INFOKES, VOL.5 NO.2 September2015 ISSN : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU NIFAS DALAM PELAKSANAAN MOBILISASI DINI

dokumen-dokumen yang mirip
PERANAN MOBILISASI DINI TERHADAP PROSES INVOLUSI PADA IBU POST PARTUM (Studi di Polindes Rabiyan Puskesmas Bunten Barat Kabupaten Sampang)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SATUAN ACARA PENYULUHAN DETEKSI DINI PADA CA MAMAE

HUBUNGAN SENAM NIFAS DENGAN PROSES INVOLUSIO UTERI DI DESA CANDIREJO

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POSTPARTUM DI BLUD RS H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

Kata kunci: mobilisasi dini, penyembuhan luka operasi, sectio caesarea(sc)

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG MOBILISASI DINI DENGAN TINDAKAN MOBILISASI DINI PADA IBU NIFAS 1 HARI POST SECTIO CAESAREA

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN INVOLUSIO UTERUS PADA IBU NIFAS DI RSUD DR. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh : RATNA NURAINI

BAB V PEMBAHASAN. A. Tinggi Fundus Uteri Awal pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok

PERBEDAAN PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI BERDASARKAN JENIS PERSALINAN PADA IBU NIFAS FISIOLOGIS DAN POST SECTIO CAESAREA

Uterine Involution Process in The Mothers Who Take and Do Not Take Postpartum Exercise in Independent Practice Midwife

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN RETENSIO URINE PADA IBU NIFAS DI RSUD DR. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA

PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POST PARTUM SPONTAN DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

Jujuren Br. Sitepu Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan Jurusan Keperwatan Gigi. Abstrak

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PELAKSANAAN MOBILISASI DINI IBU PASCASALIN DENGAN SEKSIO SESARIA

PROFIL UMUR DAN PEKERJAAN IBU BERSALIN SECTIO CAESAREA YANG MEMPUNYAI RIWAYAT SECTIO CAESAREA

PENGERTIAN MASA NIFAS

TINGKAT PENGETAHUAN IBU POST PARTUM SPONTAN PRIMIPARA TENTANG AMBULASI DINI DI BPS NY. SRI HARYANTI TUBAN GONDANGREJO KARANGANYAR TAHUN 2009

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA POST PARTUM DI RUMAH SAKIT UMUM dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan reproduksi karena seluruh komponen yang lain sangat dipengaruhi. keluarga sehat dan bahagia (Anggraini, 2010.h.10).

BAB I PENDAHULUAN. melihat derajat kesehatan perempuan. Salah satu target yang ditentukan

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA NIFAS BERDASARKAN KARAKTERISTIK IBU DI BPM HJ. MAHMUDAH, S.S.T KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki angka kematian

PENGARUH SENAM NIFAS TERHADAP PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POST PARTUM

PENGARUH SENAM NIFAS TERHADAP INVOLUSIO UTERI HARI KETIGA PADA IBU POSTPARTUM DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI BENIS JAYANTO NGENTAK, KUJON, CEPER, KLATEN

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN LAHIR DENGAN LAMA WAKTU INVOLUSI UTERUS DI BPS SUHARTINI KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN KEBUMEN INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa prevalensi infeksi pada masa nifas mencapai 10%

KARAKTERISTIK YANG MEMPENGARUHI MOBILISASI DINI PADA IBU NIFAS POST SECTIO CAESAREA (Di Ruang Merpati RSUD Dr. Soetomo Surabaya )

HUBUNGAN STATUS PEKERJAANDENGAN PEMANFAATAN BUKU KIA WILAYAH KERJA PUSKESMAS BINTUHAN KABUPATEN KAUR. Oleh:

MAKALAH KOMUNIKASI PADA IBU NIFAS

BAB I PENDAHULUAN. persalinan dan nifas (Riswandi, 2005). Angka Kematian ibu (AKI) di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. harapan seseorang (Arifin dan Rahayu, 2011). diartikan sebagai rasa senang dan kelegaan seseorang dikarenakan

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN MASA NIFAS DI BPM NY. SUBIYANAH, SST DESA PARENGAN KECAMATAN MADURANKABUPATEN LAMONGAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG AMBULASI DINI DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2012

Oleh : Aat Agustini ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Keperawatan pasca operasi merupakan periode akhir dari keperawatan

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 6, No. 3 Oktober 2010

BAB I PENDAHULUAN. hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009). Proses pemulihan kesehatan

HUBUNGAN PERSALINAN LAMA DENGAN KEJADIAN ATONIA UTERI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA 2009

BAB I PENDAHULUAN. perhatian lebih dikarenakan angka kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERCEPATAN INVOLUSI UTERI PADA IBU POSTPARTUM PERVAGINAM DI RUANG KEBIDANAN RSUD TOTO KABILA KAB.

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. N P2002 HARI KE-3 DENGAN BENDUNGAN ASI DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN Husnul Muthoharoh* RINGKASAN

EFEKTIVITAS ANTARA SENAM NIFAS VERSI A DAN SENAM NIFAS VERSI N TERHADAP KELANCARAN INVOLUSIO UTERI DI PUSKESMAS BINUANG TAHUN

USIA DENGAN KEJADIAN ABORTUS PADA IBU HAMIL

BAB I PENDAHULUAN. panggul atau ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar

BAB I PENDAHULUAN. hari) dan ada yang mengalami kelambatan dalam penyembuhannya (Rejeki,

BAB 1 PENDAHULUAN. di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita subur

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Secara operasional,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian ibu mulai dari masa kehamilan, persalinan dan nifas. Pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Menurut definisi World Health Organization (WHO), kematian. negara atau daerah adalah kematian maternal (Prawirohardjo, 1999).

GAMBARAN TUNGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG SENAM NIFAS DI BPM NY RUJI AMINAH POJOKSARI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. perut kuadran kanan bawah (Smeltzer, 2002). Di Indonesia apendisitis merupakan

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN

MOTIVASI IBU POSTPARTUM MELAKUKAN SENAM NIFAS SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN PENDIDIKAN KESEHATAN

JURNAL KEBIDANAN DAN KESEHATAN (JOURNAL OF MIDWIFERY AND HEALTH)

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN PENYEMBUHAN LUKA PADA IBU POST SECTIO CAESARIA. Endang Rudjianti, Khomsiami Abdillah Akademi Kebidanan YAPPI Sragen

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN :

GAMBARAN PENGETAHUAN, MOTIVASI IBU NIFAS DAN PERAN BIDAN TERHADAP BOUNDING ATTACHMENT DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER TAHUN

GAMBARAN PENGETAHUAN PRIMIPARA TENTANG PERDARAHAN POST PARTUM Sri Sat Titi Hamranani* ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMAMPUAN MOBILISASI DINI IBU POST SCDI DETASEMEN KESEHATAN RUMAH SAKIT TK IV KEDIRI

GAMBARAN PERAWATAN IBU NIFAS OLEH TENAGA KESEHATAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAN BALIMO KOTA SOLOK TAHUN 2014

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER DI RSUD ROKAN HULU TAHUN 2010

HUBUNGAN GRAVIDITAS DAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RSUD

DAFTAR PUSTAKA. Ambarwati, Eni Retna Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Mitra Cendikia Offset

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Perawatan merupakan suatu proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah persalinan sectio caesarea. Persalinan sectio caesarea adalah melahirkan janin

PENGARUH STATIK KONTRAKSI TERHADAP KECEPATAN KEMBALINYA PERISTALTIK USUS PADA PASIEN POST SECTIO CAESAREA (SC)

THE INFLUENCE OF EARLY AMBULATION AGAINST TFU OF PUERPERIUM MOTHERS ON PUERPERIUM MOTHERS AT BPM ERLINA DARWIS. Evi Susanti *

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Appendisitis merupakan peradangan yang terjadi pada Appendiks vermiformis

BAB I PENDAHULUAN. rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 1991).

Ria Yulianti Triwahyuningsih Akademi Kebidanan Muhammadiyah Cirebon, Jawa Barat, Indonesia

AKTIVITAS / MOBILISASI PIMPINAN MENERAN DUKUNGAN MENTAL

BAB 1 PENDAHULUAN. ke dunia luar. Beberapa kasus seperti plasenta previa, preeklamsia, gawat janin,

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan. Pada masa ini terjadi perubahan sistem -sistem dalam tubuh, atau

PENELITIAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL PADA KEJADIAN ABORTUS. Diana Meti*

BAB I PENDAHULUAN. dan kembalinya organ reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. Wanita

HUBUNGAN POSISI MENERAN DENGAN RUPTUR PERINEUM DI RB KARTINI PUTRA MEDIKA KLATEN

FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI KASUS PERSALINAN DI UGD RSUP Dr. KARIADI VINA EKA WULANDARI G2A PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN

GAMBARAN KEJADIAN ANEMIA BERDASARKAN KARAKTERISTIK PADA IBU HAMIL DI BPM NENENG MAHFUZAH, S.Si.T.,M.,M.Kes BANJARMASIN

SISTEM RUJUKAN BIDAN DENGAN KASUS PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA DI RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG

BAB I PENDAHULUAN. melalui jalan lahir namun kadang-kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Berat

BAB I PENDAHULUAN. macam aspek, diantaranya pertolongan persalinan yang salah satunya adalah

SURVEY PELAKSANAAN MOBILISASI DINI PADA IBU POST SECTIO CAESAREA DI RSUD PROF. DR. W.Z JOHANNES KUPANG

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga perawatan episiotomi kurang maksimal. Selama beberapa hari

BAB I PENDAHULUAN. hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan, yaitu triwulan

DAFTAR PUSTAKA. Almatsier, S Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES AIR HANGAT TERHADAP INTENSITAS NYERI PUNGGUNG IBU HAMIL TRIMESTER

HUBUNGAN ANTARA PENDAMPINGAN PERSALINAN OLEH KELUARGA DENGAN LAMANYA PERSALINAN KALA II DI BPS HJ. YUSFA F. ZUHDI GEMPOL PADING PUCUK

BAB I PENDAHULUAN. tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi

Library reference : ( ) : Early Mobilization

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi Caesar adalah operasi besar pada bagian perut/operasi besar

PENGARUH DERAJAT LASERASI PERINEUM TERHADAP SKALA NYERI PERINEUM PADA IBU POST PARTUM

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU NIFAS DALAM PELAKSANAAN MOBILISASI DINI Oleh: Dewi Susilowati Dosen Poltekkes Kemenkes Surakarta Jurusan Kebidanan Latar Belakang:Pada masa nifas atau sehabis bersalin ibu merasa lelah, harus istirahat dengan tidur terlentang untuk beberapa jam, kemudian baru boleh miring kanan dan kiri untuk mencegah thrombosis dan tromboemboli ( Indriyani, 2013). Untuk mencegah ini ibu post partum harus melakukan mobilisasi dini (Wulandari,2011). Ibu nifas akan lebih sehat dan kuat dengan mobilisasi dini, karena otot-otot panggul dan perut akan kembali normal sehingga menjadi kuat dan mengurangi rasa sakit, fungsi usus dan kandung kencing lebih baik dan mempercepat organ-organ tubuh kembali seperti semua dan memperlancar sirkulasi darah menjadi normal atau lancar. Tujuan Penelitian:Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ibu nifas dalam pelaksanaan mobilisasi dini. Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan desain penelitian survey cross sectional.sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas normal hari pertama pada bulan Juli Agustus 2013 sebanyak ibu nifas. Hasil Penelitian:Sebagian besar responden berumur antara 20-35 tahun dan melakukan mobilisasi dini sebanyak 36,7%, berpendidikan menengah dan melakukan mobilisasi dini sebanyak 33,3%, ibu bekarja dan melakukan mobilisasi dini sebanyak 50%, Multipara dan melakukan mobilisasi dini sebanyak 43, tidak mengikuti budaya dan melakukan mobilisasi dini sebanyak 50%. Kesimpulan:Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan mobilisasi pada ibu nifas yaitu ibu yang bekerja, tidak mengikuti budaya, multipara, umur dan pendidikan. Kata Kunci: Ibu nifas, PENDAHULUAN Masa nifas adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6 minggu atau 42 hari. Alat reproduksi akan kembali ke keadaan semula sebelum hamil, sekitar kurang lebih 60 gram dimulai segera setelah plasenta lahir (Manuaba, 2001). Pada masa nifas atau sehabis bersalin ibu merasa lelah, harus istirahat dengan tidur terlentang untuk beberapa jam, kemudian baru boleh miring kanan dan kiri untuk mencegah thrombosis dan tromboemboli ( Indriyani, 2013). Untuk mencegah ini ibu post partum harus melakukan mobilisasi dini. dini adalah kebijakan untuk selekas mungkin membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbing selekas mungkin berjalan. (Sarwono,2006. Beberapa jam setelah melahirkan ibu post partum segera bangun dari tempat tidur dan bergerak agar lebih kuat dan lebih baik, yaitu pada 1 atau 2 jam setelah persalinan.(anggraeni, 2010). Menurut Hamilton (2008) ibu yang melahirkan secara normal bisa melakukan mobilisasi 6 jam setelah bersalin dan 8 jam setelah bersalain pada ibu yang menjalani cesar. dilakukan dengan bertahap, dimulai dari gerakan miring kekanan dan kekiri, menggerakan telapak kaki keatas kebawah, latihan duduk di tempat Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan 85

tidur, setelah merasa kuat ibu bisa turun dari tempat tidur untuk berdiri, lalu berjalan ke kamarmandi. Ibu nifas akan lebih sehat dan kuat dengan mobilisasi dini, karena otot-otot panggul dan perut akan kembali normal sehingga menjadi kuat dan mengurangi rasa sakit, fungsi usus dan kandung kencing lebih baik dan mempercepat organorgan tubuh kembali seperti semua dan memperlancar sirkulasi darah menjadi normal atau lancar. Menurut Bahiyatun (2009) Terkadang ibu nifas enggan untuk banyak bergerak karena merasa letih dan sakit, jika keadaan tersebut tidak segera diatasi, ibu akan terancam mengalami thrombosis vena, serta dapat mengakibatkan komplikasi kandung kemih, konstipasi dan embolisme paru (Cuningham,2004). TINJAUAN PUSTAKA Masa Nifas Pengertian Masa Nifas Masa setelah melahirkan selama 6 minggu atau 40 hari atau masasetelah beberapa jam plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil ( Saleha, 2009). Tahapan Masa Nifas Puerpurium dini yaitu: kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari. Puerpurium intermedialyaitu: kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu. Remote puerpuriumyaitu: waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan. Ibu Nifas Pengertian mobilisasi ibu nifas 1. ibu nifas adalah beberapa jam setelah melahirkan segera bangun dari tempat tidur dan bergerak agar lebih kuat dan lebih baik (Anggraeni, 2010). 2. ibu nifas merupakan suatu kemampuan ibu nifas dalam beberapa jam setelah melahirkan untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannya (Hidayat, 2006). 3. ibu nifas adalah menggerakkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain yang harus dilakukan secara bertahap dan langsung setelah melahirkan. sedini mungkin sangat dianjurkan, bidan harus menjelaskan kepada ibu tentang tujuan dan manfaat mobilisasi (Bahiyatun, 2009). Manfaat Beberapa manfaat mobilisasi ibu nifas: 1. Meningkatkan sirkulasi dan mencegah risiko tromboplebitis vena 2. Meningkatkan fungsi kerja peristaltik dan kandung kemih 3. Mencegah konstipasi 4. Klien merasa lebih baik, lebih sehat dan lebih kuat 5. Dapat lebih memungkinkan mengajari ibu untuk merawat atau memelihara anaknya, memandikan dan lain-lain selama ibu masih dalam perawatan. Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan 86

6. Tidak terjadi retensi urin 7. Mempercepat involusi uterus 8. Memperlancar lochea sehingga menghindarin timbunan lokhea 9. Mempercepat kembali optimal alat reproduksi 10.Menghindari infeksi Tahapan dan Waktu Ibu Nifas Setelah kala IVibu sudah bisa turun dari tempat tidur dan melakukan aktivitas seperti biasa, karena selama persalinan kala IV ibu membutuhkan istirahat untuk menyiapkan tubuh dalam proses penyembuhan (Mitayani, 2009) karena sampai akhir persalinan kala IV, kondisi ibu biasanya telah stabil (Hamilton, 2004). Setelah periode istirahat vital pertama berakhir atau setelah kala IV, ibu didorong untuk sering berjalan-jalan hal ini disebut dengan mobilisasi dini ibu nifas (Bobak, 2005). Seorang wanita boleh turun dari tempat tidur dalam waktu beberapa jam setelah pelahiran (Cuningham, 2004). Sebelum waktu ini, ibu diminta untuk melakukan latihan menarik nafas dalam serta latihan tungkai yang sederhana dan harus duduk serta mengayunkan tungkainya di tepi tempat tidur. ini dapat dimulai segera setelah tanda vital stabil, fundus keras dan perdarahan tidak banyak,kecuali jika ada kontraindikasi serta dapat dilakukan sesuai kekuatan ibu. Menurut Bahiyatun (2008)pada persalinan normal, ibu diperbolehkan untuk mandi dan ke WC dengan bantuan orang lain, yaitu pada 1 atau 2 jam setelah persalinan jika ibu belum melakukan rentang gerak dalam tahapan mobilisasi dini selama 1 atau 2 jam setelah persalinan, ibu nifas tersebut belum melakukan mobilisasi secara dini (Late Ambulation). Beberapa gerakan dalam tahapan mobilisasi antara lain : 1. Miring ke kiri-kanan Memiringkan badan kekiri dan kekanan merupakan mobilisasi paling ringan dan yang paling baik dilakukan pertama kali. Disamping dapat mempercepat proses penyembuhan, gerakan ini juga mempercepat proses kembalinya fungsi usus dan kandung kemih secara normal. 2. Menggerakkan kaki Setelah mengembalikan badan ke kanan dan ke kiri, mulai gerakan kedua belah kaki. Mitos yang menyatakan bahwa hal ini tidak boleh dilakukan karena dapat menyebabkan timbulnya varices adalah salah total. Justru bila kaki tidak digerakkan dan terlalu lama diatas tempat tidur dapat menyebabkan terjadinya pembekuan pembuluh darah balik dapat menyebabkan varices ataupun infeksi. 3. Duduk Setelah merasa lebih ringan cobalah untuk duduk di tempat tidur. Bila merasa tidak nyaman jangan dipaksakan lakukan perlahan-lahan sampai terasa nyaman. 4. Berdiri atau turun dari tempat tidur Jika duduk tidak menyebabkan rasa pusing, teruskanlah dengan mencoba turun dari tempat tidur dan berdiri. Bila tersa sakit atau ada keluhan, sebaiknya hentikan dulu dan dicoba lagi setelah kondisi terasa lebih nyaman. 5. Ke kamar mandi dengan berjalan Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan 87

Hal ini harus dicoba setelah memastikan bahwa keadaan ibu benar - benar baik dan tidak ada keluhan. Hal ini bermanfaat untuk melatih mental karena adanya rasa takut pasca persalinan. Pada saat pertama kali turun dari tempat tidur, ibu nifas yang bersangkutan harus ditemani oleh penunggu untuk menjaga kalau-kalau ia mengalami sinkop dan kemudian pingsan (Leveno, 2004). Penambahan kegiatan dalam mobilisasi dini harus berangsur-angsur, jadi bukan maksutnya ibu segera setelah bangun mencuci, memasak dan sebagainya (Syafrudin, 2011). Kontraindikasi masa nifas tidak dibenarkan pada ibu nifas dengan penyakit atau penyulit, seperti anemia, penyakit jantung, penyakit paru, syok sepsis, kontraindikasi lain dapat ditemukan pada kelemahan umum dengan tingkat energi yang kurang (Sulistyawati, 2009). Kerugian ibu nifas yang tidak melakukan mobilisasi Beberapa kerugian ibu nifas yang tidak melakukan mobilisasi menurut: a. Komplikasi pada kandung kemih b. Konstipasi c. Trombosis vena masa nifas d. Menyebabkan peningkatan suhu tubuh karena adanya infeksi e. Gangguan pernafasan yaitu sekret akan terakumulasi pada saluran pernafasan yang akan berakibat klien sulit batuk dan mengalami gangguan bernafas. f. Pada sistem kardiovaskuler terjadi hipotensi ortostatik yang g. disebabkan oleh sistem syaraf otonom tidak dapat menjaga keseimbangan suplai darah sewaktu berdiri dari berbagai dalam waktu yang lama. h. Pada gastrointestinal terjadi anoreksia diare atau konstipasi. Anoreksia disebabkan oleh adanya gangguan katabolisme yang mengakibatkan ketidak seimbangan nitrogen karena adanya kelemahan otot serta kemunduran reflek deteksi, maka pasien dapat mengalami konstipasi. Faktor yang mempengaruhi mobilisasi: a. Usia Menurut Manuaba (2004) usia reproduksi dibagi dua reproduksi sehat umur 20-35 tahun dan reproduksi tidak sehat umur < 20 tahun dan > 35 tahun. Menurut Hidayat (2006) bahwa usia turut mempengaruhi mobilisasi karena terdapat perbedaan kemampuan mobilitas pada tingkat usia yang berbeda, hal ini dikarenakan kemampuan atau kematangan fungsi alat gerak sejalan dengan pertambahan usia yang berarti semakin matang usia reproduksi seseorang tingkat pelaksanaan mobilisasi semakin meningkat. b. Pekerjaan Pada ibu yang bekerja cenderung lebih mandiri dibandingkan denganibu yang tidak bekerja. Menurut Thomas (1996) dalam buku Nursalam (2003) pekerjaan adalah kegiatan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupanya dan kehidupan keluarganya. Keluarga dengan status ekonomi baik lebih mudah tercukupi dibanding dengan keluarga dengan status ekonomi rendah, hal ini akan mempengaruhi kebutuhan akan informasi termasuk kebutuhan sekunder. Selain itu juga ibu yang bekerja memiliki kecenderungan untuk lebih mandiri termasuk melakukan mobilisasi secara dini setelah bersalin. ibu yang bekerja di luar rumah memiliki akses yang lebih baik terhadap berbagai informasi, termasuk mendapatkan informasi tentang arti penting mobilisasi Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan 88

c. Budaya atau Adat Adat/budaya tertentu melarang ibu nifas untuk melakukan gerakan/berjalan sebelum 2 hari setelah melahirkan dan menganjurkan ibu untuk selalu meluruskan kaki. Menurut teori Hidayat (2006) tentang faktor yang mempegaruhimobilisasi dini yaitu orang yang memiliki budaya seringjalanjalan jauh memiliki kemampuan mobilitas yang lebih kuat. d. Paritas Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dimiliki oleh seorang wanita semakin tinggi paritas maka semakin tinggi pulakemampuan ibu untuk melakukan mobilisasi dini karena dipengaruhi oleh paparaninformasi yang diterima dan pengalaman ibu bersalin sebelumnya.menurut Prawirohardjo (2009) paritas dapat dibedakan menjadi primipara, multipara dan grandemultipara. METODE PENELITIAN Jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional.populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas normal di BPM Klaten.Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas normal hari pertama pada bulan Juli Agustus 2013 sebanyak ibu nifas. Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan sumber berasal dari kuesioner yang diberikan kepada responden yang menjadi sampel. Instrumen yang digunakan adalah lembar check list, yang berisi tentang gerakan yang ada dalam tahapan mobilisasi masa nifas dan kelengkapan pada data identitas responden. Analisis data secara deskriptif, data disajikan dalam bentuk table distribusi frekwensi dan narasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Tabel 2 Distribusi Frekuensi Faktor faktor yang mempengaruhi ibu nifas untuk melakukan mobilisasi dini No Variabel Kategori Frekuensi Prosentase 1. Umur <20 Tahun 3 10 20-35 Tahun 20 66,7 >35 Tahun 7 23,3 2. Pendidikan 3. Pekerjaan 4. Paritas Dasar Menengah Tinggi Bekerja Tidak Bekerja Primipara Multipara Grandemultipara 20 10 5 19 6 7 21 2 16,7 63,3 20 66,7 33,3 23,3 70 6,7 Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan 89

5. Budaya Mengikuti budaya Tidak Mengikuti budaya Sumber : Data Primer2013 11 19 36,7 63,3 Tabel 3 Distribusi Frekuensi Pelaksanaan dini pada Ibu Nifas No Sub Variabel Frekuensi Prosentase 1. 17 56,7 2. Tidak 13 43,3 Tabel 4 Distribusi Frekuensi pelaksanaan dini pada ibu nifas berdasarkan faktor umur Umur % Tidak <20 Tahun 2 6,7 1 3,3 10 20-35 Tahun 11 36,7 9 66,7 35 Tahun 4 13,3 3 10 23,3 Tabel 5 Distribusi Frekuensi pelaksanaan dini pada ibu nifas berdasarkan faktor Pendidikan Pendidikan % Tidak Dasar 4 13,3 1 3,3 16,6 Menengah 10 33,4 9 63,4 Tinggi 3 10 3 10 20 Tabel 6 Distribusi Frekuensi pelaksanaan dini pada ibu nifas berdasarkan faktor pekerjaan Pekerjaan % Tidak Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan 90

Bekerja 15 50 5 16,7 66,7 Tidak Bekerja 2 6,7 8 26,6 33,3 Sumber: Data Primer 2013 Tabel 7 Distribusi Frekuensi pelaksanaan dini pada ibu nifas berdasarkan faktor Paritas Paritas % Tidak Primipara 2 6,7 5 16,7 23,4 Multipara 13 43,3 8 26,6 69,9 Grandemultipara 2 6,7 0 0 6,7 Tabel 8 Distribusi Frekuensi pelaksanaan dini pada ibu nifas berdasarkan faktor Budaya Budaya % Tidak Mengikuti Budaya 2 6,7 9 36,7 Tidak Mengikuti Budaya 15 50 4 13,3 63,3 Pembahasan Hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden melakukan mobilisasi dini yaitu sebanyak 56,7%. Sebagaian besar responden ber umur antara 20-35 tahun sebanyak 66,7 % yang termasuk dalam umur reproduksi sehat dan sebanyak 36,7% melakukan mobilisasi dini, ini sesuai dengan Hidayat (2006) bahwa usia turut mempengaruhi mobilisasi karena terdapat perbedaan kemampuan mobilitas pada tingkat usia yang berbeda, hal ini dikarenakan kemampuan atau kematangan fungsi alat gerak sejalan dengan pertambahan usia yang berarti semakin matang usia reproduksi seseorang tingkat pelaksanaan mobilisasi semakin meningkat. Sebagian 63,3% responden berpendidikan menegah, dan sebanyak 33,4 % melakukan mobilisasi dini, orang yang berpendidikan lebih tinggi akan lebih menyadari akan pentingnya informasi kesehatan, termasuk di dalamnya mengenai mobilisasi dini. Dari faktor pekerjaan didapatkan sebagian responden bekerja yaitu sebanyak 66,7 % responden, ibu nifas yang bekerja sebanyak 50 % melakukan mobilisasi dini, ini sesuai dengan teori menuruthidayat (2006) tentang faktor yang mempengaruhi mobilisasidini adalah gaya hidup, perubahan gaya hidup dapat Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan 91

mempengaruhi kemampuanmobilitas seseorang, karena gaya hidup berdampak pada perilaku atau kebiasaansehari-hari, Contoh dari gaya hidup adalah bekerja. Dengan bekerja ibu akan lebih mandiri dibandingkan denganibu yang tidak bekerja. Ibu yang bekerja memiliki kecenderungan untuk lebih mandiri termasuk melakukan mobilisasi secara dini setelah bersalin. Responden dalam penelitian ini sebagian besar adalah multipara sebanyak 70% responden, yang melakukan mobilisasi dini sebanyak 43,3%. MenurutPotter (2006) faktor yang mempengaruhi mobilisasidini salah satunya adalah paritas, semakin tinggi paritas maka semakin tinggi pulakemampuan ibu untuk melakukan mobilisasi dini karena dipengaruhi oleh paparaninformasi yang diterima dan pengalaman ibu bersalin sebelumnya. Dari hasil penelitian didapatkan 63,3% responden tidak mengikuti budaya yang melarang ibu nifas untuk bergerak setalah persalinan selesai, terdapat 50 % responden melakukan mobilisasi dini. ini sesuai dengan teori menurut Hidayat (2006) tentang faktor yang mempegaruhimobilisasi dini yaitu orang yang memiliki budaya seringjalan-jalan jauh memiliki kemampuan mobilitas yang lebih kuat. Responden yang mengikuti budaya, terdapat % tidak melakukan mobilisi dini, ini di karenakan budaya tersebut melarang ibu nifas untuk melakukan gerakan/berjalan sebelum 2 hari setelah melahirkan dan menganjurkan ibu untuk selalu meluruskan kaki. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ibu nifas dalam pelaksanaan mobilisasi dini dengan responden dari faktor yang telah ditentukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Sebagian besar responden berumur antara 20-35 tahun dan melakukan mobilisasi dini sebanyak 36,7% 2. Sebagian besar responden berpendidikan menengah dan melakukan mobilisasi dini sebanyak 33,3% 3. Sebagian besar responden bekarja dan melakukan mobilisasi dini sebanyak 50% 4. Sebagian besar responden Multipara dan melakukan mobilisasi dini sebanyak 43,3% 5. Sebagian besar responden tidak mengikuti budaya dan melakukan mobilisasi dini sebanyak 50% DAFTAR PUSTAKA Ambarwati, E.Retna & Wulandari, Diah. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Mitra Cendikia Press. Anggraini, Y. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Rihama Bahiyatun., 2009. Buku Ajar Kebidanan Asuhan Nifas Normal. Jakarta: EGC. Bobak, L dan Jansen. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas (terjemahan ed.4), Jakarta: EGC Cunningham, F G, Gant, N F, Leveno, K J, Gilstrap-III, L C, Haulth, J C, Wenstrom, K D. 2005. Obstetri Williams Volume I. Jakarta: EGC Hamilton, P. M. (2006). Dasar-dasar keperawatan maternitas alih bahasa, Niluh Gede Yasmin (6th ed).jakarta : EGC. Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan 92

Hidayat, A dan Uliyah, M. 2006. Buku Ajar : Ketrampilan Dasar raktik Klinik untuk Pendidikan Kebidanan. Surabaya :Health Book Publishing. Indriyani, D. (2013). Keperawatan Maternitas Pada Area Perawatan Antenatal. Yogyakarta: Graha Ilmu. Leveno. 2009. Obstetri Williams. Jakarta: EGC Manuaba, I.B.G., Manuaba, Chandrawinata I.A., & Manuaba, Fajar I.B.G., 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC. Manuaba. 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta: EGC Maritalia, D 2012 Asuhan Kebidan Nifas dan Menyusui. Pustaka Pelajar Yogyakarta Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika Novaria A, Budi T, 2006, Tip Cerdas Kehamilan, Jakarta, Oryza Nursalam. (2003). Konsep & penerapan metodelogi penelitian ilmu keperawatan: pedoman skripsi, tesis dan instrument penelitian keperawatan(1th ed). Jakarta: Salemba. Potter & Perry. (2006). Fundamental Keperawatan. Vol: 2. Jakarta : EGC Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta Yayasan Bina Pustaka Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika. Saifuddin. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Sulistyawati. 2009. Buku ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.Yogyakarta: Andi Offset. Wulandari, Diah. (2011). Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Mintra Cendikia Prees Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan 93