BAB I PENDAHULUAN. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang memiliki peran. penting terhadap kualitas perekonomian suatu negara dalam menghadapi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Bank memiliki peran sebagai lembaga perantara antara unit-unit yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis jenis usaha yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, bank

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman pada dunia perbankan dan inilah yang terjadi pada perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008). Ditinjau dari segi imbalan atau

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah merupakan organisasi profit oriented business yang tidak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. jasa dalam lalu lintas pembayaran. 1 Di Indonesia sendiri dengan penduduk. yang dapat digunakan oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menjalankan kegiatan perekonomian. Salah satu faktor penting

BAB 1 PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan atau biasa disebut financial intermediary. Sebagai lembaga keuangan,

BAB 1 PENDAHULUAN. proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. prinsip bagi hasil dan risiko (profit and loss sharing). Sebagai bagian dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi yang menghubungkan antara pihak-pihak yang kelebihan (surplus) dana

BAB 1 PENDAHULUAN. Bank pada hakikatnya merupakan lembaga perantara (intermediary) yaitu. menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai financial

BAB 1 PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan yang sangat penting dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. sektor perbankan. Berdasarkan sistem operasionalnya, perbankan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. periode 5 tahun terakhir ini telah muncul bank-bank yang menjalankan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana (defisit unit). Bank syariah secara resmi

BAB I PENDAHULUAN. sekunder, maupun tersier dalam kehidupan sehari-hari. Adakalanya masyarakat tidak

BAB I PENDAHULUAN. nasional Indonesia menganut dual banking system yaitu, sistem perbankan. konvensional menggunakan bunga (interest) sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. juga mengalami penurunan yaitu industri perbankan Indonesia. Dengan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur dan jasa. Sedangkan sektor moneter ditumpukan pada sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Indikator Utama Perbankan Syariah (dalam milyar rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perekonomian pasti ada hubungannya dengan dunia keuangan dan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana bertemunya pemilik, pengguna dan pengelola modal.

PENDAHULUAN. usaha yang dibiayainya. Risiko ini dapat diatasi dengan cara memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang membutuhkan dana disebut dengan debitur. satu, yang sering disebut dengan pooling of fund yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia umumnya

BAB I PENDAHULUAN. lembaga intermediasi keuangan (Financial intermediary institution),yakni. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1992, perbankan Indonesia menjadi maju dengan munculnya

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai keunikan secara prinsip dapat mendukung usaha mikro, kecil

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat dan stabil. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri dari tiga

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana fungsi utamanya sebagai penghimpun dan penyalur dana

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, perbankan menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah menjelaskan, praktik perbankan syari ah di masa sekarang

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bunga baik tabungan, deposito, pinjaman, dll.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhinya, baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Ada kalanya

BAB I PENDAHULUAN. dengan prinsip wadiah maupun prinsip mudharabah atau di sebut juga dengan. prinsip bagi hasil, prinsip ujroh, dan akad pelengkap.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. prinsip syariah sebagai dasar hukumnya berupa fatwa yang dikeluarkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Indikator

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dasarkan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bahwa Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan Bank adalah menghimpun dana, menyalurkan dana, serta. memberikan jasa jasa perbankan kepada masyarakat. Peranan bank dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan ( Financial Intermediales )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Bank syariah secara umum bertujuan untuk mendorong dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan nilai moraldan prinsip-prinsip syari ah Islam.

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan Al-Qur an dan Hadist Nabi Muhammad SAW. Al-Qur an dan

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami. perkembangan yang signifikan terutama di bidang perbankan.

BAB I PENDAHULUAN. bidang keuangan, salah satunya adalah bank. Dalam al-qur an, istilah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perbankan syariah berawal pada tahun 1950an.

BAB I PENDAHULUAN. dalam beberapa tahun terakhir ini. Praktek perbankan Islam sebagai alternatif

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai perantara (financial intermediary) bagi mereka yang memiliki dana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perekonomian saat ini tidak lepas dengan dunia perbankan. Hampir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyaluran kredit maupun pembiayaan merupakan fokus dan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. atau penyedia dana bagi masyarakat dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang optimal, keadilan sosial ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dalam pembiayaan pembangunan sangat diperlukan. Bank

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan (financial intermediaries)

BAB I PENDAHULUAN. diarahkan untuk mencapai sasaran pembangunan. Oleh karena itu peranan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia memiliki peranan penting bagi pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. secara praktik operasionalnya. Dalam beberapa penelitian dan kajian, ekonomi islam

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi hasil, bahkan memungkinkan bank untuk menggunakan dual system,

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tabungan, giro dan deposito berjangka (Oktriani, 2011).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dukungan dari sistem keuangan yang sehat dan stabil. Perkembangan. Menurut Undang-undang tentang perbankan, yaitu UU Nomor 10 tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Abdul Ghafur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2009), hlm. 31.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syariah merupakan bagian dari sistem perbankan nasional yang

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan syariah merupakan alternatif lembaga keuangan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bank memiliki peran yang sangat penting dalam masyarakat,

I. PENDAHULUAN. Rumah merupakan suatu kebutuhan primer dan hak dasar manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh fungsi utama bank sebagai lembaga yang dapat. pembangunan nasional mengakibatkan perlu adanya pembinaan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pinggiran, atau biasa dikenal dengan rural banking. Di Indonesia, rural banking

BAB I PENDAHULUAN. Bank Syariah ini salah satunya dicirikan dengan sistem bagi hasil (non bunga)

BAB I PENDAHULUAN. Bank umum syari ah merupakan salah satu bank umum selain bank umum

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sebuah kejadian yang menarik. Lahirnya Bank Syariah Mandiri di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan syariah pada dasarnya merupakan pengembangan dari konsep

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang berkelebihan untuk kemudian di salurkan kepada pihak yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan lembaga keuangan yang memiliki peran penting terhadap kualitas perekonomian suatu negara dalam menghadapi era pasar globalisasi, baik sebagai perantara sektor defisit dan sektor surplus maupun sebagai agent of development (Sari, 2006). Sebagai agent of development, tujuan perbankan Indonesia menurut UU No.10 Tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan, merupakan alat pemerintah dalam pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat. Dengan tujuan itu perbankan di Indonesia memiliki fungsi sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat atau sebagai lembaga perantara keuangan (intermediary financial institutions) (Basir, 2009). Sejak diberlakukannya UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UU No. 7 Tahun 1992 tersebut di atas, industri perbankan di Indonesia berlaku sistem perbankan ganda (Dual Banking System) yakni sistem perbankan konvensional dan sistem perbankan yang berlandaskan pada prinsip syariah. Keberadaan perbankan syariah ini kemudian diperkuat dalam UU No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah, yang disusun sebagai upaya pengembangan lembaga keuangan tersebut. 1

2 Bank konvensional dan bank syariah, pada dasarnya memiliki tugas dan fungsi yang sama sebagai lembaga perantara keuangan. Pada sistem operasi bank syariah, nasabah menanamkan dananya di bank biasanya dengan menggunakan prinsip wadi ah dan prinsip mudharabah tidak dengan motif mendapatkan bunga, tapi dalam rangka mendapatkan keuntungan bagi hasil. Dana nasabah tersebut kemudian disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan dana melalui produk penyaluran dana/pembiayaan yang dikembangkan dengan tiga model, yaitu prinsip jual beli, prinsip bagi hasil, dan prinsip sewa (Muhammad, 2011). Pembiayaan pada bank syariah baik dengan prinsip jual beli, bagi hasil, maupun sewa, semuanya diklasifikasikan dalam produk pembiayaan pada umumnya seperti, akad murabahah, mudharabah, musyarakah, salam, istishna, dan ijarah. Semua akad pembiayaan yang ditawarkan bank syariah kepada nasabah lebih didominasi oleh akad murabahah dengan prinsip jual beli dengan melihat data Bank Indonesia pada bulan Desember Tahun 2013 mengenai komposisi pembiayaan yang diberikan. Diketahui pembiayaan pada bank umum syariah dan usaha unit syariah masih didominasi oleh akad murabahah dibandingkan pembiayaan dengan akad lainnya, seperti pada tabel berikut. Tabel 1 Total Jumlah Pembiayaan Bank Umum Syariah dan Usaha Unit Syariah Tahun 2013 Akad Jumlah Pembiayaan Persentase Akad Mudharabah Rp 13.625 7% Akad Musyarakah Rp 39.874 22% Akad Murabahah Rp 110.565 60%

3 Akad Salam Rp - 0% Akad Istishna Rp 582 0% Akad Ijarah Rp 10.481 6% Akad Qardh Rp 8.995 5% Total Rp 184.122 100% (BI: Statistik Perbankan Syariah, Desember 2013) Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa akad murabahah persentasenya mencapai 60% dari total pembiayaan, diikuti oleh akad musyarakah sebesar 22%, dan mudharabah 7%, serta sisanya yang disalurkan dalam akad istishna, ijarah, dan qardh sebesar 11%. Data di atas menunjukan bahwa pembiayaan dengan prinsip bagi hasil dalam hal ini pembiayaan mudharabah dan musyarakah masih sangat rendah. Pembiayaan yang dikucurkan pada produk murabahah dari tahun ke tahun justru lebih besar dibanding pembiayaan lainnya. Menurut Machmud dan Rukmana (2009), bank yang terlalu memusatkan pada pembiayaan murabahah dan mengabaikan pembiayaan sah lainnya merupakan praktik perbankan syariah yang masih jauh dari konsep ideal bank syariah. Semestinya pembiayaan dengan akad mudharabah dan akad musyarakah harus lebih banyak, karena pada akad inilah karakteristik dasar perbankan syariah dengan prinsip bagi hasil terbentuk dan menjadi hal yang membedakan dengan bank konvensional, namun fenomena yang terjadi ini jauh dari apa yang diharapkan. Hal tersebut juga dapat dipengaruhi oleh kemampuan nasabah dalam membayar kembali pinjamannya. Unsur ini biasanya

4 tercermin pada pembiayaan bermasalah yang dikenal dengan Non Performing Financing. Pembiayaan dengan sistem jual beli, bagi hasil, maupun sewa, jika tidak dilakukan pengendalian terhadap risiko dapat menimbulkan pembiayaan bermasalah. Menurut Fahrul (2012), pembiayaan bermasalah merupakan rasio keuangan yang menunjukkan total pembiayaan bermasalah pada suatu bank syariah. Susanty (2014), menjelaskan bahwa pembiayaan bermasalah pada bank diukur dari rasio Non Performing Financing (NPF) pada bank syariah dan Non Performing Loan (NPL) pada bank konvensional, di mana NPF merupakan analog dari NPL karena bank syariah tidak mengenal konsep kredit (loan). Tingkat NPF (Non Performing Financing) yang tinggi pada suatu bank syariah menunjukkan kualitas suatu bank yang tidak sehat, sehingga akan mempengaruhi kinerja keuangan bank. Pembiayaan bermasalah atau non performing financing dapat mempengaruhi banyak aspek yang ada pada perbankan syariah, seperti halnya pada penyaluran dana atau pembiayaan. Menurut Pratami dan Harjum Muharam (2011), NPF merupakan rasio yang terkait dengan penyaluran pembiayaan. Jika semakin rendah tingkat NPF maka akan semakin tinggi jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh bank. NPF yang tinggi dapat menimbulkan keengganan bank untuk menyalurkan pembiayaan karena harus membentuk cadangan penghapusan yang besar.

5 Siregar (2005), mengemukakan bahwa NPF memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap penyaluran dana, artinya kenaikan NPF akan menyebabkan penurunan penyaluran dana bank ke masyarakat. Kemudian hasil penelitian selanjutnya oleh Prastanto (2013) dan Zaefudin (2014), bahwa NPF (non performing financing) berpengaruh secara negatif terhadap pembiayaan murabahah. Semakin tinggi NPF yang dimiliki bank, maka bank akan lebih hati-hati dengan mengurangi pembiayaan. Sejalan dengan pernyataan di atas, Adnan (2005) dalam Pratami dan Harjum Muharam (2011), mengatakan bahwa kredit bermasalah berbanding terbalik dengan penyaluran pembiayaan, dimana besarnya NPF mencerminkan tingkat pengendalian biaya dan kebijakan/kredit yag dijalankan oleh bank, sehingga semakin rendah NPF maka akan semakin tinggi jumlah pembiayaan yang akan disalurkan oleh bank. Semakin tinggi NPF menunjukkan semakin rendahnya kemampuan bank dalam mengumpulkan kembali kredit yang dikeluarkannya. Semakin sedikit dana pinjaman yang kembali ke bank, akan menyebabkan dana bank yang tersedia untuk disalurkan semakin berkurang. Akibatnya, bank akan mengurangi jumlah dana yang akan disalurkan ke masyarakat. Dari hasil penelitian dan pendapat peneliti terdahulu di atas memiliki perbedaan dengan kenyataan yang ada pada bank umum syariah, dapat dikatakan bahwa ada kesenjangan pada bank umum syariah dari apa yang menjadi penelitian sebelumnya. Hal tersebut dapat

6 dilihat pada tabel berikut yang diolah dari data tahunan bank umum syariah. Dari 11 Bank Umum Syariah di Indonesia yang terdaftar, hanya 3 bank yang memenuhi kriteria peneliti dalam menentukan lokasi penelitian, seperti Bank Muamalat Indonesia, Bank Mandiri Syariah, dan BRI Syariah. Tabel 2 Jumlah Pembiayaan dan Tingkat NPF pada Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, dan BRI Syariah Bank Tahun Murabahah (Rp) Mudharabah (Rp) Musyarakah (Rp) BMI BSM BRIS NPF (gross) 2009 4.454.481.045.000 1.372.134.215.000 4.512.644.754.000 3,75% 2010 6.441.601.218.000 1.364.534.388.000 5.979.043.571.000 4,32% 2011 10.042.862.193.000 1.498.296.551.000 8.176.819.533.000 2,60% 2012 16.140.183.597.000 1.985.586.533.000 12.819.798.193.000 2,09% 2013 19.566.857.115.000 2.225.162.877.000 18.673.772.593.000 1,35% 2009 8.110.239.048.474 3.275.448.768.844 3.000.846.000.855 4,84% 2010 12.681.133.009.729 4.173.681.797.450 4.221.305.155.711 3,52% 2011 19.773.813.386.544 4.590.780.845.924 5.112.172.432.733 2,42% 2012 27.549.264.479.714 4.161.500.769.523 6.049.076.989.927 2,82% 2013 33.207.375.747.131 3.703.697.897.843 7.048.707.025.566 4,33% 2009 1.643.319.177.130 164.716.159.222 589.461.345.495 3,20% 2010 3.350.225.000.000 387.425.000.000 922.365.000.000 3,19% 2011 5.275.740.000.000 598.464.000.000 1.123.372.000.000 2,77% 2012 6.966.407.000.000 859.252.000.000 1.737.831.000.000 3,00% 2013 8.849.045.000.000 936.688.000.000 3.033.517.000.000 4,06% (Diolah dari data Lap. Keuangan Bank Muamalat Indonesia, Manidiri Syariah, dan BRI Syariah untuk tahun 2009-2013). Dari data jumlah pembiayaan dan tingkat NPF ketiga bank umum syariah selama 5 tahun tersebut dapat dilihat kesenjangan yaitu pada bank Muamalat Indonesia ditahun 2010 dengan tingkat NPF yang mengalami kenaikan 4,32%, bank justru mengalami pertumbuhan pembiayaan murabahah, mudharabah dan musyarakah ditahun 2011 masing-masing sebesar 56%, 10% dan 37%. Kemudian pada bank

7 Syariah Mandiri dengan tingkat NPF yang mengalami penurunan sebesar 2,42% ditahun 2011, bank mengalami penurunan pembiayaan mudharabah sebesar 9%, dan di tahun 2012 NPF mengalami kenaikan sebesar 2,82%, bank mengalami pertumbuhan pembiayaan murabahah dan musyarakah masing-masing sebesar 21% dan 17% ditahun 2013. Kemudian pada BRI Syariah dengan tingkat NPF yang mengalami kenaikan sebesar 3,00% ditahun 2012, bank justru mengalami pertumbuhan pembiayaan murabahah, mudharabah dan musyarakah masing-masing sebesar 27%, 9%, dan 75% ditahun 2013. Dengan adanya kesenjangan mengenai ketidak sesuaian antara penelitian sebelumnya dengan yang terjadi pada ketiga bank syariah tersebut, maka perlu adanya penelitian untuk membuktikan apakah terdapat pengaruh risiko pembiayaan (NPF) terhadap pembiayaan ditahun selanjutnya pada bank umum syariah yang dalam hal ini akan diuji pada tiga bank tersebut. Pembiayaan yang akan dijadikan variabel penelitian adalah pembiayaan murabahah, mudharabah, dan musyarakah, karena pembiayaan tersebut merupakan pembiayaan yang lebih banyak digunakan dalam perbankan syariah. Walaupun dalam praktiknya pembiayaan murabahah lebih dominan dibanding yang lainnya, akan tetapi perlu adanya variabel mudharabah dan musyarakah sebagai pembiayaan dengan sistem bagi hasil yang seharusnya lebih dominan, karena dengan pembiayaan inilah karakteristik perbankan syariah dibentuk. Dengan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti

8 mengambil judul dalam penelitian ini yaitu Pengaruh Non Performing Financing terhadap Pembiayaan Murabahah, Mudharabah, dan Musyarakah Pada Bank Umum Syariah di Indonesia. 1.2. Identifikasi Masalah Dari uraian latar belakang di atas, maka disusun identifikasi masalah sebagai berikut: 1. Dari segi pembiayaan pada bank syariah, pembiayaan murabahah lebih mendominasi dibanding pembaiayaan dengan sistem bagi hasil (mudharabah dan musyarakah) yang menjadi karakteristik pembeda dengan bank konvensional. Oleh karena itu, perlu dilihat pengaruh dari segi resiko pembiayaan (NPF) terhadap pembiayaan jual beli (murabahah) dan pembiayaan bagi hasil (mudharabah dan musyarakah). 2. Pada Bank Muamalat Indonesia, ditahun 2010 dengan tingkat NPF yang mengalami kenaikan 4,32%, bank justru mengalami pertumbuhan pembiayaan murabahah, mudharabah dan musyarakah ditahun 2011 masing-masing sebesar 56%, 10% dan 37%. 3. Pada bank Syariah Mandiri dengan tingkat NPF yang mengalami penurunan sebesar 2,42% ditahun 2011, bank mengalami penurunan pembiayaan mudharabah sebesar 9%, dan di tahun 2012 NPF mengalami kenaikan sebesar 2,82%, bank mengalami

9 pertumbuhan pembiayaan murabahah dan musyarakah masingmasing sebesar 21% dan 17% ditahun 2013. 4. Pada BRI Syariah dengan tingkat NPF yang mengalami kenaikan sebesar 3,00% ditahun 2012, bank justru mengalami pertumbuhan pada tiga pembiayaan di tahun 2013 yaitu murabahah sebesar 27%, mudharabah sebesar 9% dan musyarakah sebesar 75%. 1.3. Rumusan Masalah Dengan mengacu pada latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Seberapa besar pengaruh tingkat Non Performing Financing terhadap pembiayaan Murabahah pada bank umum syariah? 2. Seberapa besar pengaruh tingkat Non Performing Financing terhadap pembiayaan Mudharabah pada bank umum syariah? 3. Seberapa besar pengaruh tingkat Non Performing Financing terhadap pembiayaan Musyarakah pada bank umum syariah? 1.4. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat non performing financing terhadap pembiayaan murabahah pada bank umum syariah.

10 2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat non performing financing terhadap pembiayaan mudharabah pada bank umum syariah. 3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat non performing financing terhadap pembiayaan musyarakah pada bank umum syariah. 1.5. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Akademis Dapat memperkaya kelimuan penulis dan dapat menambah khazanah pengetahuan serta sebagai literatur mahasiswa dan peneliti selanjutnya guna pengembangan ilmu akuntansi syari ah, yang diantaranya tentang pembiayaan murabahah, mudharabah, dan musyarakah serta tingkat non performing financing. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh bank syariah sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan dalam menyalurkan pembiayaan.