Pandangan MGB mengenai Kegurubesaran dan Guru Besar ITB

dokumen-dokumen yang mirip
Pandangan MGB mengenai Model Masyarakat Akademik dan Sistem Governance ITB

SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 37/SK/K01-SA/2006 TENTANG PEDOMAN EVALUASI KURIKULUM

Pidato Ketua MGB ITB Periode pada Acara Serah Terima Jabatan Ketua MGB ITB

TATA CARA PENGUSULAN, PEMBUKAAN DAN PENUTUPAN PROGRAM STUDI DI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 34/SK/K01-SA/2004 TENTANG

PERSYARATAN DAN PROSEDUR PENGUSULAN PEMBUKAAN PROGRAM STUDI BARU DI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung

KETENTUAN MENGENAI TOLOK UKUR DAN TATA CARA PENILAIAN KINERJA PIMPINAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2013 TENTANG STATUTA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 43/SK/K01-SA/2003 TENTANG

RISALAH RAPAT KOMISI KELEMBAGAAN (K II) SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

TOLOK UKUR DAN TATA CARA PENILAIAN KINERJA SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA Nomor 129/SK/R/V/2013 Tentang PEDOMAN EVALUASI DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 15/SK/K01-SA/2004 TENTANG KEBIJAKAN RISET INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 18/SK/K01-SA/2007 TENTANG

PENETAPAN KELEMBAGAAN PROGRAM PASCASARJANA

KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 20/SK/K01-SA/2010 TENTANG FOKUS RISET INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 01/SK/K01-SA/2008 TENTANG KEBIJAKAN SISTEM PENILAIAN HASIL BELAJAR MAHASISWA

RISALAH RAPAT KOMISI KELEMBAGAAN (K II) SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

KETETAPAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 023/SK/K01-SA/2002 TENTANG HARKAT PENDIDIKAN DI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 10/SK/K01-SA/2009 TENTANG KETENTUAN & TATA KERJA SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

KEBIJAKAN NORMATIF HUBUNGAN ANTARA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DENGAN ALUMNI DAN DENGAN IKATAN ALUMNI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

UNIVERSITAS AIRLANGGA

KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 16/SK/K01-SA/2003 TENTANG PENGANUGERAHAN GELAR AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 032/SK/K01-SA/2002 TENTANG NILAI-NILAI INTI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

. ( SENA T AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 20/SK/K01-SA/2008 TENTANG KEBIJAKAN DASAR DAN NORMA AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 246/P/SK/HT/2006 TENTANG PENYELENGGARAAN PUSAT STUDI REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA,

LAPORAN TAHUNAN KEGIATAN DOSEN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2006 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURAT KEPUTUSAN REKTOR INSTITUT TEKNOLOGI DEL No. 011/ITDel/Rek/SK/I/18. Tentang SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL INSTITUT TEKNOLOGI DEL

KODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH

SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

PEDOMAN PENYUSUNAN KURIKULUM INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

MEMUTUSKAN : Menetapkan :

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

SURAT KEPUTUSAN REKTOR INSTITUT TEKNOLOGI DEL No. 024/ITDel/Rek/SK/III/18. Tentang PEDOMAN KESESUAIAN BIDANG KEILMUAN DOSEN INSTITUT TEKNOLOGI DEL

KETETAPAN MAJELIS WALI AMANAT INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR : 65 /MWA-IPB/2007 T E N T A N G

KETETAPAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 019/SK/K01-SA/2002 TENTANG KETENTUAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

PERATURAN MAJELIS WALI AMANAT INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 001/P/I1-MWA/2014 TENTANG

RISALAH RAPAT KOMISI KELEMBAGAAN (K II) SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA,

A. Program Magister Pendidikan Agama Islam (S2 PAI) 1. Standar Kompetensi Lulusan Jenjang Strata Dua (S2) Progam Magister

KESATUAN ITB DI ANTARA HARAPAN, TANTANGAN DAN KESEMPATAN Oleh: Dr. Ir. Djoko Santoso, M.Sc. (Guru Besar dan Ketua Senat Akademik ITB)

RISALAH RAPAT KOMISI KELEMBAGAAN (K-II) SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

RENCANA INDUK PENGABDIAN KEPADA MASYARKAT (RIPkM) STKIP SEBELAS APRIL SUMEDANG

KEPUTUSAN KETUA SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN BOGOR Nomor : 12/Kpts/SM.140/J.4.5/IV/2013

B. C. PROSEDUR PELAKSANAAN SISTEM TATA PAMONG SPMI - UBD

SALINAN KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT PERTANIAN BOGOR Nomor : 72/SA-IPB/2010 Tentang KEBIJAKAN PENGANGKATAN GURU BESAR EMERITUS DI LINGKUNGAN

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PENGELOLA UNIVERSITAS PADJADJARAN

KETETAPAN MAJELIS WALI AMANAT IPB NOMOR : 08/MWA-IPB/2002 T E N T A N G TATA CARA PEMILIHAN DAN PENGANGKATAN PIMPINAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

KEPUTUSAN SENAT UNIVERSITAS BAITURRAHMAH No. 329/F/ UNBRAH/VI/2013. Tentang

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI PENDIDIK DAN PENELITI BAHASA DAN SASTRA (APPI-BASTRA) BAB I PENGERTIAN UMUM

SALINAN KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT PERTANIAN BOGOR Nomor : 08/SA-IPB/2004

PENGURUS YAYASAN SLAMET RIJADI

SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

STANDAR PENGABDIAN MASYARAKAT

IKATAN KELUARGA ALUMNI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

SALINAN PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO NOMOR 04 TAHUN 2016 TENTANG

Menimbang : Mengingat :

KEPUTUSAN MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 002/SK/MWA-UI/2008 TENTANG NORMA UNIVERSITAS RISET. Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa

KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA TAHUN

DOKUMEN JURUSAN TATA PAMONG PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO

PROGRAM I-MHERE. INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN

STANDAR DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

AMANDEMEN PERTAMA LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK NOMOR 019/SK/K01-SA/2002 TENTANG KETENTUAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

ANGGARAN RUMAH TANGGA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG BADAN HUKUM MILIK NEGARA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 1/127

PROGRAM I-MHERE. INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN

SURAT KEPUTUSAN REKTOR INSTITUT TEKNOLOGI DEL No. 151/IT Del/Rek/SK/XII/17 Tentang KODE ETIK PENELITIAN DAN KARYA ILMIAH INSTITUT TEKNOLOGI DEL

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN BAU BAU

STANDAR DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

RISALAH RAPAT KOMISI KELEMBAGAAN (K II) SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

RISALAH RAPAT KOMISI KELEMBAGAAN (K-II) SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2013 TENTANG STATUTA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2013 TENTANG STATUTA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RISALAH SIDANG SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

STANDAR AKADEMIK UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA

KEBIJAKAN ORGANISASI DAN MANAJEMEN SATUAN AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (human resources) secara unggul. Sumber daya manusia yang

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR: 263/SK/R/UI/2004. Tentang PENYELENGGARAAN PROGRAM DOKTOR DI UNIVERSITAS INDONESIA

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN

RENCANA KERJA NOMINE CALON REKTOR ITB MEMANDU ITB MENUJU THE CENTER OF EXCELLENCE II. PERSPEKTIF SEBAGAI NOMINE CALON REKTOR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 1999 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS SUMATERA UTARA NOMOR: 1177/H5.1.R/SK/KMS/2008

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL TENTANG NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

KODE ETIK DOSEN LEMBAGA PENJAMINAN MUTU

UNIVERSITAS AIRLANGGA

Bandung, 26 Mei 2016

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

Mengapa ITB memerlukan Penjaminan Mutu?

Pasal 69. Bagian Kesembilan Bagian Tata Usaha dan Sub Bagian. Pasal 70

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS HASANUDDIN NOMOR: 32500/UN4.1/OT.10/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA UNIVERSITAS HASANUDDIN

VISI MISI BAKAL CALON REKTOR UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO MASA JABATAN TEMA MERETAS KESETARAAN DAN KEBERSAMAAN UNTUK MENGEMBANGKAN UNG

Hasil Rapat Tim RIP 19 April 2016 mengenai Pelaksanaan RIP UMJ. MEMUTUSKAN

Transkripsi:

Pandangan MGB mengenai Kegurubesaran dan Guru Besar ITB Dokumen ini merupakan hasil kerja Satuan Tugas Penyusunan Pedoman Kegurubesaran, yang kemudian dikukuhkan sebagai pandangan resmi MGB mengenai kegurubesaran dan Guru Besar ITB. New Page 1 Menuju Jabatan Guru Besar I Latar Belakang 1. Sebagai salah satu perguruan tinggi terkemuka di Indonesia, ITB telah dikenal dan diperhitungkan oleh perguruan tinggi lainnya di dunia. Dengan memperhatikan berbagai tantangan yang ada, ITB perlu meninjau kembali semua tatanan untuk menunjang perwujudan visinya menjadi universitas riset kelas dunia. Salah satu tatanan yang perlu dikaji ulang adalah tatatan masyarakat akademiknya, di mana Guru Besar berperan sebagai pemimpin akademik yang memandu perubahan ITB. 2. Pada Sarasehan yang diselenggarakan oleh Komisi Kegurubesaran Majelis Guru Besar pada 17 dan 23 Maret 2007, telah dibahas berbagai aspek mengenai Guru Besar dan kegurubesaran. Beberapa butir penting hasil Sarasehan antara lain: - Keunggulan, identitas, serta martabat dari perguruan tinggi sangat bergantung kepada para Guru Besar yang ada di dalamnya (M.T. Zen); - Jabatan Guru Besar merupakan pengakuan masyarakat akademik dari lingkungan disiplin keilmuan yang bersangkutan berasal (Imam Buchori Z.); - Kehadiran Guru Besar yang bermutu dan diakui bukan saja merupakan ciri, tetapi juga merupakan prasyarat terwujudnya sebuah world class university (Harijono A. Tjokronegoro); - Guru Besar memimpin perubahan konstruktif dalam meningkatkan reputasi dan mutu ITB secara berkelanjutan (Djoko Santoso, Rektor ITB); - Guru Besar berperan sebagai pelopor dalam pengembangan pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya, serta memiliki otoritas keilmuan dalam bidangnya (Asis Djajadiningrat alm., Ketua MGB); - Keunggulan dalam kompetensi ipteks merupakan syarat perlu bagi seorang Guru Besar. Selain itu, ia

harus menunjukkan keunggulan dalam kepemimpinan ilmiah/akademiknya (Tjia May On). II Sosok dan Peran Guru Besar 1. Guru Besar sebagai penghela ITB ke depan haruslah merupakan sosok pemimpin akademik yang bermutu, seorang guru, yang mempunyai ciri nilai ITB: keunggulan, kepeloporan, kejuangan, dan pengabdian, sebagai penjamin terwujudnya tujuan ITB. Sosok pemimpin akademik yang bermutu seyogia-nya memiliki: a. kompetensi & kontribusi keilmuan yang diakui oleh komunitas yang sangat luas pada bidang keilmuannya, b. kepemimpinan akademik yang membangun pada lingkungan masyarakat keilmuannya, dan c. kemanfaatan yang sangat bermakna pada kehadirannya maupun dari bidang keilmuannya, bagi pencapaian tujuan Institut. Ketiga atribut tersebut tidak dapat dipisahkan satu terhadap yang lainnya. 2. Bila kriteria Guru Besar sekarang ditentukan oleh Pemerintah (yang berlaku sama untuk seluruh perguruan tinggi di Indonesia), maka kriteria Guru Besar ITB ke depan harus ditentukan oleh kebutuhan (berdasarkan Rencana Induk Pengembangan atau Renip ITB 2025) dan visi serta misi ITB sebagai universitas riset. Untuk itu, perlu dimungkinkan ITB memiliki kriteria tersendiri untuk Guru Besar ITB. Untuk menuju ke sana, kultur baru harus dibangun, antara lain (1) sinergi pendidikan dan riset serta pengabdian kepada masyarakat berbasis riset, (2) kolaborasi kepakaran serumpun pada tingkat regional dan internasional, dan (3) orientasi peningkatan mutu secara berkelanjutan. 3. Guru Besar ITB berfungsi sebagai pemimpin akademik yang memimpin suatu komunitas keilmuan untuk menjalankan fungsi tridarma. Guru Besar ITB sebagai pemimpin kelompok keilmuan atau kelompok riset tertentu selayaknya mempunyai target capaian tertentu. Kinerja Guru Besar ITB dalam hal ini harus terukur dalam pengakuan akademik (academic recognition), kepemimpinan akademik (academic leadership) dan pembinaan lingkungan/komunitas akademik, dan potensi atas keberadaannya ke depannya. III Menuju Jabatan Guru Besar 1. Semua dosen ITB yang potensial dapat menjadi bagian dari masyarakat skolar ITB termasuk menjadi pemimpin akademik ITB, yang akan membawa ITB kepada pengakuan kelas dunia. Bagi Fakultas/Sekolah dan Institut, kehadiran sosok Guru Besar bagi pengembangan institusi akademik ke depan tentunya mempunyai makna yang sangat penting. Mengingat sosok dan martabat Guru Besar adalah juga sosok dan martabat Institut, hendaknya jabatan Guru Besar ITB dibangun dengan suatu rancangan untuk keunggulan Institut. 2. Untuk semua itu, perjalanan menuju jabatan Guru Besar selalu menjadi perhatian, baik oleh yang bersangkutan, oleh komunitas, maupun oleh Institut yang juga sebagai pihak yang sangat berkepentigan atas kehadiran sosok Guru Besar yang membangun

institusi. 3. Berikut adalah suatu proses yang semestinya ditempuh baik oleh calon GB maupun oleh pihak lain yang berkepentingan, untuk mempersiapkan evaluasi calon Guru Besar ITB oleh Majelis Guru Besar ITB (MGB). Proses yang diusulkan pada hakekatnya didasarkan pada evaluasi diri, baik oleh yang bersangkutan (calon Guru Besar) maupun oleh lembaga yang mengusulkannya (ITB). Jadi, proses yang dimaksud bukanlah sekadar prosedur yang harus dijalani, tapi bagaimana tiap pihak berperan agar komunitas skolar di ITB dengan semangat berprestasi untuk menjadi skolar yang bermutu (Guru Besar), dapat terbentuk, sehingga dapat memperkuat perwujudan pengakuan ITB kelas dunia. IV Tujuan, Goal, dan Sasaran 1. Tujuan dari proses adalah untuk evaluasi potensi dan kepantasan seorang dosen untuk mendapatkan jabatan Guru Besar ITB. Adapun goal yang dikehendaki oleh proses adalah mendapatkan sosok Guru Besar yang mendekati ideal, yaitu sebagai pemimpin akademik yang bermutu seorang guru, yang mempunyai ciri nilai ITB: keunggulan, kepeloporan, kejuangan, dan pengabdian, sebagai penjamin terwujudnya tujuan ITB. Sedangkan sasaran dari proses, selain terdapatnya semangat evaluasi diri dari yang bersangkutan (calon GB), juga merupakan tantangan bagi yang lainnya, yaitu semua dosen ITB yang potensial, untuk mempersiapkan dirinya menjadi pemimpin akademik ITB. Selain itu, dengan proses tersebut diharapkan, akan terbentuk masyarakat skolar ITB yang ideal, yang akan membawa ITB kepada pengakuan kelas dunia. 2. Terdapat 4 (empat) unsur/pihak yang secara aktif terlibat dalam membawa usulan jabatan Guru Besar ke MGB (untuk dievaluasi), yaitu: (a) yang bersangkutan (calon Guru Besar), (b) Dekan atas nama fakultas/sekolah atau komunitas akademik dimana yang bersangkutan sedang dan akan berkarya sebagai seorang Guru Besar, (c) Rektor atas nama Institut, dan (d) MGB. Pihak (b) dan (c) adalah pihak-pihak yang menghendaki kehadiran yang bersangkutan sebagai Guru Besar ITB dalam kaitannya dengan pengembangan institusi (institution building). Sedangkan pihak (d), yakni MGB, adalah yang bertanggungjawab membangun kepemimpinan dalam mewujudkan pembinaan kehidupan akademik, menjaga nilai-nilai universal perguruan tingi, serta bertanggungjawab atas tegaknya integritas moral dan etika profesional serta kukuhnya kesarjanaan di ITB. V Calon Guru Besar 1. Dalam proses pengusulan untuk jabatan Guru Besar, selain mengisi borang-borang baku yang diperlukan oleh sistem administrasi kenaikan jabatan akademik, yang bersangkutan perlu menuliskan pula promosi diri untuk menjabat Guru Besar. Di dalam promosi diri tersebut, intinya, dituliskan evaluasi serta pernyataan diri tentang 3 (tiga) hal, yaitu: (a) kompetensi & kontribusi keilmuan yang diakui oleh komunitas yang sangat luas pada bidang keilmuannya (academic achievement & recognition), (b) ke-pemimpinan akademik yang membangun pada lingkungan masyarakat keilmuannya (academic leadership), dan (c) kemanfaatan yang sangat ber-makna dari bidang keilmuannya bagi pencapaian tujuan Institut (academic potencies), yang ketiganya tidak dapat dipisahkan satu terhadap yang lainnya. Bukti-bukti yang mendukung track record terdokumentasi masing-masing dari ketiga hal di atas semestinya terdapat (dirujuk) pada borang administrasi kenaikan jabatan akademik yang telah dipersiapkan. 2. Perlu tampak dengan menyakinkan pada

promosi diri, selain track record terdokumentasi selama meniti karier akademiknya pada ketiga hal di atas, adalah potensi diri yang bersangkutan untuk dapat berprestasi lebih baik lagi (sebagai Guru Besar) dalam mewujudkan ketiga unsur di atas di kemudian hari. Untuk itu, sekaligus sebagai penguat dari promosi diri, yang bersangkutan perlu pula menuliskan di dalamnya suatu roadmap yang memuat komitmennya ke depan dalam menjalankan fungsi dan tanggung-jawabnya sebagai seorang Guru Besar, khususnya yang berkenaan dengan 3 (tiga) unsur yang disebutkan pada butir V.1. 3. Secara komprehensif, track-record yang tercermin di dalam dokumen promosi diri menuju jabatan Guru Besar ITB diisi dengan berbagai pengalaman dan rancangan (roadmap) yang sangat bermakna dalam membangun ke depan baik untuk diri, lingkungan, maupun Institut. Adapun perwujudan dari karya yang diungkapkannya haruslah mampu merepresentasikan unsur-unsur universal dengan pengakuan atas: integritas moral, integritas akademik, serta etika dan tanggung jawab dalam melakukan pembinaan akademik serta tata krama kehidupan pada masyarakatnya. 4. Guna melengkapi pengakuan serta dukungan dari komunitas Guru Besar, calon Guru Besar perlu pula mempunyai rekomendasi/dukungan (dengan promosi) dari sedikitnya 2 (dua) Guru Besar di lingkungan komunitasnya (Fakultas/Sekolah), dan dari 2 (dua) Guru Besar di luar lingkungan komunitasnya, dari dua Fakultas/Sekolah yang berbeda di ITB. Di balik ini adalah petunjuk pengakuan yang bersangkutan oleh komunitas akademik yang luas di dalam lingkungan ITB. Pengakuan yang dimaksud, selain terhadap prestasi penting yang telah dicapai oleh yang bersangkutan, juga terhadap potensi sangat bermakna dari yang bersangkutan, baik dalam pengembangan keilmuan, pengembangan komunitas keilmuan, maupun pada kemajuan institusi sebagai pusat pengembangan ilmu. Rekomendasi sebagai bentuk pengakuan dari Guru Besar dari luar ITB (nasional, internasional), dalam bidang ilmunya, dinilai sangat positif, yang sekaligus menunjukan luasnya pengakuan scholarship atas calon Guru Besar yang bersangkutan. VI Dekan dan Rektor 1. Pada langkah berikutnya, institusi (secara berjenjang: Dekan atas nama fakultas/sekolah, dan kemudian Rektor atas nama institut), sebagai pihak yang berkepentingan dengan pengangkatan yang bersangkutan sebagai Guru Besar Baru, menyusun pula promosi a.n. lembaga masing-masing untuk memperkuat promosi diri yang telah disiapkan oleh yang bersangkutan. Promosi yang disiapkan Dekan ditujukan kepada Rektor, sedangkan promosi yang disiapkan Rektor ditujukan kepada Senat Akademik dan MGB. 2. Isi masing-masing promosi disesuaikan dengan tujuan serta kepentingan yang berhubungan dengan institution building masing-masing. Pada prinsip-nya, di dalam promosi tersebut, Fakultas/Sekolah dan Institut (Rektor) akan menjawab pertanyaan mengenai makna sangat penting dari kehadiran sosok Guru Besar yang bersangkutan bagi pengembangan institusi akademik ke depan. VII Majelis Guru Besar 1. Atas dasar dari 5 (lima) dokumen: (a) borang administrasi kenaikan jabatan akademik beserta lampirannya, (b) promosi diri dari calon Guru Besar, (c) promosi dari Fakultas/Sekolah yang bersangkutan, (d) promosi dari Institut, dan (e) rekomendasi dari Guru Besar, selanjutnya Komisi Kegurubesaran yang ditugasi oleh MGB akan melaksanakan evaluasi

komprehensif terhadap potensi serta values yang bersangkutan guna menduduki jabatan Guru Besar pada bidang yang diusulkan. Untuk tujuan evaluasi atas usulan calon Guru Besar, MGB menetapkan cara-cara evaluasi yang terukur atas 3 (tiga) unsur di atas (butir V.1). 2. Kompetensi dan Kontribusi Keilmuan (academic achievement & recognition): Komisi Kegurubesaran (a.n. MGB), memeriksa dan menilai track-record serta potensi calon Guru Besar yang bersangkutan dalam menunjukan komitmen serta konsistensinya yang sangat tinggi dalam pengembangan dan penguasaan atas bidang keilmuan yang diklaim, yang didasarkan atas scientific vison serta research roadmap yang bersangkutan. Keberhasilan dari ini antara lain ditunjukan oleh rekaman kontribusinya yang signifikan dalam penguasaan, pengembangan, maupun penyebarluasan keilmuan yang ditekuninya, dalam berbagai bentuk pengakuan terdokumentasi dari masyarakat akademik dalam keilmuan yang bersangkutan, baik nasional, regional maupun internasional. Kontribusi penyebarluasan yang dimaksud bukan saja terbatas pada karya serta publikasi yang diakui atas keilmuan yang diklaim, tetapi juga meliputi kemanfaatan aplikasi dari karyanya bagi stake-holder yang sangat luas. Sesuai dengan lingkup disiplin keilmuanya, karya yang dimaksud dapat meliputi karya keilmuan, karya teknologi & engineering, atau karya seni, yang bernilai: original, aktual dan kontributif, serta bermutu dan monumental. 3. Kepemimpinan Akademik (academic leadership): Komisi Kegurubesaran (a.n. MGB) memeriksa dan menilai track-record maupun potensi calon Guru Besar yang bersangkutan dalam membangun kariernya, dalam pe-ngembangan diri menuju seorang pemimpin akademik, dalam penguasaan, pengembangan, dan penyebarluasan kemanfaatan keilmuannya. Prestasi ini ditunjukan oleh keterlibatannya dalam berbagai aktivitas bersama (team work) yang membangun keunggulan dalam riset, pendidikan, maupun keprofesian. Prestasi ini antara lain dapat ditunjukan oleh: a. Keterlibatan mahasiswa dan/atau staf akademik junior dalam penelitian-penelitian atau pengembangan keilmuan yang dilaku-kannya; b. Keterlibatan dalam pembangunan/pengembangan institusi keilmuan yang terkait dengan keilmuannya (laboratorium, studio, kelompok riset/pendidikan/pelatihan, dan lain-lain); c. Keterlibatan/kontribusi pada tugas & tanggung jawab pada pe-nyelengaraan Institut, baik sendiri maupun dengan melibatkan berbagai unsur masyarakat internal dan eksternal kampus, baik dalam penyelenggaraan pendidikan, penelitian, maupun pengabdian kepada masyarakat; d. Keterlibatan dalam asosiasi/masyarakat profesi (nasional, inter-nasional) dalam pengembangan/pemanfaatan keilmuan yang menjadi perhatiannya (bidang ilmu yang diklaim). 4. Kemanfaatan dan Kepentingan Institut (academic potencies): Komisi Kegurubesaran (a.n. MGB) memeriksa dan menilai track record maupun potensi calon Guru Besar yang bersangkutan dalam keikutsertaannya mewujudkan secara aktif pengakuan keunggulan institut oleh stake holder yang sangat luas. Keikutsertaan calon Guru Besar yang bersangkutan dalam mewujudkan pengakuan Institut diartikan sebagai pengakuan oleh Institut atas potensi kemanfaatan keilmuan yang diklaim dan dikembangkannya bagi kepentingan terwujudnya tujuan serta cita-cita Institut. Juga diperiksa dan dinilai apakah institusi kegurubesaran yang menjadi tanggungjawabnya, termasuk masyarakat akademik di dalamnya, mempunyai potensi akan memberikan sumbangan pada

perwujudan bangunan mozaik keilmuan pada Institut. Unsur ini dapat ditunjukan oleh kontribusi calon Guru Besar yang bersangkutan pada komitmen pengembangan keilmuan maupun masyarakat keilmuan yang menjadi komitmen Institut, baik pada saat yang berjalan maupun ke depan. Ini menjawab pertanyaan apakah keilmuan maupun masyarakat keilmuan yang diklaim dan dikembangkan adalah menjadi bagian dari visi, misi, serta tujuan Institut. Lebih jauh, apakah bidang keilmuan serta masyarakat keilmuan yang diklaim dan dikembangkan merupakan kebutuhan yang dipandang penting oleh Institut untuk terwujudnya tujuan Institut. 5. Dalam tahapan evaluasi di atas, MGB mengundang pula penjelasan dari para Guru Besar pemberi rekomendasi, dan jika dipandang perlu mengundang pula pendapat dari yang lain (peer), dari dalam maupun luar ITB, yang dipandang dapat mengungkapkan makna positif dari segala sesuatu yang tersurat di dalam dokumen yang diterima oleh MGB, yang berhubungan dengan kenaikan jabatan Guru Besar dari yang bersangkutan. Menjadi perhatian sangat penting dalam evaluasi adalah value yang bersangkutan sebagai pemimpin akademik ITB yang dihormati, yang mencerminkan kekuatan karakter yang bersangkutan dalam nilai-nilai ITB: keunggulan, kepeloporan, kejuangan, dan pengabdian. 6. Jika hasil evaluasi sangat positif, maka Komisi mengusulkannya untuk mendapatkan rekomendasi dengan mufakat bulat pada Sidang Pleno MGB. Jika dinilai perlu, demi kemajuan Institut maupun kegurubesaran yang besangkutan, MGB akan memberi feedback atau harapan untuk disampaikan kepada calon Guru Besar dan/atau Institut. Namun, jika masih diperlukan berkas tambahan untuk melengkapi dokumen yang ada, MGB akan mengembalikan seluruh dokumen yang diterimanya kepada Senat Akademik dan/atau Rektor guna mendapatkan perbaikan semestinya. VIII Penutup 1. Dalam proses evaluasi kegurubesaran, hendaknya dijunjung sangat tinggi prinsip-prinsip kebenaran dan keadilan. Hendaknya pula dihormati dan dijaga nilai-nilai individu maupun institusi. Diasumsikan bahwa komunitas (sosial & keilmuan) dari calon Guru Besar adalah yang paling mengetahui dan berkepentingan dengan sosok calon Guru Besar yang bersangkutan. Semangat yang hendak dibangun di balik proses yang diusulkan adalah membangun keunggulan dan martabat institut beserta semua unsur pelaku di dalamnya, termasuk calon Guru Besar serta para pemimpin akademik (Guru Besar) pada institut. 2. Mengingat sosok dan martabat Guru Besar adalah juga sosok dan martabat Institut Teknologi Bandung, hendaknya jabatan Guru Besar ITB dibangun dengan suatu rancangan untuk keunggulan Institut. Hendaknya pula jabatan Guru Besar diperoleh dengan kemufakatan yang sangat bulat dari Sidang Pleno MGB yang diselenggarakan khusus untuk itu. Dihindari kegagalan dalam Sidang Pleno, sebaliknya, jikalaupun terdapat penundaan bukanlah berarti kegagalan, namun suatu langkah untuk menempatkan calon Guru Besar yang bersangkutan pada posisi jabatan Guru Besar yang lebih terhormat dan pada saat yang tepat pula. Kehadiran seorang Guru Besar Baru harus membanggakan yang bersangkutan, lingkungannya, dan MGB. Kehadiran Guru Besar Baru juga merupakan karya tanggung jawab yang membanggakan dari Institut bagi masyarakat. IX Ucapan Terima Kasih Dokumen ini merupakan hasil kerja Satuan Tugas Penyusunan Pedoman Kegurubesaran di ITB (Satgas Kegurubesaran), yang beranggotakan Prof. Deny Juanda Puradimaja (merangkap sebagai Ketua), Prof.

Hendra Gunawan, Prof. Ofyar Z. Tamin, Prof. Rudy Sayoga Gautama, dan Prof. Tjandra Setiadi. Satgas Kegurubesaran mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Harijono A. Tjokronegoro, Prof. Benjamin Soenarko, Prof. Yahdi Zaim, Prof. Edy Soewono, Prof. Indratmo Soekarno, dan Dr. Satria Bijaksana yang telah memberi masukan dan mempertajam hasil kajian Satgas. Laporan ini juga merupakan penyempurnaan setelah mendapat masukan dari Sidang Pleno 24 April 2009.f