BAB I PENDAHULUAN. Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, Jakarta,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain.

EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA DALAM PENYELESAIAN KREDIT MACET DI PT. ADIRA DINAMIKA MULTI FINANCE KOTA JAYAPURA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di

KEKUATAN EKSEKUTORIAL SERTIFIKAT JAMINAN FIDUSIA BERDASAR UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, kegiatan ini memegang peranan penting bagi kehidupan bank. umum di Indonesia khususnya dan di negara lain pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan ini, maka banyak lembaga pembiayaan (finance) dan bank (bank

BAB I PENDAHULUAN. utama sekaligus menentukan maju mundurnya bank yang bersangkutan

BAB I PENDAHULUAN. pelunasan dari debitor sebagai pihak yang meminjam uang. Definisi utang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 42 TAHUN 1999 (42/1999) TENTANG JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan kondisi masyarakat dewasa ini membeli suatu benda

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 168, (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3889)

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Pasal 33 Undang-Undang dasar 1945 menempatkan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi sangat memerlukan tersedianya dana. Oleh karena itu, keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana dari masyarakat secara efektif dan efisien. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

Bab 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, salah satu

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI JAMINAN FIDUSIA. banyak dipraktikkan dalam lalu lintas hukum perkreditan atau pinjam meminjam.

DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

BAB III KEABSAHAN JAMINAN SERTIFIKAT TANAH DALAM PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM DI SLEMAN. A. Bentuk Jaminan Sertifikat Tanah Dalam Perjanjian Pinjam

EKSEKUSI OBJEK JAMINAN FIDUSIA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN FIDUSIA. Kebutuhan akan adanya lembaga jaminan, telah muncul sejak zaman romawi.

BAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan

PENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kesehatan dunia perbankan. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 7 tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN FIDUSIA

Pembebanan Jaminan Fidusia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan upaya

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBUK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. penyalur dana masyarakat yang bertujuan melaksanakan pembangunan

PERBEDAAN ANTARA GADAI DAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM HAL BENDA JAMINAN BERALIH

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

pada umumnya dapat mempergunakan bentuk perjanjian baku ( standard contract)

BAB II TINJAUAN TERHADAP PERJANJIAN SEWA BELI. belum diatur dalam Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para pakar

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam suatu perjanjian kredit memerlukan adanya suatu jaminan. Namun

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Peran koperasi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM

EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN BERDASARKAN TITLE EKSEKUTORIAL DALAM SERTIFIKAT HAK TANGGUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk berlomba-lomba untuk terus berusaha dalam memajukan ekonomi masingmasing.

BAB I PENDAHULUAN. lain sehingga muncul hubungan utang piutang. Suatu utang piutang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan/leasing) selaku penyedia dana. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yang menganut Negara welfare state yaitu negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam belakangan ini mulai menunjukkan. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang ekonomi terlihat dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat penting dan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. tidak mungkin untuk dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan bantuan dari manusia

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasaarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka

disatu pihak dan Penerima utang (Debitur) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut

TANGGUNG JAWAB PENANGGUNG DALAM PERJANJIAN KREDIT NURMAN HIDAYAT / D

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga produksi guna menjalankan sebuah perusahaan bertambah tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Perbankan) Pasal 1 angka 11, menyebutkan : uang agar pengembalian kredit kepada debitur dapat dilunasi salah satunya

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. perusahaan harus dijalankan dan dikelola dengan baik. Pengelolaan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dana merupakan salah satu faktor penting dan strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan di bidang ekonomi merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penyediaan dana secara cepat ketika harus segera dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. segala kebutuhannya tersebut, bank mempunyai fungsi yang beragam dalam

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. nasional, salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR PENERIMA

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut pihak-pihak sebaiknya dituangkan dalam suatu surat yang memiliki

WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT KENDARAAN BERMOTOR SERTA PENYELESAIAN HUKUMNYA. Tutiek Retnowati Sujarwo Darmadi

BAB I PENDAHULUAN. Gejolak ekonomi di Negara Republik Indonesia yang ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Nomor 4 Tahun 1996 angka (1). Universitas Indonesia. Perlindungan hukum..., Sendy Putri Maharani, FH UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Abbas Salim, Asuransi Dan Manajemen, Raja Grafindo, Jakarta, 2003, Hal. 01

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

BAB I PENDAHULUAN. Pinjam meminjam merupakan salah satu bagian dari perjanjian pada

BAB I. Pendahuluan. dan makmur dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. pembangunan di bidang ekonomi. Berbagai usaha dilakukan dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa hampir semua masyarakat telah menjadikan kegiatan pinjam-meminjam uang

Kedudukan Hukum Pemegang Hak Tanggungan Dalam Hal Terjadinya Kepailitan Suatu Perseroan Terbatas Menurut Perundang-Undangan Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

BAB II SEGI HUKUM MENGENAI JAMINAN FIDUSIA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDITUR DAN DEBITUR. Dalam Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum merupakan salah satu bidang yang keberadaannya sangat essensial sifatnya untuk menjamin kehidupan bermasyarakat dan bernegara, apalagi Negara Indonesia adalah negara hukum, yang berarti bahwa setiap perbuatan aparat negara harus berdasar hukum, serta setiap warga harus mentaati hukum. Perkembangan dunia yang semakin kompleks dewasa ini, maka tidak jarang pula menimbulkan berbagai permasalahan serius yang perlu mendapatkan perhatian sedini mungkin. Permasalahan yang timbul itu, baik berupa pelanggaran terhadap norma-norma yang ada dalam kehidupan bermasyarakat ataupun aturan-aturan yang bertendensi untuk menciptakan suatu fenomena yang bertentangan dengan kaidah moral dan kaidah susila serta aturan-aturan hukum. Pelanggaran yang terjadi merupakan realitas dari keberadan manusia yang tidak bisa menerima aturan-aturan itu secara keseluruhan. Perkembangan masyarakat yang sedang membangun ini membawa tendensi timbulnya macam-macam perjanjian yang biasanya mempunyai korelasi yang erat dengan keadaan masyarakat maupun situasi-situasi yang kurang menguntungkan bagi pihak produsen. Realitas inilah yang menuntut manusia untuk tidak henti-hentinya mencari jalan lain supaya dapat mencapai tujuan dengan sebaik-baiknya. Hal yang timbul perjanjian seperti perjanjian sewa beli (leasing/huur koop) agar golongan ekonomi lemah dapat memiliki barang dengan harga cicilan. Leasing ada didomain pembiayaan. Pada leasing, peralihan hanya terjadi manakala lessee menggunakan hak opsinya. Salah satu sebab yang mengakibatkan timbulnya perjanjian sewa beli (leasing) belakangan ini banyak diresahkan oleh para pengusaha, karena pasaran barang hasil industri semakin menyempit, hal ini disebabkan karena daya saing semakin ketat antara perusahaan-perusahaan yang sejenis, sedangkan daya beli masyarakat secara kontan semakin berkurang, untuk menjaga kontinuitas hasil produksinya maka para pengusaha berusaha mencari jalan keluar, yakni melalui lembaga sewa beli. 1 1 Nur Widiatmo. Kompilasi Bidang Hukum tentang Leasing, Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, Jakarta, 2011. 1

Kegiatan pinjam meminjam uang sudah merupakan kegiatan yang sudah umum dalam kehidupan bermasyarakat sekarang ini. Perkreditan mempunyai arti penting dalam berbagai aspek pembangunan meliputi bidang produksi baik pertanian, perikanan, perkebunan, kehutanan ataupun produksi bidang industri, investasi, perdagangan, eksport import dan sebagainya. Dalam pembangunan sarana prasarana fisik dalam pembangunan seperti halnya gedung-gedung, jembatan-jembatan, irigasi, perumahan dan sebagainya. 2 Kegiatan pinjam meminjam uang sudah merupakan kegiatan yang sangat lumrah dalam kehidupan bermasyarakat sekarang ini. Perkreditan mempunyai arti penting dalam berbagai aspek pembangunan meliputi bidang produksi baik pertanian, perikanan, perkebunan, kehutanan ataupun produksi bidang industri, investasi, perdagangan, eksport import dan sebagainya. Dalam pembangunan sarana prasarana fisik dalam pembangunan seperti halnya gedung-gedung, jembatan-jembatan, irigasi, perumahan dan sebagainya. 3 Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Kredit yang diberikan oleh Kreditor tentunya mengharuskan Kreditor merasa aman. Maka untuk kepentingan keamanan, terutama sekali guna menjamin pelunasan utang tersebut diperlukan alat pengaman bagi Kreditor. Salah satu bentuk pengaman kredit yang paling mendasar dalam pemberian fasilitas kredit antara lain adalah objek jaminan, disamping kemampuan seorang Debitor. Salah satu bentuk jaminan yang ada dan berlaku sekarang adalah Fidusia, sebagaimana diatur dalam Undang Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia (Undang Undang Jaminan Fidusia), (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999, Nomor 168). Fidusia itu adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Kredit yang diberikan oleh Kreditor tentunya mengharuskan 2 Sri Gambir Melati Hatta. Perkreditan dan Tantangan Dunia Perbankan, Legalitas. Org. 16 Agustus 2007, http://www.legalitas_org/node/258 diakses pada tanggal 11 Juni 2015. 3 Sri Gambir Melati Hatta. Ibid

Kreditor merasa aman. Maka untuk kepentingan keamanan, terutama sekali guna menjamin pelunasan utang tersebut diperlukan alat pengaman bagi Kreditor. Salah satu bentuk pengaman kredit yang paling mendasar dalam pemberian fasilitas kredit antara lain adalah objek jaminan, disamping kemampuan seorang Debitor. Salah satu bentuk jaminan yang ada dan berlaku sekarang adalah Fidusia, sebagaimana diatur dalam Undang Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia (Undang Undang Jaminan Fidusia), (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999, Nomor 168). Fidusia itu adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda. Ciri-ciri jaminan fidusia diantaranya adalah memberikan hak kebendaan, memberikan hak didahulukan kepada kreditor, memungkinkan pemberi jaminan fidusia untuk tetap menguasai objek jaminan utang, memberikan kepastian hukum, dan mudah dieksekusi. 4 Secara hukum untuk adanya jaminan fidusia sebagaimana dalam Undang-Undang Jaminan fidusia tersebut wajib di daftarkan pada Kantor Pendaftaran Fidusia, 5 sebagaimana diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015, Nomor 21). Hukum jaminan fidusia yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tersebut dibuat dan diberlakukan salah satunya adalah untuk lebih memberikan kepastian hukum bagi kreditor, disamping itu juga sebagai pembaharuan hukum. Karena lembaga jaminan fidusia yang selama ini sudah hidup dan berkembang dalam tatanan hukum Indonesia dan berlaku ditengah-tengah kehidupan masyarakat masih bersandarkan pada yurisprudensi atas kasus bierbrouwerij aresst di Belanda, dan setelah itu muncul pula persoalan hukum di indonesia dalam perkara Bataafsche Petroleum Maatschappij v. Pedro Clignett yang diputus pada tanggal 18 Agustus 1932 oleh Hooggerechtschof (Hgh). Putusan tersebut merupakan tonggak awal lahirnya fidusia di Indonesia dan sekaligus menjadi yurisprudensi pertama sebagai jalan keluar untuk mengatasi masalah dalam jaminan gadai. 4 Bahsan. 2007. Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. hlm. 51. 5 Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999. tentang Jaminan Fidusia.

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 6 Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan salah satu jenis bank yang dikenal melayani golongan pengusaha mikro, kecil dan menengah. Lokasi yang pada umumnya dekat dengan tempat masyarakat yang membutuhkan. BPR sudah ada sejak jaman sebelum kemerdekaan yang dikenal dengan sebutan Lumbung Desa, Bank Desa, Bank Tani, dan Bank Dagang Desa atau Bank Pasar. BPR merupakan lembaga perbankan resmi yang diatur berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. 7 Hasil penelitian Muhammad Moerdjono Muhtar mengatakan bahwa pelaksanaan perlindungan hukum bagi kreditor dalam suatu perjanjian jaminan fidusia lahir dari pembuatan Akta pembebanan jaminan fidusia yang dibuat secara notariil, dan terus dipertegas dengan pendaftaran ke Kantor Pendaftaran Fidusia demi mendapatkan sertifikat jaminan fidusia. Jaminan fidusia yang didaftarkannya maka asas publisitas terpenuhi ini merupakan jaminan kepastian hukum terhadap kreditor dalam pengembalian piutangnya dari debitor. 8 Perlindungan hukum yang diperoleh kreditor dalam hal benda jaminan beralih adalah wajib didaftarkan sesuai bunyi Pasal 3 dan tertuang dalam ketentuan Pasal 23 ayat (2) Undang Undang Jaminan Fidusia. Bentuk perlindungan hukum yang dapat diberikan kepada penerima fidusia adalah Mewajibkan kepada debitor supaya menyediakan jaminan pengganti yang setara nilainya serta perubahan data mengenai penggantian jenis barang jaminan wajib didaftarkan. 9 Keberadaan lembaga keuangan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan modal dana atas suatu usaha. Keberadaan kebutuhan modal dana atas suatu usaha. Keberadaan lembaga 6 Noviyanti Ekatama. 2014. Prospek Kegiatan Usaha Pegadaian dalam Menghadapi Lembaga Perkreditan di Indonesia. Jurnal Repertorium, ISSN: 2355-2646, Edisi 2 Juli-Desember 2014. 7 Tarita Kooswanto. 2014. Eksistensi Gadai sebagai Lembaga Jaminan di Tengah Menjamurnya Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Dewasa ini. Jurnal Repertorium, ISSN: 2355-2646, Edisi 2 Juli-Desember 2014. 8 Muhammad Moerdjono Muhtar. 2013. Perlindungan Hukum bagi Kreditor pada Perjanjian Fidusia dalam Praktek. Jurnal Lex Privatum Vol. 1 Nomor 2 April-Juni 2013. 9 Mahendra, Andre Purna. 2013. Perlindungan Hukum bagi Kreditor dalam Hal Benda Jaminan Beralih. Jurnal Hukum Bisnis Universitas Udayana.

penyandang dana yang lebih fleksibel dan dalam hal tertentu tingkat resikonya lebih tinggi diperlukan untuk menanggulangi keterbatasan kemampuan bank guna mencukupi kebutuhan dana atau modal yang diperlukan masyarakat, Lembaga pembiayaan menawarkan bentukbentuk baru terhadap pemberian dana atau pembiayaan, yang salah satunya dalam bentuk sewa guna usaha atau leasing. Hubungan yang terjadi antara kreditor (yang dalam hal ini lessor) dengan debitor (lessee) seringkali rawan konflik, salah satunya kredit macet yang disebabkan oleh kepailitan. Debitor dalam keadaan kredit macet leasing akibat kepailitan, lessor dikategorikan sebagai kreditor separatis memperoleh haknya, kreditor separatis dapat mengeksekusi benda jaminan yang berada di pihak lessee untuk dijual dan hasil penjualan merupakan hak lessor dari lessee. 10 Dunia lembaga keuangan, bank, finance/leasing, tidak lepas adanya perjanjian antara kreditor (pemberi dana) dan debitor (penerima dana). Perjanjian kedua belah pihak didasarkan pada kesepakatan dan itikad yang baik. Pada praktiknya, ketika perjanjian itu terjadi antara debitor dan kreditor, maka debitor ada itikad kurang baik terhadap kreditor. Sehubungan dengan penjaminan ini, apa yang harus dilakukan oleh penerima fidusia (kreditor) apabila pemberi fidusia (debitor) melalaikan kewajibannya atau cidera janji yang berupa lalainya pemberi fidusia (debitor) memenuhi kewajibannya pada saat pelunasan utangnya sudah matang untuk ditagih, maka dalam peristiwa seperti itu, penerima fidusia (kreditor) bisa melaksanakan eksekusinya atas benda jaminan fidusia. 11 Secara umum eksekusi merupakan pelaksanaan atau keputusan pengadilan atau akta, maka pengambilan pelunasan kewajiban kreditor melalui hasil penjualan benda-benda tertentu milik debitor. Perlu disepakati terlebih dahulu bahwa yang dinamakan eksekusi adalah pelaksanaan keputusan pengadilan atau akta. Tujuan dari pada eksekusi adalah pengambilan pelunasan kewajiban debitor melalui hasil penjualan benda-benda tertentu milik debitor atau pihak ketiga pemberi jaminanan. 12 Salah satu ciri dari jaminan utang kebendaan yang baik adalah apabila dapat eksekusinya secara cepat dengan proses sederhana, efisien dan mengandung kepastian hukum. Misalnya ketentuan eksekusi fidusia di Amerika Serikat yang membolehkan pihak 10 Yulianingrum, Artika Vety. 2013. Kajian Pemenuhan Kewajiban Lessee terhadap Lessor dalam Terjadi Kredit Macet Akibat Kepailitan. Jurnal Private Law Edisi 01 Maret Juni 2013. 11 Ibid, hlm 319. 12 Ibid, hlm 320.

kreditor mengambil sendiri objek jamianan fidusia asal dapat dihindari perkelahian/percekcokan (breaking the peace). Barang tersebut bolehdijual dimuka umum atau dibawah tangan asalkan dilakukan dengan itikad baik. 13 Tentu saja fidusia sebagai salah satu jenis jaminan utang juga harus memiliki unsur-unsur cepat, murah, dan pasti tersebut. Sebab selama ini (sebelum keluarnya Undang Undang Jaminan Fidusia) tidak ada kejelasan bagaimana caranya mengeksekusi fidusia, sehingga tidak ada ketentuan yang mengaturnya, banyak yang menafsirkannya bahwa eksekusi fidusia adalah memakai prosedur yang telah ditetapan dalam Undang Undang Jaminan Fidusia. Sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya, dalam hal debitor (pemberi fidusia) cidera janji, maka kreditor (penerima fidusia) ini dapat dilangsungkan melaksanakan eksekusi. Ketentuan ini didasarkan pada Pasal 29 ayat 1(a) Undang Undang Jaminan Fidusia yang merupakan pengaturan lebih lanjut dari Pasal 15 Undang-Undang Jaminan Fidusia yaitu berdasakan pada title eksekutorial dalam sertfikat fidusia yang dicantumkan kata-kata Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Irah-irah Inilah yang memberikan title eksekutorial yang mensejajarkan kekuatan akta tersebut dengan putusan pengadilan. Eksekusi terhadap benda yang menjadi objek jaminan fidusia dapat dilakukan dengan cara: a. Pelaksanaan title eksekutorial b. Penjualan benda yang menjadi objek jaminan fidusia atas kekuasaan penerima fidusia itu sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutang dari hasil penjualan. c. Penjualan dibawah tangan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan pemberi dan penerima fidusia jika dengan cara demikian dapat diperoleh harga tinggi yang menguntungkan para pihak. Praktik pada lembaga pembiayaan akan menimbulkan masalah apabila debitor cidera janji dan objek jaminan ada dalam penguasaan debitor, karena objek jaminan fidusia umumnya benda bergerak sehingga kondisi seperti ini sangat potensial bagi debitor untuk menggelapkan atau mengalihkan objek jaminan fidusia tersebut. Permasalahan yang timbul dalam mengeksekusi jaminan fidusia, seperti harta kekayaan debitor sebagai jaminan fidusia yang akan dieksekusi tidak ada atau musnah bahkan dialihkan kepada pihak ketiga atau 13 Munir Fuady.Jaminan Fidusia (Bandung: PT. Citra aditya, 2000) hlm 57.

pihak lain. Maka dengan hal ini, pihak kreditor dirugikan oleh tindakan debitor terhadap jaminan barang bergerak tersebut. Berdasarkan permasalahan di atas maka diambil judul Perlindungan Hukum Terhadap Kreditor Dalam Hal Pembayaran Hutang dengan Jaminan Fidusia Macet. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat disimpulkan perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apa bentuk perlindungan hukum yang dapat diterima oleh kreditor dalam hal pembayaran hutang debitor macet? 2. Bagaimana pelaksanaan perlindungan hukum terhadap kreditor dalam hal pembayaran hutang debitor macet? 3. Apa upaya-upaya yang dilakukan kreditor, agar dapat menerima hak-haknya sebagai kreditor? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini tujuan yang hendak dicapai adalah : 1. Tujuan Objektif a. Untuk mengetahui perlindungan hukum yang dapat diterima oleh kreditor dalam hal pembayaran hutang debitor macet. b. Untuk mengetahui pelaksanaan perlindungan hukum terhadap kreditor dalam hal pembayaran hutang debitor macet. c. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan kreditor, agar dapat menerima hak-haknya sebagai kreditor. 2. Tujuan Subjektif a. Untuk menambah pengetahuan penulis dalam rangka menyusun tugas akhir sebagai syarat menyelesaikan magister kenotariatan di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. b. Untuk dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan kemampuan penulis yang diperoleh selama menempuh kuliah di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan menambah wawasan penulis. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan data yang berguna bagi masyarakat pada umumnya dan para pembaca pada khususnya mengenai perlindungan hukum terhadap kreditor apabila pembayaran hutang dengan jaminan fidusia macet.