BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya wanita yang meninggal. memperhitungkan lama kehamilan per kelahiran hidup.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Realita yang ada saat ini masih banyak masyarakat yang belum bisa

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator

BAB 1 PENDAHULUAN. diatas 9 negara anggota lain. Dengan angka fertilitas atau Total Fertility Rate

BAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. terdapat kemungkinan suatu keadaan yang dapat mengancam jiwa ibu dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

BAB I. termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penduduk 2010 telah mencapai jiwa (BPS, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang keluarga berencana (KB) yang telah dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muda, dan arus urbanisasi ke kota-kota merupakan masalah-masalah pokok

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbandingan karakteristik...,cicik Zehan Farahwati, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

BAB 1 PENDAHULUAN. berkualitas maka pemerintah memiliki visi dan misi baru. Visi baru pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, terdiri dari pulau-pulau yang tersebar di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah kependudukan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) yang masih cukup tinggi di Indonesia

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah Cina,

BAB I PENDAHULUAN. tersebut perlu dilakukan secara bersama-sama dan berkesinambungan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di

BAB I PENDAHULUAN. angka kelahiran adalah melalui program keluarga berencana nasional. Program KB

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan puskesmas (Permenkes RI,2014). Angkat Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah

I. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa dan diproyeksikan bahwa jumlah ini

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Jumlah AKI

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan bidang kesehatan merupakan bagian terpenting dalam

BAB I PENDAHULUAN jiwa, 2009 sebanyak jiwa, dan tahun sebanyak jiwa (KepMenKes, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar

BAB I PENDAHULUAN. hanya pemerintah, masyarakat juga diperlukan partisipasinya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kepadatan kependudukan di Indonesia merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk

GAMBARAN KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI DI PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (SURVEI DEMOGRAFI KESEHATAN INDONESIA 2007)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu melahirkan menjadi 118 per kelahiran hidup; dan 4) Menurunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu maupun perinatal. Memberikan manfaat dengan ditemukannya berbagai kelainan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. menjamin bahwa proses alamiah dari kehamilan berjalan normal. Tujuan dari

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. sebab apapun yang berkaitan atau memperberat kehamilan diluar kecelakaan. Angka

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana dirintis sejak tahun 1957 dan terus

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014 mencapai 231,4 juta

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

BAB 1 PENDAHULUAN. yang digunakan dengan jangka panjang, yang meliputi IUD, implant dan kontrasepsi

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak

BAB 1 PENDAHULUAN. negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak yaitu 256 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sedemikian rupa sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dilakukan di negara berkembang termasuk Indonesia. Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

BAB I PENDAHULUAN. adalah dampak dari meningkatnya angka kelahiran. Angka kelahiran dapat dilihat dari pencapaian tingkat fertilitas.

BAB I PENDAHULUAN. penurunan karena kematian. Crude Birth Rate (CBR) turun dari sekitar 21 per

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi di ASEAN. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun

Kata Kunci: Pasangan Usia Subur,Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. kualitas penduduk dan pengarahan mobilitas penduduk kedepan. Berdasarkan hasil

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih besar menempatkan ibu pada risiko kematian (akibat kehamilan dan persalinan)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga berencana merupakan upaya untuk mengatur jumlah anak

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. salah satu penyebab mendasar dari timbulnya berbagai masalah. Mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masalah yang dihadapi di beberapa Negara berkembang dewasa ini adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang mendapat perhatian dan pembahasan yang serius dari ahli

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat yang menyebabkan. kepadatan penduduk (Hatta, 2012). Permasalahan lain yang dihadapi

BAB 1 PENDAHULUAN. besar. AKI menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Berencana Nasional tersebut dapat dilihat pada pelaksanaan Program Making

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang relatif tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, kualitas. penduduk yang harus ditingkatkan (Saifuddin, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. positif bagi ibu maupun bayinya dengan cara membina hubungan saling percaya

BAB 1 PENDAHULAN. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia berdasarkan hasil Survei

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya ( tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil ) selama kehamilan, melahirkan, dan dalam masa nifas ( 42 hari setelah melahirkan ) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam Tujuan Pembangunan Milenium ( MDGs ). Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih cukup tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia ( SDKI ) tahun 2012, AKI di Indonesia mengalami kenaikan dari 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) terjadi penurunan, dari 34 per 1000 kelahiran hidup tahun 2007 menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup ( SDKI, 2012). Salah satu upaya pemerintah untuk menurunkan AKI adalah dengan mencanangkan program penempatan bidan di desa, yang telah mulai dilaksanakan sejak tahun 1990-an. Program ini bertujuan untuk mendekatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir terutama pada saat kehamilan dan persalinan karena bidan berperan penting 1

2 menjaga kelangsungan hidup ibu dan anak, terutama di daerah pedesaan (Kemenkes RI, 2012). Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) adalah penurunan kematian ibu yang dihubungkan dengan peningkatan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan. Namun upaya ini tidaklah cukup, karena penurunan kematian ibu tidak dapat dilakukan hanya dengan mengatasi faktor penyebab langsung kematian ibu tetapi juga harus mengatasi faktor penyebab tidak langsungnya. Oleh sebab itu, upaya penurunan kematian ibu juga harus didukung oleh upaya kesehatan reproduksi lainnnya termasuk peningkatan pelayanan antenatal, penurunan kehamilan remaja, serta peningkatan cakupan peserta aktif Keluarga Berencana (KB) dan penurunan unmet need KB. Keempat indikator tersebut tertuang di dalam tujuan MDG 5b yaitu akses universal terhadap kesehatan reproduksi, sementara dua indikator tambahan terakhir merupakan upaya dalam program KB. Faktor 4 Terlalu yaitu terlalu muda, terlalu sering, terlalu banyak, dan terlalu tua adalah salah satu faktor penyebab tidak langsung kematian ibu yang dapat diatasi dengan pelayanan KB (Kemenkes RI, 2012). Program Keluarga Berencana (KB) sebagai salah satu program pembangunan nasional mempunyai arti yang sangat penting dalam upaya mewujudkan manusia Indonesia sejahtera dan menekan laju pertumbuhan penduduk di Indonesia. Program KB ini diarahkan sebagai upaya pengendalian kuantitas penduduk, pengembangan dan peningkatan kualitas penduduk melalui perwujudan keluarga kecil yang berkualitas, serta menurunkan

3 tingkat AKI dan AKB (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), 2007). Berdasarkan data dari BKKBN (2014) diketahui bahwa jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di Indonesia sebanyak 45.972.185 pasangan. Sedangkan angka kesertaan ber-kb tercatat sebanyak 32.908.319 jiwa atau 71,58 %. Penggunaan alat kontrasepsi oleh peserta KB aktif dibagi menjadi, yang menggunakan metode kontrasepsi suntik sebanyak 54,35%, pil sebanyak 28,65%, Intra Uterine Devices (IUD) sebanyak 5,44%, implant sebanyak 4,99 %, Metode Operatif Wanita (MOW) sebanyak 1,04%, Metode Operatif Pria (MOP) sebanyak 0,2%, dan kondom sebanyak 5,33%. Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2013 tercatat peserta KB aktif sebanyak 1.463.520 jiwa atau sebesar 66,19 % dengan jumlah PUS sebanyak 2.210.958 (BKKBN, 2014). Penggunaan alat kontrasepsi di Sumatera Utara dibagi menjadi, penggunaan IUD sebanyak 153.925 jiwa, MOW sebanyak 105.547 jiwa, implant sebanyak 155.243 jiwa, suntik sebanyak 478.494 jiwa, pil sebanyak 453.837 jiwa, MOP sebanyak 8.212 jiwa, kondom sebanyak 108.262 jiwa ( BKKBN, 2014). Alat kontrasepsi tersebut, dapat diperoleh di Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat). Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes, 2014). Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang

4 setinggi-tingginya diperlukan upaya pembangunan sistem pelayanan kesehatan dasar yang mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat selaku konsumen dari pelayanan kesehatan dasar tersebut. Kecamatan Kualuh Hilir merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Labuhanbatu Utara. Kecamatan Kualuh Hilir terbagi atas 1 kelurahan dan 3 desa. Puskesmas Kampung Mesjid adalah salah satu unit pelayanan kesehatan terpadu di wilayah Kecamatan Kualuh Hilir, sebagai Puskesmas induk di kecamatan tersebut. Selain itu, juga terdapat 4 Puskesmas Pembantu, 1 Puskesmas Keliling, 3 Poskesdes, dan 1 Polindes untuk membantu dalam menjalankan setiap program yang ada di Puskesmas. Sedangkan bidan desa yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kampung Mesjid berjumlah 30 bidan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Kampung Mesjid (2013), peserta KB aktif tercatat sebanyak 307 jiwa atau 8,01 % dan peserta KB baru hanya 54 jiwa atau sebesar 1,41% dengan jumlah PUS sebanyak 3835 pasangan dan WUS (Wanita Usia Subur) sebanyak 5750 jiwa. Dari data tersebut, peneliti berasumsi bahwa tingkat pencapaian program KB di Puskesmas Kampung Mesjid masih rendah, hal ini diasumsikan karena kinerja Bidan desa dalam pelayanan KB belum optimal. Kinerja adalah penampilan hasil kerja personil baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja personil, penampilan hasil kerja tidak terbatas kepada personil yang memangku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi meliputi keseluruhan jajaran personil dalam organisasi (Ilyas, 2001). Kinerja dapat

5 dipengaruhi oleh beberapa faktor. Seperti yang ditulis oleh Gibson (1995), ada tiga faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang yaitu faktor individu (kemampuan, keterampilan, latar belakang keluarga,pengalaman kerja,tingkat sosial,dan demografi seseorang), faktor psikologi (persepsi, sikap, kepribadian, belajar, motivasi, dan kepuasan kerja), dan faktor organisasi yang merupakan faktor eksternal. Menurut Notoatmojo (2007) menyatakan bahwa sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Sikap dapat mempengaruhi kinerja. Pada penelitian Nopriansyah (2014) bahwa dari 12 orang petugas yang memiliki sikap positif terdapat 11 petugas (91,7%) berkinerja baik dan dari 19 orang petugas yang memiliki sikap negatif terdapat 17 petugas (89,5%) berkinerja kurang baik. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara sikap dengan kinerja. Begitu juga halnya dengan kinerja bidan desa yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kampung Mesjid. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja bidan tersebut, baik faktor internal (faktor individu) maupun faktor eksternal yang berasal dari organisasi maupun masyarakat. Dari studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, diasumsikan faktor-faktor eksternal yang menyebabkan kinerja bidan belum optimal antara lain kurangnya rasa tanggung jawab bidan terhadap tugas yang diberikan, kegiatan pelatihan-pelatihan yang masih terbatas, tidak adanya insentif bagi bidan yang bekerja dengan baik, wilayah kerja yang sulit dan kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM), serta masih terbatasnya sarana/prasarana, dan dana untuk mendukung pelaksanaan

6 program KB tersebut. Hal itu diasumsikan sebagai penyebab motivasi kerja bidan dalam pelayanan KB rendah. Motivasi kerja adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan (Hasibuan, 1999). Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Makta (2013) tentang pengaruh motivasi kerja dengan kinerja perawat pelaksana di Unit Rawat Inap RS. Stella Marris Makassar juga menunjukkan bahwa ada pengaruh antara prestasi, pengakuan, pekerjaan, tanggung jawab, pengembangan, gaji, kondisi kerja, kebijaksanaan dan administrasi, hubungan antar pribadi, supervisi dengan kinerja perawat pelaksana di Unit Rawat Inap RS. Stella Maris Makassar. Hal yang sama juga dinyatakan dalam penelitian Lamare (2013) yang berjudul analisis kinerja bidan pada pelayanan antenatal care di Puskesmas Sekabupaten Gowa yang hasilnya menunjukkan ada hubungan faktor pengetahuan, faktor motivasi, faktor kepemimpinan, faktor insentif / imbalan, dan faktor rekan kerja dengan kinerja bidan pada pelayanan antenatal care di Puskesmas Sekabupaten Gowa. Selain motivasi kerja, karakteristik bidan sebagai faktor internal juga bisa mempengaruhi kinerja karena setiap bidan memiliki karakteristik yang berbedabeda. Hal ini sesuai dengan pendapat Robbins (1995) bahwa perbedaan dari masing-masing sehingga mempengaruhi dalam perilaku individu. Karakteristik individu yang dapat mempengaruhi kinerja antara lain umur, jenis kelamin,

7 tingkat pendidikan, status pekerjaan, penghasilan, status perkawinan, lama kerja, dan banyaknya tanggungan (Robbins, 1995). Bidan di Puskesmas Kampung Mesjid memiliki karakteristik yang berbeda-beda, antara lain umur. Menurut Robbins (1995) terdapat suatu keyakinan meluas bahwa produktivitas merosot dengan bertambahnya umur seseorang. Sering diandaikan bahwa keterampilan individu (terutama kecepatan, kecekatan, kekuatan, dan koordinasi) menurun seiring dengan berjalannya waktu, dan bahwa kebosanan pekerjaan yang berlarut-larut dan kurangnya rangsangan intelektual dapat mengurangi produktivitas seseorang. Begitu juga halnya dengan status pekerjaan dan penghasilan yang diterima oleh bidan, juga mempengaruhi kinerja bidan dalam melaksanakan tugas. Menurut Robbins (1995), status perkawinan dan lama kerja juga dapat mempengaruhi kinerja seseorang. Tidak banyak penelitian untuk menarik kesimpulan tentang dampak status perkawinan terhadap kinerja. Namun riset secara konsisten menunjukkan bahwa karyawan yang menikah lebih rendah tingkat keabsenannya, mempunyai tingkat pengunduran diri yang lebih rendah, dan lebih puas dengan pekerjaan mereka daripada rekan kerjanya yang belum menikah. Sama halnya dengan lama kerja seseorang, terdapat suatu hubungan yang positif dengan kinerja. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan karakteristik dan motivasi kerja terhadap kinerja bidan desa dalam pelayanan KB di wilayah kerja Puskesmas Kampung Mesjid Kabupaten Labuhanbatu Utara tahun 2015.

8 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah di dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan karakteristik dan motivasi kerja terhadap kinerja bidan desa dalam pelayanan KB di wilayah kerja Puskesmas Kampung Mesjid Kabupaten Labuhanbatu Utara tahun 2015. 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan antara karakteristik dan motivasi kerja terhadap kinerja bidan desa dalam pelayanan KB di wilayah kerja Puskesmas Kampung Mesjid Kabupaten Labuhanbatu Utara tahun 2015. 1.4 Hipotesis Penelitian Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini adalah adanya hubungan antara karakteristik dan motivasi kerja terhadap kinerja bidan desa dalam pelayanan KB di wilayah kerja Puskesmas Kampung Mesjid Kabupaten Labuhanbatu Utara tahun 2015. 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu Utara sebagai bahan masukan untuk memperbaiki akses, serta memberikan fasilitas bagi bidan desa untuk meningkatkan kinerja dalam pelayanan KB di wilayah kerja Puskesmas Kampung Mesjid. 2. Bagi Puskesmas Kampung Mesjid sebagai bahan masukan untuk memberikan motivasi bagi semua bidan desa yang ada di wilayah kerja

9 Puskesmas untuk meningkatkan kinerja dalam memenuhi cakupan pelayanan KB. 3. Bagi Bidan desa sebagai bahan masukan agar meningkatkan kinerja dalam pelayanan KB.