EVALUASI KESESUAIAN FAKTOR FAKTOR PENDUKUNG LOKASI DAN FUNGSI PUSAT KOTA PADA KOTA PINGGIRAN METROPOLITAN ( STUDI KASUS : KOTA MRANGGEN) TUGAS AKHIR

dokumen-dokumen yang mirip
KONDISI PELAYANAN FASILITAS SOSIAL KECAMATAN BANYUMANIK-SEMARANG BERDASARKAN PERSEPSI PENDUDUK TUGAS AKHIR

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PARKIR PADA SISI JALAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KAPASITAS JALAN (STUDI KASUS: DI JALAN MATARAM YOGYAKARTA) TUGAS AKHIR

EVALUASI RUTE TRAYEK ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) BERDASARKAN PERSEBARAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN SRAGEN TUGAS AKHIR

FENOMENA PENGELOLAAN PRASARANA DI KAWASAN PERBATASAN

PENGARUH PERUBAHAN ARUS LALU LINTAS SATU ARAH TERHADAP KINERJA JARINGAN JALAN DI KAWASAN PUSAT KOTA SAMARINDA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JENIS PENGGUNAAN LAHAN PESISIR SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: ARI KRISTIANTI L2D

DAMPAK KEBERADAAN PERMUKIMAN SOLO BARU TERHADAP KONDISI EKONOMI, SOSIAL DAN FISIK PERMUKIMAN SEKITARNYA

MODEL DINAMIS BANGKITAN DAN TARIKAN PERGERAKAN BERDASARKAN PERKEMBANGAN GUNA LAHAN (STUDI KASUS KOTA SEMARANG) TUGAS AKHIR

KAJIAN PENERAPAN SISTEM DINAMIS DALAM INTERAKSI TRANSPORTASI DAN GUNA LAHAN KOMERSIAL DI WILAYAH PUSAT KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

ANALISIS TUNDAAN PADA RUAS JALAN MAJAPAHIT KOTA SEMARANG DAN PENGARUHNYA TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TUGAS AKHIR

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK URBAN SPRAWL DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

PENGARUH PEMBANGUNAN PERUMAHAN PONDOK RADEN PATAH TERHADAP PERUBAHAN KONDISI DESA SRIWULAN KECAMATAN SAYUNG DEMAK TUGAS AKHIR

STUDI KINERJA PELAYANAN SISTEM ANGKUTAN KERETA REL LISTRIK JABODETABEK TUGAS AKHIR

POLA PERGERAKAN KOMUTER BERDASARKAN PELAYANAN SARANA ANGKUTAN UMUM DI KOTA BARU BUMI SERPONG DAMAI TUGAS AKHIR

TINGKAT PEMENUHAN DAN AKSESIBILITAS FASILITAS SOSIAL DI KECAMATAN SEMARANG SELATAN DAN KECAMATAN GENUK TUGAS AKHIR

SEMARANG. Ngaliyan) Oleh : L2D FAKULTAS

PERAN DEVELOPER DALAM PENYEDIAAN RUMAH SEDERHANA DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: IKE ISNAWATI L2D

KAJIAN KINERJA JALAN ARTERI PRIMER DI SIMPUL JALAN TOL JATINGALEH KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Penggal Ruas Jalan Setia Budi)

KARAKTERISTIK STRUKTUR RUANG INTERNAL KOTA DELANGGU SEBAGAI KOTA KECIL DI KORIDOR SURAKARTA - YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

IDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERMUKIMAN MENJADI KOMERSIAL DI KAWASAL KEMANG JAKARTA SELATAN TUGAS AKHIR

`BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Pada dasarnya pembangunan dalam sektor permukiman adalah

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan pertumbuhan kota lainnya adalah unsur penduduk.

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PENDAHULUAN Latar Belakang

GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN

PELAYANAN SARANA PENDIDIKAN DI KAWASAN PERBATASAN SEMARANG-DEMAK TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu

PEMILIHAN MODA ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) UNTUK KAWASAN URBAN SPRAWL KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Koridor Setiabudi dan Majapahit) TUGAS AKHIR

STUDI TINGKAT KEEFEKTIFAN PEMANFAATAN OPEN SPACE BERDASARKAN PERSEPSI PENGHUNI DI LINGKUNGAN PERUMAHAN PERUMNAS TLOGOSARI TUGAS AKHIR

TUGAS AKHIR. Oleh : BENI ANGGID LAKSONO L2D

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

GEOGRAFI. Sesi DESA - KOTA : 2. A. PENGERTIAN KOTA a. Peraturan Menteri Dalam Negeri RI No. 4 Tahun b. R. Bintarto B.

BAB IV GAMBARAN UMUM

Perilaku Pergerakan Masyarakat Perkotaan Dalam Proses Urbanisasi Wilayah di Kabupaten Tegal TUGAS AKHIR. Oleh: TITI RATA L2D

ANALISIS KONDISI DAN PENYEBAB DISPARITAS PEMANFAATAN RUANG KOTA PEKANBARU YANG TERPISAH OLEH SUNGAI SIAK TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KAJIAN PELUANG PELIBATAN MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN HUTAN KOTA SRENGSENG JAKARTA BARAT TUGAS AKHIR

HOTEL RESORT DI KAWASAN WISATA SARANGAN

ALTERNATIF POLA HUBUNGAN KOTA TEGAL DALAM KONTEKS KAWASAN BREGAS TUGAS AKHIR

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT)

Gambar 1.1 Letak Kota Prabumulih dan pusat Kota Prabumulih Sumber : Google earth, diakses Mei 2012

IDENTIFIKASI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN JALAN DAN SALURAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

KAJIAN FENOMENA URBANISME PADA MASYARAKAT KOTA UNGARAN KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

STUDI TINGKAT PEMANFAATAN FASILITAS KOTA DI KOTA BARU BUMI SERPONG DAMAI TUGAS AKHIR

SEA SIDE MALL PADA KAWASAN WATERFRONT KOTA BENGKALIS-RIAU (Studi Kasus pada Pantai Andam Dewi Bengkalis) Penekanan Desain Arsitektur Morphosis

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan sebesar 1,49 % pada tahun Badan Pusat Statistik (BPS,

PENETAPAN TARIF PARKIR SEBAGAI INSTRUMEN PENGENDALI PENGGUNA JASA PARKIR DI KAWASAN SIMPANGLIMA SEMARANG TUGAS AKHIR

ANALISIS PERGERAKAN PENDUDUK USIA KERJA DI KECAMATAN PEDURUNGAN SEBAGAI KAWASAN URBAN FRINGE KOTA SEMARANG (Studi Kasus Di Kelurahan Tlogosari Kulon)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

ARAHAN PENGATURAN LALU LINTAS PADA PERSIMPANGAN SETYABUDI RAYA POTROSARI SEBAGAI DAMPAK MUNCULNYA PUSAT PERBELANJAAN ADA, BANYUMANIK SEMARANG

ANALISIS KARAKTERISTIK PARKIR KHUSUS TERHADAP INTENSITAS PARKIR DI KAWASAN SIMPANG LIMA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. lemahnya perencanaan dan kontrol membuat permasalahan transportasi menjadi

BAB I PENDAHULAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

FAKTOR-FAKTOR PENDORONG TERJADINYA KEMACETAN LALU LINTAS DI JALAN ARTERI PRIMER KAWASAN PASAR UNGARAN KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

PRIORITAS PENANGANAN PERMASALAHAN TRANSPORTASI PADA JALAN ARTERI PRIMER DI KOTA PEKALONGAN TUGAS AKHIR. Oleh : TRI AJI PEFRIDIYONO L2D

(Studi Kasus: Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta) TUGAS AKHIR

KEMUNGKINAN PENERAPAN SISTEM BUY THE SERVICE PADA ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: TRI WURI ANGGOROWATI L2D

ANALISIS BIAYA-MANFAAT SOSIAL PERLINTASAN KERETA API TIDAK SEBIDANG DI JALAN KALIGAWE, SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB 4 SUBSTANSI DATA DAN ANALISIS PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA PUBLIK DENGAN AKTIVITAS REKREASI MASYARAKAT PENGHUNI PERUMNAS BANYUMANIK TUGAS AKHIR. Oleh : FAJAR MULATO L2D

KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PECINAN SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek

Analisis Kebutuhan Parkir dan Kajian Dampak Lalu Lintas Gedung Pusat Perbelanjaan Ramayana Makassar

KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DI KECAMATAN UMBULHARJO, KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atika Permatasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan

BAB III DESKRIPSI PROYEK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

POTENSI LOKASI PUSAT PERDAGANGAN SANDANG DI KOTA SOLO (Studi Kasus: Pasar Klewer, Beteng Trade Center dan Pusat Grosir Solo) TUGAS AKHIR

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

PENYEDIAAN HUNIAN BURUH INDUSTRI COMMUTER DI KAWASAN INDUSTRI TERBOYO SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDYANA PUSPARINI L2D

PENGARUH KEBERADAAN PERUMAHAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA LAHAN DI KECAMATAN CILEDUG TUGAS AKHIR. Oleh : Lisa Masitoh L2D

TUGAS AKHIR. Oleh: RICO CANDRA L2D

KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) PADA KAWASAN PERDAGANGAN JALAN KARTINI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

PENGARUH REVITALISASI TERHADAP KAWASAN ALUN-ALUN SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh : APIT KURNIAWAN L2D

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS DAYA TARIK DUA PUSAT PELAYANAN DALAM PENGEMBANGAN SISTEM PERKOTAAN DI KABUPATEN PURWOREJO (Studi Kasus: Kota Kutoarjo dan Kota Purworejo)

EVALUASI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERUMAHAN MELALUI PENDEKATAN URBAN REDEVELOPMENT DI KAWASAN KEMAYORAN DKI JAKARTA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. kompleks dibanding daerah sekitarnya (Bintarto, 1977). perekonomian, atau sebagai pusat pemerintahan (Darmendra, 2011).

ALTERNATIF BENTUK PENATAAN WILAYAH DI KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR

STUDI POLA RUANG ALIRAN KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN ANTARWILAYAH DI PROVINSI BANTEN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Jumlah

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

KETERKAITAN EKONOMI ANTARA KOTA GEMOLONG DENGAN WILAYAH BELAKANGNYA TUGAS AKHIR. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan

KETERKAITAN ANTARA KEMISKINAN PERKOTAAN DENGAN KESEHATAN LINGKUNGAN DI WILAYAH KABUPATEN TEGAL TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

ARAHAN PENATAAN KAWASAN TEPIAN SUNGAI KANDILO KOTA TANAH GROGOT KABUPATEN PASIR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. tentunya dengan perencanaan terpadu dengan peningkatan kegiatan manusia di

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Seiring dengan perkembangan waktu selalu disertai dengan peningkatan

Transkripsi:

EVALUASI KESESUAIAN FAKTOR FAKTOR PENDUKUNG LOKASI DAN FUNGSI PUSAT KOTA PADA KOTA PINGGIRAN METROPOLITAN ( STUDI KASUS : KOTA MRANGGEN) TUGAS AKHIR Oleh: SENO HARYO WIBOWO L2D 098 464 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO S E M A R A N G 2002

ABSTRAK Perkembangan kota metropolitan Semarang yang sangat cepat menimbulkan interaksi dengan kota-kota pinggirannya. Interaksi tersebut muncul karena terjadinya pemekaran wilayah Kota Semarang ke arah kota pinggiran. Hal ini menyebabkan perkembangan kota pinggiran sangat dipengaruhi oleh kota metropolitan. Salah satu kota pinggiran Semarang adalah Kota Mranggen. Kota Mranggen berada di sebelah timur wilayah Kota Semarang. Interaksi antara kota Semarang-Kota Mranggen dapat dilihat dari munculnya fenomena commuter dari Kota Mranggen ke Kota Semarang, pengembangan kawasan permukiman di wilayah Kota Mranggen yang digunakan oleh penduduk Kota Semarang, serta tertariknya pemenuhan kebutuhan penduduk Kota Mranggen ke Kota Semarang. Harapan terpacunya perkembangan wilayah Kota Mranggen dari interaksi dengan Kota Semarang tidak terjadi. Perkembangan yang terjadi di wilayah Kota Mranggen hanya pada sebagian wilayah yaitu pada kawasan pusat kota. Perkembangan pusat kota yang seharusnya juga mampu menjadi motor penggerak kurangh dapat teroptimalkan perannya. Hal yang terjadi adalah muncul gejala keterpusatan aktivitas dan pelayanan pada satu lokasi yang menimbulkan masalah lokasional. Masalah fungsional bagi pusat kota Mranggen adalah munculnya kecenderungan pemenuhan kebutuhan penduduk Kota Mranggen ke Kota Semarang. Upaya evaluasi terhadap kesesuaian lokasi dan fungsi pusat kota Mranggen diperlukan untuk merespon permasalahan lokasional dan fungsional yang terjadi serta dalam kerangka pengembangan Kota Mranggen secara keseluruhan. Teknik analisis yang digunakan dalam evaluasi ini adalah metode diskriminan tiga grup untuk mengetahui tingkat kesesuaian lokasi dan fungsi pusat kota Mranggen, metode Single Constrained Model sebagai upaya untuk mengetahui persebaran pemenuhan kebutuhan penduduk Kota Mranggen ke Kota Semarang, serta teknik-teknik analisis pendukung lainnya. Hasil proses evaluasi diketahui bahwa kawasan pusat kota Mranggen sudah tidak sesuai secara lokasional dari aspek permasalahan yang muncul berupa kemacetan, persampahan, dan banjir, dari aspek kenyamanan yaitu rendahnya kualitas lingkungan, pencemaran, rendahnya kebersihan, serta dari aspek kepadatan kawasan. Selain itu kawasan pusat kota Mranggen juga sudah kurang sesuai dari aspek aksesibilitas, sistem perparkiran, jalur pedestrian, drainse dan sanitasi, serta keamanan. Adapun aspek lokasional yang masih sesuai adalah jaringan listrik, kelayakan lahan, air bersih dan kepadatan bangunan. Dari fungsi pusat kota yang masih sesuai adalah fungsi pemerintahan. Fungsi perdagangan dan jasa dan fungsi transportasi sudah kurang sesuai dan tidak sesuainya pusat kota Mranggen dari fungsi rekreasi. Disamping itu dari kesenderungan pemenuhan kebutuhan, lokasi pusat pelayanan Kota Semarang yang memiliki orientasi tertinggi adalah kawasan pedurungan. Hal-hal yang menjadi alasan pemenuhan kebutuhan adalah kelengkapan, prestise, kenyamanan, serta aktivitas di Kota Semarang. Arahan yang diberikan sebagai tindak lanjut berupa pengembangan fasilitas perdagangan dan jasa dengan orientasi di wilayah sebelah selatan Kota Mranggen, penataan pasar Mranggen, pengembangan fasilitas perdagangan di wilayah perbatasan, serta peningkatan aksesibilitas pusat kota Mranggen. Arahan ini dimakusdkan untuk menarik aktivitas pemenuhan kebutuhan penduduk Kota Mranggen dari pengaruh Kota Semarang. Pengaruh tarikan besar yang menyebabkan pemenuhan kebutuhan penduduk Kota Mranggen ke Kota Semarang adalah tarikan kualitas dan kuantitas fasilitas, tarikan aktivitas bekerja di Kota Semarang, kemudahan pencapaian, serta kurang nyamannya pusat kota Mranggen

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Fenomena Umum Perkembangan wilayah kota ke arah pinggiran dipacu oleh meningkatnya pertumbuhan penduduk. Kondisi ini didukung dengan meningkatnya wilayah yang memiliki ciri kekotaan. Interaksi dari dua hal tersebut memunculkan bentuk baru suatu permukiman skala besar yang disebut kota metropolitan (Blumenfeld dalam Angotti, 1993: 10). Karakteristik dasar dari kota metropolitan secara umum didefinisikan dengan populasi penduduk yang berjumlah lebih dari satu juta orang (Angotti, 1993: 6). Kota metropolitan memiliki pembagian keruangan yang jelas, keanekaragaman aktivitas sosial ekonomi serta tingkat mobilitas penduduk yang tinggi. Bentuk mobilitas yang terjadi di kota metropolitan tidak hanya berupa mobilitas perjalanan namun juga mobilitas mata pencaharian dan mobilitas permukiman (Blumenfeld dalam Angotti, 1993: 18-20). Mobilitas inilah yang kemudian memicu pemekaran wilayah kota metropolitan ke arah wilayah pinggiran sebagai lokasi baru bagi pengembangan kota (Clawson dalam Angotti, 1993: 34). Kota pinggiran metropolitan adalah kota yang wilayahnya terletak berbatasan dengan kota metropolitan dan memiliki pemerintahan adminstratif yang berbeda dengan kota metropolitan (Daljoeni, 1992: 29). Kota pinggiran memiliki karakteristik wilayah berupa campuran antara pedesaan dan perkotaan serta intensitas wilayah terbangun yang lebih rendah. Intensitas ini makin turun dari wilayah perkotaan ke pedesaan (Rugg, 1979: 57). Perkembangan wilayah dengan ciri perkotaan pada kota pinggiran disebabkan pengaruh yang ditimbulkan dari interaksinya dengan kota metropolitan sebagai kota induknya (Stohr, 1987). Wilayah yang memiliki ciri perkotaan pada kota pinggiran adalah wilayah sekitar kawasan pusat kota dan wilayah perbatasan dengan kota metropolitan. Perkembangan pusat kota pinggiran mengindikasikan pengaruh dari kota metropolitan. Hal ini disebabkan 1

2 karena pusat kota merupakan kawasan yang mengawali perkembangan dan pertumbuhan suatu kota. Pusat tersebut akan menjadi orientasi pertumbuhan dan perkembangan kota. Pusat kota merupakan bagian wilayah kota yang memiliki lokasi strategis dan aksesibilitas tinggi (Hartshorn, 1980: 314). Lokasi strategis tersebut muncul karena pusat kota menempati lokasi yang mudah dijangkau dari seluruh bagian wilayah kota. Pusat kota berkembang sebagai lokasi yang memiliki potensi sebagai pendorong dan penarik aktivitas sosial ekonomi yang mampu menciptakan perubahan pesat pada suatu kota (Bourne, 1972: 113). Aktivitas di pusat kota didominasi oleh tiga jenis aktivitas yaitu aktivitas keuangan, aktivitas perdagangan eceran, serta aktivitas pelayanan sosial dan jasa (Yeates, 1980: 336). Pusat kota memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai pusat administrasi pemerintahan, pusat jasa dan perdagangan, pusat budaya dan hiburan, serta pusat transportasi. Perkembangan pusat kota pinggiran yang muncul karena interaksi dengan kota metropolitan diharapkan mampu menjadi pendorong bagi berkembangnya wilayah kota pinggiran secara keseluruhan. Didasarkan pada teori banyak pusat yang dikemukakan oleh Harris-Ulman, munculnya pusat-pusat kegiatan yang baru pada suatu kota diawali oleh peningkatan dan perkembangan kualitas dan kuantitas kebutuhan serta aktivitas penduduk kota yang didukung perkembangan sarana dan prasarana transportasi (Chapin, 1982: 105). Proses selanjutnya adalah kondisi di mana pusat kota yang ada tidak dapat lagi mengakomodasikan aktivitas dan kebutuhan penduduk secara keseluruhan sehingga secara alami akan muncul pusat pusat aktivitas baru. Munculnya pusat-pusat aktivitas baru tersebut yang kemudian akan mendorong berkembangnya wilayah kota pinggiran. Namun hal tersebut tidak dapat terjadi karena konsep perkembangan yang memunculkan dampak pertumbuhan dengan dampak menyebar yang diharapkan muncul dari interaksi kota metropolitan-kota pinggiran tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya. Wilayah pinggiran makin menderita karena ketidakberdayaannya dalam mengontrol sumber dayanya dalam berbagai bentuk seperti perdagangan dan pertukaranpertukaran lainnya yang terakumulasi dan tertarik ke kota metropolitan (Healey dan Ilbery, 1990: 23). Sumber daya tersebut

3 meliputi investasi, tenaga kerja, serta pelayanan kebutuhan penduduk kota pinggiran yang tertarik dan mengalami perputaran di kota metropolitan. Hal ini biasanya terjadi pada penduduk di kawasan perbatasan antara kota pinggiran dengan kota metropolitan (Gilbert dan Gugler, 1989: 27-48). Dampak lanjutan dari interaksi yang bersifat parasit antara kota metropolitan-kota pinggiran adalah terjadinya pemusatan aktivitas, fasilitas, dan pelayanan pada satu kawasan. Hal ini karena wilayah yang berkembang pada kota pinggiran hanya kawasan pusat kota. Perkembangan lebih lanjut adalah munculnya permasalahan-permasalahan seperti masalah polusi, transportasi, dan kepadatan aktivitas di pusat kota tersebut (Rugg, 1979: 4). Permasalahan-permasalahan yang muncul di pusat kota pinggiran serta dampak interaksi pusat kota pinggiran dengan kota metropolitan dalam pelayanan kebutuhan memunculkan pertanyaan apakah faktorfaktor pendukung lokasi pusat kota pinggiran metropolitan tersebut masih sesuai terkait dengan permasalahan yang muncul di pusat kota? Bagaimana fungsi pusat kota tersebut dalam melayani pemenuhan kebutuhan penduduk bila dalam perkembangan kota terjadi fenomena keterpusatan aktivitas? Bagaimana pengaruh pelayanan yang ditimbulkan pusat aktivitas metropolitan terhadap fungsi pelayanan yang dijalankan oleh pusat kota pinggiran metropolitan? Pertanyaanpertanyaan diatas merupakan pertanyaan yang melandasi perlunya proses evaluasi sebagai upaya untuk melihat bagaimana sebenarnya kesesuaian pusat kota pinggiran ditinjau dari aspek faktor-faktor pendukung lokasidan fungsi pelayanan sebagai akibat dari munculnya permasalahan di pusat kota, fenomena pemusatan aktivitas dan pelayanan di pusat kota, serta interaksi pelayanan dengan pusat aktivitas kota metropolitan. 1.1.2 Kota Mranggen sebagai Wilayah Studi Salah satu fenomena interaksi kote metropolitan dengan kota pinggiran dapat dilihat pada interaksi antara Kota Semarang dengan Kota Mranggen. Kota Semarang dengan jumlah penduduk sebesar 1,2 juta jiwa telah berkembang menjadi kota metroipolitan yang