BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kebutuhan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dampak globalisasi saat ini sangat berpengaruh bagi perkembangan IPTEK dan

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap peserta didik yang menempuh pendidikan di jenjang SMA sudah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi (knowledge and technology big bang), tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan kemajuan ekonomi suatu Negara tidak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk pribadi yang memiliki karakteristik yang unik,

BAB I PENDAHULUAN. di mana-mana baik dilingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Syabibah Nurul Amalina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan potensi siswa secara optimal. Pada jenjang SMA, upaya

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Sisten Kredit Semester UKSW, 2009). Menurut Hurlock (1999) mahasiswa

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan hasil studi dan pengembangan model konseling aktualisasi diri

BAB 1 PENDAHULUAN. penyaluran dan penempatan siswa pada program peminatan. Program peminatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Asep Saputra, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Vita Rosmiati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini memiliki peran yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang dinamis dan syarat perkembangan. Pendidikan harus memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. tingkat menengah yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gina Aprilian Pratamadewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap negara di dunia telah memasuki awal era globalisasi, dimana

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, baik untuk memahami realitas, nilai-nilai dan kebenaran, maupun

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

2016 HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PRESTASI BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB I PENDAHULUAN. dunia ini. Dalam pendidikan formal dan non- formal proses belajar menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan dasar bagi kemajuan dan kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. menemukan pribadinya di dalam kedewasaan masing-masing individu secara maksimal,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya mampu menciptakan individu yang berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dihadapkan pada tantangan-tantangan yang berat khususnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat keberhasilan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan proses pembelajaran yang optimal. Dalam menghadapi era

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Halimatusa diah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Yoppi Andrianti, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia pada tingkat satuan menengah atas saat ini di

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi manusia termasuk dirinya sendiri. Dalam Undang-Undang RI No.

BIMBINGAN DAN KONSELING DAN PENELUSURAN MINAT DI SMP DALAM KURIKULUM 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

POKOK BAHASAN MATA - KULIAH BK PRIBADI SOSIAL (2 SKS) :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Umbara, Bandung, 2003, hlm Ahmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudiarto, Manajemen Bimbingan dan Konseling di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB VI PENUTUP. 1. Ihwal Keberbakatan (Cerdas Istimewa-Berbakat Istimewa) di Kalangan Siswa MAN 1 dan SMAN 3 Jombang Jombang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PROGRAM PEMINATAN SISWA KURIKULUM NURHAYATI, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional mengartikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

I. PENDAHULUAN. suatu negara dapat mencapai sebuah kemajuan adalah pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG)

BAB I PENDAHULUAN. transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi harus didukung oleh

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. humanistik untuk meningkatkan kemandirian belajar peserta didik yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. baik lingkungan fisik maupun metafisik. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. dan proses pembelajaran agar siswa aktif mengembangkan potensi dirinya

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus

BAB I PENDAHULUAN adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut kemudian diatur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat

DATA PEMINATAN PESERTA DIDIK KELAS X

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wangi Citrawargi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. dan kognitif yang diperlukan, tetapi menekankan perkembangan karakter.

BAB 1 PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Berkaitan dengan Pendidikan, Musaheri (2007 : 48) mengungkapkan,

2015 EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK JOHARI WINDOW UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DIRI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

, 2014 Program Bimbingan Belajar Untuk Meningkatkan Kebiasaan Belajar Siswa Underachiever Kelas Iv Sekolah Dasar Negeri Cidadap I Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan layanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan Negara (UUSPN No.20 tahun 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

2015 PEMBELAJARAN GITAR DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SMP AL-AZHAR SYIFA BUDI PARAHYANGAN PADALARANG

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

umum yang muncul adalah rendahnya mutu kegiatan belajar siswa seperti adanya siswa yang ingin mencapai target hanya sekedar lulus dalam sekolah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah cara yang dianggap paling strategis untuk mengimbangi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk mencapai perkembangan yang optimal (Kartadinata, 2013). Potensi yang dimaksud oleh Kartadinata meliputi kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan baik dalam penguasaan IPTEK dan kecakapan berfikir tinggi yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan memiliki fungsi pengembangan, yakni membantu individu mengembangkan diri, peragaman, membantu individu memilih arah perkembangan yang tepat sesuai dengan potensi dan integrasi, membawa keragaman ke arah tujuan yang sama sesuai dengan hakikat manusia untuk menjadi pribadi yang utuh (Kartadinata, 2011: 57). Dalam mencapai sebuah tujuan pendidikan diperlukan sebuah kurikulum. Menurut Mauritz Johnson (Sariono, 2013: 3), kurikulum prescribes (or at least anticipaties) the results of instruction. Kurikulum adalah cara untuk dapat membawa insan Indonesia memiliki kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan sehingga dapat menjadi pribadi yang produktif, kreatif, afektif dan inovatif. Kurikulum yang sekarang digunakan di Indonesia adalah kurikulum 2013. Menteri Pendidikan Nasional (Jawa Pos, 2013) menyatakan bahwa, kurikulum 2013 ini bukan hanya penting, tapi juga genting, sangat mendesak untuk dilakukan demi masa depan anak-anak kita. Pengembangan Kurikulum 2013 bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan baik dari kompetensi lulusan, materi pembelajaran, proses pembelajaran, penilaian, pendidik dan tenaga pendidik dan pengelolaan kurikulum. Menurut Kartadinata (2013), Posisi BK dalam kurikulum 2013 yakni sebagai integrator, proses, diferensiasi dan assessmen. Posisi sebagai integrator yakni memfasilitasi pengembangan perilaku karakter dalam kerangka pencapaian 1

2 tujuan utuh pendidikan nasional. Posisi BK sebagai proses yakni mendukung perwujudan dan pembelajaran yang mendidik melalaui penerapan prinsip BK berbasis perkembangan. Posisi BK sebagai diferensiasi yakni sebagai upaya advokasi, aksebilitas pilihan program BK. Pelayanan BK merupakan bagian integral dari kegiatan pendidikan dan implementasi kurikulum 2013 oleh satuan pendidikan dalam memperkuat proses pembelajaran yang diharapkan benar-benar mengembangkan potensi dan minat peserta didik (Wibowo, 2013). Dalam pengembangan Kurikulum 2013 terdapat perubahan program yang berkaitan langsung dengan layanan bimbingan dan konseling yakni layanan peminatan. Layanan peminatan peserta didik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan terintegrasi dalam program BK khususnya, dan program pendidikan di sekolah pada umumnya. Layanan peminatan pada peserta didik merupakan bagian dari upaya advokasi dan fasilitasi perkembangan peserta didik agar secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara sehingga mencapai perkembangan optimal. Untuk mencapai perkembangan optimal tentunya diperlukan suatu keselarasan atau kolaborasi antara semua aspek yang dimiliki individu. Sebelum adanya layanan peminatan, sekolah menggunakan istilah jurusan dalam melakukan pengelompokan siswa dalam pembelajaran. Dan penjurusan ini berlangsung di kelas XI. Penjurusan pada tahun 1950-an menggunakan istilah SMA A (Bahasa), SMA B (Ilmu pasti dan Ilmu alam), dan SMA C (Ilmu Sosial). Dekade berikutnya berubah menjadi semua SMA membuka ketiga jurusan tersebut menjadi jurusan Bahasa, IPA, dan IPS. Kemudian pada tahun 1980 penjurusan itu berubah lagi menjadi A1 (Fisika), A2 (Biologi), A3 (Sosial), dan A4 (Bahasa). Selanjutnya berubah lagi menjadi IPA dan IPS. Dan pada kurikulum 2013, penjurusan disebut dengan peminatan. Peminatan kelompok mata pelajaran merupakan sarana aktualisasi diri peserta didik dalam mengembangkan minat dan prestasi peserta didik (Rachman, 2013). Memilih dan menentukan arah peminatan peserta didik sebagai proses

3 yang akan melibatkan serangkaian pengambilan pilihan dan keputusan didasarkan atas pemahaman potensi diri dan peluang yang ada di lingkungannya. Dalam konteks ini BK membantu peserta didik untuk memahami diri, menerima, mengarahkan, mengambil keputusan, merealisasikan keputusannya secara tanggung jawab agar dapat mencapai perkembangan yang optimal. Kondisi perkembangan optimal merupakan kondisi dinamis yang ditandai dengan kesiapan dan kemampuan individu untuk memperbaiki diri untuk mencapai pribadi yang berfungsi penuh (Kartadinata, 2011: 57). Implementasi kurikulum 2013 akan dapat menimbulkan masalah bagi peserta didik SMA yang tidak mampu dalam menetapkan pilihan peminatan secara tepat, sehingga akan menimbulkan kesulitan dan kecenderungan gagal dalam belajar (Wibowo, 2013). Penetapan pilihan peminatan kelompok mata pelajaran hendaknya sesuai dengan kecerdasan, bakat, minat dan kecenderungan pilihan masing-masing peserta didik agar proses belajar berjalan dengan baik. Namun menurut Bordin (Surya, 2003: 2), terdapat beberapa keadaan individu ketika harus menentukan pilihan yakni ketergantungan, kurangnya informasi, konflik diri dan kecemasan dalam membuat pilihan. Hal ini tentunya akan mempengaruhi peserta didik dalam memilih peminatannya. Masalah dalam layanan peminatan dialami oleh SMA Negeri 1 Lembang. Masalah mengenai peminatan yang timbul tentunya berdampak kepada peserta didik dan guru BK sekolah. Berdasarkan pernyataan guru BK di SMA Negeri 1 Lembang (2013), terdapat masalah yang timbul dari adanya peminatan, salah satunya adalah peserta didik atau orangtua peserta didik yang menyatakan bahwa peserta didik atau anaknya harus pindah minat, adanya ketidaksesuaian minat yang dipilih oleh peserta didik dengan yang diinginkan orangtuanya, prestasi siswa yang tidak sesuai dengan kemampuannya, ketidaknyamanan siswa di dalam kelas peminatan yang dipilihnya, adanya kecemasan siswa ketika akan menghadapi mata pelajaran di dalam kelasnya, dan adanya konflik antara cita-cita dan peminatan yang telah dipilihnya. Selain pernyataan dari guru BK SMAN 1 Lembang, diperoleh pula pernyataan dari peserta didik yang menyatakan bahwa mereka merasa kesulitan dengan peminatan yang telah dipilih. Penyebab kesulitan

4 dalam menghadapi peminatan yang telah dipilih adalah karena adanya ketidaktahuan akan kemampuan yang dipilihnya, adanya paksaan dari pihak lain (seperti orangtua) untuk memilih peminatan yang kurang peserta didik sukai, dan adanya pemilihan peminatan karena ikut-ikutan teman tanpa peserta didik paham akan ketidaksesuaian peminatan yang dipilihnya dengan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik. Dengan adanya kasus-kasus kesenjangan ini tentunya menyebabkan banyak peserta didik kurang memiliki motivasi belajar, memiliki kecemasan ketika akan belajar salah satu pelajaran yang tidak disukai dan menurutnya sulit, adanya konflik atau pertentangan batin yang timbul karena harus melakukan dan mengikuti hal yang kurang disukai dalam kelompok peminatan yang telah dipilihnya, adanya ketidaknyamanan dalam kelas kelompok peminatan dan membuat peserta didik membolos dalam jam pelajaran. Hasil studi kasus yang dilakukan oleh Astuti (2009: 1), faktor penyebab perilaku membolos adalah karena pribadi peserta didik yang memiliki rasa ketergantungan dengan temannya, tanpa mempertimbangkan kemampuan yang dimilikinya. Berdasarkan analisis terhadap kasus-kasus yang muncul dan faktor penyebab yang terjadi maka hal yang terjadi merupakan bagian dari kepribadian yang tidak sehat pada peserta didik. Menurut Yusuf dan Nurihsan (2008: 14), kepribadian yang tidak sehat ditandai dengan karakteristik mudah marah, menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan, sering merasa tertekan, senang mengganggu orang lain, tidak mampu menghindari perilaku menyimpang, mempunyai kebiasaan berbohong, hiperaktif, bersikap memusuhi, senang mengkritik/ mencemooh orang lain, sulit tidur, kurang memiliki rasa tanggung jawab, sering mengalami pusing kepala, kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama, bersikap pesimis, dan kurang bergairah dalam menghadapi kehidupan. Masalah yang timbul di SMA Negeri 1 Lembang, tentunya bukan maksud ataupun tujuan diterapkannya layanan peminatan. Karena layanan peminatan bertujuan untuk membantu individu mengembangkan dirinya secara optimal, baik dilihat dari meningkatnya keterlibatan peserta didik terhadap aktivitas di sekolah, aktivitas belajar ataupun meningkatnya kesuksesan akademik yang dicapai oleh

5 peserta didik. Menurut Schlecty (Dharmayana, 2013: 26), peserta didik dikatakan terlibat dalam belajar ketika mereka tertarik pada pekerjaan sekolah, tekun terhadap tantangan dan hambatan, sangat senang ketika dapat menyelesaikan masalah. Bomia (Dharmayana, 2013: 26), menyatakan bahwa keterlibatan siswa juga menunjukkan pada suatu kemauan, kebutuhan, hasrat dan keharusan siswa untuk berpariasi dan menjadai berhasil dalam proses akademik. Penelitian yang dilakukan oleh Desta dan Nursalim pada kelas X di SMA Negeri 2 Lamongan menghasilkan kesimpulan bahwa di dalam satu kelas terdapat minimal 5 siswa yang mengalami kebingungan untuk memilih jurusan yang diminatinya. Penelitian Unwanullah (2008) terhadap 360 siswa di- SMA Kabupaten Tuban menghasilkan data mengenai keadaan siswa setelah dijuruskan yakni terdapat 38,89% siswa yang terdapat dalam keadaan sangat baik setelah dijuruskan, 57,50% siswa berada dalam kategori baik, dan 3,61% berada dalam kategori kurang baik. Penelitiannya pun menghasilkan mengenai keyakinan siswa terhadap pilihan jurusan yakni 58,60% berada dalam kategori sangat yakin, 28,06% berada dalam kategori yakin, 11,67% berada dalam kategori kurang yakin, dan 1,67% berada dalam kategori tidak yakin. Motivasi siswa untuk belajar setelah dijuruskan menghasilkan 30,28% berada dalam kategori sangat tinggi, 46,67% berada dalam kategori tinggi dan 23,05% termasuk dalam kategori rendah. Carl Gustav Jung (Yusuf, 2008: 74), menyatakan bahwa psyche embraces all thought, feeling, and behavior, conscious and unsconscious. Kepribadian adalah seluruh pemikiran, perasaan, dan perilaku nyata baik yang disadari maupun yang tidak disadari yang dimiliki individu. Sehingga setiap individu pasti memiliki kepribadian (Setiawan, 2006). Menurut Jung (Setiawan, 2006), kepribadian yang dimiliki individu dapat berkembang, namun perkembangan tersebut tidak akan keluar dari sifat-sifat inti atau dasarnya. Myrick (Bhakti, dkk, 2013: 704), menyatakan bahwa, kepribadian dapat membawa kepada pengembangan diri. Sehingga ini akan membuat individu mengenali dan memahami bahwa terdapat kekuatan yang dimilikinya, yang dapat dijadikannya sebagai bekal dan acuan dalam mengembangkan diri atau mengaktulisasikan diri

6 individu. Namun hal ini tentunya tidak berlaku, jika individu tidak tahu akan keadaan kepribadian yang dimilikinya. Karena ketika individu tidak mengetahui dan memahami kepribadian yang dimilikinya, maka akan sulit bagi individu dalam memhami dirinya sendiri, dan tentunya hal ini dapat menjadi penghambat ketika individu melakukan pengembangan diri ataupun aktualisasi diri. Tujuan bimbingan dan konseling menurut aliran psikoanalitik Jung (Yusuf, 2008: 93) adalah, membantu perkembangan manusia mencapai aktualisasi diri. Aktualisasi diri berarti terjadinya diferensiasi yang sempurna dan saling berhubungannya antara seluruh aspek kepribadian manusia. Sehingga konselor atau guru bimbingan dan konseling, dalam pendekatan ini berpandangan bahwa masa lalu maupun masa depan konseli keduanya harus dipertimbangkan dalam proses bimbingan dan konseling. Hal ini dikarenakan kedua hal tersebut memiliki peran yang penting dalam memandang perkembangan kepribadian. Dengan memahami kepribadian peserta didik berdasarkan Myers-Briggs Type Indicator, maka akan diperoleh pula mengenai bagaimana proses berpikir, merasa, pengindraan, dan intuisi yang dialami individu, dengan mengungkap keempat dimensi tersebut maka akan diperoleh mengenai kemampuan yang dimiliki individu. Sehingga dengan diperolehnya analisis kemampuan peserta didik dari hasil dimensi yang diungkap Myers-Briggs Type Indicator, dapat dijadikan sebagai proses pengembangan kepribadian peserta didik dalam mencapai aktualisasi dirinya melalui pemilihan peminatan yang di pilih oleh peserta didik. Dan tentunya, tujuan dari di analisisnya kepribadian Myers-Briggs Type Indicator untuk membantu peserta didik mengaktulisasikan dirinya sejalan dengan fungsi pendidikan, yakni fungsi untuk mencapai pribadi yang utuh, dan hal ini pun sejalan dengan konsep bimbingan yang dikemukakan oleh Kartadinata (2011), yakni untuk membantu perkembangan optimum peserta didik. Ketikapenerapan kurikulum 2013 menekankan pada pendidikan karakter dan karakter sangat berhubungan erat dengan diri peserta didik, maka kepribadian memiliki pengaruh dalam peminatan yang dipih peserta didik dan dipandang sebagai sebuah kemampuan baik yang disadari ataupun tidak disadari oleh peserta didik baik dalam proses berpikir, merasa, pengindraan, dan intuisi. Sehingga

7 dipandang perlu dilakukan penelitian secara empiris mengenai kepribadian peserta didik berdasarkan kelompok peminatan, hal ini dilakukan agar dapat dianalisisnya kemampuan peserta didik dalam meningkatkan dan mengembangkan kepribadian peserta didik sesuai dengan peminatannya agar peserta didik dapat mengaktulisasikan diri dan mengembangkan kepribadiannya. B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Pertimbangan untuk memilih peminatan yang dilakukan di Sekolah Menengah Atas adalah melalui hasil psikotes, nilai UN dan nilai TKD. Namun ternyata dengan hanya mempertimbangkan hasil psikotes, nilai UN, dan nilai TKD belum cukup untuk membantu siswa dalam mengembangkan kepribadian dan mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan minat yang ia pilih. Salah satu pertimbangan lain yang dapat dilakukan adalah mengenai kepribadian yang dimiliki peserta didik. Hal ini dikarenakan kepribadian merupakan keseluruhan segala peristiwa psikhis baik yang disadari maupun yang tidak disadari oleh individu yang tentunya sejalan dengan dasar penerapan kurikulum 2013 yakni pendidikan karakter. C. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan pemaparan latar belakang dan rumusan masalah di atas, diperoleh sebuah pertanyaan umum sebagai arahan perumusan masalah dalam penelitian, yaitu: Profil kepribadian peserta didik berdasarkan kelompok peminatan. Adapun pertanyaan dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Seperti apa profil kepribadian peserta didik berdasarkan kelompok peminatan Matematika dan Ilmu Alam di Kelas X SMA Negeri 1 Lembang Tahun Pelajaran 2013/2014? 2. Seperti apa profil kepribadian peserta didik berdasarkan kelompok peminatan Ilmu-Ilmu Sosial di Kelas X SMA Negeri 1 Lembang Tahun Pelajaran 2013/2014?

8 3. Rancangan Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial seperti apa yang secara hipotetik untuk mengembangkan kepribadian peserta didik berdasarkan kelompok peminatan di kelas X di SMA Negeri 1 Lembang tahun pelajaran 2013/2014? D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan profil kepribadian sehingga diketahui mengenai kepribadian peserta didik berdasarkan kelompok peminatan yang telah dipilih oleh peserta didik dengan menggunakan Myers- Briggs Type Indicator. Untuk lebih spesifiknya tujuan dari penelitian adalah untuk mengungkap dan menganalisis data empiris tentang: 1. Profil kepribadian peserta didik berdasarkan kelompok peminatan Matematika dan Ilmu Alam di Kelas X SMA Negeri 1 Lembang 2. Profil kepribadian peserta didik berdasarkan kelompok peminatan Ilmu-Ilmu Sosial di Kelas X SMA Negeri 1 Lembang Tahun Pelajaran 2013/2014. 3. Rancangan Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial yang secara hipotetik untuk mengembangkan kepribadian peserta didik berdasarkan kelompok peminatan di X di SMA Negeri 1 Lembang tahun pelajaran 2013/2014.

9 E. Manfaat / Signifikasi Penelitian 1. Teoretis Secara teoretis hasil penelitian dapat memberikan sumbangan pemikiran, terutama pada bimbingan dan konseling yang menjadi ranah penelitian mengenai program bimbingan untuk mengembangkan kepribadian peserta didik berdasarkan kelompok peminatan. 2. Praktis 1. Bagi Peneliti Sebagai calon guru BK, peneliti belajar memahami kemampuan peserta didik berdasarkan kepribadiannya, serta dapat membantu peserta didik mengembangkan kepribadiannya melalui layanan bimbingan dan konseling pribadi sosial yang berdasarkan pada kepribadian peserta didik. 2. Bagi Sekolah Hasil penelitian dapat dijadikan rujukan dan bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan dan program sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran melalui media-media yang kreatif untuk membantu dalam mengembangkan kepribadian peserta didik. 3. Bagi Guru BK SMA Negeri 1 Lembang Bagi guru BK SMA Negeri 1 Lembang, data yang diperoleh dari kegiatan penelitian dapat dijadikan bahan pertimbangan dan rujukan mengenai gambaran kepribadian berdasarkan kelompok peminatan peserta didik di kelas X di SMA Negeri 1 Lembang dan dapat dijadikan sebagai dasar untuk mengembangkan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. 4. Bagi Konselor Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman bagi konselor, bahwa kemampuan untuk mengaktulisasikan diri individu dapat timbul dari kepribadian yang dimiliki oleh individu. Dengan dasar tersebut maka kepribadian yang dimiliki peserta didik dapat dijadikan bahan pertimbangan dan rujukan dalam memberikan layanan kepada peserta didik.

10 5. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Hasil penelitian dapat menjadi tambahan referensi konseptual tentang kepribadian peserta didik sehingga bisa menambah wawasan baru dalam perkuliahan di jurusan psikologi pendidikan dan bimbingan. 6. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian dapat dijadikan bahan pertimbangan dan sumber rujukan untuk mendalami dan mengembangkan penelitian yang lebih mendalam mengenai konsep kepribadian dan peminatan peserta didik. F. Struktur Organisasi Skripsi Struktur organisasi skripsi ini terdiri dari bab 1 pendahuluan yang meliputi latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat/signifikansi penelitian, serta struktur organisasi skripsi; bab 2 kajian pustaka mengenai konsep kepribadian Myers- Briggs Type Indicator berdasarkan kelompok peminatan dan layanan bimbingan dan konselingyang meliputi konsep kepribadian Myers-Briggs Type Indicator, konsep peminatan, konseplayanan bimbingan dan konseling, dan hasil penelitian yang relevan; bab 3 metodologi penelitian yang meliputi lokasi dan sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional variabel, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data dan analisis data, serta prosedur penelitian; bab 4 hasil penelitian dan pembahasan; dan bab 5 kesimpulan dan rekomendasi.