MENUMBUHKAN SIKAP KREATIF SISWA MELALUI PERTANYAAN TINGKAT TINGGI DALAM MODEL PEMBELAJARAN AKTIF KREATIF DAN MENYENANGKAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN-ENDED SMP SULTAN AGUNG PURWOREJO

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

Puspa Handaru Rachmadhani, Muhardjito, Dwi Haryoto Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dalam masyarakat tentang matematika sebagai pelajaran yang

PENERAPAN PAKEM UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA SDN- 8 LANGKAI PALANGKARAYA. Oleh : Rita Rahmaniati *

KETRAMPILAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) PADA SISWA SMP

PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA

Unnes Physics Education Journal

I. PENDAHULUAN. dan kritis (Suherman dkk, 2003). Hal serupa juga disampaikan oleh Shadiq (2003)

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut. pengembangan kemampuan siswa dalam bidang Ilmu Pengetahuan Alam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD merupakan model pembelajaran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan yang telah dijelaskan dalam kajian pustaka bahwa cara untuk

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan kegiatan pembelajaran IPA dengan pendekatan pembelajaran

Penerapan Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Energi dan Kegunaanya di Kelas IV SDN 4 Kamalu Tolitoli

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA FISIKA BERORIENTASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DI SMPN 13 BANJARMASIN

Tingkat kemampuan A B C D 1 Apersepsi 10 2 Motivasi 12 3 Revisi 12

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA ANIMASI KOMPUTER TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA

Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Pendekatan Pakem Siswa Kelas V SDN 21 Ampana

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 1 Tomini Pada Konsep Gerak

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE TWO STAY TWO STRAY PADA SISWA SMP NEGERI 10 PADANGSIDIMPUAN.

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan

PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI BILANGAN BULAT MELALUI PENDEKATAN PAKEM SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 3 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik, (Kemdikbud, 2012:17). PENDAHULUAN

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan kelas (classroom action research). Menurut Kemmis. pengalaman mereka dapat diakses oleh orang lain.

Luwis Subi Widyaningsih, S.Pd, MM* ABSTRAKSI

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. di kelas VII yang berjumlah 19 orang yang terdiri dari 5 orang siswa laki-laki dan

Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII.1 SMPN 7 Kubung dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari,

ARTIKEL SKRIPSI. Disusun Oleh ISTIYOWATI NPM P

PENDAHULUAN. Jurusan Fisika FMIPA UNNES Jl. Raya Sekaran, Gunungpati Semarang. Masykur, dkk., Penerapan Metode SQ3R Dalam Pemb 73

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PADA POKOK BAHASAN ZAT DAN WUJUDNYA DI SMP NEGERI 15 BANJARMASIN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 10 BANJARMASIN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. profil sekolah penelitian baik penelitian tindakan kelas maupun penelitian

PENGARUH MELUKIS TERHADAP KREATIVITAS SENI ANAK USIA DINI DI TK 02 BURAN TASIKMADU KARANGANYAR TAHUN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal Bio-Natural (Jurnal Pendidikan Biologi) Vol. 1, No. 2, September-Februari 2015, hlm 1-32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Nunuk Jarwati SD Negeri Sirapan 01 Madiun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. mengidentifikasi masalah pembelajaran matematika yang terdapat di kelas

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan, mengenai hasil belajar siswa tentang perubahan sifat-sifat

Penerapan Metode Penugasan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Perubahan Wujud Benda dalam Pembelajaran IPA Kelas IV SDN 21 Ampana

Kata kunci: Pembelajaran Berbasis Masalah, Keterampilan Berpikir Kreatif

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kemampuan bertanya menjadi hal yang penting bagi siswa, karena

UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI GROUP RESUME SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

Desi Rusnita SDN 08 Kepahiang

PENGARUH MODEL PROJECT-BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS XI MIA SMA NEGERI 1 KEPANJEN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diuraikan adalah data mengenai sikap ilmiah siswa pada pratindakan, pelaksanaan

Eka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 8 No. 1 Juni 2006 ISSN:

BAB III METODE PENELITIAN

Penerapan Model Pembelajaran Paikem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Di Kelas V SDN 3 Tompoh

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN BIOLOGI DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STIK di KELAS XI IPA 4 SMA NEGERI 7 MATARAM

BAB I PENDAHULUAN. SD merupakan titik berat dari pembangunan masa kini dan masa mendatang.

E049 MENUMBUHKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF MAHASISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK PADA KONSEP FERMENTASI

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kelompok pada materi Keanekaragaman Makhluk Hidup yang meliputi data (1)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

Seprotanto Simbolon 1, Sakur 2, Syofni 3 Contact :

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011):

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret 2013 di SMP Negeri 2

Neneng Kusmijati Guru Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Purwokerto

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Oleh:

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PAIKEM PADA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI DIFERENSIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA3 SMAN I PALOPO

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum yang berlaku di jenjang sekolah menengah adalah kurikulum

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII b SMP NEGERI 1 TIRAWUTA PADA MATERI BANGUN DATAR SEGIEMPAT MELALUI METODE PENEMUAN TERBIMBING

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Banjarmasin Timur, subjek penelitian adalah siswa kelas V yang berjumlah 31

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini memberikan gambaran pada beberapa aspek meliputi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Budhi Karya Kecamatan

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF METODE LIGHTENING THE LEARNING CLIMATE UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dirinya dan masyarakat (Anonim 2008). pembelajaran saat pembelajaran berlangsung.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. 08 D 2 x 30 menit RPP Garis bilangan Agustus a

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

Daenah. Kata Kunci: Tujuan Pembelajatan, Kooperatif, Model Jigsaw, Minat, Hasil Belajar PENDAHULUAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian Tindakan Kelas Rumpun Bidang Fisika, Biologi, Kimia dan IPA

Transkripsi:

MENUMBUHKAN SIKAP KREATIF SISWA MELALUI PERTANYAAN TINGKAT TINGGI DALAM MODEL PEMBELAJARAN AKTIF KREATIF DAN MENYENANGKAN Ani Rusilowati Fisika-FMIPA Universitas Negeri Semarang rusilowati@yahoo.com Abstrak Studi ini bertujuan untuk: (1) membiasakan guru dalam memberikan pertanyaan yang dapat memotivasi siswa berpikir tingkat tinggi, (2) menumbuhkan sikap kreatif siswa melalui pertanyaan tingkat tinggi dalam pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan, (3) menentukan besarnya peningkatan sikap kreatif siswa. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK), 3 siklus, yang setiap siklusnya terdiri atas tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMPN 3 di Kota Ungaran. Instrumen penelitian berupa lembar observasi dan lembar penilaian produk. Teknik analisis dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif dengan bantuan statistik deskriptif persentase. Peningkatan sikap kreatif dari siklus ke siklus dihitung dengan rumus gain ternormalisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) guru dapat dibiasakan untuk memberikan pertanyaan tingkat tinggi. (2) Sikap kreatif siswa dapat ditumbuhkan melalui kegiatan pembelajaran yang dapat merangsang kreativitas, seperti pembuatan alat peraga sederhana. (3) Besarnya peningkatan (gain) sikap kreatif siswa dari siklus 1 ke 2 adalah 0,386. Rata-rata skor sikap kreatif meningkat dari siklus 1 sebesar 45,88% menjadi 66,78% pada siklus 2. Gain sikap kreatif dari siklus 2 ke 3 sebesar 0,396. Rata-rata skor sikap kreatif meningkat dari 66,78% menjadi 79,9%. Gain sikap kreatif dari siklus 1 ke siklus 3 sebesar 0,629 berkategori sedang. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sikap kreatif dapat ditumbuhkan, salah satunya dengan penerapan pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan, pemberian pertanyaan tingkat tinggi, serta pembuatan alat peraga sederhana yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa SMP. Kata kunci: pertanyaan tingkat tinggi, sikap kreatif, gain PENDAHULUAN Pertanyaan merupakan alat yang penting dalam mengajarkan dan merupakan jantung pengembangan berpikir kritis. Belajar siswa akan bermakna apabila guru menggunakan pertanyaan secara efektif dalam menolong siswa mengembangkan dan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Guru sering memberikan pertanyaan di dalam kelas. Pertanyaan-pertanyaan tersebut terkadang sangat banyak, sehingga terkesan bahwa guru sedang menguji siswanya. Namun, apabila dicermati, jenis-jenis pertanyaan yang dilontarkan guru hanya sebatas pertanyaan yang memerlukan jawaban ya dan tidak, atau pertanyaan yang hanya memerlukan satu jawaban tertentu. Pertanyaan semacam itu tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir kreatif. Siswa kurang dituntut untuk mengemukakan gagasannya sendiri. Selain itu, persepsi guru yang kurang tepat terhadap tingkatan berpikir siswa SMP. Guru beranggapan bahwa pada setingkat siswa SMP, tingkatan berpikir hanya berupa pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi. Dengan demikian, soal atau pertanyaan yang diberikan kepada siswa meliputi jenjang ingatan (C1), pemahamn (C2), dan aplikasi (C3). Jenjang kemampuan yang lebih tinggi, seperti analisis/sintesis, evaluasi, dan kreasi jarang diberikan. Kemampuan guru SMP dalam membuat pertanyaan tingkat tinggi, yang mencakup jenjang analisis, evaluasi dan kreasi, masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil penugasan yang diberikan kepada guru-guru peserta PLPG yang diselenggarakan oleh UNNES tahun 2008 untuk mata tatar Evaluasi Pembelajaran. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pembiasaan pemberian soal atau pertanyaan tingkat tinggi. Dengan demikian guru akan terbiasa memberikan pertanyaan yang menuntut siswa untuk berpikir tingkat tinggi, dan siswa akan terbiasa memberi jawaban yang memerlukan pemikiran analitis, evaluatif dan kreatif. Salah satu pembiasaan untuk memberikan pertanyaan tingkat tinggi adalah dengan merancang suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk berpikir kreatif. Pembelajaran tersebut adalah pembelajaran aktif, kratif, dan menyenangkan (PAKEM). S-90

Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009 Hasil penelitian Tri Dayanti (2005), menunjukkan bahwa model PAKEM dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan mengoptimalkan aktivitas guru dan siswa. Hal yang sama dilaporkan oleh Indriani Widiastuti (2005), bahwa PAKEM dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan Sifat dan Perubahan Wujud Benda. Permasalahan dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana cara membiasakan guru memberikan pertanyaan yang dapat memotivasi siswa untuk berpikir tingkat tinggi, (2) Seberapa besar peningkatan sikap kreatif siswa setelah diberi pertanyaan tingkat tinggi dalam pembelajaran dengan model PAKEM. Tujuan penelitian meliputi: (1) membiasakan guru dalam memberikan pertanyaan yang dapat memotivasi siswa berpikir tingkat tinggi, (2) menumbuhkan sikap kreatif siswa melalui pertanyaan tingkat tinggi dalam pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan, (3) menentukan besarnya peningkatan sikap kreatif siswa. Manfaat dari penelitian ini adalah: (1) Guru dapat membuat pertanyaan yang dapat memotivasi siswa untuk berpikir tingkat tinggi, (2) Guru dapat membiasakan mengajukan pertanyaan tingkat tinggi, melalui penerapan model pembelajaran PAKEM, (3) Siswa terdorong dan terbiasa untuk menjawab pertanyaan dengan menggunakan analisis berpikir dan lebih kreatif. TINJAUAN PUSTAKA Pertanyaan yang Mendorong Siswa untuk Berpikir Tingkat Tinggi Jenis pertanyaan yang diajukan atau tugas yang diberikan oleh guru sangat berpengaruh terhadap keterampilan berpikir siswa. Pertanyaan /tugas tersebut bukan hanya memfokuskan siswa pada kegiatan, tetapi juga untuk menggali potensi belajar siswa. Pertanyaan/tugas yang memicu siswa untuk berpikir analitis, evaluatif, dan kreatif dapat melatih siswa untuk menjadi pemikir yang kritis dan kreatif (DBE3, 2009: 19). Kondisi di atas akan terjadi apabila guru cukup selektif dalam menggunakan jenis pertanyaan yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir siswa. Benjamin S. Bloom memperkenalkan konsep tingkatan dalam berpikir. Tingkatan berpikir tersebut dapat dipakai guru dalam menyusun pertanyaan yang dapat mendorong siswa berpikir tingkat tinggi. Tingkatan berpikir Bloom versi perbaikan (Krathwohl, 2001; DBE3, 2009) dapat dilihat pada Gambar 1. Pertanyaan yang hanya meminta siswa untuk menyampaikan kembali apa yang telah disampaikan oleh guru tergolong pada pertanyaan tingkat rendah. Pertanyaan tingkat sedang menuntut siswa untuk mengembangkan kemampuan dalam menerapkan pengetahuannya. Pertanyaan tingkat tinggi menuntut siswa mengembangkan kemampuannya untuk mengkreasi dan memberikan pendapat atau penilaian pribadi. Tingkat berpikir yang dituntut dalam pertanyaan tingkat tinggi meliputi: menganalisis, mengevaluasi dan mengkreasi. Kata kerja yang biasa dipakai dalam pertanyaan tingkat tinggi antara lain adalah: buatlah, rancanglah, nilailah, kembangkan, ramalkan, simpulkan, bagaimana pendapatmu, dan mengapa. S-91

Mengkreasi Menghasilkan ide-ide baru, produk, atau cara memandang sesuatu. Kegiatan: mendesain, membangun, merencanakan, menemukan Mengevaluasi Menilai suatu keputusan atau tindakan Kegiatan: memeriksa, membuat hipotesis, mengkritik, bereksperimen, memberi penilaian Menganalisis Mengolah informasi untuk memahami sesuatu dan mencari hubungan Kegiatan: membandingkan, mengorganisasi, menanta ulang, mengajukan pertanyaan, menemukan Menerapkan Menggunakan informasi dalam situasi baru Kegiatan: menerapkan, melaksanakan, menggunakan, melakukan Memahami Menerangkan ide atau konsep Kegiatan: menginterpretasi, merangkum, mengelompokkan, menerangkan. Mengingat Menyampaikan kembali apa yang telah disampaikan guru Kegiatan: mengenali, membuat daftar, menggambarkan, menyebutkan Gambar 1. Tingkatan Berpikir Bloom Versi Perbaikan Pembelajaran PAKEM PAKEM merupakan singkatan dari pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Siswa diaktifkan melalui kegiatan bertanya, mengemukakan gagasan, mempertanyakan gagasan orang lain dan dirinya sendiri. Kreativitas siswa ditumbuhkan dengan rangsangan pertanyaan tingkat tinggi, untuk menciptakan suatu karya. Dalam pembelajaran IPA, karya yang dapat dibuat oleh siswa di antaranya adalah model alat peraga sederhana. Karya yang dibuat siswa diharapkan dapat menunjang pemahamannya dalam mempelajari konsep IPA. Pembelajaran efektif dapat dilihat dari penguasaan siswa terhadap keterampilan yang diperlukan. Pembelajaran menyenangkan berarti terciptanya suasana pembelajaran yang membuat siswa berani mencoba, bertanya, mengemukakan pendapat, mempertanyakan pendapat orang lain tanpa rasa takut. Ada dua dimensi pengertian PAKEM, yaitu ditinjau dari dimensi guru dan siswa. a. Dimensi Guru Pengertian PAKEM ditinjau dari dimensi guru adalah sebagai berikut: 1) Aktif, yaitu dalam memantau kegiatan siswa, memberi umpan balik, mengajukan pertanyaan, dan mempertanyakan gagasan siswa. 2) Kreatif, yaitu dalam mengembangkan kegiatan belajar yang beragam, merancang berbagai alat bantu sederhana yang dapat dibuat oleh siswa. 3) Efektif, yaitu melaksanakan pembelajaran yang mencapai tujuan. 4) Menyenangkan, yaitu menggunakan metode pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa, tidak membuat anak takut kepada guru ataupun mata pelajaran yang diajarkan. b. Dimensi Siswa Pengertian PAKEM ditinjau dari dimensi siswa adalah sebagai berikut: 1) Aktif, yaitu siswa aktif dalam bertanya, mengemukakan gagasan, dan mempertanyakan gagasan orang lain. 2) Kreatif, yaitu dalam merancang/membuat sesuatu 3) Efektif, yaitu dalam menguasasi keterampilan sesuai tujuan yang telah ditetapkan. S-92

Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009 4) Menyenangkan, yaitu pembelajaran membuat siswa berani bertanya, mengemukakan pendapat di depan kelas, dan melakukan percobaan tanpa takut salah. Sikap Kreatif Ciri-ciri utama kreativitas dapat ditinjau dari dua sisi, yaitu aptitude (bakat) dan nonaptitude (sikap kreatif). Dari segi bakat, ciri-ciri kreatif dapat dilihat dari dimensi: kelancaran, kelenturan/keluwesan, dan orisinilitas dalam berpikir ( Utami Munandar, 1999: 12). Sikap kreatif dapat diwakili oleh dimensi: keterbukaan terhadap pengalaman baru, kelenturan dalam sikap, kebebasan dalam ungkapkan diri, menghargai fantasi/imajinatif, minat terhadap kegiatan kreatif/cipta mencipta, kepercayaan terhadap gagasan-gagasan sendiri, dan kemandirian dalam memberikan pertimbangan atau mengambil keputusan. Beberapa teknik pengukuran yang dapat digunakan untuk mengukur kreativitas adalah: pengukuran langsung, pengukuran ciri kepribadian, dan penilaian produk nyata. Pada penelitian ini, sikap kreatif diukur secara langsung, menggunakan lembar observasi, dan penilaian produk nyata, menggunakan lembar penilaian produk. Lembar observasi dikembangkan berdasarkan dimensi dari ciri-ciri sikap kreatif yang dioperasionalisasikan dalam 17 indikator, dan 18 pernyataan. Penilaian langsung terhadap produk nyata, meliputi: kesesuaian dengan produk yang dibuat dengan perintah, keberfungsian produk yang dibuat, keindahan, kerapihan, dan keunikan desain. METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK), 3 siklus, yang setiap siklusnya terdiri atas tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMPN 3 di Kota Ungaran sebanyak 32 siswa. Instrumen penelitian berupa lembar observasi dan lembar penilaian produk. Teknik analisis dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif dengan bantuan statistik deskriptif persentase. Peningkatan sikap kreatif dari siklus ke siklus dihitung dengan rumus gain rata-rata ternormalisasi (Savinainen & Scott, 2002): S post - S pre g = 100% - S pre S post dan S pre adalah rata-rata skor sikap kreatif siklus 2 dan siklus sebelumnya yang dinyatakan dalam persen. Besarnya faktor-g (gain) dikategorikan sebagai berikut: g > 0,7 Tinggi 0,3 g 0,7 Sedang g < 0,3 Rendah. Signifikansi dari gain ditentukan melalui uji-t untuk sampel berpasangan. HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I Pada tahap perencanaan diperoleh perangkat pembelajaran tentang Alat Optik, yang meliputi rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), LKS, Materi Ajar, Lembar observasi, dan Lembar penilaian produk. Pada tahap pelaksanaan pembelajaran, diperoleh 6 kelompok, yang setiap kelompoknya terdiri atas 5 siswa. Alat yang dibuat adalah model mata. Kegiatan pembelajaran diawali dengan pemberian apersepsi dan motivasi, dilanjutkan dengan penjelasan tentang konsep alat optik, praktek membuat alat peraga sederhana, diakhiri dengan presentasi hasil dari setiap kelompok. Siswa diberi LKS tentang alat optik mata, yang pertanyaannya mendorong siswa untuk bebas berkreasi. Hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran meliputi: peran guru dalam memberikan pertanyaan, aktivitas siswa, dan sikap kreatif siswa. Pertanyaan guru yang disampaikan kepada siswa masih dominan pertanyaan-pertanyaan tingkat rendah, meski upaya untuk memberikan pertanyaan tingkat tinggi sudah tampak. Hal ini dikarenakan siswa juga masih kesulitan dalam menyampaikan jawaban, sehingga perlu dipancing dengan pertanyaan-pertanyaan S-93

tingkat rendah. Guru masih terlibat dalam penyiapan alat dan bahan untuk praktek pembuatan alat peraga sederhana. Desain alat secara umum ditentukan guru, tetapi kreativitas untuk memperoleh produk yang sesuai berada di tangan siswa. Aktivitas siswa dalam membuat alat sudah baik, meskipun masih ada beberapa siswa yang belum terlibat secara total dalam pembuatan alat peraga. Inisiatif untuk mempresentasikan hasil karyanya juga belum tumbuh. Mereka masih harus didorong oleh guru, dan masih malu-malu di depan kelas. Jumlah alat yang dibuat oleh siswa hanya dua alat yang sempurna, sedangkan 4 lainnya belum dapat difungsikan secara baik. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mengarahkan siswa untuk mengetahui letak kesalahan, dan dapat menyempurnakan alat yang telah dibuat. Hasil observasi terhadap sikap kreatif siswa dapat dilihat pada Tabel 1. Skor sikap kreatif rata-rata adalah 45,88% berada pada kategori rendah. Hasil refleksi menunjukkan bahwa baik guru maupun siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran PAKEM. Guru masih belum maksimal dalam memberikan pertanyaan yang dapat memotivasi siswa untuk berpikir tingkat tinggi. Siswa belum terbiasa melakukan kegiatan pembuatan alat peraga sederhana dan belum berinisiatif untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas. Siklus II Pada tahap perencanaan diperoleh perangkat pembelajaran tentang Alat Optik Kamera, yang meliputi rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), LKS, Materi Ajar, Lembar observasi, dan Lembar penilaian produk. Pada tahap pelaksanaan pembelajaran, kelompok diperbesar menjadi 8, sehingga setiap kelompoknya terdiri atas 4 siswa. Alat yang dibuat adalah model kamera. Kegiatan pembelajaran diawali dengan pemberian apersepsi dan motivasi, dilanjutkan dengan penjelasan tentang konsep alat optik kamera, praktek membuat kamera sederhana, diakhiri dengan presentasi hasil dari setiap kelompok. Siswa diberi LKS tentang alat optik kamera, yang pertanyaannya mendorong siswa untuk bebas berkreasi. LKS ini lebih fleksibel dari LKS pada siklus I. Hasil observasi menunjukkan bahwa guru telah lebih banyak memberikan pertanyaan tingkat tinggi. Guru hanya menyiapkan sebagian kecil alat dan bahan untuk praktek pembuatan alat peraga sederhana, selebihnya siswa yang menyiapkan dari rumah. Desain alat ditentukan oleh siswa, guru hanya memberikan cara kerja alat kamera. Siswa diberi kebebasan untuk berkreasi membuat kamera sederhana. Hasil kerja siswa ternyata luar biasa. Model kamera yang mereka buat sangat bervariasi. Siswa sudah bisa memilih alat yang dapat menghasilkan bayangan dengan tepat. Meskipun demikian, beberapa kelompok masih membuat kamera dengan alat seadanya, tidak mau mencoba-coba lensa yang berbeda. Aktivitas siswa dalam membuat alat sudah baik, semua anggota kelompok telah terlibat aktif. Inisiatif untuk mempresentasikan hasil karyanya sudah lebih meningkat, namun rasa percaya dirinya masih perlu ditingkatkan. Jumlah alat yang dapat berfungsi dengan baik juga meningkat. Ada 5 model kamera yang dapat berfungsi membentuk bayangan dengan jelas, sedangkan 3 lainnya belum dapat difungsikan secara baik. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mengarahkan siswa untuk mengetahui letak kesalahan, dan dapat menyempurnakan alat yang telah dibuat. Hasil observasi terhadap sikap kreatif siswa dapat dilihat pada Tabel 1. Skor sikap kreatif rata-rata adalah 66,78% berada pada kategori sedang. Hasil refleksi menunjukkan bahwa guru dan siswa sudah mulai terbiasa dengan model pembelajaran PAKEM. Guru telah memberikan pertanyaan yang dapat memotivasi siswa untuk berpikir tingkat tinggi, meskipun belum maksimal. Siswa mulai terbiasa melakukan kegiatan pembuatan alat peraga sederhana dan sudah ada yang berinisiatif untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas tanpa harus disuruh oleh guru. Perbaikan yang perlu dilakukan pada siklus berikutnya adalah memotivasi siswa untuk mau mencoba-coba alat sehingga diperoleh hasil/produk yang bagus dan berfungsi. Siswa juga perlu dimotivasi untuk lebih percaya diri. Siklus III Perangkat pembelajaran yang dikembangkan pada tahap perencanaan di sklus III adalah RPP, LKS, Materi Ajar, Lembar observasi, dan Lembar penilaian produk. Materi yang diajarkan adalah Teropong. Pada tahap pelaksanaan pembelajaran, jumlah kelompok tetap 8, sehingga setiap kelompoknya terdiri atas 4 siswa. Alat yang dibuat adalah model teropong sederhana, dengan kertas minyak sebagai pengganti lensa. Kegiatan pembelajaran diawali dengan pemberian apersepsi dan motivasi, dilanjutkan dengan penjelasan tentang konsep alat optik teropong, praktek membuat S-94

Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009 teropong sederhana, diakhiri dengan presentasi hasil dari setiap kelompok. Siswa diberi LKS tentang alat optik teropong, yang pertanyaannya mendorong siswa untuk bebas berkreasi. LKS ini lebih fleksibel dari LKS pada siklus-siklus sebelumnya. Hasil observasi menunjukkan bahwa guru telah lebih banyak memberikan pertanyaan tingkat tinggi. Alat dan bahan untuk praktek pembuatan alat peraga sederhana, semuanya disiapkan oleh siswa. Guru hanya memberikan perintah. Alat yang digunakan memanfaatkan benda-benda yang ada di lingkungan sekitar. Desain alat ditentukan oleh siswa, guru hanya memberikan cara kerja teropong. Siswa diberi kebebasan untuk berkreasi membuat teropong sederhana. Hasil kerja siswa ternyata luar biasa. Model kamera yang mereka buat sangat bervariasi. Siswa sudah bisa memilih alat yang dapat menghasilkan bayangan dengan tepat. Aktivitas siswa dalam membuat alat sudah baik, semua anggota kelompok telah terlibat aktif. Inisiatif untuk mempresentasikan hasil karyanya sudah lebih meningkat, namun rasa percaya dirinya sudah mulai tumbuh. Banyak siswa yang tidak malu-malu mencoba alat buatannya untuk meneropong benda di luar kelas. Jumlah alat yang dapat berfungsi dengan baik juga meningkat. Hampir semua teropong buatan siswa dapat difungsikan secara baik. Guru memberikan arahan kepada siswa untuk membuat alat yang menarik, perlu ada estetika (keindahan) di samping keberfungsian alat. Hasil observasi terhadap sikap kreatif siswa dapat dilihat pada Tabel 1. Skor sikap kreatif rata-rata adalah 79,90% berada pada kategori tinggi. Hasil refleksi menunjukkan bahwa guru dan siswa sudah mulai terbiasa dengan model pembelajaran PAKEM. Guru telah memberikan pertanyaan yang dapat memotivasi siswa untuk berpikir tingkat tinggi. Siswa mulai terbiasa melakukan kegiatan pembuatan alat peraga sederhana dan sudah lebih berinisiatif serta percaya diri untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas tanpa harus disuruh oleh guru. Tabel 1. Skor Sikap Kreatif Siswa pada Setiap Siklus Skor Sikap Kreatif Dimensi Siklus I Siklus II Siklus III % Kategori % Kategori % Kategori Keterbukaan terhadap 51,67 Sedang 81 Tinggi 89 Tinggi pengalaman baru Kelenturan dalam sikap 33,3 Rendah 67,67 Sedang 81 Tinggi Kebebasan dalam 33,3 Rendah 61,33 Sedang 75 Tinggi ungkapkan diri Menghargai fantasi 72,5 Tinggi 86 Tinggi 100 Tinggi Minat terhadap kreatif 68,3 Tinggi 83,3 Tinggi 92,6 Tinggi Keteguhan dalam mengajukan pendapat 20 Rendah 37,5 Rendah 50 Rendah Kemandirian dalam mengambil keputusan 33 Rendah 37,5 Rendah 62,5 Sedang Rata-rata 45,88 Rendah 67,78 Sedang 79,9 Tinggi Gain ternormalisasi skor sikap kreatif siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 0,368 atau 36,8% berada pada kategori sedang; dari siklus II ke siklus III sebesar 0,396 atau 39,6%. Bila peningkatan dihitung dari siklus I ke siklus III, maka besar peningkatannya adalah 0,629 atau 62,9%. S-95

SIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian pertanyaan tingkat tinggi dalam model pembelajaran PAKEM mampu menumbuhkan sikap kreatif siswa dan meningkatkan sikap kreatif tersebut sebesar 62,9%. Kepada para guru disarankan untuk membiasakan mengajukan pertanyaan yang dapat memotivasi siswa berpikir tingkat tinggi. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, apakah pemberian pertanyaan tingkat tinggi dalam model pembelajaran PAKEM dengan membuat alat peraga sederhana mampu meningkatkan pemahaman konsep. Daftar Pustaka DBE3. (2009). Modul Pelatihan: Pengajaran Profesional dan Pembelajaran Bermakna 2. Jakarta: Kerjasama Depdiknas & USAID-DBE3. Indriani Widiastuti. (2005). Penerapan PAKEM pada Mata Pelajaran Sains Pokok Bahasan Sifat dan Perubahan Wujud Benda Siswa Kelas IV SD. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Semarang: UNNES Krathwohl. (2001). Revision of Taxonomy. NY: Longman Savinainen, A. & Scott, P. (2002). The force concept inventory: A tool for monitoring student learning. Physics Education. 37(1), 45-52. Tri Dayati. (2005). Mewujudkan Model PAKEM pada SD Terpencil. Jurnal Pendidikan. USAID. (2006). Asyik Belajar dengan PAKEM: IPA. Jakarta: Program MBE Utami Munandar. (1999). Kreativitas dan Keberbakatan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama S-96