Pendahuluan EXECUTIVE SUMMARY Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas, padat dan terdiri dari beragam suku bangsa. Penduduknya tersebar tidak merata, diantaranya disebabkan karena kesenjangan penyebaran pelaksanaan pembangunan antar pedesaan dan perkotaan maupun antar kawasan. Pembangunan sarana dan prasarana yang diupayakan untuk dapat menjangkau ke berbagai daerah dirasakan belum optimal karena keterbatasan dana pemerintah dan luasnya wilayah yang harus dijangkau. Dalam globalisasi ini daya tahan suatu bangsa dan negara sedikit banyak dipengaruhi oleh seberapa jauh rakyatnya mempunyai aksesibilitas kepada informasi. Dan aksesibilitas memerlukan layanan telekomunikasi yang terjangkau, sementara prinsip dasar layanan telekomunikasi adalah tersedianya konektivitas yang menghubungkan lokasi-lokasi jarak jauh dan jaringan akses yang menuju ke tempat-tempat pengguna. Mengingat kepadatan telepon (fixed line) di Indonesia yang kurang dari 10 juta satuan sambungan telepon (sst) atau baru sekitar 5%, maka masih diperlukan pembangunan infrastruktur yang besar untuk memenuhi kebutuhan pengguna lapisan bawah agar dapat menikmati layanan telekomunikasi yang terjangkau karena aksesibilitas kepada masyarakat luas masih belum terpenuhi secara signifikan meskipun restrukturisasi industri telekomunikasi telah dilakukan sejak 1 Agustus 2002 di mana restrukturisasi tersebut dimaksudkan untuk dapat membangun dan meningkatkan penetrasi telekomunikasi khususnya di daerah rural/remote area yang belum terjangkau layanan telekomunikasi. Pembangunan Sarana dan Prasarana Telekomunikasi untuk Daerah Rural Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka Pemerintah menetapkan program pembangunan infrastruktur telekomunikasi perintisan di daerah pedesaan yang akhirnya lebih dikenal dengan universal service obligation (USO) atau kewajiban pelayanan universal (KPU) di bidang telekomunikasi mengingat dari 66.778 desa yang ada di Indonesia saat ini masih ada sekitar 43.000 desa yang belum terjangkau layanan telepon, belum termasuk desadesa/wilayah hasil pemekaran. Pembangunan infrastruktur telekomunikasi perintisan di daerah pedesaan tersebut diarahkan kepada pembangunan telekomunikasi yang dapat dikembangkan untuk pusat telekomunikasi dan informasi multiguna (multipurpose telecentre) atau yang lebih dikenal dengan community acces point (CAP), yang tidak hanya menyediakan layanan teleponi saja, tetapi meliputi layanan internet, multimedia, dan sebagainya, terhadap daerah pedesaan yang digolongkan sebagai daerah yang sudah siap secara sosial ekonomi (mature village). Sedangkan untuk daerah pedesaan yang digolongkan sebagai daerah yang belum siap secara sosial ekonomi (non-mature village) diarahkan pada penyediaan akses telepon dan pusat layanan informasi. Tahapan tersebut merupakan tahapan awal di dalam PT Dwimitra Daya Eltiga 1 of 8 4/4/2007 2:05:46 PM
mewujudkan pusat telekomunikasi dan informasi multiguna (multipurpose telecentre) dengan mempertimbangkan ketepatan di dalam penggunaan teknologi dan kesiapan masyarakat didalam memanfaatkan fitur-fitur yang disiapkan. Pada dasarnya, keberhasilan komunikasi pedesaan ditentukan beberapa faktor, yang terdiri dari aspek infrastruktur, layanan, business model, layanan pelanggan, dan kemudahan pemasangan. Akar permasalahan adalah: infrastruktur harus murah, layanan harus mendukung kebutuhan sosial, ekonomi dan pemerintahan di pedesaan, model bisnis harus menarik bagi investasi, layanan pelanggan yang memudahkan perolehan pelanggan dan pembayaran, serta pemasangan peralatan yang dapat dilakukan tenaga setingkat teknisi lulusan STM/SMK. Mengutip pernyataan Menteri Komunikasi dan Informatika, Sofjan Djalil, bahwa Pemerintah berencana menyediakan layanan komunikasi pada seluruh desa di Indonesia karena diharapkan pada tahun 2012 seluruh wilayah di Indonesia telah terjangkau layanan komunikasi. Apapun, visi Pemerintah pada akhirnya adalah memberdayakan dan mendorong masyarakat miskin dalam memperoleh kemudahan melakukan aktivitas ekonomi dan pelayanan sosial melalui akses informasi dan komunikasi yang lebih baik. Kriteria Pemenuhan Kebutuhan Fasilitas Telekomunikasi Dalam memenuhi kebutuhan pelanggan akan fasilitas telekomunikasi tersebut ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan antara lain : a. Jenis dan kualitas layanan yang akan diberikan b. Jumlah demand beserta sebarannya c. Komposisi pelanggan yang akan dilayani ditinjau dari segmentasi pasar. d. Teknologi yang digunakan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lapangan. e. Teknologi yang digunakan dapat diinterkoneksikan dengan sistem eksisting serta memiliki arah pengembangan yang jelas. f. Nilai investasi per saluran yang relatif murah; g. kecepatan dalam pembangunan; yang juga berarti kecepatan operator telepon dalam memperoleh uang masuk dari pelanggan; h. keandalan; PT Dwimitra Daya Eltiga 2 of 8 4/4/2007 2:05:46 PM
Manfaat Teknologi Informasi dan Komunikasi Bagi Masyarakat Percepatan penyediaan sarana telekomunikasi diharapkan dapat mendorong pertumbuhan dan kelancaran kegiatan ekonomi bagi masyarakat di daerah rural. Disamping itu koordinasi antar lembaga pemerintah dapat ditingkatkan. Pemanfaatan teknologi internet bagi masyarakat luas dapat meningkatkan kualitas SDM serta menunjang aspek komersial lainnya. Terbukanya berbagai lapangan kerja baru bagi masyarakat di daerah rural. Tersedianya unit usaha baru yang berorientasikan profit yang dapat menambah Pendapatan Asli Daerah dengan tidak meninggalkan benefit bagi masyarakat di daerah rural. Rendahnya Penetrasi Penggunaan Jasa Telekomunikasi untuk Daerah Rural = Peluang Pasar Permasalahan utama dalam layanan telekomunikasi untuk daerah rural adalah penyediaan jaringan akses yang membutuhkan investasi dan biaya operasional yang cukup tinggi, namun payback period untuk menutupi biaya investasi dan operasional dibutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga hal ini kurang menarik bagi pelaku bisnis. Menimbang adanya kebutuhan satuan sambungan telekomunikasi fixed line bagi pengguna layanan telekomunikasi di kawasan perumahan dan perkantoran yang terus bertambah setiap tahunnya, yang artinya operator yang ada saat ini belum mampu memenuhi kebutuhan tersebut, dan sejalan dengan visi serta misi Pemerintah untuk mengembangkan pembangunan infrastruktur telekomunikasi dan mengoptimalkan program yang saat ini tengah dirintis Pemerintah, maka kami PT. Dwi Mitra Daya Eltiga menawarkan solusi untuk mengatasi kebutuhan sarana dan prasarana telekomunikasi di luar wilayah kota-kota besar di Indonesia terutama di daerah rural. Sistem yang kami tawarkan adalah Fixed Wireless Local Loop dengan teknologi Wideband CDMA dari L-3 Communications, USA yang dapat memberikan layanan multimedia bagi para pelanggan. Teknologi yang diberikan oleh PrimeWave Commnication adalah teknologi jaringan nirkabel (Wireless Local Loop) berbasiskan Wideband CDMA yang diperuntukan bagi layanan multimedia (suara, IP based services dan cleared channel data). Saat ini, kecepatan data maksimum yang dapat disalurkan adalah sebesar 512 kbps. PT Dwimitra Daya Eltiga 3 of 8 4/4/2007 2:05:46 PM
10BaseT RJ-45 SU LAN IP Router/ Firewall SU IP Router/ VoIP Gateway 10BaseT RJ-45 Internet Hub/Bridge 10BaseT RJ-45 SU PW2K RBU E1 PSTN POTS RJ-11 VoIP Gateway/ IP Router 10BaseT RJ-45 SU PW2K NIU Gambar 1. Konfigurasi Tipikal Jaringan berbasiskan IP Kondisi Geografis dan Demand Saat ini, diperkirakan demand yang ada memiliki sebaran yang sangat luas dengan kerapatan yang rendah. Untuk itu harus dipilih teknologi radio Point-to-Multipoint yang memiliki coverage area seluas mungkin sehingga rasio kapasitas terpakai terhadap kapasitas terpasang dapat mendekati nilai maksimum. Hal ini akan berimplikasi pada nilai investasi dan biaya operasi. 1. Investasi per saluran akan semakin rendah bila kapasitas sistem yang terjual mendekati kapasitas sistem terpasang (utilitas maksimum). 2. Semakin luas daerah cakupan sistem PTMP yang dipakai, semakin besar kemungkinan mendapatkan utilitas maksimum. 3. Semakin beragam layanan yang diberikan oleh sistem tersebut semakin besar pula peluang untuk mendapatkan utilitas maksimum. PT Dwimitra Daya Eltiga 4 of 8 4/4/2007 2:05:46 PM
Layanan Melihat perkembangan jenis layanan komunikasi dimasa datang, maka layanan internet akan menjadi primadona mengingat tingkat efisiensi pemanfaatan jaringan sangat tinggi. Kedua teknologi ini dapat memberikan layanan suara, data dan internet; dimana CDMA-2000 1x hanya mampu menyalurkan data dengan kecepatan maksimal 144 kbps; sedangkan saat ini PrimeWave 512 kbps (pertengahan 2002 mencapai 2 Mbps) (4 kali lebih cepat daripada CDMA 2000-1x) Di sisi lain, melihat perkembangan jenis layanan komunikasi dimasa datang, maka layanan internet/ip-based akan menjadi primadona mengingat tingkat efisiensi pemanfaatan jaringan sangat tinggi. Untuk layanan internet, kecepatan standard yang harus disediakan adalah minimal sama dengan yang disediakan oleh jaringan kabel yaitu 56 kbps. Coverage Jangkauan wilayah yang dapat dilayani bergantung kepada pilihan Remote Base Unit (istilah BTS pada sistem L-3) dengan radius 15 35 km. Utilisasi Bandwidth Dengan alokasi bandwidth 3,5 MHz, jumlah kanal tersedia adalah sebanyak 119 kanal @ 32 kbps. Other RBUs PSTN NIU Antenna EMS RBU Gambar 2. Network Components PT Dwimitra Daya Eltiga 5 of 8 4/4/2007 2:05:46 PM
PT Dwimitra Daya Eltiga 6 of 8 4/4/2007 2:05:46 PM
Perbandingan Teknologi Technology Data Rate Usage WiMAX (Worldwide interoperability for Microwave Access) 75 Mbps Multimedia for Mobile EV-DO (Evolution Data Optimized) 2.4 4.65 Mbps Multimedia for Mobile HSDPA (High-speed Downlink Packet Access) 1.44 Mbps Multimedia for Mobile 3G (Third Generation) 0.3 2 Mbps Multimedia for Mobile L3 Primewave 3000 Fixed Wireless Access System 2 Mbps Multimedia for Fixed Line Perkembangan Teknologi Di Masa Depan Istilah 3G (Third Generation celluller) hanya dikenal pada sistem bergerak seluler; bukan untuk Fixed WLL. Perkembangan CDMA 2000-1x ke 3G pun tidak sesederhana itu, hampir seluruh infrastruktur seluler yang ada harus diup-grade (hampir mendekati diganti). Pemakaian layanan bergerak terbatas (limited mobility) juga masih dipertanyakan oleh operator seluler GSM karena untuk kota-kota kecil yang hanya dibutuhkan 1 BTS, operator seluler GSM akan merasa sangat dirugikan. Tantangan Perkembangan 3G Akan halnya dengan perkembangan 3G, ternyata masih banyak tantangan yang menghadang, antara lain; (i) Pertama, demand komunikasi data masih rendah. Konsumen seluler yang menggunakan ponselnya untuk browsing internet masih sedikit. Demam SMS dan MMS belum bisa mewakili kebutuhan komunikasi data kecepatan tinggi yang menjadi andalan 3G. Pasar seluler Indonesia masih didominasi layanan berbasis suara yang akan menyulitkan perkembangan 3G. (ii) Kedua, tarif layanan akses data masih mahal, yang menghambat keinginan masyarakat untuk mendapatkan manfaat dari internet. Ini tidak hanya terjadi pada koneksi data lewat dial up, ADSL, atau cable modem tetapi juga pada akses data nirkabel, khususnya seluler. Operator 3G harus menjadi pelopor penyedia koneksi data murah jika ingin menarik perhatian. Layanan koneksi internet broadband atau percakapan tatap muka langsung menggunakan video call melalui ponsel pasti membutuhkan bandwidth yang besar. Dengan konsumsi bandwidth boros, tarif 3G harus terjangkau agar pelanggan seluler beralih ke 3G. (iii) Ketiga, segmen 3G sangat terbatas. Angka 30 juta pelanggan seluler Indonesia bukan jaminan bahwa perkembangan 3G juga akan sepesat GSM. Bisa diprediksikan, segmen pelanggan 3G akan lebih kecil daripada konsumen GSM sehingga operator 3G berharap banyak dari segmen anak muda dan komunitas yang "melek" teknologi. Asumsinya, perilaku segmen tersebut lebih mudah menyesuaikan dan menerima tawaran layanan data kecepatan tinggi dan multimedia interaktif. PT Dwimitra Daya Eltiga 7 of 8 4/4/2007 2:05:46 PM
(iv) Keempat, masih berkembangnya GPRS di teknologi 2,5G yang didukung tersedianya berjenis handset dan jaringan GSM yang menggurita, tak besar kemungkinan perpindahan (churn) pelanggan seluler GSM ke 3G. Apalagi beberapa operator CDMA (code division multiple access), baik fixed wireless maupun seluler, hadir di Indonesia. Teknologi CDMA2000-1X yang digunakan operator CDMA bisa dikategorikan sebagai 3G meski beda jalur dengan WCDMA yang jadi acuan operator GSM. (v) Kelima, content provider di Indonesia miskin kreativitas. Salah satu faktor yang membuat layanan data lewat seluler sulit berkembang di Indonesia adalah kurangnya content yang menarik dan dibutuhkan oleh konsumen. Operator 3G harus menawarkan content yang inovatif agar menjadi aplikasi yang disukai konsumen (killer application). Sejumlah tantangan tadi harus disikapi operator 3G dengan visi dan strategi yang jelas. Hanya bermodal kecanggihan teknologi tidaklah cukup karena masyarakat selaku konsumen yang akan menilai mana layanan telekomunikasi yang dirasakan paling sesuai dan memberinya manfaat. PT Dwimitra Daya Eltiga 8 of 8 4/4/2007 2:05:46 PM