BAB I PENDAHULUAN. Masyhuri Machfudz, M Nurhadi Sujoni, Teori Ekonomi Makro, UIN-Maliki Press, Malang, 2012, hlm. 1

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sakur, Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Spirit Publik, Solo, 2011, hal. 85.

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Wulan Ayodya,,Mau Kemana Setelah SMK?, Erlangga, Jakarta, 2013, hlm. 64

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KARAKTERISTIK BANGKITAN PERGERAKAN BARANG PADA GUNA LAHAN PERDAGANGAN KAYU GELONDONGAN DI KOTA JEPARA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sukirno, Sadono: Ekonomi Pembangunan, Medan: Borta Gorat, 1996, hlm. 413

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri

BAB I PENDAHULUAN. Pati. 2 Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pengelolaan Pasar

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sektor industri yang dipandang strategis adalah industri manufaktur.

DINAMIKA PERKEMBANGAN KLASTER INDUSTRI MEBEL KAYU DESA BULAKAN, SUKOHARJO TUGAS AKHIR. Oleh : SURYO PRATOMO L2D

BAB I PENDAHULUAN. sajikan data-data yang terkait dengan sektor - sektor yang akan di teliti,

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

KEMITRAAN USAHA DALAM KLASTER INDUSTRI KERAJINAN ANYAMAN DI KABUPATEN TASIKMALAYA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Industri Kecil dan Menengah (IKM) merupakan salah satu sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. 1 diakses pada 08 November 2016 pukul WIB.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PENGUSAHA INDUSTRI KECIL MEBEL DI KOTA SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. industri lagi, tetapi mereka harus lebih mengandalkan SDM yang kreatif.

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau

BAB I PENDAHULUAN. Masalah pertumbuhan ekonomi bukanlah merupakan persoalan baru. namun merupakan masalah makroekonomi yang bersifat jangka panjang.

BAB I PENDAHULUAN. global. 1 Oleh sebab itu penting sekali bagi perusahaan untuk dapat menentukan

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DALAM PEMBINAAN USAHA KERAJINAN KERIPIK TEMPE DI KABUPATEN NGAWI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ekonomi masyarakat senantiasa berawal dari adanya target pemenuhan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan sebuah negara agraris yang artinya sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari atau disebut masyarakat miskin dan

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja, menaikan devisa negara serta mengangkat prestise nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Sadono Sukirno, Pengantar Teori Makroekonomi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm Ibid., hlm. 10.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan

BAB I PENDUHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi menjadi tujuan dari semua negara

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan ekonomi yaitu, peningkatan ketersediaan serta

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS iii KATA PENGANTAR... iv

BAB I PENDAHULUAN. Pada PT Selaras Kausa Busana, Jurnal Ilmiah, STIE MULIA PRATAMA BEKASI, 2015, hal. 4.

I. PENDAHULUAN. Mencermati data laporan Bank Indonesia dari berbagai seri dapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan struktur dan sistem ekonomi di Indonesia mengingat jenis kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional secara makro pada hakekatnya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata

Jakarta, 2000, hlm Hendrojogi, Koperasi: Azas-Azas, Teori, dan Praktik, Ed. 3, Cet. 4, PT. Grafindo Persada,

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun masehi, berkembang melalui penemuan mesin-mesin

BAB I PENDAHULUAN. negara. Inflasi itu sendiri yaitu kecenderungan dari harga-harga untuk menaik

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang bervariasi, mendorong setiap daerah Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

ANALISIS STRUCTURE-CONDUCT-PERFORMANCE INDUSTRI MEBEL SKALA KECIL MENENGAH DI KABUPATEN JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mempercepat peningkatan perkembangan desa (swadaya dan desa

I. PENDAHULUAN. Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk yang pada gilirannya merupakan penawaran tenaga kerja yang

BAB 1 PENDAHULUAN. berbunyi : Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan setiap kegiatan perusahaan selalu diarahkan guna

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. di Indonesia, pemerintah membuat kebijakan salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan penggerak perekonomian suatu Negara karena

BAB I PENDAHULUAN. usaha. Diperlukan penanganan yang serius agar suatu perusahaan mampu

BAB I PENDAHULUAN. dalam perekonomian nasional. Peranan yang diberikan sektor pertanian diantaranya:

1. PENDAHULUAN. Tabel 1. Batas Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Masyarakat Miskin ( ) Presentase Penduduk Miskin. Kota& Desa Kota Desa

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi serta bisa memuaskan keinginan atau kebutuhan konsumen. Oleh. yang paling baik serta keistimewaan yang menonjol.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan. suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wenni Febriani Setiawati, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan persaingan pada dunia bisnis di era globalisasi ini

I. PENDAHULUAN. terhadap dunia investasi di Indonesia. Di samping itu, pemerintah juga. internasional adalah Cina dan Mexico (Deperindag, 2002).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

99,37 % Kecil dan Menengah Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

kesenjangan antara pertumbuhan jumlah angkatan kerja disatu pihak dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat

Kata Kunci: Modal, Tingkat Upah, Penyerapan Tenaga Kerja, Produksi DAFTAR ISI...

BAB I PENDAHULUAN. masalah ini disebabkan, salah satu tolok ukur kemajuan suatu negara adalah dari

BAB I PENDAHULUAN. kota ataupun kabupaten untuk berlomba-lomba mengembangkan daerahnya di

BAB I PENDAHULUAN. banyak pengetahuan yang dimiliki oleh stakeholder dari sebuah perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka pengembangan ekonomi daerah yang bertujuan. meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka pengembangan ekonomi lokal

BAB I PENDAHULUAN. pembagian pendapatan yang merata bagi seluruh rakyat sesuai dengan sila Pancasila

BAB I PENDAHULUAN an dimana terjadi krisis ekonomi. UKM (Usaha Kecil dan Menengah) demikian UKM tidak dapat dipandang sebelah mata.

BAB I PENDAHULUAN. parah bagi perekonomian nasional. Deputi Gubernur Bank Indonesia Ronald

BAB I PENDAHULUAN. besar bagi kesejahteraan suatu bangsa. Pengelolaan sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang mengakibatkan tingkat persaingan disektor industri semakin ketat,

BAB I PENDAHULUAN. 4 (diakses pada tanggal 9 Desember 2015)

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini peningkatan kinerja Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengangguran merupakan masalah ketenagakerjaan yang sering dihadapi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan Negara agraris, artinya petani memegang peran

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan yang penting dalam pembangunan ekonomi adalah

BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN EKONOMI BAB I KEBUTUHAN MANUSIA, KELANGKAAN, DAN SISTEM EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini perubahan laju pembangunan terus mengalami

Kata Kunci : Kredit Usaha Rakyat (KUR), Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu ekonomi adalah ilmu yang membahas pilihan alternatif terbaik dari sejumlah cara-cara memuaskan kebutuhan dimana sifat dari kebutuhan relatif tak terbatas, sedang sarana atau alat untuk memuaskan kebutuhan relative terbatas. Jadi didalam ilmu ekonomi selalu muncul problem of choice yaitu masalah-masalah pilihan dari sekian banyak alternatif. Dari sumberdaya alam yang bersifat terbatas, maka dengan masalah pilihan tersebut manusia dituntut untuk melakukan upaya (cara) bagaimana dapat memuaskan kebutuhannya. Atas dasar itulah, maka dalam ekonomi secara teori menjawab pertanyaan-pertanyaan barang apa saja yang harus diproduksi, siapa yang mengerjakan, dimana seebaiknya barang tersebut diproduksi, kepada siapa barang atau jasa tersebut dinikmati (konsumen), kapan barang atau jasa tersebut diproduksi dan didistribusikan, dan berapa banyak barang atau jasa harus diproduksi.1 Pembangunan ekonomi pada hakekatnya merupakan serangkaian usaha kebijaksanaan pemerintah dalam mencapai suatu hasil yang positif yang berdampak kepada kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas kesempatan kerja dengan jumlah lapangan pekerjaan yang terus meningkat dan mengarahkan pembagian pendapatan secara merata disetiap lapisan daerah. Proses pembangunan suatu negara sering pula dikaitkan dengan proses industrialisasi. Proses industrialisasi merupakan salah satu perantara menuju proses pembangunan yang baik dan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan memperluas kesempatan bekerja bagi 1 Masyhuri Machfudz, M Nurhadi Sujoni, Teori Ekonomi Makro, UIN-Maliki Press, Malang, 2012, hlm. 1 1

2 masyarakat. Dalam pembangunan ekonomi suatu negara pertumbuhan penduduk merupakan faktor yang cukup rentan dalam tingkat keberhasilan pembangunan, dimana pertumbuhan penduduk sering sekali diiringi dengan pertambahan jumlah angkatan. Kondisi ini terjadi akibat jumlah lapangan pekerjaan yang pergerakannya lambat tidak mampu menyeimbangi kondisi pertumbuhan penduduk yang cepat dan dinamis.2 Walaupun sangat disadari bahwa proses pembangunan bukan hanya ditentukan oleh aspek ekonomi saja namun demikian sedemikian jauh pertumbuhan ekonomi merupakan unsure penting dalam proses pembangunan nasional dan wilayah di Indonesia. Wilayah yang dimaksudkan disini dapat berbentuk provinsi, kabupaten atau kota. Tidak dapat disangkal bahwa pertumbuhan ekonomiyang cukup tinggi sampai saat ini masih merupakan target utama dalam penyusunan rencana pembangunan nasional dan daerah disamping pembangunan fisik dan sosial. Sedangkan, target pertumbuhan ekonomi tersebut ternyata sangat bervariasi sesuai dengan potensi ekonomi yang dimiliki oleh masing-masing wilayah. Melalui pertumbuhan ekonomi wilayah yang cukup tinggi diharapkan kesejahteraan masyarakat secara bertahap akan dapat pula ditingkatkan. Perhatian terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah semakin meningkat dalam era oonomi daerah. Hal ini cukup logis, karena dalam era otonomi meningkatkan tersebut masing-masing pertumbuhan ekonomi daerah berlomba-lomba daerahnyaguna mendorong perbaikan kemakmuran masyarakat setempat. Karena itu, pembahasan tentang struktur dan faktor penentu pertumbuhan ekonomi daerah akan sangat penting artinya bagi pemerintah daerah dalam menentukan kebijakan dan upaya yang dapat dilakukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di daerahnya masing-masing.3 2 Vera haryani Siburian, Nenik Woyanti, Jurnal Analisisis Penyerapan Tenaga pada Industri Kecil dan Menengah, UNDIP 2013, hlm. 1-2 3 Sjafrizal, Ekonomi wilayah dan perkotaan, PT Raja Grafindo persada, Jakarta, 2014, hlm. 88-89

3 Dalam kehidupan sehari-hari manusia memiliki kebutuhan- kebutuhan yang harus dipenuhi, baik kebutuhan primer, sekunder dan tersier. Kebutuhan primer sering juga disebut dengan kebutuhan pokok. Ada tiga kebutuhan pokok manusia, yaitu sandang, pangan, dan papan. Kebutuhan pokok merupakan kebutuhan hidup paling dasar yang tidak dapat ditinggalkan dalam kehidupan manusia. Kehidupan manusia bisa dikatakan layak, apabila ketiga kebutuhan pokok tersebut telah terpenuhi. Tiga kebutuhan pokok tersebut sebagai kebutuhan minimal hidup manusia yang harus dipenuhi. Adapun kebutuhan pendukung lainnya, seperti pendidikan, kesehatan, liburan dan lainnya, kebutuhan pendukung tersebut juga masuk dalam standar kehidupan manusia yang layak. 4 Kemampuan suatu wilayah untuk tumbuh secara cepat sangat ditentukan oleh berbagai faktor ekonomi yang sama lainnya saling berkaitan. Factor-faktor penentu pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut perlu diketahui secara rinci berikut sifat-sifatnya. Di samping itu, perlu pula diteliti seberapa besar pengaruh dan konstribusi dari masing-masing faktor tersebut dalam mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah tertentu secara keseluruhan. Hasil penelitian ini nantinya akan sangat penting artinya sebagai salah satu masukan bagi pemerintah daerah dan pihak berwenang lainnya dalam merumuskan kebijakan pembangunan daerah atau dalam menyusun perencanaan pembangunan daerah bersangkutan. Pemikiran tentang pertumbuhan ekonomi wilayah ini sebenarnya sudah dimulaik sejak tahun lima puluhan, yaitu pada saat perhatian terhadap pembangunan daerah mulai meningkat di dunia internasional. Tujuan utama analisis ini adalah untuk membahas secara rinci dan mendalam tentag faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Perhatian terhadap hal initimbul karena dalam kenyataan 4 http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_subyek=12&nota b=1 di akses pada tanggal 11 juni 2014

4 laju pertumbuhan ekonomi wilayah sangat bervariasi antara satu wilayah dengan wilayah lainnya.5 Berdasarkan sensus tahun 2010 diketahui bahwa pertumbuhan penduduk melebihi proyeksi nasional yaitu sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk (LPP) 1,49 per tahun. Jika laju pertumbuhan penduduk 1,49 persen per tahun maka setiap tahunnya akan terjadi pertumbuhan penduduk sekitar 3,5 juta lebih per tahun. Dengan demikian, jika di tahun 2010 jumlah penduduk 237,6 juta jiwa maka di tahun 2011 bertambah 3,5 juta maka sekarang ada 241 juta jiwa lebih. Bila laju pertumbuhan tidak ditekan maka jumlah penduduk di Tanah Air pada 2045 bisa menjadi sekitar 450 juta jiwa, hal ini berarti satu dari 20 penduduk dunia adalah orang Indonesia.6 Salah satu akibat dari padatnya penduduk semakin banyak kebutuhan yang harus dipenuhi terutama ekonomi. Salah satu penanggulangan kebutuhan ekonomi tersebut, seharusnya semakin banyak pula lapangan pekerjaan, baik pekerja sebagai petani, industri rumahan atau yang lainnya. Di indonesia sendiri pertumbuhan penduduk semakin meningkat maka semakin banyak pula lapangan pekerjaan yang harus disediakan, baik di kota-kota besar maupun di kota-kota kecil. Seperti halnya kota kecil Jepara yang menjadikan industri mebel sebagai unggulan perekonomian Jepara. Industri mebel Jepara merupakan salah satu sektor yang menjadi unggulan perekonoian kabupaten Jepara yang berkembang dari talenta lokal seni ukir Jepara. Kerajinan mebel ukir telah menjadi industri rumahan ( home industri ) yang ditekuni masyarakat Jepara sebagai sumber mata pencaharian. Perkembangan pesat mebel Jepara terjadi pada era tahun 1990-an dan mencapai puncaknya pada saat krisis ekonomi indonesia 1998 yang didorong oleh ketersediaan bahan baku yang melimpah dan pasar ekspor yang tumbuh pesat. Setelah era pemulihan 5 Op. cit, Sjafrizal, hlm. 89 http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_subyek=12&nota b=1 di akses pada tanggal 11 juni 2014 6

5 krisis ekonomi Indonesia industri ini mengalami kecenderungan penurunan disebabkan karena berkurangnya ketersediaan bahan baku, persaingan dengan industri sejenis di pasar global dan terjadinya resesi global khususnya pada pertengahan tahun 2008 hingga awal tahun 2011 yang belum sepenuhnya mengalami pemulihan. Pemberdayaan industri mebel skala kecil dan menengah di Kabupatan Jepara ditujukan untuk mengembalikan perannya dalam pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jepara yang didukung oleh sektor industri mebel. Sektor industri mebel merupakan pilihan untuk diberdayakan karena sebagian besar masyarakat menggantungkan hidupnya pada industri ini. Namun kondisinya saat ini (2011 ) sedang mengalami trend penurunan kinerja, khususnya kinerja ekspor sejak booming industri mebel tahun 1999, oleh sebab itu, peningkatan keberdayaan industri mebel ini menjadi sangat penting karena dapat mempengaruhi kondisi sosial ekonomi masyarakat Jepara. Data yang diperoleh dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Jepara, bahwa pada tahun 2014 menyatakan ada 14.720 buah perusahaan industri atau unit di Kabupaten Jepara. Angka tersebut mencakup seluruh perusahaan (unit usaha) industri kecil menengah (IKM). Bila dibandingkan tahun 2013, terjadi peningkatan jumlah unit usaha industri sebesar 1.457 unit atau sebesar 10,9 persen.7 Penurunan kinerja industri mebel antara lain disebabkan oleh berbagai kendala seperti: 1) kendala keterbatasan bahan baku; 2) kendala teknologi; 3) kendala modal; 4) kendala SDM; 5) kendala pemasaran dan persaingan. Selain beberapa kendala tersebut industri mebel skala kecil dan menengah juga menghadapi permasalahan struktur pasar (meliputi: Number of sellers and buyers; Product differentiation; Barriers to entry; Cost strusture; Vertical intregation) yang dihadapi, perilaku (meliputi: Pricing behavior; Product strategy; Research and inovation; Advertising) dan kinerja (meliputi: Profitability; Efficiency; Economic growth; Full employment; Equity). 7 BPS Jepara Dalam Angka 2015

6 Pilihan sektor industri mebel untuk diberdayakan mengingat bahwa: 1) industri mebel merupakan leading sektor dalam perekonomian jepara. 2) Industri ebel yang mengalami kontibusi yang stagnan. 3) Industri mebel dominan menyerap tanaga kerja. 4) Industri mebel memiliki kendala/keterbatasan. 5) Terdapat ketergantungan masyarakat Jepara terhadap industri mebel. 6) Hasil penelitian Bank Indonesia Jawa Tengah (2009) menyatakan bahwa sektor industri mebel merupakan urutan pertama penggerak ekonomi kabupaten Jepara. Hasil prasurvei, menunjukkan terdapat banyak usaha industri mebel skala kecil, menengah maupun skala besar yang tutup usaha, hal ini diperkuat oleh data penelitian Survei ulang oleh CIFOR (Center For International Forestry Research) pada tahun 2008, bahwa dari data sebanyak 388 brak terdiri dari 336 brak skala kecil, 44 brak sekala sedang dan 8 brak skala besar pada tahun 2005, menunjukkan temuan bahwa sekitar 30% dari pemilik brak yang disurvei pada tahun 2005 telah meninggalkan usaha mebelnya, karena tingginya biaya bahan baku dan rendahnya harga jual produk. Temuan penelitian terakhir CIFOR tahun 2010 hanya 70 persen, atau turun 30 persen.8 Persaingan pasar industri mebel di Jepara sendiri sangat ketat dikarenakan sebagian besar penduduk Jepara penghasilannya dari industri tersebut. Oleh karena itu perlu adanya pengetahuan bagaimana sehurusnya meningkatkan volume penjualan industri mebel khususnya home industry, karena kurang adanya kejelasan mengenai tentang bagaimana struktur pasar yang ada, perilaku industri dan kinerja industri. Melihat dari latar belakang masalah tersebut, penulis merasa tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang bagaimana struktur, perilaku, dan kinerja industri mebel skala kecil menengah di Kabupaten Jepara, tetapi hanya fokus satu kecamatan saja yaitu Kecamatan Batealit Jepara. 8 Zainuri. Jurnal Analisis Structure-Conduct-Performance Industri Mebel Sekala Kecil Menengah di Kabupaten Jepara, hlm. 34-35

7 Oleh sebab itu, penulis akan melakukan penelitian dengan judul Analisis Struktur Pasar, Perilaku, dan Kinerja dalam Meningkatkan Volume Penjualan Home Industry Mebel di Kecamatan Batealit Jepara. B. Fokus Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah Analisis Struktur Pasar, Perilaku, dan Kinerja Secara Syariah dalam Meningkatkan Volume Penjualan Home Industry Mebel di Kecamatan Batealit Jepara. C. Rumusan Masalah Untuk lebih memudahkan pemahaman materi yang dibahas maka perlu adanya pokok masalah yang dirumuskan secara sistematis sebagai berikut: 1. Bagaimana struktur pasar home industry mebel di kecematan Batealit Jepara? 2. Bagaimana perilaku home industry mebel di kecamatan Batealit Jepara? 3. Bagaimana kinerja home industry mebel di kecamatan Batealit Jepara? D. Tujuan Penelitian Sedangkan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana struktur pasar home industry mebel di kecematan Batealit Jepara. 2. Untuk mengetahui bagaimana perilaku home industry mebel di kecamatan Batealit Jepara. 3. Untuk mengetahui bagaimana kinerja home industry mebel di kecamatan Batealit Jepara.

8 4. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat volume penjualan home industry mebel di kecamatan Batealit Jepara. 5. Untuk mengetahui bagaimana pandangan syariah tentang struktur pasar, perilaku dan kinerja home industry mebel di kecamatan Batealit Jepara. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi referensi yang telah ada sehingga dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. b. Sebagai bahan dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai Analisis home industry mebel di kecamatan Batealit Jepara. 2. Manfaat Praktis a. Bagi perusahaan diharapkan dapat memberikan masukan dalam pengelolaan struktur pasar, perilaku, dan kinerja home industry mebel untuk meningkatkan volume penjualan. F. Sistematika Penulisan Skripsi Agar penulisan dalam penelitian ini lebih mudah dan terperinci pembahasanya, maka penulis menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut: 1. Bagian Awal. Pada bagian ini, terdiri dari halaman judul, halaman nota persetujuan pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar, halaman abstrak, dan halaman daftar isi. 2. Bagian Isi. Bagian ini terdiri dari lima bab, yaitu:

9 BAB I: PENDAHULUAN, terdiri dari: Latar belakang masalah, Fokus Penelitian, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penelitian, BAB II: KAJIAN PUSTAKA, yang terdiri dari: Deskripsi Pustaka, Penelitian Terdahulu, dan Kerangka Pemikiran, BAB III: METODE PENELITIAN, yang terdiri dari: Jenis dan pendekatan penelitian, Sumber Data, Lokasi Penelitian, Subyek Penelitian, Tekhnik Pengumpulan Data, Uji Keabsahan Data, dan Analisis Data BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, yang terdiri dari: Deskripsi lokasi penelitian, Hasil Penelitian, dan Analisis hasil Penelitian, BAB V: PENUTUP, yang terdiri dari: Kesimpulan, Saran, dan Penutup 3. Bagian Akhir, terdiri dari: Daftar pustaka, daftar riwayat pendidikan penulisan dan lampiran-lampiran.