PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM

dokumen-dokumen yang mirip
PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PERENCANAAN IPLT SISTEM KOLAM

Kata Kunci: Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja, RAB, Dimensi Hidrolis, Dimensi Struktur TINJAUAN PUSTAKA

TL-3230 SEWERAGE & DRAINAGE. DETAIL INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH SISTEM SETEMPAT (On site system 1)

TL-4140 Perenc. Bangunan Pengolahan Air Limbah L A G O O N / P O N D S

JENIS DAN KOMPONEN SPALD

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PENGOPERASIAN IPLT SISTEM KOLAM

ANALISIS KINERJA SISTEM INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA KOTA MAGELANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melalui anus dan merupakan sisa dari proses pencernaan makanan di sepanjang

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

BAB V DETAIL DESAIN. Metode Aritmatik

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG

Tata cara perencanaan dan pemasangan tangki biofilter pengolahan air limbah rumah tangga dengan tangki biofilter

PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN...

PEMANFAATAN DRUM PLASTIK BEKAS SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN SEPTIC TANK

Evaluasi Kinerja Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Keputih, Surabaya

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

TATA CARA PERENCANAAN TANGKI SEPTIK DENGAN SISTEM RESAPAN

INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

LAPORAN IPLT KEPUTIH KOTA SURABAYA PROPINSI JAWA TIMUR

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 2 PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH

Penyehatan Lingkungan Permukiman bertujuan untuk mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni, sehat, aman, produktif dan berkelanjutan melalui

PERENCANAAN DESAIN TANGKI SEPTIK KOMUNAL DI KAMPUNG CIHIRIS, DESA CISARUA KECAMATAN NANGGUNG, BOGOR

-1- KETENTUAN TEKNIS SPAM BJP

septic tank Septic tank

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. instalasi pengolahan sebelum dialirkan ke sungai atau badan air penerima.

PENGELOLAAN AIR LIMBAH KAKUS I

Tata cara perencanaan sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan

PENERAPAN SISTEM SANITARY LANDFILL DI TPA TLEKUNG KOTA BATU

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Skema Proses Pengolahan Air Limbah

Lantai Jemuran Gabah KATA PENGANTAR

Dasar-Dasar Rumah Sehat KATA PENGANTAR

PENDAHULUAN. Latar Belakang

MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI STANDAR PEDOMAN DAN MANUAL SUMUR GALI

1. INSTALASI SISTEM SANITASI DAN PLAMBING BANGUNAN

UMY. Sistem Sanitasi dan Drainase Pada Bangunan. Dr. SUKAMTA, S.T., M.T. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKUKTAS

Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Hotel X di Surabaya

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sewage Treatment Plant

TATA CARA PEMANFAATAN AIR HUJAN

STUDI TATA LAKSANA DAN ANALISIS BIAYA PEMBANGUNAN KOLAM PENAMPUNGAN PENCAMPUR AIR TAWAR DAN AIR LAUT UNTUK TAMBAK UDANG WINDU

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

Pengolahan AIR BUANGAN

TATA CARA PERENCANAAN BANGUNAN MCK UMUM

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum Setiap manusia akan menimbulkan buangan baik cairan, padatan maupun

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS

Pasal 6 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA SKALA INDIVIDUAL

X. BIOREMEDIASI TANAH. Kompetensi: Menjelaskan rekayasa bioproses yang digunakan untuk bioremediasi tanah

BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL

Deskripsi Program/ Kegiatan Sanitasi. Dinas PU Kabupaten Tapanuli Tengah

DRAINASE BAWAH PERMUKAAN (SUB SURFACE)

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

dikelola secara individual dengan menggunakan pengolahan limbah yang berupa

- 2 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA

PERENCANAAN SUBSURFACE FLOW CONSTRUCTED WETLAND PADA PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI AIR KEMASAN (STUDI KASUS : INDUSTRI AIR KEMASAN XYZ)

BAB 10 PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL ATAU SEMI KOMUNAL

KINERJA DIGESTER AEROBIK DAN PENGERING LUMPUR DALAM MENGOLAH LUMPUR TINJA PERFORMANCE OF AEROBIC DIGESTER AND SLUDGE DRYER FOR SEPTAGE TREATMENT

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK

JAMBAN SISTEM LEHER ANGSA

PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA IPAL INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT BTIK LIK MAGETAN

Bab IV KEADAAN LINGKUNGAN DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mil laut dengan negara tetangga Singapura. Posisi yang strategis ini menempatkan

BAB VII PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN

1 Membangun Rumah 2 Lantai. Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Tugas Struktur Utilitas II PSDIII-Desain Arsitektur Undip

KLASIFIKASI SISTEM PEMBUANGAN

Perencanaan Peningkatan Pelayanan Sanitasi di Kelurahan Pegirian Surabaya

PEMBUATAN SALURAN AIR BEKAS MANDI DAN CUCI

DAFTAR ISI. Halaman. Daftar Isi... BAB I DESKRIPSI Maksud dan Tujuan Maksud Tujuan Ruang Lingkup...

#% $ #% &# ' # (#&!"# '!") $## *! % +#&!"# $ %!&!!&!'!! " (!) "

PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA SISTEM KOLAM KOTA PALEMBANG (STUDI KASUS: IPLT SUKAWINATAN)

Tata cara Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah

Sabua Vol.7, No.2: Oktober 2015 ISSN HASIL PENELITIAN ANALISIS PENGELOLAAN LUMPUR TINJA DI KECAMATAN SARIO KOTA MANADO

Tata cara perencanaan bangunan MCK umum

TATA CARA DAN PERSYARATAN TEKNIS PENYIMPANAN DAN PENGUMPULAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL

Stabilisasi. B.8. Pengendalian Kualitas Air Limbah dan Evaluasi Kinerja Kolam

DESAIN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BIOFILTER UNTUK MENGOLAH AIR LIMBAH POLIKLINIK UNIPA SURABAYA

INSTALASI PLUMBING. 2. Sarana pemipaan dalam gedung (air bersih dan air kotor) 3. Sarana peralatan sanitair dan perlengkapannya

BAB II UNIT INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL)

Pedoman Perencanaan MCK (Mandi Cuci Kakus) Komunal Untuk Proyek REKOMPAK - JRF

PENGOLAHAN AIR LIMBAH PABRIK TEMPE DENGAN BIOFILTER. Indah Nurhayati, Pungut AS, dan Sugito *)

SOLUSI MENGATASI BANJIR DAN MENURUNNYA PERMUKAAN AIR TANAH PADA KAWASAN PERUMAHAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i. DAFTAR SINGKATAN... iii

EVALUASI KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA (IPLT) SUPITURANG KOTA MALANG

SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN - SETEMPAT (Jamban Sehat Ramah Lingkungan) TANGKI SEPTIK DENGAN UP-FLOW FILTER

INDOCEMENT AWARDS STR WRITING COMPETITION

Keputusan Kepala Bapedal No. 1 Tahun 1995 Tentang : Tata Cara Dan Persyaratan Teknis Penyimpanan Dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun

RETAINING WALL DAN BASEMENT

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Rumah Susun Tanah Merah Surabaya

PRASARANA LINGKUNGAN

PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH CEMARA KOTA MEDAN

Transkripsi:

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM

TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM BAB I DESKRIPSI 1.1 Ruang lingkup Tatacara ini meliputi ketentuan-ketentuan, cara pengerjaan bangunan utama dan bangunan pelengkap, serta uji coba hidrolis Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) dengan Sistem Kolam. 1.2 Pengertian Yang dimaksud dengan: 1) instalasi pengolahan lumpur tinja, yang selanjutnya disebut IPLT adalah seperangkat bangunan yang digunakan untuk mengolah tinja yang berasal dari suatu bangunan pengolah air limbah rumah tangga individual maupun komunal yang diangkut dengan mobil tinja; 2) lumpur tinja adalah endapan lumpur yang berasal dari bangunan pengolah air limbah rumah tangga; 3) bangunan pengolah limbah rumah tangga dapat berupa tangki septik, cubluk, tangki septik bermedia, UASB, dan lain-lain; 4) sistem kolam adalah sarana transportasi yang berbentuk mobil tangki yang digunakan untuk menguras lumpur tinja dari bangunan pengolah air limbah rumah tangga yang kemudian dibawa ke IPLT untuk diolah; 5) mobil tinja adalah sarana transportasi yang berbentuk mobil tangki yang digunakan untuk menguras lumpur tinja dari bangunan pengolah air limbah rumah tangga yang kemudian dibawa ke IPLT untuk diolah; 6) sistem drainase adalah sistem pengeringan dan pembuangan air hujan; 7) bak pengumpul adalah bangunan konstruksi dari beton bertulang kedap air dengan desain persegi panjang, yang berfungsi untuk menampung dan homogenisasi lumpur tinja yang berasal dari mobil tangki; 8) tangki imhoff adalah bangunan konstruksi dari beton bertulang kedap air berfungsi untuk menurunkan kebutuhan oksigen biokimia dan suspended solid, serta pembusukan dari lumpur yang terendapkan dari efluen lumpur tinja bak pengumpul; 9) kolam anaerobik adalah kolam penampung untuk menguraikan kandungan bahan pencemar organik yang masih mengandung senyawa organik karbon 500 mg/l, dari efluen lumpur tinja tangki imhoff, bentuk kolam empat persegi panjang dengan kedalaman 2,5-4 meter; 10) kolam aerasi adalah kolam yang berfungsi menguraikan dan mencernakan kandungan bahan organik yang terdapat dalam lumpur tinja dengan menggunakan biakan bakteri

pengurai aerob dan dengan tiupan udara bebas melalui kompresor untuk memasukkan oksigen atau secara alami; 11) kolam fakultatif adalah kolam penampung untuk menguraikan kandungan bahan pencemar organik yang masih mengandung senyawa organik 250 400 mg/l dari efluen lumpur tinja kolam anaerobik, bentuk kolam empat persegi panjang dengan kedalaman 1 2 meter; 12) kolam maturasi adalah kolam penampung untuk menguraikan lebih sempurna sisa kandungan bahan pencemar organik yang masih mengandung senyawa organik dan membunuh bakteri coli dengan bantuan ganggang, bentuk kolam empat persegi panjang, dengan kedalaman 1 2 meter, dan kemiringan tanggul 1 : 3; 13) bak pengering lumpur adalah unit yang berfungsi kadar air dari endapan lumpur yang telah diproses (distabilisasi) pada kolam anaerobik dan atau fakultatif dan atau maturasi, yang dikeringkan secara alami dengan bantuan sinar matahari, dan selanjutnya dibuang atau dimanfaatkan lebih lanjut.

BAB II KETENTUAN-KETENTUAN 2.1 Umum Pembangunan IPLT harus memenuhi ketentuan umum sebagai berikut : 1) tersedia lahan untuk IPLT; 2) harus merupakan daerah yang bebas banjir dan gempa; 3) harus merupakan daerah yang bebas longsor, dan bukan patahan; 4) jarak kolam terhadap daerah permukiman terdekat tidak boleh kurang dari 500 m; 5) mempunyai sarana jalan penghubung dari dan ke lokasi IPLT tersebut; 6) terletak pada daerah yang relatif dekat dengan bahan penerima air; 7) terletak pada lahan terbuka dengani intesitas penyinaran matahari yang cukup; 8) terletak pada lahan yang tidak produktif; 9) terletak pada daerah yang tanahnya kedap air; 10) surat rekomendasi penggunaan lahan dari instansi yang berwenang; 11) tersedia sarana parkir dan tempat pencucian mobil tinja; 12) perlu dilakukan pemagaran sekeliling lokasi. 2.2 Teknis Pembangunan IPLT harus memenuhi ketentuan teknik sebagai berikut : 1) harus ada gambar dan detail perencanaan yang jelas dan lengkap; 2) pengawasan lapangan harus berpengalaman sesuai bidangnya; 3) juru ukur harus yang berpengalaman; 4) tersedia ruang kerja dan gudang; 5) tersedia tenaga listrik; 6) tersedia air untuk keperluan konstruksi dan pengoperasian; 7) perlu dilakukan uji coba setelah konsultasi selesai.

BAB III CARA PENGERJAAN 3.1 Persiapan Lakukan persiapan pekerjaan berikut : 1) pematangan lokasi (1) lakukan pembersihan lokasi sesuai (2) ratakan tanah dengan mengurug dan atau menggali dan padatkan; (3) siapkan papan nama pembangunan IPLT. 2) penyiapan alat-alat (1) siapkan alat ukur tanah yang sesuai kebutuhan; (2) siapkan alat angkut tanah yang memadai; (3) siapkan alat yang berat untuk menggali dan memadatkan tanah sesuai peruntukkannya; (4) siapkan alat pengaduk beton; (5) siapkan alat mekanik dari listrik; (6) siapkan alat-alat penunjang lain yang diperlukan. 3) penyiapan bahan-bahan (1) siapkan tanah lempung untuk membuat tanggul; (2) siapkan pintu-pintu air sesuai peruntukannya; (3) siapkan perpipaan dan aksesories sesuai peruntukannya; (4) siapkan bahan pembuat beton bertulang; (5) siapkan bahan pembuatan pasangan batu kali, batu bata dan plesteran; (6) siapkan kayu, papan dan bahan lainnya sesuai kebutuhan. 4) pengukuran dan pematokan (1) buat satu titik tetap untuk acuan ketinggian; (2) ukur dan tentukan ketinggian masing-masing bangunan; (3) pasang patok dan bowplank pada masing-masing bangunan. 3.2 Pelaksanaan pembangunan IPLT terdiri dari gabungan seluruhnya atau sebagian dari unit-unit di bawah ini. 1) bak pengumpul (1) buat galian yang kedalamannya disesuaikan dengan gambar

(2) buat bangunan platform dengan konstruksi beton bertulang sesuai perencanaan (3) pasang saringan baja pada lubang outlet; (4) pasang sistem perpipaan outlet dan perpompaan sesuai gambar (5) urug dengan tanah dan padatkan bekas galian di sekitar bangunan; (6) buang sisa tanah galian ke tempat yang telah disediakan. 2) tangki imhoff (1) buat galian yang kedalamannya disesuaikan dengan gambar (2) buat bangunan tangki imhoff dengan konstruksi beton bertulang sesuai (3) pasang sistem perpipaan outlet dan penguras lumpur dengan menggunakan jenis pipa sesuai (4) urug dengan tanah dan padatkan bekas galian di sekitar bangunan; (5) buang sisa tanah galian ketempat yang telah disediakan. 3) kolam anaerobik (1) buat galian yang kedalamannya disesuaikan dengan gambar (2) buat tanggul di sekeliling bangunan dari tanah liat dan padatkan pada setiap 15 25 cm sehingga mempunyai kepadatan kering 90%, tinggi dan kemiringan disesuaikan dengan (3) buat sudut-sudut kolam melengkung; (4) padatkan dasar kolam sehingga koefisien permeabilitas < 10-7 m/dt, bila tidak demikian maka dasar kolam harus dilining; (5) buat pasangan untuk dinding tanggul dan lantai dasar kolam sesuai gambar (6) buat jalan inspeksi di atas tanggul yang ukuran dan jenis pasangannya disesuaikan gambar (7) buat lubang pemeriksa antara kolam anaerobik dengan kolam berikutnya yang ukurannya disesuaikan dengan (8) pasang saringan baja pada saluran outlet; (9) buat saluran drainase di sekeliling tanggul kolam sebelah luar sesuai (10) pasang pipa inlet di bawah ketinggian muka rata-rata endapan lumpur sesuai (11) pasang pipa outlet di atas ketinggian maksimum endapan lumpur sesuai (12) urug dengan tanah dan padatkan bekas galian di sekitar bangunan; (13) buang sisa tanah galian ke tempat yang telah disediakan. 4) kolam aerasi (1) buat galian yang kedalamannya disesuaikan dengan

(2) buat tanggul disekeliling bangunan dari tanah liat dan padatkan pada setiap 15 25 cm sehingga mempunyai kepadatan kering 90%, tinggi dan kemiringan disesuaikan dengan (3) buat sudut-sudut kolam melengkung; (4) padatkan dasar kolam sehingga koefisien permeabilitas < 10-7 m/dt, bila tidak demikian maka dasar kolam harus dilining; (5) buat pasangan untuk dinding tanggul dan lantai dasar kolam sesuai gambar (6) buat jalan inspeksi di atas tanggul yang ukuran dan jenis pasangannya disesuaikan gambar (7) buat lubang pemeriksa antara kolam aerasi dengan kolam berikutnya yang ukurannya disesuaikan dengan (8) pasang saringan baja pada saluran outlet; (9) buat saluran drainase di sekeliling tanggul kolam sebelah luar sesuai (10) pasang pipa inlet dibawah ketinggian air rata-rata kolam sesuai (11) pasang pipa outlet dibawah permukaan air sesuai (12) pasang alat aerator sesuai kebutuhan yang tercantum dalam (13) urug dengan tanah dan padatkan bekas galian di sekitar bangunan; (14) buang sisa tanah galian ke tempat yang telah disediakan. 5) kolam fakultatif (1) buat galian yang kedalamannya disesuaikan dengan (2) buat tanggul disekeliling bangunan dari tanah liat dan padatkan pada setiap 15 25 cm sehingga mempunyai kepadatan kering 90%, tinggi dan kemiringan disesuaikan dengan (3) baut sudut-sudut kolam melengkung; (4) padatkan dasar kolam sehingga koefisien permeabilitas < 10-7 m/dt; bila tidak (5) demikian maka dasar kolam harus dilining; (6) buat pasangan untuk dinding tanggul dan lantai dasar kolam sesuai gambar (7) buat jalan inspeksi di atas tanggul yang ukuran dan jenis pasangannya disesuaikan gambar (8) buat lubang pemeriksa antara kolam fakultatif dengan kolam berikutnya yang ukurannya disesuaikan dengan (9) pasang saringan baja pada saluran outlet; (10) buat saluran drainase di sekeliling tanggul kolam sebelah luar sesuai (11) pasang pipa inlet di bawah ketinggian air rata-rata kolam sesuai (12) pasang pipa outlet di bawah permukaan air seusai (13) urug dengan tanah dan padatkan bekas galian di sekitar bangunan; (14) buang sisa tanah galian ke tempat yang telah disediakan.

6) kolam maturasi (1) buat galian yang kedalamannya disesuaikan dengan (2) buat tanggul di sekeliling bangunan dan tanah liat dan padatkan pada setiap 15 35 cm sehingga mempunyai kepadatan kering 90%, tinggi dan kemiringan disesuaikan dengan (3) buat sudut-sudut kolam melengkung; (4) padatkan dasar kolam sehingga koefisien permeabilitas < 10-7 m/dt, bila tidak demikian maka dasar kolam harus dilining; (5) buat pasangan untuk dinding tanggul dan lantai dasar kolam sesuai gambar (6) buat jalan inspeksi di atas tanggul yang ukuran dan jenis pasangannya disesuaikan gambar (7) buat lubang pemeriksa antara kolam maturasi dengan outfall yang ukurannya disesuaikan dengan (8) pasang saringan baja pada saluran outlet; (9) buat saluran drainase disekeliling tanggul kolam sebelah luar sesuai (10) pasang pipa inlet di bawah ketinggian muka rata-rata kolam sesuai (11) pasang pipa outlet di bawah permukaan sesuai (12) urug dengan tanah dan padatkan bekas galian disekitar bangunan (13) buang sisa tanah galian ke tempat yang telah disediakan; 7) bak pengering lumpur (1) buat galian yang kedalamannya sesuai (2) buat bangunan pengering lumpur dengan konstruksi beton bertulang atau pasangan batu atau pasangan bata kedap air, sesuai (3) pasang perpipaan di atas dasar bangunan dengan sistem lateral atau menggunakan lantai miring sesuai (4) urug sistem perpipaan atau lantai miring tersebut dengan batu kerikil dengan ketebalan urugan sesuai dengan (5) urug pasir di atas urugan batu kerikil dengan ketebalan urugan sesuai dengan (6) urug pasir di atas urugan batu kerikil dengan ketebalan urugan sesuai dengan 8) Kantor, laboratorium, gudang, garasi, dan rumah jaga, dibangunan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 3.3 Uji coba hidrolis Lakukan uji coba hidrolis sebagai berikut : 1) Kebocoran (1) menentukan besarnya kebocoran; a) isi masing-masing unit/kolam dengan air setinggi outletnya;

b) tutup semua katup/pintu air pada inlet dan outlet; c) diamkan selama satu hari; d) periksa ketinggian air pada outlet setelah satu hari; e) bila terjadi penurunan tinggi muka air, periksa dengan rumus. Qs L k = ( ---------------- ) (--------) 86400*A h keterangan : k : angka permeabilitas max [m/detik] Qs : debit resapan max = 0,001 A s[m 3 /hari] A : luas dasar kolam [m 2 ] L : kedalaman lapisan tanah dibawah dasar unit/kolam hingga mencapai lapisan tanah yang lebih permeable [m] h : tekan hidrolik = kedalaman air unit/kolam + L [m] s : tinggi air yang meresap kedalam tanah [mm/hari] NO HASIL PERHITUNGAN PENANGANAN KETERANGAN 1. K > 10-6 m/detik Perlu dihitung Bocor 2. 3. 4. 10-6 < k < 10-6 m/detik k < 10-8 m/detik k < 10-9 m/detik Perlu perbaikan tanah Tidak perlu dilining Tidak perlu dilining Dapat terjadi Peresapan air Resapan akan tersumbat secara alami Kedap air (2) menentukan letak titik bocor pada unit/kolam a) isi unit/kolam dengan air setinggi 1/3 bagian dari kedalaman unit/kolam bersangkutan; b) diamkan air dalam unit/kolam selama satu hari; c) setelah satu hari, periksa ketinggian air dalam unit/kolam; d) bila terjadi penurunan muka air yang besar sesuai nomor 1, pada tabel di atas, menunjukkan terjadi kebocoran pada unit/kolam yang berisi air, pada dinding atau lantai; e) keringkan unit/kolam dengan membuang airnya; f) periksa pada dinding atau dasar unit/kolam dan perhatikan adanya noda basah atau lembab yang proses pengeringannya lama; g) pada tempat yang terdapat noda basah atau lembab yang lama kering menunjukkan adanya kebocoran dan perlu diperbaiki atau dilining;

h) dengan cara yang sama secara bertahap, ulangi langkah nomor (1) sampai dengan (7), untuk 2/3 bagian di atasnya. 2) aliran (1) buka katup/pintu air pada semua unit/kolam; (2) masukkan air melalui inlet bangunan awal secara terus menerus selama pengukuran; (3) periksa limpahan pada outlet masing-masing unit/kolam; (4) bila terjadi limpahan menunjukkan aliran air berlangsung secara gravitasi; (5) ukur ketinggian air pada masing-masing pelimpah; (6) bandingkan tinggi muka air tersebut dengan (7) bila tidak sama, periksa kembali ketinggian pelimpah masing-masing unit/kolam, dan perbaiki pelimpah yang salah, sesuai perencanaan.

Lampiran A Daftar istilah bak pengering lumpur instalasi pengolahan lumpur tinja kolam kolam aerasi kolam anaerobik kolam fakultatif kolam maturasi tangki imhoff tanggul outlet inlet : sludge drying bed : septage treatment plant : lagoon : aeration lagoon : anaerobic lagoon : facultativ lagoon : maturasi lagoon : imhoff tank : embankment : pengeluaran : pemasukan

Lampiran B Gambar 1. Contoh layout IPLT 2. Gambar konstruksi dinding dan lantai 3. Gambar platform / bak pengumpul 4. Tangki imhoff 5. Sludge drying bed

Layout IPLT Sistem Kolam Kebutuhan lahan instalasi : 1 ha Pilihan Sistem I : - kolam 1 : kolam stabilisasi anaerobik primer (I) dan sekunder (II) - kolam 3 : kolam stabilisasi fakultatif - kolam 4 : kolam maturasi - kolam lainnnya: belum terbangun (untuk pengembangan) Pilihan Sistem II : - seperti pilihan I + tangki imhoff - kolam 2 : penampung lumpur kering (cake) Pilihan Sistem III: - kolam 1 : kolam aerasi - kolam 3 dan 5 : kolam stabilisasi fakultatif - kolam 4 dan 6 : kolam maturasi - kolam 7 : kolam maturasi sekunder (bila diinginkan kualitas tinggi)