesar 40,00%, yaitu dalam kategori cukup. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa power otot tungkai pada 15 siswa SSB Taruna Muda desa Ketro usia 14 16 tahun adalah sebagian besar dalam kategori baik. Apabila digambarkan dalam bentuk histogram, berikut gambar histogram yang diperoleh: Gambar 1. Histogram Power Otot Tungkai Siswa SSB Taruna Muda Desa Ketro Usia 14 16 Tahun Kelincahan Hasil tes pengukuran kelincahan pada 15 siswa SSB Taruna Muda desa Ketro usia 14 16 tahun diperoleh rerata (mean) = 50,00; standar deviasi = 10,00; nilai maksimum = 71,52; nilai minimum = 36,43. Data kemudian disusun ke dalam kategorisasi dengan acuan rumus dari Anas Sudijono (2009: 453), sebagai berikut: Tabel 4. Kategorisasi Power Otot Tungkai Siswa SSB Taruna Muda Desa Ketro Rumus Kelas Interval Kelas Interval Kategori M + 1,5 SD X X 65,00 Kurang sekali M + 0,5 SD X < M + 1,5 SD 55,00 X < 65,00 Kurang M 0,5 SD X < M + 0,5 SD 45,00 X < 55,00 Cukup M 1,5 SD X < M - 0,5 SD 35,00 X < 45,00 Baik X < M 1,5 SD X < 35,00 Baik sekali Keterangan: X = jumlah skor subjek M = mean (rerata) SD = standar deviasi/ simpangan baku Mengacu pada kategorisasi yang telah dihitung tersebut, maka distribusi frekuensi kelincahan siswa SSB Taruna Muda desa Ketro usia 14 16 tahun berdasarkan hasil tes kelincahan pada subjek penelitian dapat diketahui. Tabel 5 berikut merupakan distribusi frekuensi kelincahan siswa SSB Taruna Muda desa Ketro usia 14 16 tahun secara keseluruhan. Tabel 5. Distribusi Frekuensi Kelincahan Siswa SSB Taruna Muda Desa Ketro No Kelas Interval Kategori Frekuensi Persentase 1. X 65,00 Kurang sekali 2 13,33% 2. 55,00 X < 65,00 Kurang 2 13,33% 3. 45,00 X < 55,00 Cukup 5 33,33% 4. 35,00 X < 45,00 Baik 6 40,00% 5. X < 35,00 Baik sekali 0 0,00% Jumlah 15 100,00% Dari tabel 5 diperoleh kelincahan siswa SSB Taruna Muda desa Ketro usia 14 16 tahun yaitu sebanyak 2 siswa (13,33%) kategori kurang sekali, 2 siswa (13,33%) kurang, 5 siswa (33,33%) kategori cukup, 6 siswa (40,00%) kategori baik, dan 0 siswa (0,00%) kategori baik sekali. Frekuensi terbanyak sebesar 40,00%, yaitu dalam kategori kurang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelincahan siswa SSB Taruna Muda desa Ketro usia 14 16 tahun adalah sebagian besar dalam kategori baik. 7

Apabila digambarkan dalam bentuk histogram, berikut gambar histogram yang diperoleh: Gambar 2. Histogram Kelincahan Siswa SSB Taruna Muda Desa Ketro Usia 14 16 Tahun Kemampuan Menggiring Bola Hasil tes pengukuran kemampuan menggiring bola pada 15 siswa SSB Taruna Muda desa Ketro usia 14 16 tahun diperoleh rerata (mean) = 50,00; standar deviasi = 10,00 nilai maksimum = 65,67; nilai minimum = 32,71. Data kemudian disusun ke dalam kategorisasi dengan acuan rumus dari Anas Sudijono (2009: 453), sebagai berikut: Tabel 6. Kategorisasi Kemampuan Menggiring Bola Siswa SSB Taruna Muda Desa Ketro Rumus Kelas Interval Kelas Interval Kategori M + 1,5 SD X X 65,00 Kurang sekali M + 0,5 SD X < M + 1,5 SD 55,00 X < 65,00 Kurang M 0,5 SD X < M + 0,5 SD 45,00 X < 55,00 Cukup M 1,5 SD X < M - 0,5 SD 35,00 X < 45,00 Baik X < M 1,5 SD X < 35,00 Baik sekali Keterangan: X = jumlah skor subjek M = mean (rerata) SD = standar deviasi/simpangan baku Mengacu pada kategorisasi yang telah dihitung tersebut, maka distribusi frekuensi kemampuan menggiring bola siswa SSB Taruna Muda desa Ketro usia 14 16 tahun berdasarkan hasil tes kelincahan pada subjek penelitian dapat diketahui. Tabel 7 berikut merupakan distribusi frekuensi kemampuan menggiring bola siswa SSB Taruna Muda desa Ketro usia 14 16 tahun secara keseluruhan. Tabel 7. Distribusi Frekuensi Kemampuan Menggiring Bola Siswa SSB Taruna Muda Desa Ketro No Kelas Interval Kategori Frekuensi Persentase 1. X 65,00 Kurang sekali 2 13,33% 2. 55,00 X < 65,00 Kurang 3 20,00% 3. 45,00 X < 55,00 Cukup 5 33,33% 4. 35,00 X < 45,00 Baik 4 26,67% 5. X < 35,00 Baik sekali 1 6,67% Jumlah 15 100,00% Dari tabel 5 diperoleh kemampuan menggiring bola siswa SSB Taruna Muda desa Ketro usia 14 16 tahun yaitu sebanyak 2 siswa (13,33%) kategori kurang sekali, 3 siswa (20,00%) kurang, 5 siswa (33,33%) kategori cukup, 2 siswa (26,67%) kategori baik, dan 1 siswa (6,67%) kategori baik sekali. Frekuensi terbanyak sebesar 33,33%, yaitu dalam kategori cukup. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan menggiring bola siswa SSB Taruna Muda desa Ketro usia 14 16 tahun adalah sebagian besar dalam kategori cukup. Apabila digambarkan dalam 8

bentuk histogram, berikut gambar histogram yang diperoleh: 3. Ada hubungan positif yang signifikan antara power otot tungkai dan kelincahan secara bersama-sama dengan kemampuan menggiring bola pada siswa SSB Taruna Muda desa Ketro usia 14 16 tahun. Gambar 3. Histogram Kemampuan Menggiring Bola Siswa SSB Taruna Muda Desa Ketro Usia 14 16 Tahun. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data, deskripsi, pengujian hasil penelitian, dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan bahwa : 1. Ada hubungan positif yang signifikan antara power otot tungkai dengan kemampuan menggiring bola pada siswa SSB Taruna Muda desa Ketro usia 14 16 tahun. Hasil ini memiliki makna bahwa semakin tinggi power otot tungkai, semakin baik kemampuan menggiring bola pada siswa SSB Taruna Muda desa Ketro usia 14 16 tahun. 2. Ada hubungan positif yang signifikan antara kelincahan dengan kemampuan menggiring bola pada siswa SSB Taruna Muda desa Ketro usia 14 16 tahun. Hasil ini memiliki makna bahwa semakin tinggi kelincahan, semakin baik kemampuan menggiring bola pada siswa SSB Taruna Muda desa Ketro usia 14 16 tahun. IV. DAFTAR PUSTAKA Ahmad Muhdhor. (2013). Dasar-dasar Kepelatihan Sepak Bola. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Ahmad Adil. (2011). Kontribusi Kecepatan, Kelincahan, Dan Koordinasi Mata- Kaki Terhadap Kemampuan Menggiring Bola Pada Permainan Sepakbola PS. Aspura UNM. Yogyakarta: FIK UNY Anas Sudjiono. (2012). Statistika Untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar Djoko Pekik Irianto. (2002). Panduan Latihan Kebugaran Yang Efektif dan Aman. Yogyakarta: lukman Offset. Fadli Nugraha. (2013). Hubungan daya ledak (power) otot tungkai dengan kemampuan jump shoot pada permainan bola basket di SMP Negeri 1 Curup Timur. Yogyakarta: PKO FIK UNY Hevi Susanta. (2006). Bermain Sepakbola. Solo : Era Pustaka Utama Marwansyah. (2011). Pelatihan kondisi fisik. Jakarta : CV. Akademika Pressindo Nurhasan. (2007). Kebugaran Jasmani. Jakarta: Indeks 9

M.Furqon H. (2005). Teori Umum Latihan. Surakarta: Sebelas Maret University Press. M. Sajoto. (2000). Pembinaan Kondisi Fsik Dalam Olahraga. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kemenpora. (2005). Tes Kugaran Jasmani. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Remmy Muchtar. (2002). Olahraga Pilihan Sepak Bola. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 10