BAB I PENDAHULUAN. kematian termasuk 37% back pain, 15% hearing loss, 13% chronic obstructive

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bagian yang memberikan sumbangan terbesar dalam industri tekstil pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs)

BAB I PENDAHULUAN. permanen dalam bekerja. Pada tahun 2010 World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi. Namun, menurut Notoadmodjo

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pemerintah dalam pengembangan usaha mikro, kecil dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembuluh darah dimana keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

BAB 1 PENDAHULUAN. ergonomi yang kurang tepat yaitu Musculoskeletal disorder (MSDs). Keluhan

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. negara. Industri sepenuhnya terintegrasi ke dalam rantai pasokan secara

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. penyakit akibat kerja, keluhan muskuloskeletal merupakan keluhan yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. Gambaran risiko..., Pongki Dwi Aryanto, FKM UI, 2008

ANALISIS POSTUR KERJA PADA TENAGA KERJA DENGAN METODE REBA AREA WORKSHOP PT X JAKARTA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan tersebut. Risiko-risiko tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit. Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan,

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan suatu produksi. Tidak sedikit proses produksi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. (Azhar, 2011). Banyak ditemui keluhan dari para pekerja terkait masalah

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pekerjaannya adalah keluhan musculoskeletal disorders(msds).

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih dominan dialami oleh para pekerja. secara fisik yang berat. Salah satu akibat dari kerja secara manual, seperti

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara agraris, yang dimana. mayoritas penduduk Indonesia berprofesi sebagai petani.

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja pertahun di seluruh dunia (Ferusgel,

BAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal

GAMBARAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENJAHIT DI KOTA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manual yang memerlukan tuntutan dan tekanan secara fisik yang berat. Aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan tenaga kerja dalam pembangunan nasional sangat penting karena

BAB 1 : PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada pasal 86, menjelaskan

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dampak positif dan dampak negatif. Salah satu dampak negatifnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesepuluh penyebab terjadinya kesakitan dan kematian. Faktor pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun Kerja Bawahan. Stasiun Kerja Finishing. Gambar 1.1 Stasiun Kerja Pembuatan Sepatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik didarat, laut,

BAB I PENDAHULUAN. belum bisa dihindari secara keseluruhan. Dunia industri di Indonesia masih

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. mendukung satu sama lain dari tiap-tiap bagian yang ada di dalamnya. Sistem

BAB I PENDAHULUAN. sakit akibat pekerjaanya itu, baik itu berupa cedera, luka-luka atau bahkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

sesuatu dari satu tempat ke tempat lainnya. Pentingnya transportasi terlihat pada

I. PENDAHULUAN. Keluhan low back pain (LBP) dapat terjadi pada setiap orang, dalam kehidupan

I.1 Latar Belakang. Gambar I.1 Data Produksi Tahun Sumber : PT.Karya Kita. Gambar I.2 Alur Proses Produksi PT.

BAB I PENDAHULUAN. Leher manusia adalah struktur yang kompleks dan sangat rentan terhadap

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 : PENDAHULUAN. efektif dalam arti perlunya kecermatan penggunaan daya, usaha, pikiran, dana dan

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu pekerjaan. Komputer yang banyak digunakan oleh segala kalangan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu bidang

BAB I PENDAHULUAN. 1 UU Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja) (Kuswana,W.S, 2014).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, pada

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Saat ini pembangunan industri menjadi salah satu andalan dalam

HUBUNGAN SIKAP KERJA DENGAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS PADA PENJAHIT DI PUSAT INDUSTRI KECIL MENTENG MEDAN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan ilmu dan

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dari jenis produksi, teknologi yang dipakai, bahan yang digunakan,

Keluhan Nyeri Muskuloskeletal pada Pekerja Industri di Kawasan Industri Pulo Gadung Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. Health Association) adalah beberapa kondisi atau gangguan abnormal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan kerja merupakan salah satu bidang kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Labor Organization (ILO) dalam Nurhikmah

terjadi karena kerja berlebihan (ougkverexertion) atau gerakan yang berulang

BAB I PENDAHULUAN. produksi, terutama perusahaan yang bersifat padat karya. Produktivitas tenaga kerja

BAB V PEMBAHASAN. yang cukup kuat untuk menyebabkan peningkatan resiko keluhan low back

BAB I PENDAHULUAN. mengenai sistem muskuloskeletal. Gangguan muskuloskeletal (musculoskeletal

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan perangkat komputer dalam menyelesaikan pekerjaan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. tidak alamiah, alat dan sarana kerja yang tidak sesuai dengan pemakainya

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu masalah pada. muskuloskeletal paling umum dan saat ini menjadi masalah paling luas

HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN MASA KERJA DENGAN KELUHAN MUSCULOSKELETAL

BAB I PENDAHULUAN. Pekerja yang melakukan kegiatan berulang-ulang dalam satu siklus sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas manusia sehingga kreativitas manusia adalah sumber ekonomi. pada produksi kreativitas dan inovasi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan. Posisi duduk adalah posisi istirahat didukung oleh bokong atau paha di

BAB I PENDAHULUAN. dengan peraturan yang terdapat di masing-masing perguruan tinggi. Di

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tipe masalah ergonomi yang sering dijumpai ditempat kerja

BAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing individu

Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran risiko..., Tati Ariani, FKM UI, 2009

PERBAIKAN POSTUR KERJA PADA PROSES PENGIKIRAN WAJAN DI SP ALUMINIUM YOGYAKARTA

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kerja yang meliputi pencegahan dan pengobatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. PT. Sinar Sosro merupakan salah satu perusahaan industri yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia pola penyebab kematian bergeser dari penyakit menular ke penyakit tidak menular. pada tahun 2002 WHO melaporkan menempatkan risiko pekerjaan sebagai tingkat kesepuluh penyebab kematian dan kesakitan. Hampir 25% DAILY dan 699.000 kematian berhubungan dengan faktor risiko tersebut. WHO melaporkan bahwa faktor risiko secara global untuk sejumlah kesakitan dan kematian termasuk 37% back pain, 15% hearing loss, 13% chronic obstructive lung disease, 11% asma, 10% cedera, 9% kanker paru dan 2% leukemia. 1 International Labour Organization (ILO) tahun 2013 dalam program The Prevention Of Occupational Diseases menyebutkan Musculoskeletal Disorders (MSDs) termasuk carpal turnnel syndrome, mewakili 59% dari keseluruhan catatan penyakit yang ditemukan pada tahun 2005 di Eropa. Laporan Komisi Pengawasan Eropa menghitung kasus MSDs menyebabkan 49,9% ketidakhadiran kerja lebih dari tiga hari dan 60% kasus ketidakmampuan permanen dalam 1 Woro Riyadina, et al., Keluhan Nyeri Muskuloskeletal pada Pekerja Industri di Kawasan Industri Pulo Gadung, (Puslitbang Biomedia dan Farmasi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI) Maj Kedokteran, Volume: 58, No: 1, Januari 2008, hlm 9. 1

bekerja. Sedangkan di Korea, MSDs mengalami peningkatan yang sangat tinggi dari 1.634 pada tahun 2001 menjadi 5.502 pada tahun 2010. 2 Data dari Bureau of Labor Statistiscs (BLS) menunjukkan bahwa terdapat 335.390 kasus berupa gangguan pada sistem otot rangka (MSDs) pada tahun 2007 di industri Amerika Serikat. Kasus yang tercatat hanya menunjukkan kejadian yang mengakibatkan pekerja tidak masuk kerja satu hari atau lebih. Kasus MSDs tersebut terjadi dengan rata-rata 35 kasus untuk setiap 10.000 pekerja permanen dan berkontribusi sebesar 29 % dari total kasus kecelakaan kerja di industri. Kasus berupa CTS tercatat sebanyak 11.940 kejadian, dengan median (nilai tengah) hari tidak masuk kerja adalah 28 hari. Beberapa pekerjaan yang memiliki kasus MSDs yang tinggi adalah pesawat, pekerja kargo, gudang atau penanganan barang, sopir truk trailer, sopir truk delivery, pekerja cleaning service dan pekerja konstruksi. 3 Data Statistik Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) industri di Inggris juga menunjukkan tingkat prevalensi MSDs yang cukup tinggi. Total kejadian MSDs yang tercatat pada tahun 2007/2008 adalah 539.000 kasus dengan 43% kasus mengakibatkan pekerja tidak masuk kerja. Kasus MSDs tersebut berkontribusi sekitar 40% kasus mengakibatkan pekerja tidak masuk kerja. Kasus MSDs tersebut berkontribusi sekitar 40% dari total kasus yang berkaitan dengan kesehatan kerja (ill health). 4 2 ILO, The Prevention of Occupational Disease, 2003, hlm 6. www. Ilo.org/publns 3 Hardianto Iridiastadi, Ergonomi Suatu Pengantar, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2014) hlm. 68 4 Loc.cit. 2

Di Indonesia, data statistik yang berkaitan dengan MSDs masih belum tersedia secara memadai. Kondisi industi Indonesia yang lebih dominan pekerjaan fisik dan masih lemahnya pengawasan K3 dibandingkan dua negara maju di atas cukuplah mengisyaratkan bahwa prevalensi MSDs di Indonesia pasti lebih tinggi. Beberapa penelitian pendahuluan telah dilakukan oleh Laboratorium Rekayasa Sistem Kerja & Ergonomi ITB dengan fokus tingkat prevalensi keluhan yang dialami oleh pekerja di beberapa jenis industri. Perlu dicatat bahwa keluhan tidak sama dengan cedera atau kelainan, namun keluhan dalam waktu lama tanpa penanganan lebih lanjut dapat berdampak pada kelainan. 5 Mariena (2007) melakukan survei prevalensi keluhan pada sistem ototrangka pada pekerja industri tekstil. Keluhan terbesar yang dirasakan responden adalah pada bagian punggung bawah, yakni sebanyak 52%. 6 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Riyadina (2008) mengenai keluhan nyeri muskuloskeletal pada pekerja industri di kawasan industri Pulo Gadung Jakarta, menunjukkan bahwa keluhan yang sering dialami oleh pekera industri adalah bagian kaki (22,7%), pinggang (17,1%) dan bahu (9,5%). Proporsi pekerjaan yang merasakan keluhan nyeri tertinggi terdapat pada jenis industri garmen (65,2%). 7 5 Ibid., hlm. 69 6 Hardianto Iriadiastadi, op. cit., hlm. 69. 7 Woro Royadina, op.cit., hlm. 11 3

Hail penelitian yang dilakukan oleh Osni (2012) ditemukan 88% pekerja pada bagian membuat dan memotong pola pakaian mengalami keluhan pada bagian leher bagian atas dan pada bagian punggung. Sedangkan pada bagian menjahit terdapat 96% responden mengalami keluhan bagian punggung. 8 Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasututi (2009) mengenai hubungan antara sikap kerja duduk dengan gejala Cummulative Trauma Disorders pada tenaga kerja bagian penjahitan konveksi aneka Gunungpati Semarang, didapatkan nilai p-value 0,021 pada bahu kanan, 0,011 pada bahu kiri, 0,042 pada punggung, 0,021 pada pinggang dan 0,042 pada leher bagian bawah (p<0,05) sehingga dapat diartikan ada hubungan antara sikap kerja duduk dengan gejala Cummulative Trauma Disorders pada tenaga kerja bagian penjahitan konveksi aneka Gunungpati Semarang. 9 Keluhan pada sistem muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot rangka yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan 8 Mutia Osni, Gambaran Faktor Risiko Ergonomi dan Keluhan Subjektif Terhadap Gangguan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Penjahit Sektor Informal di Kawasan Home Industry RW 6, Kelurahan Cipadu Kecamatan Larangan Kota Tangerang, (Depok: Skripsi Universitas Indonesia, 2012) hlm. 9 9 Rina Puji Hastuti, Hubungan Antara Sikap Kerja Duduk dengan Gejala Cummulative Trauma Disorders pada Tenaga Kerja Bagian Penjahitan Konveksi Aneka Gunungpati Semarang, (Semarang: Skripsi, Univ. Negeri Semarang) hlm 2 4

dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligament dan tendon. 10 Dampak yang diakibatkan oleh keluhan-keluhan pada tulang belakang yang dialami oleh pekerja jika terus dibiarkan berpeluang besar menyebabkan dislokasi bagian tulang punggung yang menimbulkan rasa sangat nyeri dan bisa irreversible serta fatal. 11 Permasalahan ergonomi kerja di bagian penjahitan terutama sangat terkait dengan postur tubuh dan harus melakukan pekerjaan yang berulang-ulang pada hanya hanya satu jenis otot. Pekerjaan di bagian jahit membutuhkan koordinasi gerakan postur tubuh dan konsentrasi tinggi. Perubahan gerakan ini berlangsung sangat cepat tergantung posisi duduk dan tingginya frekuensi pengulangan gerakan untuk kurun waktu yang lama akan mendorong timbulnya tekanan pada pinggang dan tulang punggung serta tengkuk. Berdasarkan data yang telah dipaparkan di atas dapat dikatakan bahwa seluruh pekerjaan dapat menghadapi risiko keluhan muskuloskeletal, termasuk industri tekstil. Industri tekstil merupakan industri yang mengelola dan memproses bahan kain dengan menggunakan mesin dan peralatan modern. Aktivitas sehari-hari dalam industri tekstil menuntut banyak gerak ke depan 10 Tarwaka, Ergonomi Industri Dasar-dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di Tempat Kerja, (Surakatra : Harapan Press, 2011) hlm. 283 11 Endang Bukhori, Hubungan Faktor Risiko Pekerjaan dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Tukang Angkut Beban Penambang Emas di Kecamatan Cilongrang Kabupaten Lebak Tahun 2010, (Jakarta: Skripsi UIN, 2010). hlm. 11 5

maupun membungkuk, aktivitas mengangkat beban berat secara tidak tepat, maupun bekerja dalam posisi duduk dengan jangka waktu yang lama dimungkinkan menyebabkan nyeri pada bagian anggota badan, punggung, lengan bagian persendian dan jaringan otot lainnya. Profesi sebagai penjahit akan menghadapi risiko pekerjaan. OSHA di dalam situs resminya menjelaskan beberapa kegiatan di dalam pekerjaan penjahit yang memiliki risiko, yaitu risiko yang ditimbulkan oleh desain kerja. Menurut data dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Pongki Dwi Aryanto, mahasiswa keselamatan dan kesehatan kerja Universitas Indonesia, di berbagai sektor informal di Indonesia menghasilkan data bahwa pada pekerja penjahit dengan masa kerja yang kurang dari 10 tahun sebesar 81,82% mengeluhkan kesakitan pada bagian pinggang. Sedangkan pada pekerja dengan masa kerja lebih dari 20 tahun terdapat sebesar 85,71%. Dalam profesi sebagai penjahit ini, desain kursi, desain meja jahit dan pedal pada meja jahit, risiko pada aktivitas pekerjaan yang dilakukan seperti menggunting, membuat pola, menjahit dan postur tubuh saat melakukan aktivitas kerja. 12 Posisi kerja duduk adalah posisi kerja yang dilakukan oleh penjahit konveksi rumah tangga di Jalan Jelambar Jaya 2 Grogol Jakarta Barat, dalam melakukan aktivitas sehari-hari pekerja mempunyai target produksi. Untuk memenuhi target produksi tersebut, pekerja melakukan proses menjahit dalam 12 Mutia Osni, Ibid., hlm. 4 6

sebuah posisi kerja duduk statis dalam jangka waktu yang cukup lama lebih dari 8 jam, hal ini dperberat dengan kurangnya pegeragan otot dan istiharat. Kemudian kondisi kursi tanpa sandaran membuat posisi duduk pekerja menjadi agak membungkuk. Dengan permasalahan di atas maka perlu dilakukan penilaian risiko ergonomi untuk melihat dan menilai posisi kerja yang biasa dilakukan oleh pekerja. Salah satu metode yang dilakukan adalah dengan menggunakan Metode Rapid Entire Body Assesement (REBA). Metode REBA adalah merupakan suatu alat analisis postural yang sangat sensitif terhadap pekerjaan yang melibatkan perubahan mendadak dalam posisi, biasanya sebagai akibat dari penanganan container yang tidak stabil atau tidak terduga. Penerapan metode ini ditujukan untuk mencegah terjadinya risiko cedera yang berkaitan dengan posisi, terutama pada otot-otot skeletal. Oleh karena itu, metode ini dapat berguna untuk melakukan pencegahan risiko dan dapat sebagai peringatan bahwa terjadi kondisi kerja yang tidak tepat ditempat kerja. 13 Berdasarkan survei awal yang dilakukan melalui proses wawancara terhadap 10 pekerja, didapatkan 8 pekerja yang mengeluhkan pada sistem muskuloskeletal. 5 orang pekerja mengeluhkan sakit pada bagian pinggang dan 3 orang pekerja mengeluhkan sakit dibagian kaki. Akibat dari posisi duduk yang salah dan statis dalam jangka waktu yang lama. 13 Tarwaka, op. cit., hlm. 315 7

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai Hubungan Posisi Kerja Duduk dengan Keluhan Otot-otot Skeletal pada Penjahit Konveksi Rumah Tangga dengan Menggunakan Metode Rapid Entire Body Assessment (REBA) di Jalan Jelambar Jaya 2 Grogol Jakarta Barat. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas ditemukan keluhan pada otot-otot skeletal yang dirasakan pada penjahit konveksi rumah tangga pada saat melakukan pekerjaan dengan posisi duduk, dari hal tersebut maka penulis ingin melakukan penelitian ini, pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana posisi kerja duduk yang dilakukan penjahit konveksi rumah tangga dilihat dengan metode Rapid Entire Body Assessment (REBA). 2. Bagaimana keluhan otot-otot skeletal yang dirasakan pada penjahit konveksi rumah tangga di Jalan Jelambar Jaya 2 Grogol Jakarta Barat. 3. Bagaimana hubungan posisi kerja duduk dengan keluhan otot-otot skeletal pada penjahit konveksi rumah tangga di Jalan Jelambar Jaya 2 Grogol Jakarta Barat. 8

1.3 Pembatasan Masalah Agar penelitian lebih terarah, penelitian ini dibatasi hanya terfokus pada hubungan posisi kerja duduk dengan keluhan otot-otot skeletal pada penjahit konveksi rumah tangga dengan menggunakan metode Rapid Entire Body Assessment (REBA). 1.4 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dari penelitian ini adalah apakah ada hubungan posisi kerja duduk dengan keluhan otototot skeletal pada penjahit konveksi rumah tangga dengan menggunakan metode Rapid Entire Body Assessement (REBA) di Jalan Jelambar Jaya 2 Grogol Jakarta Barat. 1.5 Tujuan Penelitian 1.5.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan posisi kerja duduk dengan keluhan otot-otot skeletal pada penjahit konveksi rumah tangga dengan menggunakan metode Rapid Entire Body Assessment (REBA) di Jalan Jelambar Jaya 2 Grogol Jakarta Barat. 9

1.5.2 Tujuan Khusus a. Mengetahui posisi kerja duduk pada penjahit konveksi rumah tangga di Jalan Jelambar Jaya 2 Grogol Jakarta Barat dilihat dengan metode Rapid Entire Body Assessment (REBA). b. Mengetahui prevalensi keluhan otot-otot skeletal pada penjahit konveksi rumah tangga di Jalan Jelambar Jaya 2 Grogol Jakarta Barat. c. Menganalisa hubungan posisi kerja duduk dengan keluhan otot-otot skeletal pada penjahit konveksi rumah tangga menggunakan metode Rapid Entire Body Assessment (REBA) di Jalan Jelambar Jaya 2 Grogol Jakarta Barat. 1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Bagi Peneliti 1. Mengetahui berbagai permasalahan nyata di lingkungan kerja. 2. Dapat memperluas pengetahuan tentang ergonomi. 3. Dapat menerapkan ilmu pengetahuan dan mendapatkan teori yang diperoleh selama menjalankan pendidikan di Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul. 10

1.6.2 Bagi Pengelola 1. Memberikan masukan bagaimana cara melakukan pencegahan terhadap keluhan otot-otot skeletal. 2. Meningkatkan kesehatan pada pekerja terkait keluhan otot-otot skeletal. 1.6.3 Bagi Universitas Dapat menambah dan melengkapi kepustakaan khususnya mengenai hubungan posisi kerja duduk dengan nyeri otot-otot skeletal pada penjahit konveksi rumah tangga. 11