BAB I PENDAHULUAN. Inggris yang memadai, para lulusan SMA akan menghadapi banyak masalah dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya komunikasi dan interaksi global telah menempatkan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. penyusunan pembelajaran bahasa Inggris pada masa yang akan datang. Keputusan

BAB II PERANGKAT EVALUASI. A. Instrumen Proses Pembelajaran Bahasa Inggris

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang profesional. Salah satu syarat untuk mencapainya adalah

BAB I PENDAHULUAN. mereka sehingga terwujud keprofesionalan yang mantap. Seorang guru dituntut

BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DISCUSSION TEXT BERDASARKAN KONSEP THE GENRE BASED APPROACH PADA SISWA KELAS XII IPA 3 SMA NEGERI 1 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Seseorang tidak dapat berkomunikasi dengan sempurna

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION

BAB I PENDAHULUAN. di tingkat dasar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. mengungkapkan gagasan dan perasaan, dan memahami beragam nuansa makna.

1. PENDAHULUAN. Di era globalisasi bahasa lnggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran merupakan kegiatan integral antara pelajar dan guru

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya program standar pembelajaran disusun berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. dan sudah mempengaruhi berbagai bidang kehidupan, salah satunya adalah

I. PENDAHULUAN. mengidentifikasikan diri. Bahasa merupakan alat komunikasi untuk

BAB. I PENDAHULUAN. Penguasaan bahasa Inggris merupakan salah satu syarat untuk menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan itu sendiri merupakan suatu usaha yang dilakukan dengan sengaja dan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013

1. PENDAHULUAN. Kemampuan menggunakan bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Resti Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan ke arah mutu internasional dengan pembelajaran bilingual

BAB I PENDAHULUAN. mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang memadai sehingga kita dapat memanfaatkannya dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu yang membedakan manusia dengan binatang adalah bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Usia anak-anak adalah salah satu periode yang tepat untuk belajar bahasa. Masa anakanak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, serta

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi bagian yang sangat penting dalam kehidupan manusia sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. metransfer informasi ke seluruh tubuh. Berawal dari proses berpikir tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salahsatu kewenangan otonomi daerah yaitu memiliki kewenangan untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Dara Pricelly Rais,2013

BAB I PENDAHULUAN. dalam komunikasi secara lisan maupun dalam komunikasi secara tertulis. kesulitan dalam berkomunikasi dan bersosialisasi.

PERCEPTIONS OF STUDENTS ON THE APPLICATION OF SCIENTIFIC APPROACHES TO BIOLOGY LEARNING X SMA CLASS SENIOR HIGH SCHOOL 12 PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. akan meningkat sehingga akan berpengaruh juga pada hasil belajar siswa.

BAB I PENDAHULUAN. banyak dituntut dalam menghafal rumus rumus fisika dan menyelesaiakan soal

PENILAIAN BERBASIS KURIKULUM 2013*)

BAB I PENDAHULUAN. Inti dari pendidikan di sekolah adalah kegiatan belajar mengajar. Keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan negara. Di negara-negara maju, pendidikan sangat

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan dirinya menuju masyarakat global adalah kemampuan

KELAYAKAN MODUL PEMBELAJARAN BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI EKOSISTEM UNTUK SISWA SMPN 1 KAYEN KIDUL

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP KREATIVITAS SISWA

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN WORD CARD

I. PENDAHULUAN. baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Bangsa Indonesia dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Dina Merdeka Citraningrum. Pengembangan Bahan Ajar... Halaman Volume 1, No. 2, September 2016

BAB I PENDAHULUAN. intelektual, sosial, dan emosional peserta didik. Belajar bahasa pada

I. PENDAHULUAN. di sekolah. Dalam KTSP Bahasa Inggris 2006 dijelaskan bahwa dalam belajar

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EVALUASI IMPLEMENTASI STANDAR PENILAIAN PADA PEMBELAJARAN BATIK SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak hanya berasal dari kata-kata yang dikeluarkan oleh ucapan (vokal)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang otonomi daerah, kebijakan tersebut

PENERAPAN IPTEKS KEMAMPUAN BERBAHASA INGGRIS BEKAL UTAMA MASUK DUNIA KERJA. Oleh Amrizal

BAB I PENDAHULUAN. dan teori-teori sains semata, siswa kurang dilatih untuk melakukan

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN MAKE A MATCH

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap positif yang akan. baik dalam perkembangan pengetahuan, penguasaan keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Alat komunikasi yang sangat penting bagi kehidupan manusia adalah

MANAJEMEN PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA BERDASARKAN KURIKULUM 2004 (STUDI KASUS DI KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH GUBUG) TESIS

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti ini. Mengapa? karena hal itu disebabkan bahasa

2015 PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI KERJA GURU DI SMK PGRI 2 CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat.

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Media Pembelajaran CD Interaktif Terhadap Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan hal paling utama dalam kehidupan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah,

PENGEMBANGAN MODUL BIOLOGI BERBASIS KONSTRUKTIVISME PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA UNTUK SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 16 KERINCI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Keberadaan bahasa daerah merupakan salah satu kebanggaan Bangsa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. aspek-aspek yang harus dikembangkan dan ditanamkan dalam diri siswa,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kualitas pembelajaran yang

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang mempunyai hubungan dengan proses berpikir serta keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang dihadapi. Dalam proses pembelajaran, guru maupun siswa juga

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bagi manusia sangat begitu penting karena dapat meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembelajaran. Proses Pembelajaran Evaluasi. Gambar 1.1 Hubungan ketiga komponen dalam pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 pasal 3. (2005:56) tentang

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat 2

BAB I PENDAHULUAN. dan dianggap tidak produktif dalam hidupnya. matematika sekolah dasar (2006) yang menyatakan bahwa: penalaran (reasoning),

I. PENDAHULUAN. Pengenalan tentang teknologi komputer dan aplikasinya sebaiknya dimulai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pada siswa. Perubahan tingkah tersebut merupakan tujuan dari pembelajaran. dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. dimana berbagai informasi mudah didapatkan oleh semua orang di. Perkembangan IPTEK yang sangat pesat dapat berimbas pada tantangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesatnya komunikasi dan interaksi global telah menempatkan bahasa Inggris sebagai salah satu media yang mutlak kebutuhannya. Tanpa kemampuan berbahasa Inggris yang memadai, para lulusan SMA akan menghadapi banyak masalah dalam menjalin interaksi global tersebut. Crystal (2000: 1) menyatakan English is a global language. Pernyataan ini memiliki makna bahwa bahasa Inggris adalah bahasa global. Bahasa global ini digunakan oleh berbagai bangsa untuk berkomunikasi dengan bangsa di seluruh dunia. Karena salah satu bahasa internasional sebagai bahasa global yang banyak digunakan selama ini adalah bahasa Inggris, media pembelajaran dan pemahaman bahasa Inggris menjadi kebutuhan yang tidak dapat dihindari. Bahasa Inggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulisan. Pengertian berkomunikasi dimaksudkan adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan serta mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya dengan menggunakan bahasa Inggris. Kemampuan berkomunikasi dalam pengertian yang utuh adalah kemampuan berwacana (Depdiknas, 2003:13). Demikian pula dalam konteks pendidikan, bahasa Inggris berfungsi sebagai alat untuk berkomunikasi dalam rangka mengakses informasi, dan dalam konteks sehari- 1

hari, sebagai alat untuk membina hubungan interpersonal, bertukar informasi serta menikmati estetika bahasa dalam budaya Inggris. Lebih khusus lagi, bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang dianggap sangat penting sebagai alat atau media untuk penyerapan, transfer, dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya, dan pembinaan hubungan dengan bangsa lain. Dengan mempelajari bahasa Inggris maka seseorang akan terbuka wawasan dan pengetahuannya secara internasional. Oleh karena itu, mempelajari bahasa Inggris menjadi sangat penting mengingat semakin globalnya dunia informasi saat ini. Mengingat pentingnya penguasaan bahasa Inggris bagi masyarakat Indonesia umumnya dan lulusan sekolah menengah atas (SMA) khususnya, bahasa Inggris diajarkan pada siswa dari sekolah dasar, sekolah menegah pertama, sampai dengan sekolah menengah atas. Untuk sekolah dasar, bahasa Inggris diberikan sebagai mata pelajaran muatan lokal, sedangkan untuk sekolah menegah pertama dan sekolah menengah atas, bahasa Inggris diberikan sebagai mata pelajaran wajib dan bahkan termasuk mata pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional (UN). Suatu realita sehari-hari, pengalaman dan pengamatan peneliti sendiri di dalam kelas ketika proses pembelajaran bahasa Inggris berlangsung, sebagian besar siswa belum terlihat belajar dengan aktif sewaktu guru bahasa Inggris mengajar. Demikian pula guru bahasa Inggris belum sepenuhnya melaksanakan kinerjanya. Hal ini bersesuaian pula dengan pernyataan Suwarsih Madya (2004:1), sebagai faktor 2

penentu keberhasilan pembelajaran, guru-guru bahasa Inggris (BI) pada jenjang sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) dan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) belum menampakkan sosok guru sejati. Pengajaran mereka masih terpaku pada materi dari buku pelajaran tanpa peduli terhadap pikiran, perasaan, dan kemajuan belajar siswanya. Selama proses pembelajaran, guru bahasa Inggris belum memberdayakan seluruh potensi dirinya sehingga sebagian besar siswa belum mampu mencapai kompetensi individu yang diperlukan untuk mengikuti pelajaran bahasa Inggris lanjutan. Sebagian besar siswa belum belajar sampai pada tingkat komunikasi dalam menggunakan bahasa Inggris secara maksimal. Siswa baru mampu mempelajari, membaca, menghafal kosa kata, menulis, dan mengingat kaidah-kaidah bahasa Inggris. Demikian pula gagasan inovatif pada tingkat ingatan, mereka belum dapat menggunakan dan menerapkan bahasa Inggris secara efektif dalam berkomunikasi sehari-hari yang kontekstual dengan menggunakan bahasa Inggris baik secara lisan maupun secara tulisan. Kurangnya pengetahuan guru bahasa Inggris tentang pengelolaan pembelajaran bahasa Inggris membuat proses pembelajaran bahasa Inggris kurang efektif sehingga lulusan SMA tidak banyak yang dapat berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Hal ini membuat para lulusan SMA kesulitan ketika mereka melanjutkan studi atau mencari pekerjaan dengan penghasilan bagus. Oleh karena itu, peneliti berkewajiban untuk mengungkap hambatan-hambatan apa yang dihadapi oleh guruguru bahasa Inggris. Hal ini membuat peneliti berkeinginan untuk membangun model 3

evaluasi pembelajaran bahasa Inggris walaupun Henk (Wilson, 1992: 235) menyatakan bahwa pengukuran objektif dalam bahasa Inggris jarang menggunakan model. Peneliti berharap model evaluasi pembelajaran bahasa Inggris dapat dilanjutkan dengan pembangunan model pembelajaran bahasa Inggris. Joyce & Weil (1996:11) menggambarkan kegunaan model pembelajaran sebagai berikut. A model of teaching is a description of a learning environment. The descriptions have many uses, ranging from planning curriculums, courses, units, multimedia programs, and computer-assisted learning programs. Because the models provide learning tools to the students, they are uniquely suited to the development of programs for students whose learning histories are cause for concern (p. 11). Menurut pengamatan peneliti sendiri, kebanyakan siswa dan lulusan SMA di Palembang tidak dapat berkomunikasi dalam bahasa Inggris baik secara lisan maupun secara tulisan. Faktor-faktor yang menyebabkan siswa dan lulusan SMA tidak dapat berkomunikasi dalam bahasa Inggris antara lain adalah lemahnya motivasi siswa untuk mempelajari bahasa Inggris dan keterbatasan pengetahuan guru bahasa Inggris untuk mengelola pembelajaran bahasa Inggris. Menurut Suwarsih Madya (Harian Kompas, Senin, 29 Maret 2004: 1), secara umum guru-guru bahasa Inggris di berbagai wilayah Tanah Air kurang percaya diri dalam berbahasa Inggris. Selain itu, Suwarsih Madya juga mengungkapkan bahwa pengetahuan guru bahasa Inggris tentang metode/teknik mengajar masih terbatas. Akibatnya, mereka tidak mampu mengelola pembelajaran bahasa Inggris di dalam kelas menjadi komunikatif. 4

Kalau masalah ini dibiarkan dan berlanjut terus, lulusan SMA sebagai generasi penerus bangsa akan menghadapi kesulitan untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris di era globalisasi. Lulusan yang diperlukan tidak sekedar mampu mengingat dan memahami informasi dan kaidah-kaidah bahasa saja tetapi juga mampu menerapkannya dalam berkomunikasi melalui beragam kompetensi dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Di era globalisasi sekarang ini, pengetahuan dan keanekaragaman keterampilan sangat diperlukan oleh para siswa agar mereka mampu memberdayakan dirinya untuk menemukan, menafsirkan, menilai, menggunakan informasi, dan melahirkan gagasan kreatif untuk menentukan sikap dalam pengambilan keputusan, serta untuk menghadapi masa depan yang penuh tantangan. Peneliti sendiri sebagai guru bahasa Inggris di SMA sejak tahun 1986 telah mengamati permasalahan yang dialami oleh para lulusan SMA secara langsung ketika mereka diajak berbincang-bincang dalam bahasa Inggris. Para lulusan SMA tidak banyak yang dapat berkomunikasi dalam bahasa Inggris secara lisan maupun secara tulisan. Permasalahan ini disebabkan oleh kurang maksimalnya proses pembelajaran bahasa Inggris. Kellaghan & Greaney (2001: 22) mengemukakan pernyataan sebagai berikut. Education has many purposes and components, questions regarding quality may reasonably be posed about any important aspect of a system: infrastructure, school buildings, administration, teacher training, educational materials, teaching, or student achievements. All these elements, it will be noted, are interrelated, and a serious deficit in one is likely to have implications for quality in others. (p. 22) 5

Di dalam proses pembelajaran bahasa Inggris, komponen yang paling dominan adalah kinerja guru bahasa Inggris, kepribadian guru bahasa Inggris, fasilitas yang mendukung pembelajaran bahasa Inggris, dan sikap siswa terhadap pembelajaran bahasa Inggris. Semuanya saling mendukung untuk mencapai tujuan pembelajaran bahasa Inggris secara maksimal. Proses pembelajaran bahasa Inggris yang dilaksanakan secara maksimal diharapkan menghasilkan lulusan SMA yang dapat berkomunikasi dalam bahasa Inggris secara lisan maupun tuliasan. Menurut keterangan dari Kepala Dinas Pendidikan Nasional (Kadinas Diknas) kota Palembang pada tahun 2006, ketika peneliti bincang-bincang dengan beliau di ruang kantornya, proses dan output pembelajaran bahasa Inggris di Palembang belum dievaluasi dalam satu kesatuan oleh berbagai pihak. Proses dan output pembelajaran bahasa Inggris selama ini ada kecendrungan dievaluasi secara terpisah. Output pembelajaran bahasa Inggris paling sering dievaluasi selama ini karna tujuan pembelajaran bahasa Inggris adalah meningkatkan kompetensi bahasa Inggris siswa, yaitu siswa dapat berkomunikasi dalam bahasa Inggris baik secara lisan maupun tulisan. Permasalahannya adalah sampai saat ini belum dibangun model evaluasi pembelajaran bahasa Inggris di jenjang SMA secara efektif dan efisien. Oleh karena itu, peneliti bermaksud membangun model evaluasi pembelajaran bahasa Inggris di jenjang SMA. Model ini diharapkan dapat digunakan untuk mengungkap permasalahan yang dihadapi oleh guru bahasa Inggris dalam mengelola aktivitas proses pembelajaran sekaligus output pembelajarannya. 6

Evaluasi dalam bidang pendidikan ditinjau dari sasarannya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu evaluasi yang bersifat makro dan mikro. Evaluasi yang bersifat makro sasarannya adalah program pendidikan pada umumnya, yaitu program yang direncanakan untuk memperbaiki bidang pendidikan. Evaluasi mikro sering digunakan di tingkat kelas. Jadi sasaran evaluasi mikro adalah program pembelajaran di kelas dan yang menjadi penanggungjawabnya adalah guru untuk sekolah atau dosen untuk perguruan tinggi (Djemari Mardapi, 2000: 2). Guru bahasa Inggris mempunyai tanggung jawab untuk menyusun dan melaksanakan pembelajaran bahasa Inggris di kelas, sedangkan kepala sekolah mempunyai tanggung jawab untuk mengevaluasi pembelajaran bahasa Inggris yang telah disusun dan dilaksanakan oleh guru bahasa Inggris. Evaluasi pemebelajaran bahasa Inggris di jenjang SMA di dalam model yang akan dibangun lebih bersifat evaluasi mikro. Selama ini upaya untuk mengevaluasi hasil belajar bahasa Inggris berupa evaluasi belajar tahap akhir nasional (EBTANAS), ujian akhir nasional (UAN), dan ujian nasional (UN) telah dilaksanakan tetapi proses pembelajaran bahasa Inggris selama ini belum dievaluasi secara keseluruhan. Hasil pembelajaran bahasa Inggris dievaluasi oleh Depdiknas secara terpisah dengan evaluasi proses pembelajaran bahasa Inggris selama ini sehingga penyebab atau hambatan yang dihadapi oleh guru bahasa Inggris dalam mengelola aktivitas pembelajaran di dalam kelas belum terungkap secara keseluruhan. Demikian pula permasalahan tentang kepribadian guru bahasa Inggris, fasilitas yang dibutuhkan untuk mendukung pembelajaran bahasa 7

Inggris serta perilaku siswa terhadap pembelajaran bahasa Inggris juga belum terungkap secara keseluruhan. Karena itu, proses dan output pembelajaran bahasa Inggris sangat perlu dievaluasi dalam satu kesatuan. Untuk mengetahui permasalahan dalam pembelajaran bahasa Inggris, model evaluasi pembelajaran bahasa Inggris sangat dibutuhkan saat ini. Model ini diharapkan dapat mengungkap hambatan di dalam proses pembelajaran bahasa Inggris sekaligus hasil belajar bahasa Inggris siswa. Kalau hambatan yang dihadapi oleh guru bahasa Inggris sudah terungkap, perbaikan aktivitas pembelajaran bahasa Inggris lebih mudah dilaksanakan untuk mencapai output pembelajaran bahasa Inggris yang diharapkan. Singkatnya, penelitian ini terfokus pada penemuan model evaluasi pembelajaran bahasa Inggris SMA. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka rumusan masalah yang diajukan adalah: Model evaluasi pembelajaran bahasa Inggris yang bagaimanakah yang dapat memberikan informasi bagi sekolah, baik dari segi isi, cakupan, format maupun waktu penyampaian serta bermanfaat secara optimal bagi pembelajaran bahasa Inggris di jenjang SMA? 8

C. Tujuan Pengembangan Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah membangun sebuah model evaluasi pembelajaran yang dapat memberikan informasi bagi pimpinan sekolah dan guru bahasa Inggris, baik dari segi isi, cakupan, format maupun waktu penyampaian serta bermanfaat secara optimal bagi pembelajaran bahasa Inggris di jenjang SMA. D. Spesifikasi Produk yang Diharapkan Produk yang diharapkan dari penelitian ini adalah terwujudnya sebuah model evaluasi pembelajaran bahasa Inggris yang terdiri dari seperangkat instrumen yang dapat memberikan informasi bagi sekolah, baik dari segi isi, cakupan, format maupun waktu penyampaian serta bermanfaat secara optimal bagi pembelajaran bahasa Inggris di jenjang SMA. Jenis instrument yang digunakan adalah angket, tes, dan observasi. Angket dan observasi digunakan untuk menilai proses pembelajaran bahasa Inggris yang mencakup kinerja guru bahasa Inggris, kepribadian guru bahasa Inggris, perilaku siswa, dan fasilitas yang mendukung proses pembelajaran bahasa Inggris. Tes digunakan untuk mengukur output pembelajaran bahasa inggris yaitu kompetensi bahasa Inggris siswa yang mencakup listening, reading, speaking, dan writing. Bentuk tes untuk listening dan reading adalah objektif. Bentuk tes writing adalah essai. Keunikan model EPBI ini adalah keterampilan speaking dapat dilihat 9

langsung melalui ovservasi ketika siswa berdialog dalam bahasa Inggris dengan teman mereka. Kriteria yang digunakan adalah skala 5, skor 3 ke atas dianggap tuntas (berhasil). Selain model evaluasi pembelajaran bahasa Inggris itu sendiri, produk yang dihasilkan adalah berupa panduan evaluasi pembelajaran bahasa Inggris. E. Pentingnya Pengembangan Pengembangan model evaluasi pembelajaran bahasa Inggris di jenjang SMA mendesak untuk segera diwujudkan. Karena sepanjang pengetahuan peneliti, belum ada model evaluasi pembelajaran bahasa Inggris yang dapat mengevaluasi proses sekaligus output pembelajaran bahasa Inggris dalam satu kesatuan. Evaluasi pembelajaran bahasa Inggris selama ini sudah ada tetapi tidak disebut model evaluasi dan terpisah antara evaluasi proses dan output pembelajaran bahasa Inggris. Model evaluasi pembelajaran bahasa Inggris ini bagi pihak pendidikan khususnya program studi bidang Penelitian dan Evaluasi Pendidikan dapat digunakan sebagai sumbangan untuk mengembangkan metodologi evaluasi dalam menghasilkan konsep-konsep baru di bidang keilmuan tentang evaluasi. Selanjutnya, model ini dapat dijadikan panduan untuk merevisi pembelajaran guna meningkatkan daya tarik dan efektivitasnya. 10

F. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan 1. Asumsi Asumsi-asumsi pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) proses pembelajaran sangat mempengaruhi output pembelajaran; 2) model evaluasi pembelajaran bahasa Inggris yang mencakup proses dan output pembelajaran bahasa Inggris yang dikembangkan dalam satu kesatuan di jenjang SMA ini dapat mengungkap kekuatan, dan kelemahan pembelajaran yang ditujukan untuk merevisi pembelajaran guna meningkatkan daya tarik dan efektivitasnya; 3) model EPBI ini merupakan dasar untuk pengambangan model pembelajaran bahasa Inggris SMA pada masa yang akan datang sehingga pembelajaran bahasa Inggris dapat terlaksana secara maksimal. 2. Keterbatasan Pengembangan Pembangunan model pembelajaran bahasa Inggris SMA sangat penting untuk menindaklanjuti pengembangan model EPBI ini. Model pembelajaran bahasa Inggris SMA sangat dibutuhkan oleh guru bahasa Inggris saat ini. Model pembelajaran bahasa Inggris yang baik dapat meningkatkan daya tarik dan efektivitas pemebelajaran tersebut untuk mencapai tujuan pembelajaran bahasa Inggris, yaitu mencapai kompetensi bahasa Inggris siswa yang mencakup empat keterampilan yang harus dimiliki oleh siswa SMA yaitu: listening, reading, speaking dan writing. Masih banyak yang dapat dilakukan oleh peneliti, misalnya: merevisi pembelajaran guna meningkatkan daya tarik dan efektivitasnya setelah mengetahui kekuatan dan kelemahan pembelajaran bahasa Inggris. Karena 11

keterbatasan waktu dan biaya, peneliti cukup membangun model evaluasi pembelajaran bahasa Inggris SMA dan mengimplimentasikannya sabagai dasar untuk membangun model pembelajaran bahasa Inggris pada masa yang akan datang. Selain itu pengembangan model evaluasi pembelajaran bahasa Inggris (model EPBI) di jenjang SMA ini memiliki beberapa keterbatasan berikut ini. a. Proses evaluasi belum melibatkan penilai independen (independent appraisal) dari luar, hanya mengandalkan penilaian dari pihak intern (internal appraisal) sehingga dimungkinkan dapat mengurangi tingkat objektivitas hasil penilaian. b. Belum diadakan uji kelayakan terhadap informasi hasil evaluasi, dalam arti informasi yang dihasilkan model EPBI belum diuji secara empiris oleh pengguna atau pengambil manfaat model ini untuk digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan, penyusunan kebijakan maupun penyusunan pembelajaran bahasa Inggris berikutnya oleh guru bahasa Inggris. G. Definisi Istilah Dalam penelitian ini digunakan beberapa istilah khusus yaitu: model, evaluasi, evaluasi pembelajaran, dan model evaluasi pembelajaran bahasa Inggris, dengan artinya sebagai berikut. 12

1. Model Model adalah bentuk spesifik dari seperangkat komponen dan prosedur yang berurutan untuk mewujudkan suatu proses. Seperangkat prosedur di sini diartikan beberapa prosedur yang tergabung dalam satu kesatuan. 2. Evaluasi Evaluasi adalah proses sistematis dari pengumpulan, analisis, dan penafsiran informasi guna menentukan nilai (value judgement) berdasarkan kriteria tertentu, dengan membandingkan what is dengan what should be. 3. Evaluasi pembelajaran Evaluasi pembelajaran merupakan suatu proses pengumpulan data untuk menentukan manfaat, nilai, kekuatan, dan kelemahan pembelajaran yang ditujukan untuk merevisi pembelajaran guna meningkatkan daya tarik dan efektivitasnya. 4. Model evaluasi pembelajaran bahasa Inggris Model evaluasi pembelajaran bahasa Inggris adalah bentuk spesifik dari seperangkat komponen dan prosedur yang berurutan untuk memperoleh informasi dengan tepat bagi sekolah, baik dari segi isi, cakupan, format maupun waktu penyampaian serta bermanfaat secara optimal bagi pembelajaran bahasa Inggris di jenjang SMA. 13