TERUMBU KARANG; ASET YANG TERANCAM (AKAR MASALAH DAN ALTERNATIF SOLUSI PENYELAMATANNYA) Amin, S.Pd., M.Si*)

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG SERTA STRATEGI PENGELOLAANNYA (Studi Kasus di Teluk Semut Sendang Biru Malang)

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

JAKARTA (22/5/2015)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENGENALAN EKOSISTEM DI LAUT DANGKAL (Biologi(

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 04 TAHUN 2001 TENTANG KRITERIA BAKU KERUSAKAN TERUMBU KARANG MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya. Hal ini sesuai dengan sebutan Indonesia sebagai negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar dengan jumlah pulaunya yang

Pelestarian Terumbu Karang untuk Pembangunan Kelautan Daerah Berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Terumbu karang merupakan komponen ekosistem utama pesisir dan laut

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

PANDUAN PEMANTAUAN TERUMBU KARANG BERBASIS-MASYARAKAT DENGAN METODA MANTA TOW

EKOSISTEM LAUT DANGKAL EKOSISTEM LAUT DANGKAL

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 04 TAHUN 2001 TENTANG KRITERIA BAKU KERUSAKAN TERUMBU KARANG

BAB I PENDAHULUAN. yang mencapai pulau dengan panjang pantai sekitar km 2 dan luas

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Potensi Keuntungan Bersih per Tahun per km 2 dari Terumbu Karang dalam Kondisi Baik di Asia Tenggara Penggunaan Sumberdaya

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Industri dan Rantai Perdagangan

MENCEGAH KERUSAKAN PANTAI, MELESTARIKAN KEANEKARAGAMAN HAYATI

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

5 PEMBAHASAN 5.1 Terumbu Karang di Kawasan Konservasi Pulau Biawak dan Sekitarnya

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir merupakan suatu wilayah peralihan antara daratan dan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

KONDISI TERUMBU KARANG DI PULAU KARANG CONGKAK KEPULAUAN SERIBU

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terumbu Karang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 2001 Tentang : Kriteria Baku Kerusakan Terumbu Karang

92 pulau terluar. overfishing. 12 bioekoregion 11 WPP. Ancaman kerusakan sumberdaya ISU PERMASALAHAN SECARA UMUM

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terumbu Karang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1.2.1 Bagaimanakah kehidupan ekosistem terumbu karang pantai Apakah yang menyebabkan kerusakan ekosistem terumbu karang?

TEKNIK PENGUKURAN DAN ANALISIS KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG

I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

STUDI KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DAN STRATEGI PENGELOLAANNYA (STUDI KASUS PERAIRAN TELUK BAKAU KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU)

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

REHABILITASI TERUMBU KARANG TELUK AMBON SEBAGAI UPAYA UNTUK MEREDUKSI EMISI CARBON CO

I. PENDAHULUAN. terumbu karang untuk berkembangbiak dan hidup. Secara geografis terletak pada garis

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

BAB I PENDAHULUAN km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih km 2 (Moosa et al

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. SUKANDAR, IR, MP, IPM

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MODUL TRANSPLANTASI KARANG SECARA SEDERHANA PELATIHAN EKOLOGI TERUMBU KARANG ( COREMAP FASE II KABUPATEN SELAYAR YAYASAN LANRA LINK MAKASSAR)

Gerakan air laut yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan sehari-hari adalah nomor

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Wilayah pesisir dan lautan Indonesia terkenal dengan kekayaan

"Segitiga Terumbu Karang (coral triangel)"

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

VI ANALISIS DPSIR DAN KAITANNYA DENGAN NILAI EKONOMI

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kompleks dan produktif (Odum dan Odum, 1955). Secara alami, terumbu karang

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya

BAB I PENDAHULUAN. tempat dengan tempat lainnya. Sebagian warga setempat. kesejahteraan masyarakat sekitar saja tetapi juga meningkatkan perekonomian

POTENSI EKOLOGIS KEANEKARAGAMAN HAYATI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

I. PENDAHULUAN. Indonesia berada tepat di pusat segi tiga karang (Coral Triangle) suatu

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik mempunyai

VIII PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN PULAU WAIDOBA

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia

Mengenal Teluk Tomini

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010

PANDUAN PEMANTAUAN TERUMBU KARANG BERBASIS-MASYARAKAT DENGAN METODA MANTA TOW

PENANGANAN TERPADU DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DI WILAYAH PESISIR, LAUTAN DAN PULAU

I. PENDAHULUAN pulau dengan luas laut sekitar 3,1 juta km 2. Wilayah pesisir dan. lautan Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan dan

BAB I PENDAHULUAN. kedua di dunia setelah Kanada, sehingga 2/3 luas wilayah Indonesia merupakan. untuk menuju Indonesia yang lebih maju dan sejahtera.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

C. Potensi Sumber Daya Alam & Kemarintiman Indonesia

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VIII. KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE BERKELANJUTAN Analisis Kebijakan Pengelolaan Hutan Mangrove

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

TINJAUAN PUSTAKA. A. Mangrove. kemudian menjadi pelindung daratan dan gelombang laut yang besar. Sungai

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PENDAHULUAN. garis pantai sepanjang kilometer dan pulau. Wilayah pesisir

BAB I PENDAHULUAN. mangrove di Indonesia mencapai 75% dari total mangrove di Asia Tenggara, seperti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kata Kunci : Pengelolaan, Terumbu karang, Berkelanjutan, KKLD, Pulau Biawak

Transkripsi:

TERUMBU KARANG; ASET YANG TERANCAM (AKAR MASALAH DAN ALTERNATIF SOLUSI PENYELAMATANNYA) Amin, S.Pd., M.Si*) ABSTRAK Indonesia dengan wilayah lautnya yang sangat luas, jumlah pulaunya yang mencapai sekitar 17.508 dan diperkirakan luas terumbu karangnya sekitar 60.000 km2 membuat negara ini sangat kaya dengan keanekaragaman hayati. Banyaknya atau luasnya terumbu karang di Indonesia disebabkan perairan Indonesia memenuhi syarat tumbuhnya terumbu karang yakni perairan laut dengan bertemperatur di antara 18-30 o C, kedalaman airnya kurang dari 50 meter, salinitas air laut 30 36 per mil ( ), laju sedimentasi relatif rendah dengan perairan yang relatif jernih, pergerakan air/arus yang cukup, bebas dari pencemaran, dan memiliki substrat yang keras Ekosistem terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem laut yang penting karena menjadi sumber kehidupan bagi beraneka ragam biota laut. Terumbu karang mempunyai fungsi yang sangat banyak baik kehidupan ini baik dilihat dari aspek fisik ataupun dari aspek ekonomi. Namun demikian karena banyaknya manfaat tersebut, tekanan manusia terhadap terumbu karang semakin meningkat. Hal ini terlihat dari kondisi erumbu karang di Indonesia yang hanya 7 % yang berada dalam kondisi sangat baik, 24 % berada dalam kondisi baik, 29 % dalam kondisi sedang dan 40 % dalam kondisi buruk. Kerusakan terumbu karang tersebut secara dominan disebabkan oleh berbagai aktivitas manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung, misalnya menangkap ikan dengan menggunakan bom dan racun sianida (potas), pembuangan jangkar, berjalan di atas terumbu, penggunaan alat tangkap muroami, penambangan batu karang, penambangan pasir, dan sebagainya. Namun demikian beberapa kasus kerusakan terumbu karang akibat disebabkan oleh kondisi alam, misalnya angin topan, badai tsunami, gempa bumi, pemanasan oleh CoTs (crown-of-thorns starfish) dan pemanasan global. Oleh karena itu diperlukan berbagai langkah konkrit untuk menanggulanginya baik bersifat pencegahan ataupun pemulihan terumbu karang yang rusak. Kata kunci : Ekosisten Terumbu karang, Pemulihan terumbu karang PENDAHULUAN W layah pesisir yang merupakan sumber daya potensial di Indonesia, yang merupakan suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Sumber daya ini sangat besar yang didukung oleh adanya garis pantai sepanjang sekitar 81.000 km (Dahuri et al. 2001). Garis pantai yang panjang ini menyimpan potensi kekayaan sumber alam yang besar baik hayati seperti perikanan, hutan mangrove, terumbu karang, mineral, dan pariwisata. *) Amin, S.Pd., M.Si, Dosen PS Geografi FKIP UNISMA Bekasi

Terumbu karang (coral reefs) merupakan salah satu ekosistem utama pesisir dan laut yang dibangun terutama oleh biota laut penghasil kapur khususnya jenis-jenis karang batu dan algae berkapur. Ekosistem ini terdiri atas beragam biota asosiatif dan keindahan yang mempesona, memiliki nilai ekologis dan ekonomis yang tinggi. Selain berperan sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak dan arus kuat, terumbu karang juga mempunyai nilai ekologis sebagai habitat, tempat mencari makanan, tempat asuhan dan tumbuh besar, serta tempat pemijahan bagi berbagai biota laut. Nilai ekonomis terumbu karang yang menonjol adalah sebagai tempat penangkapan berbagai jenis biota laut konsumsi dan berbagai jenis ikan hias, bahan konstruksi dan perhiasan, bahan baku farmasi, dan sebagai daerah wisata dan rekreasi yang menarik. Dengan melihat nilai ekologis dan ekonomis penting tersebut, ekosistem terumbu karang sebagai ekosistem produktif di wilayah pesisir dan laut sudah selayaknya untuk dipertahankan keberadaan dan kualitasnya. Namun sangat disayangkan bahwa berbagai nilai ekologis dan ekonomis terumbu karang yang tinggi ini sedang mengalami penurunan yang sangat mengkhawatirkan akibat degradasi dan kerusakan yang cukup parah. Dari sekitar 85.000 km2 luas terumbu karang di Indonesia, lebih dari 40 % dalam kondisi rusak dan hanya sekitar 6,5% dalam kondisi sangat baik SYARAT HIDUP TERUMBU KARANG Terumbu karang merupakan komunitas yang unik di antara komunitas laut lainnya dan mereka terbentuk seluruhnya dari aktivitas biologi. Pada dasarnya karang merupakan endapan massive kalsium karbonat (kapur) yang diproduksi oleh binatang karang dengan sedikit tambahan dari alga berkapur dan organismeorganisme lain penghasil kalsium karbonat. Klasifikasi ilmiah menunjukkan bahwa karang ini termasuk kelompok binatang dan bukan sebagai kelompok tumbuhan. Binatang karang ini masuk ke dalam phylum Cnidaria, kelas Anthozoa, ordo Scleractinia. Terumbu karang tidak dapat hidup di air tawar atau muara ataupu hidup disemua tempat, akan tetapi hidup di perairan laut yang memiliki syarat-syarat tertentu yaitu : 1. Perairan yang bertemperatur di antara 18-30 o C, 2. Kedalaman air kurangnya dari 50 meter, 3. Salinitas air laut 30 36 per mil ( ), 4. Laju sedimentasi relatif rendah dengan perairan yang relatif jernih, 5. Pergerakan air/arus yang cukup, 6. Perairan yang bebas dari pencemaran, dan 7. Substrat yang keras. REGION Volume I. No. 2. Juni 2009 2

Dilihat dari proses geologis terbentuknya terumbu karang dan hubungannya dengan daratan, maka terumbu karang dibagi ke dalam tiga tipe yaitu: 1. Terumbu karang cincin (atol). Terumbu karang ini dalam proses pembentukannya memerlukan waktu beratusratus tahun. Terumbu karang cincin (atol) biasanya terdapat di pulaupulau kecil yang terpisah jauh dari daratan Contoh terumbu karang ini adalah terdapat di Takabonerate Sulawesi Selatan. 2. Terumbu karang penghalang (barrier reefs), contoh terumbu karang ini adalah Great Barrier Reefs. 3. Terumbu karang tepi (fringing reefs) Terumbu karang tepi adalah tipe yang paling banyak terdapat di Indonesia. Terumbu karang tipe ini berada di tepi pantai yang jaraknya kurang dari 100 meter ke arah laut. KONDISI TERUMBU KARANG INDONESIA Indonesia dengan wilayah lautnya yang sangat luas, jumlah pulaunya yang mencapai sekitar 17.508 dan diperkirakan luas terumbu karangnya sekitar 60.000 km2 membuat negara ini sangat kaya dengan keanekaragaman hayati. Ditambah letaknya yang sangat strategis, yaitu di sepanjang garis katulistiwa, diantara dua samudera Hindia dan Pasifik serta diantara dua benua Asia dan Australia (Gayatri Liley, 1998). Ekosistem terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem laut yang penting karena menjadi sumber kehidupan bagi beraneka ragam biota laut. Di dalam ekosistem terumbu karang ini bias hidup lebih dari 300 jenis karang, yang terdiri dari sekitar 200 jenis ikan dan berpuluh-puluh jenis moluska, crustacean, sponge, alga, lamun dan biota lainnya (Dahuri, 2000). Terumbu karang mempunyai fungsi yang sangat banyak baik kehidupan ini baik dilihat dari aspek fisik ataupun dari aspek ekonomi. Peran fungsi terumbu karang bagi manusia kian hari semakin penting sehingga semakin bertambahnya nilai ekonomis maupun kebutuhan masyarakat akan sumberdaya yang ada di terumbu karang seperti ikan, udang lobster, tripang dan lainlain, maka aktivitas yang mendorong masyarakat untuk memanfaatkan potensi tersebut semakin besar pula. Dengan demikian tekanan ekologis terhadap ekosistem terumbu karang juga akan semain meningkat. Meningkatnya tekanan ini tentunya akan dapat mengancam keberadaan dan kelangsungan ekosistem terumbu karang dan biota yang hidup di dalamnya. Sehingga sudah waktunya bangsa Indonesia mengambil tindakanyang cepat dan tepat guna mengurangi laju REGION Volume I. No. 2. Juni 2009 3

degradasi terumbu karang akibat dieksploitasi oleh manusia. Menurut Gomez dan Alcala (1984) dalam Yuniarti (2007), Ekosistem terumbu karang dikatakan buruk apabila mempunyai karang hidup sebesar 0 24,9 %, sedang apabila tutupan karang hidup 25 49,9 %, dikatakan bagus apabila tutupan karang hidup 50 74,9 % dan dikatakan sangat bagus apabila mempunyai tutupan karang hidup > 75 % Saat ini, ekosistem terumbu karang secara terus menerus mendapat tekanan akibat berbagai aktivitas manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa aktivitas manusia yang secara langsung dapat menyebabkan kerusakan terumbu karang diantaranya: MANFAAT TERUMBU KARANG Ekosistem terumbu karang mempunyai manfaat yang bermacam-macam, yakni sebagai tempat hidup bagi berbagai biota laut tropis lainnya sehingga terumbu karang memiliki keanekaragaman jenis biota sangat tinggi dan sangat produktif, dengan bentuk dan warna yang beraneka ragam, sehingga dapat dijadikan sebagai sumber bahan makanan dan daerah tujuan wisata, selain itu juga dari segi ekologi terumbu karang berfungsi sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak. Keberadaan terumbu karang sangat sensitif terhadap pengaruh lingkungan baik yang bersifat fisik maupun kimia. Pengaruh itu dapat mengubah komunitas karang dan menghambat perkembangan terumbu karang secara keseluruhan. Kerusakan terumbu karang pada dasarnya dapat disebabkan oleh faktor fisik, biologi dan karena aktivitas manusia. Terumbu karang sangat bermanfaat bagi manusia sebagai tempat pariwisata, tempat menangkap ikan, pelindung pantai secara alami, dan tempat keanekaragaman hayati. Secara umum manfaat terumbu karang dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Fungsi pariwisata; Fungsi ini berkaitan dengan keindahan karang, kekayaan biologi dan kejernihan airnya membuat kawasan terumbu karang terkenal sebagai tempat rekreasi. Skin diving atau snorkeling, SCUBA dan fotografi adalah kegiatan yang umumnya terdapat di kawasan ini. 2. Fungsi perikanan; Terumbu karang merupakan tempat tinggal ikan-ikan karang yang harganya mahal sehingga nelayan menangkap ikan di kawasan ini. Jumlah panenan ikan, kerang dan kepiting dari terumbu karang secara lestari di seluruh dunia dapat mencapai 9 juta ton atau sedikitnya 12 % dari jumlah tangkapan REGION Volume I. No. 2. Juni 2009 4

perikanan dunia. Rata-rata hasil tangkapan ikan di daerah terumbu karang di Filipina adalah 15,6 ton/km2/tahun. Namun jumlah ini sangat bervariasi mulai dari 3 ton/km2/tahun sampai dengan 37 ton/km2/tahun (White dan Cruz-Trinidad, 1998). Perkiraan produksi perikanan tergantung pada kondisi terumbu karang. Terumbu karang dalam kondisi yang sangat baik mampu menghasilkan sekitar 18 ton/km2/tahun, terumbu karang dalam kondisi baik mampu menghasilkan 13 ton/km2/tahun, dan terumbu karang dalam kondisi yang cukup baik mampu menghasilkan 8 ton/km2/tahun (McAllister, 1998). Selain itu, perkiraan perhitungan nilai produksi perikanan dari terumbu karang tergantung pada kondisi terumbu karang dan kualitas pemanfaatan dan pengelolaan oleh masyarakat di sekitarnya. Contohnya Cesar (1996) memperkirakan bahwa daerah terumbu karang yang masih asli dengan daerah perlindungan lautnya (marine sanctuary) dapat menghasilkan $24.000/km2/ tahun apabila penangkapan ikan dilakukan secara berkelanjutan (sustainable). 3. Fungsi perlindungan pantai; Jenis terumbu karang yang berfungsi untuk melindungi pantai adalah terumbu karang tepi dan penghalang. Jenis terumbu karang ini berfungsi sebagai pemecah gelombang alami yang melindungi pantai dari erosi, banjir pantai, dan peristiwa perusakan lainnya yang diakibatkan oleh fenomena air laut. Terumbu karang juga memberikan kontribusi untuk akresi (penumpukan) pantai dengan memberikan pasir untuk pantai dan memberikan perlindungan terhadap desa-desa dan infrastruktur seperti jalan dan bangunan-bangunan lainnya yang berada di sepanjang pantai. Apabila dirusak, maka diperlukan milyaran rupiah untuk membuat penghalang buatan yang setara dengan terumbu karang ini. 4. Fungsi biodiversity; Ekosistem ini mempunyai produktivitas dan keanekaragaman jenis biota yang tinggi. Keanekaragaman hidup di ekosistem terumbu karang per unit area sebanding atau lebih besar dibandingkan dengan hal yang sama di hutan tropis. Terumbu karang ini dikenal sebagai laboratorium untuk ilmu ekologi. Potensi untuk bahan obat-obatan, anti virus, anti kanker dan penggunaan lainnya sangat tinggi. ANCAMAN TERUMBU KARANG Berdasarkan laporan hasil penelitian LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), bahwa terumbu karang di Indonesia hanya 7 % yang berada dalam kondisi sangat baik, REGION Volume I. No. 2. Juni 2009 5

24 % berada dalam kondisi baik, 29 % dalam kondisi sedang dan 40 % dalam kondisi buruk (Suharsono, 1998). Diperkirakan terumbu karang akan berkurang sekitar 70 % dalam waktu 40 tahun jika pengelolaannya tidak segera dilakukan. Saat ini, ekosistem terumbu karang secara terus menerus mendapat tekanan akibat berbagai aktivitas manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa aktivitas manusia yang secara langsung dapat menyebabkan kerusakan terumbu karang diantaranya: 1. Menangkap ikan dengan menggunakan bom dan racun sianida (potas), pembuangan jangkar, berjalan di atas terumbu, penggunaan alat tangkap muroami, penambangan batu karang, penambangan pasir, dan sebagainya. Aktivitas manusia yang secara tidak langsung dapat menyebabkan kerusakan terumbu karang adalah sedimentasi yang disebabkan aliran lumpur dari daratan akibat penggundulan hutan-hutan dan kegiatan pertanian, penggunaan pupuk dan pestisida yangberlebihan untuk kebutuhan pertanian, sampah plastik, dan lain-lain. Ancaman manusia terhadap terumbu karang beserta akibat yang ditimbulkannya dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 1. Aktivitas Manusia Terhadap Kerumbu Karang dan Akibat yang Ditumbulkannya No Aktivitas Manusia Dampak yang Timbulkannya 1. Bom Karang mati, terbongkar dan patah-patah 2. Racun/Potas Karang mati dan berubah menjadi putih 3. Trawl Karang mati, terbongkar dan patah-patah 4. Jaring dasar Karang stress dan patah-patah 5. Bubu Karang mati, terbongkar dan patah-patah 6. Jangkar Karang hancur, patah dan terbongkar 7. Berjalan di atas karang Karang hancur, patah-patah 8. Penambangan batu karang Penurunan pondasi terumbu 9. Kapal di perairan dangkal Karang patah 10. Alat pendorong perahu Karang patah 11. Cindera mata Karang-karang yang indah hilang 12. Sedimentasi Karang mati akibat tertutupnya permukaan karang oleh lumpur 13. Polusi Karang mati dan berubah menjadi putih 2. Ancaman terhadap ekosistem terumbu karang juga dapat disebabkan oleh karena adanya faktor alam. Ancaman oleh alam dapat berupa angin topan, badai tsunami, gempa bumi, pemangsaan oleh CoTs (crown-of-thorns REGION Volume I. No. 2. Juni 2009 6

starfish) dan pemanasan global yang menyebabkan pemutihan karang. Aktivitas alam yang menimbulkan kerusakan ekosistem terumbu karang dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 2. Aktivitas Alam dan Akibat yang Ditumbulkannya Terhadap Terumbu Karang No Ancaman Alam Dampak yang Dimbulkannya 1. Bintang laut berduri (COTs) Kematian karang dalam skala yang luas 2. Pemutihan karang/pemanasan Kematian karang kehilangan keindahan untuk global snorkeling dan menyelam 3. Tsunami/Topan/Gunung api bawah laut Kerusakan fisik karang dan atau struktur terumbu. 3. Overfishing Terumbu karang dengan kondisi yang sangat baik tanpa daerah perlindungan laut di atasnya dapat menghasilkan $12.000/km2/tahun jika penangkapan dilakukan secara berkelanjutan. Terumbu karang yang rusak akibat penangkapan dengan racun dan bahan peledak atau kegiatan pengambilan destruktif lainnya (seperti penambangan karang, perusakan dengan jangkar, dan lain-lain) menghasilkan jauh lebih sedikit keuntungan ekonomi. Kawasan terumbu karang yang sudah rusak/hancur 50 % hanya akan menghasilkan $6.000/km2/tahun, dan daerah yang 75 % rusak menghasilkan hanya sekitar $2.000/km2/tahun. Apabila terumbu karang sudah mengalami tangkap lebih (overfishing) oleh cukup banyak nelayan maka keuntungan ekonomi akan menurun sangat tajam. ALTERNATIF SOLUSI PENYELAMATAN TERUMBU KARANG Ancaman terhadap terumbu karanag kian hari semakin serius. Oleh karena itu diperlukan suatu pengelolaan yang baik agar kelestarian terumbu karang tetap terjaga yang pada akhirnya generasi mendatang untuk dapat juga menikmati sumberdaya terumbu karang tersebut. Prinsif dasar yang harus dikedepankan dalam pengelolaan terumbu karang secara lestari adalah sebagai berikut: 1. Melestarikan, melindungi, mengembangkan, memperbaiki dan meningkatkan kondisi atau kualitas terumbu karang dan sumberdaya yang terkandung di didalamnya bagi kepentingan seluruh lapisan masyarakat serta memikirkan generasi mendatang. 2. Mendorong dan membantu pemerintah daerah untuk menyusun dan melaksanakan program-program REGION Volume I. No. 2. Juni 2009 7

pengelolaan sesuai denga karakteristik wilayah dan masyarakat setempat serta memenuhi standar yang ditetapkan secara nasional berdasarka pertimbangan-pertimbangan daerah yang menjaga antara upaya ekploitasi dan upaya pelestarian lingkungan. 3. Mendorong kesadaran, partisipasi dan kerjasama/kemitraan dari masyarakat, pemerintah daerah, antar daerah dan antar instansi dalam perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan terumbu karang. Berdasarkan prinsif dasar pengelolaan terumbu karang tersebut di atas, maka diperlukan beberapa strategi yang tepat dalam pengelolaan terumbu karang, yaitu dengan cara: 1. Memberdayakan masyarakat pesisir yang secara langsung bergantung pada pengelolaan terumbu karang; 2. Mengembangkan mata pencaharian alternative yang bersifat berkelanjutan bagi masyarakat pesisir; 3. Meningkatkan penyuluhan dan menumbuhkembangkan keadaan masyarakat akan tanggung jawab dalam pengelolaan sumberdaya terumbu karang dan ekosistemnya melalui bimbingan, pendidikan dan penyuluhan tentang ekosistem terumbu karang; 4. Memberikan hak dan kepastian hokum untuk mengelola terumbu karang bagi mereka yang memiliki kemampuan; 5. Mengurangi laku degradasi kondisi terumbu karang yang ada saat ini; 6. Mengidentifikasi dan mencegah penyebab kerusakan terumbu karang secara dini; 7. Mengembangkan program penyuluhan konservasi terumbu karang dan mengembangkan berbagai alternative mata pencaharian bagi masyarakat local yang memanfatakannya; 8. Meningkatkan efektifitas penegakan hokum terhadap berbagai kegiatan yang dilarang oleh hokum seperti pemboman dan penangkapan ikan dengan potas; 9. Mengelola terumbu karang berdasarkan karakteristik ekosistem, potensi, pemanfaatan dan status hukumnya; 10. Mengidentifikasi potensi terumbu karang dan pemanfaatannya; dan 11. Menjaga keseimbangan antara pemanfaatan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Terdapat dua hal yang harus dilakukan oleh manusia dalam mengelola terumbu karang secara lestari yaitu pertama, melakukan pencegahan berbagai aktivitas manusia yang dapat menimbulkan kerusakan terumbu karang baik langsung ataupun tidak langsung; Kedua, melakukan REGION Volume I. No. 2. Juni 2009 8

penangan ataupun penyembuhan terhadap terumbu karang yang telah mengalami kerusakan baik akibat aktivitas manusia ataupun aktivitas alam. Berikut ini adalah tabel yang memperlihatkan hubungan aktivitas manusia, dampak yang ditimbulkannya serta alterantif solusi yang dapat dilakukan: Tabel 3. Ancaman Manusia terhadap Terumbu Karang, Indikasi yang Timbul, dan Beberapa Kemungkinan Penanganan yang Bisa Dilakukan No Sumber Ancaman Indikator Kerusakan Terumbu Karang 1. Bom Karang menjadi patah/ terbelah, tersebar berserakan, dan hancur menjadi pasir, meninggalkan bekas lubang pada terumbu karang. 2. Racun Karang mati dan berubah menjadi putih, meninggalkan bekas patahan karang yang banyak karena nelayan mengambil ikan yang tersembunyi di balik terumbu karang. 3. Trawl Tidak ada lagi karang hidup tumbuh pada wilayah yang nelayannya sering menggunakan jaring trawl untuk menangkap ikan 4. Jaring Karang hidup yang tumbuh pada Dasar wilayah tersebut terlihat sangat menderita 5. Bubu Karang menjadi rusak dan terdapat bongkahan karang mati dan menumpuk pada beberapa tempat, terutama karang kepala, Porites. 6. Jangkar Karang menjadi rusak dan banyak patahan karang yang berserakan, terutama karang jari, Acropora Branching. 7. Berjalan Di atas Karang 8. Penamba ngan Batu Karang Patahan karang yang berserakan dan mati. Karang menjadi habis dan tersisa hanya pasir serta karang mati. Pencegahan/ Penanganan yang Dapat Dilakukan Walaupun ada pelarangan di tingkat nasional, perlu membuat peraturan lokal yang melarang penggunaan bahan peledak dalam menangkap ikan Walaupun ada pelarangan di tingkat nasional, peraturan daerah yang melarang penggunaan bahan nimia dalam penangkapan ikan perlu dikeluarkan. Membuat peraturan yang melarang penggunaan alat tangkap ikan dengan jarring trawl di sekitar terumbu karang. Membuat peraturan yang mengatur penggunaan jaring seperti ini pada lokasi-lokasi tertentu. Membuat peraturan yang melarang penempatan bubu pada wilayah terumbu karang, diperkuat dengan peraturan pemerintah Membuat peraturan yang melarang perahu untuk membuang jangkar pada wilayah terumbu karang. Pada wilayah ini dipasangkan Mooring Buoy. Membuat peraturan yang di peruntukkan bagi para wisatawan agar tidak berjalanjalan dan menginjakkan kaki di atas terumbu karang. Membuat peraturan yang melarang pengambilan batu karang untuk dijadikan bahan bangunan. REGION Volume I. No. 2. Juni 2009 9

No Sumber Ancaman 9. Kapal Di Perairan Dangkal 10. Alat Pendoron g Perahu 11. Cindera Mata 12. Pemutih Karang Indikator Kerusakan Terumbu Karang Karang akan menjadi patah akibat terkenanya balingbaling perahu, terutama karang bercabang. Branching. Polusi oleh tumpahan minyak dari motor tempel/motor pendorong mematikan karang. Anakan karang yang baru berkembang menjadi patah dan mati karena terkena batang bambu Karang-karang yang indah menjadi hilang dan yang tinggal hanyalah karang yang rusak dan hampir mati. Dengan tiba-tiba terjadi perubahan warna karang menjadi putih, khususnya pada perairan dangkal dan spesies acropora yang berasosiasi dengan suhu air yang hangat. Pencegahan/ Penanganan yang Dapat Dilakukan Memberikan tanda-tanda di wilayah terumbu karang yang dangkal agar para pengemudi perahu dapat melihat wilayah mana yang dapat dilalui dan mana yang tidak boleh. Membuat jalur masuk perahu pada wilayah terumbu karang, sehingga penggunaan kayu untuk mendorong perahu tidak dipergunakan lagi Membuat peraturan yang melarang pengambilan terumbu karang untuk dijadikan hiasan. Serta menghapus kuota untuk ekspor terumbu karang hias Karena disebabkan oleh pemanasan global, aksi lokal sendiri tidak dapat mengatasi permasalahan ini. Hal yang dapat dilakukan adalah pendidikan tentang pemanasan global dan lobi pejabat-pejabat tinggi negara untuk mendukung pengurangan emisi gas karbon. KESIMPULAN Terumbu karang (coral reefs) merupakan salah satu ekosistem utama pesisir dan laut yang dibangun terutama oleh biota laut penghasil kapur khususnya jenis-jenis karang batu dan algae berkapur. Terumbu karang tidak dapat hidup di air tawar atau muara, melainkan di perairan laut dengan bertemperatur di antara 18-30 oc, kedalaman airnya kurang dari 50 meter, salinitas air laut 30 36 per mil ( ), laju sedimentasi relatif rendah dengan perairan yang relatif jernih, pergerakan air/arus yang cukup, bebas dari pencemaran, dan memiliki substrat yang keras. Terumbu karang memiliki banyak fungsi dalam kehidupan manusia yaitu fungsi pariwisata, fungsi perikanan, fungsi perlindungan pantai dan fungsi biodiversity. Indonesia dengan wilayah lautnya yang sangat luas, jumlah pulaunya yang mencapai sekitar 17.508 dan diperkirakan luas terumbu karangnya sekitar 60.000 km2 REGION Volume I. No. 2. Juni 2009 10

membuat negara ini sangat kaya dengan keanekaragaman hayati. Namun demikian, berdasarkan data terumbu karang di Indonesia hanya 7 % yang berada dalam kondisi sangat baik, 24 % berada dalam kondisi baik, 29 % dalam kondisi sedang dan 40 % dalam kondisi buruk. Kerusakan terumbu karang tersebut secara dominan disebabkan oleh berbagai aktivitas manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung, misalnya menangkap ikan dengan menggunakan bom dan racun sianida (potas), pembuangan jangkar, berjalan di atas terumbu, penggunaan alat tangkap muroami, penambangan batu karang, penambangan pasir, dan sebagainya. Namun demikian beberapa kasus kerusakan terumbu karang akibat disebabkan oleh kondisi alam, misalnya angin topan, badai tsunami, gempa bumi, pemangsaan oleh CoTs (crown-of-thorns starfish) dan pemanasan global. Untuk mengantisipasi kerusakan terumbu karang, terdapat dua hal yang harus dilakukan oleh manusia dalam mengelola terumbu karang secara lestari yaitu pertama, melakukan pencegahan berbagai aktivitas manusia yang dapat menimbulkan kerusakan terumbu dan melakukan penangan ataupun penyembuhan terhadap terumbu karang yang telah mengalami kerusakan. DAFTAR PUSTAKA Cesar, H. 1996. Economic Analysis of Indonesian Coral Reefs. Environmental Department. World Bank. Washington, D.C. 97pp Dahuri R., Rais Y., Putra S.,G., Sitepu, M.J., 2001. Pengelolaan Sumber daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramita, Jakarta. Dahuri, R. 2000. Pendayagunaan sumberdaya kelautan untuk kesejahteraan masyarakat. LISPI. Jakarta McAllister, D.E. 1998. Environmental, Economic and Social Costs of Coral Reef Destruction in the Philippines. Galaxea Vol. 7, pp. 161-178. Suharsono. 1998. Condition of Coral Reef Resources in Indonesia. Indonesian Journal of Coastal and Marine Resources Management. PKSPL IPB. Volume 1, No.2, pp. 44-52. Yuniarti. 2007. Pengelolaan Wilayah Pesisir Di Indonesia (Studi Kasus : Pengelolaan Terumbu Karang Berbasis Masyarakat Di Kepulauan Riau). Makalah. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelauatan Universitas Padjadjaran Bandung REGION Volume I. No. 2. Juni 2009 11

REGION Volume I. No. 2. Juni 2009 12