BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Film merupakan media komunikasi massa pandang dengar dimana film mengirimkan pesan atau isyarat yang disebut simbol, komunikasi simbol dapat berupa gambar yang ada di film. Gambar di film menunjukkan kekuatan umum, film dipandang sebagai media tersendiri, film merupakan sarana pengungkapan daya cipta dari beberapa cabang seni sekaligus. 1 Gambar bergerak adalah bentuk dominan dari komunikasi massa. Film lebih dulu menjadi media hiburan dibanding radio siaran dan televisi. Menonton televisi. Menjadi aktivitas populer bagi orang Amerika pada tahun 1920-an sampai 1950-an. Film adalah industri bisnis yang diproduksi secara kreatif dan memenuhi imajinasi orang-orang yang bertujuan memperoleh estetika. 2 Film memerlukan penanganan yang lebih sunguh-sunguh dan konstruksi yang lebih artifisual pula (melalui manipulasi) oleh media lain, karena film memiliki jangkauan, realisme, pengaruh, emosional, dan popularistas yang hebat. Dan juga film mudah dipengaruhi, maka film banyak dipengaruhi campuran tangan. 3 Seperti halnya televisi siaran, tujuan khalayak menonton film terutama adalah ingin memperoleh hiburan. Akan tetapi dalam film dapat terkandung fungsi informatif maupun edukatif, bahkan persuasif. Hal ini pun sejalan dengan 1 Denis Mcquail, 1987. Teori komunikasi Massa Suatu Pengantar, Erlangga, Jakarta, Hlm 14. 2 Elvinaro, 2004, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, Hlm 134. 3 Ibid.Denis Mcquail, Hlm 14. 1
2 misi perfilman nasional sejak tahun 1979, bahwa selain sebagai media hiburan, film nasional dapat digunakan sebagai media edukasi untuk generasi muda dalam rangka nation and character building (Effendy, 1981:212). Fungsi edukasi dapat tercapai apabila film nasional memproduksi filmfilm sejarah yang objektif, atau film dokumenter dan film yang diangkat dari kehidupan sehari-hari secara seimbang. 4 Pada dasarnya film dapat dikelompokan ke dalam dua pembagian dasar, yaitu kategori film cerita dan non cerita. Pendapat lain menggolongkan menjadi film fiksi dan non fiksi. Film cerita adalah film yang diproduksi berdasarkan cerita yang dikarang, dan dimainkan oleh aktor dan aktris. Pada umumnya film cerita bersifat komersial, artinya dipertunjukan di bioskop dengan harga karcis tertentu atau diputar di televisi dengan dukungan sponsor iklan tertentu. Film non cerita adalah film yang mengambil kenyataan sebagai subyeknya, yaitu merekam kenyataan dari pada fiksi tentang kenyataan. 5 Pada kesempatan kali ini penulis berkesempatan meneliti sebuah film yang bertemakan peperangan antar kelompok yaitu film 300: Rise of an Empire. 300: Rise of an Empire mengisahkan tentang Jenderal Themistokles (Sullivan Stapleton) yang akan menyatukan seluruh kerajaan di Yunani untuk menjatuhkan Xerxes (Rodrigo Santoro). Namun Xerxes tak mudah ditaklukkan terutama karena memiliki pasukan angkatan laut terhebat yang dipimpin Artemisia (Eva Green). Meski seorang wanita, Artemisia akan tetap berjuang mati-matian dan melakukan 4 Ibid. Elvinaro Ardianto Hlm 145. 5 Marselli Sumarno. 1996, Dasar-dasar apresiasi film, Jakarta : Gramedia. Hlm 10.
3 apapun untuk membantu Xerxes. Namun pimpinan tentara Yunani, Jenderal Themistocles, juga tak mau kalah dengan Artemisia dan pasukannya. Aksi pertempuran epik yang secara visual diperindah teknologi digital canggih ternyata masih memukau banyak penggemar film. Meski tidak sesukses film 300 pertama, 300: Rise of an Empire berhasil membukukan diri sebagai salah satu film terlaris tidak hanya di kawasan Amerika Utara namun juga di berbagai penjuru dunia. Majalah Forbes memprediksikan angka penjualan film itu akan terus bertambah dan bahkan bukan tidak mungkin akan membukukan pendapatan yang nilainya tiga kali lipat dari biaya produksinya. 6 Prestasi sekuel 300 di Box Office ini mengalahkan film animasi arahan sutradara Rob Minkoff, "Mr. Peabody & Sherman" dengan penghasilan 300: Rise of an Empire - USD 45,05 juta (sekitar Rp 515 miliar). 7 Selain dua film baru tersebut, box office Amerika Utara pekan lalu juga diwarnai oleh masuknya film 12 Years a Slave ke 10 besar. Kemenangan film ini sebagai Best Picture di ajang Oscar pada 2 Maret lalu, serta bertambahnya layar yang menayangkannya hingga lebih dari 1.000 layar di Amerika Serikat, rupanya berhasil mendorong masyarakat untuk menonton film ini di bioskop. Pekan lalu, film ini meraih pendapatan 2,9 juta dolar AS, dan menempatkannya di posisi sembilan. 8 6 http://www.voaindonesia.com/content/film-300-rise-of-an-empire-film-terlaris-di-berbagaipenjuru-dunia/1873008.html 7 http://www.wowkeren.com/berita/tampil/00047721.html 8 http://www.muvila.com/movies/blockbuster-alert/film-300-rise-of-an-empire-taklukkan-boxoffice-140311y-page2.html
4 Sejak dirilis bulan Oktober 2013 lalu, 12 Years a Slave belum pernah masuk ke 10 besar berhubung jumlah layar bioskop yang menayangkannya tak terlalu banyak. Akan tetapi, film peraih banyak penghargaan ini sudah memperoleh laba yang signifikan selama lima bulan penayangannya. Hingga pekan lalu, film yang turut diproduseri Brad Pitt ini meraih total pendapatan 53 juta dolar AS, dari modal produksinya yang hanya 20 juta dolar AS. Film 300: Rise of an Empire ini menjadi menarik ketika muatan pesan yang hendak disampaikan begitu kontras dan dapat dengan muda dikenali oleh penonton awam sekalipun. Terlihat dalam film ini banyaknya aksi anarkis yang di pertontonkan, Anarkis sendiri pada pdasarmya adalah suatu sikap yang mempercayai bahwa segala bentuk aturan yang dibentuk dengan kekuasaannya adalah lembaga-lembaga yang menumbuhsuburkan penindasan terhadap kehidupan dan merupakan suatu bentuk susunan tata paksa yang sesuai jika diterapkan dalam tatanan kehidupan masyarakat yang masih primitieve namun tidak untuk masyarakat modern. Menurut willian godwin dan joseph proundhon, berkeyakinan bahwa pada suatu saat negara pasti akan lenyap dan muncullah masyarakat penuh kebebasan, tanpa paksaan, tanpa pemerintahan serta negara. Penganut faham anarki kerap menggunakan keganasan dan pembunuhan untuk meneruskan tujuan mereka. Dalam sejarahnya, para anarkis di berbagai gerakannya kerap kali menggunakan kekerasan sebagai metode yang cukup ampuh dalam memperjuangkan ide-idenya. Dari berbagai selisih paham antar anarkis dalam mendefinisikan suatu ide kekerasan sebagai sebuah metode, gerakan dengan menggunakan aksi langsung
5 (perbuatan yang nyata) sebgai jalan yang ditempuh, yang berarti juga melegalkan pengrusakan,kekerasan, maupun penyerangan. 9 Anarkis dalam bentuk kekerasan biasanya penerapan yang tidak sesuai dengan arti yang sebenarnya. Karena anarki tersebut akan bercondong pada perilaku kekerasan seperti tindakan agresif bernuansa fisik seperti memukul, menendang, memaksa, melukai, menghancurkan harta benda atau rumah dan dapat menimbulkan dampak yang negatif serta dapat menyebabkan kesakitan fisik, luka, kerusakan temporer atau permanen, bahkan menyebabkan kematian. Anarkis melihat bahwa tujuan akhir dari kebebasan dan kebersamaan sebagai sebuah kerjasama yang saling membangun antara satu dengan yang lainnya. Dimana masyarakat yang penuh kebebasan tanpa pemerintahan akan dapat diwujudkan melalui evolusi walaupun dengan sedikit kekerasan. Seseorang yang menunjukan sikap anarkis juga merupakan bentuk tindakan, intnsional atau karena pembiaran dan kemasa-bodohan yang menyebabkan manusia (lain) mengalami penghancuran bukan cuma dalam artian fisik. Hal ini apabila terdapat dalam suatu adegan film dapatmempengaruhi penerimaan audiens terhadap media sehingga menciptakan persepsi bagi setiap audiens. Deskripsi dalam penelitian ini adalah suatu bentuk wacana yang berusaha untuk melukiskan atau menggambarkan dengan kata-kata, wujud atau sifat lahiriah dari suatu obyek. Deskripsi merupakan salah satu teknik menulis menggunakan detail dengan tujuan membuat pembaca seakan-akan berada di tempat kejadian, ikut merasakan, mengalami, melihat dan mendengar mengenai 9 Loren Bagus, 1996, Kamus Filsafat, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, hal 48
6 satu peristiwa atau adegan. Menulis deskripsi bisa membuat karakter yang digambarkan lebih hidup gambarannya di benak pembaca. Peneliti pmemilih Riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. konstruktivis juga digunakan dalam penelitian ini untuk memperlajari beragam realita yang terkonstruksi oleh individu dan implikasi dari konstruksi tersebut bagi kehidupan mereka dengan yang lain. juga analisis yang dimaksud bertujuan penyelidikan terhadap suatu peristiwa (perbuatan, karangan dan sebagainya) untuk mendapatkan fakta yang tepat (asal usul, sebab,penyebab sebenarnya, dan sebagainya) Peneliti dalam meneliti film 300: Rise of an Empire menggunakan semiotika Charles Sanders Peirce sebagai landasan teori. Alasan dipilihnya teori Peirce dalam penelitian ini karena berdasarkan fakta bahwa Peirce merupakan ahli filsafat dan ahli logika, juga semiotika peirce digunakan untuk mengetahui produksi tanda dalam penelitian. Teori darinya menjadi teori mutakhir dan paling banyak dipakai dalam berbagai bidang tidak lepas dari gagasan yang bersifat menyeluruh (mengaitkan unsur tanda secara logis), serta deskripsi struktural dari semua sistem penandaan. Selain itu, semiotika Peirce bersifat pragmatik, yakni semiotika yang mempelajari hubungan di antara tanda-tanda dengan interpreternya atau para pemakainya
7 1.2 Fokus Penelitian Uraian latar belakang di atas maka yang menjadi fokus penelitian mendeskripsikan Tindak Anarkis. 1.3 Identifikasi Masalah Identifikasi masalah dalam film 300: Rise of an Empire banyak adeganadegan dalam film menjurus kepada tindak anarkis juga kekerasan aantar kelompok dalam situasi peperangan. Di film ini banyak di perlihatkan tindak anarkis yang menyebabkan pertumpahan darah. Sedang rumusan masalah bagaimana pengambaran Tindak Anarkis Dalam film 300: Rise of an Empire menggunakan Analisis Semiotika Komunikasi Charles Sander Peirce. 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka tujuan dalam penelitian ini adalah ingin mendeskripsikan: 1. Film 300: Rise of Empire 2. Tindak Anarkis 3. Pesan yang ingin disampai film 300: Rise of Empire kepada penonton
8 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Akademis Hasil penelitian ini dimaksudkan dapat dimanfaatkan pemikiran dibidang komunikasi, khususnya mengenai film dan semiotika. Penelitian yang dilakukan oleh oleh penulis diharapkan dapat memberikan manfaat serta memperkaya, memperlengkap, dan dapat di jadikan sebagai bahan refrensi di perpustakaan. 1.5.2 Manfaat Praktis Secara praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan dan bahan masukkan yang berarti khususnya dibidang komunikasi dan perfilman.