LAPORAN EKSEKUTIF PENGKAJIAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PADA PENDIDIKAN NON FORMAL DALAM RANGKA MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN

dokumen-dokumen yang mirip
Kompetensi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Pada Pendidikan Nonformal

Kompetensi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Pada Pendidikan Nonformal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pada pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa salah satu tujuan negara

Pasal 13 ayat (1) Jalur Pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non-formal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.

ISBN LAPORAN EKSEKUTIF

Dr.Burhanuddin Tola, M.A. NIP i

! "## Pelayanan Administrasi Perkantoran Dinas Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan

Bab 6 INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR. A. Tujuan dan Sasaran Strategis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan pendidikan nasional adalah bagaimana meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional seperti yang tertulis pada Undang-undang nomor 20

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengelolaan program dalam layanan pendidikan bisa terselenggara

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 81 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

PROGRAM PRIORITAS PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB 1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan peserta didik, baik secara mental maupun intelektual, digembleng agar

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BAB V PENUTUP. 1. Bentuk-bentuk pelaksanaan Kurikulum 2013 di SMAN 1 dan 2 Kecamatan. pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL Nomor 41 Tahun 2007 STANDAR PROSES

Lampiran II Exekutive Summary EVALUASI PENYELENGGARAAN PROGRAM WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR PADA PONDOK PESANTREN SALAFIYAH (PPS)

PANDUAN LAYANAN KELAS INTERNASIONAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2008 TENTANG

ANALISIS TENTANG KOMPETENSI PROFESIONAL DAN PEDAGOGIK GURU DALAM MERANCANG PERANGKAT PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN IPS SMP DAN MTs DI KOTA DUMAI

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. sehingga investasi dalam pendidikan bukan hanya memberikan dampak bagi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan dianggap sebagai sebagai suatu investasi yang paling berharga

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI,

I. PENDAHULUAN. Sekolah sebagai suatu lembaga formal merupakan organisasi dengan kegiatan utama

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

Fungsi dan Lingkup Jalur PNFI

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI UPTD SKB UNGARAN KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan nasional di bidang pendidikan, salah satunya adalah

M E M U T U S K A N: Menetapkan : KEPUTUSAN REKTOR TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PEROLEHAN KREDIT AKADEMIK DI UNIVERSITAS INDONESIA.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu pengalaman belajar yang terprogram dalam

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENINGKATAN KUALIFIKASI SARJANA (S1) BAGI GURU MADRASAH IBTIDAIYAH DAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAH (DUAL

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan,

MENGOPTIMALKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI SEKOLAH DENGAN JUMLAH SISWA SEDIKIT

MAKALAH 8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KAPITA SELEKTA

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh peserta didik (in put), pendidik, sarana dan prasarana,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM PAKET C KEJURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Universitas Pendidikan Indonesia Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan. Copyright by Asep Herry Hernawan

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu pilar terpenting dalam meningkatkan kualitas manusia adalah

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

I. PENDAHULUAN. Pendidikan berperan penting dalam perkembangan dan kemajuan suatu bangsa,

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

BAB I PENDAHULUAN tentang guru, yang menyebutkan bahwa, guru adalah pendidik profesional

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

Standar kopetensi Pendidikan oleh Fauzan AlghiFari / / TP-B

MATRIK TOPIK BAHASAN SIDANG KOMISI IV PADA REMBUK NASIONAL PENDIDIKAN TAHUN 2009

RINGKASAN EKSEKUTIF SURVEI KEPUASAN PEMANGKU KEPENTINGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN. Sebagai konsekuensi atas terbitnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kualitas pelaksanaan pendidikan di sekolah ditentukan oleh berbagai unsur,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

Profil Keterampilan Mengajar Mahasiswa Calon Guru Melalui Kegiatan Induksi Guru Senior

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam upaya membantu siswa untuk mencapai tujuan, maka guru harus

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI UPTD SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB) UNGARAN

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015

PENETAPAN KINERJA BUPATI TEMANGGUNG TAHUN ANGGARAN 2014 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET (Usia 0-6 Tahun)

2015 IMPLEMENTASI SISTEM D UAL MOD E UNIVERSITAS TERBUKA

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN BLORA PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian akan dilaksanakan di 3 kecamatan di Kabupaten Kepulauan Anambas

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

DIVESIFIKASI LAYANAN PENDIDIKAN KESETARAAN & REVIEW MATERI. Fitta Ummaya Santi

STRATEGI MANAJEMEN MUTU PADA SMA NEGERI UNGGULAN DI KOTA BANDUNG (Studi Kasus Pada SMA Negeri 3, SMA Negeri 5 dan SMA Negeri 8 Kota Bandung)

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan kompetensi setiap individu akan berkembang sesuai dengan jenjang

Unnes Physics Education Journal

Hasil Pembahasan Pra-Musrenbangnas dalam Penyusunan RKP 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Pasal 26 ayat (3), yang menjelaskan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Guru dalam proses pembelajaran di kelas memainkan peran penting terutama

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

IMPLEMENTASI MANAJEMEN MUTU PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI SUMATERA UTARA. Renova Marpaung. Abstrak. Kata Kunci : Manajemen Mutu, Pembangunan, Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas sangat erat

I. PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI PENGAWAS SEKOLAH

2014, No Mengingat : 1 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Le

INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2017 (Berdasarkan Format : PERMENPAN Nomor 53 Tahun 2014 dan PERMENPAN & RB Nomor: PER/20/menpan/II/2008)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. khususnya untuk anggaran pendidikan SMA di Kota Metro sejak tahun

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KEHUTANAN NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

KOMPETENSI ALUMNI PG PAUD FIP UNNES DI LEMBAGA PENDIDIKAN

RENCANA AKSI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR

PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Transkripsi:

LAPORAN EKSEKUTIF PENGKAJIAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PADA PENDIDIKAN NON FORMAL DALAM RANGKA MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN PUSAT PENELITIAN KEBIJAKAN DAN INOVASI PENDIDIKAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL 2010 1

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) pasal 26, pendidikan non formal (PNF) adalah pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Salah satu program PNF yang berperan sebagai pengganti adalah Pendidikan Kesetaraan. Di Indonesia, program PNF pendidikan kesetaraan ditekankan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian professional. Selanjutnya, melalui proses penyetaraan, lulusan PNF dihargai setara dengan pendidikan formal. Selain akses, peningkatan mutu juga menjadi prioritas PNFI. Meskipun pemerintah telah melakukan berbagai program peningkatan, peningkatan kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) dirasakan belum optimal terutama dalam upaya peningkatan mutu. Dilatarbelakangi permasalahan tersebut, penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi berbagai kompetensi para PTK pendidikan kesetaraan saat ini maupun kompentensi yang diperlukan sesuai dengan standar yang ditetapkan. B. Rumusan Masalah Pendidik memegang kunci mutu pendidikan, namun sampai saat ini belum banyak informasi tentang kualitas pendidik. Untuk itu diperlukan penelitian mendalam yang mampu memberikan informasi baik tentang kompentensi PTK saat ini maupun yang diperlukan sebagaimana tuntutan standar yang telah ditetapkan. C. Tujuan Tujuan umum studi ini menyiapkan bahan rumusan kebijakan dalam rangka memberikan masukan terkait dengan kebutuhan pelatihan bagi para PTKPNF dalam upaya meningkatkan kompetensi mereka agar dapat 2

melaksanakan tugas dan fungsinya secara optimal. Secara khusus tujuan studi ini adalah untuk mendapatkan data dan informasi tentang: (1) tingkat kompetensi PTKPNF saat ini; (2) tingkat pengetahuan PTKPNF tentang SNP saat ini; (3) faktor-faktor yang erat kaitannya dengan tingkat kompetensi PTKPNF saat ini; (4) tingkat kompetensi yang dibutuhkan PTKPNF agar mereka dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara optimal. D. Lingkup Lingkup penelitian ini meliputi program Paket A dan program Paket B. Pendidik adalah tutor program Paket A dan Paket B yang tidak merangkap sebagai guru di sekolah dan pamong kelompok kerja (pokja) pendidikan kesetaraan di P2PNFI dan BPPNFI, BPKB, dan SKB. Tenaga Kependidikan meliputi pengelola kelompok Paket A dan Paket B serta Penilik PLS. II. KAJIAN PUSTAKA A. Pendidik dan Tenaga Kependidikan Non Formal (PTK-PNF) PNF sering dikaitkan dengan pendidikan seumur hidup dimana secara konseptual di banyak negara dikenal sebagai pendidikan untuk orang dewasa (adult learner) sebagai bagian dari konsep pemberdayaan masyarakat sipil (civil society). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa PNF telah tumbuh sebagai institusi yang berbeda dengan persekolahan konvensional, namun mengklaim bahwa lulusannya sama dengan lulusan persekolahan konvensional. Di Indonesia, PNF adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang dan berfungsi untuk mengembangkan potensi peserta didik baik akademik dan ketrampilan fungsional. Peran PTK merupakan salah satu kunci keberhasilan peningkatan akses dan mutu PNF. 3

B. Mutu Pendidikan Dalam dokumen Education for All (EFA) global monitoring report, UNESCO (2005) menggarisbawahi bahwa capaian dari partisipasi universal dalam pendidikan secara fundamental tergantung pada kualitas pendidikan. Definisi kualitas pendidikan yang dirumuskan oleh UNESCO (2005) mengalami perkembangan. Pada deklarasi pendidikan untuk semua (EFA) tahun 1990an, UNESCO belum memiliki definisi yang jelas mengenai kualitas pendidikan. Pengertian lebih jelas, nampak dalam Kerangka Aksi Dakar (the Dakar Framework for Action), berikutnya pada dokumen Learning to Be: The World of Education Today and Tomorrow, berikutnya dokumen Learning: The Treasure Within, dan akhirnya pada Table on Quality of Education di Paris pada tahun 2003, UNESCO menetapkan akses terhadap kualitas pendidikan sebagai hak azazi manusia (Pigozzi, 2004 dalam UNESCO, 2005). Pengertian mutu juga didefinisikan sebagai human capital, pendidikan merupakan unsur yang memainkan peranan penting dan signifikan dalam pertumbuhan ekonomi, sehingga pengeluaran pendidikan diperhitungkan sebagai bentuk investasi (Olanivan & Okemakinde, 2008). Konsep pendidikan sebagai human capital memiliki kaitan erat dengan konsep efektivitas dan peningkatan sekolah. Hargreaves (2001) mencoba mengintegrasikan konsep-konsep tersebut menjadi sebuah konsep model yang memiliki empat master konsep yaitu: outcome, leverage, modal intelectual, dan modal sosial. Berdasarkan diskusi tersebut, terdapat dua konsep mutu pendidikan yang berbeda, antara perumusan UNESCO dan perumusan teori human kapital yang cenderung digunakan oleh Bank Dunia dalam mendefinisikan mutu pendidikan. Namun demikian pada dasarnya dalam implementasinya saling menunjang, dimana mutu pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kehidupannya baik secara ekonomi maupun hakekat kehidupan manusia. 4

III. METODE PENELITIAN Pendekatan dalam penelitian ini meliputi kualitatif dan kuantitatif. Pemilihan sampel provinsi dilakukan secara purposive, dengan kriteria provinsi tersebut adalah lokasi P2PNFI atau BPPNFI atau provinsi binaan P2PNFI atau BPPNFI yang memiliki BPKB. Jumlah sampel provinsi sebanyak 8: Provinsi Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Barat, dan Maluku. Selanjutnya, pada setiap provinsi sampel diambil 1 kabupaten dan 1 kota. Kriteria Kabupaten/kota pilihan pertama adalah lokasi P2PNFI atau BPPNFI atau BPKB. Pemilihan kabupaten/kota kedua menggunakan kriteria sebagai daerah yang menjadi ujicoba KTSP sehingga diperkirakan sudah menggunakan KTSP. Data dianalisis secara deskriptif untuk menjawab tujuan penelitian. Seperti telah diuraikan, data dalam studi ini terdiri atas tiga jenis data, yaitu data kualitatif yang diambil melalui wawancara mendalam, data kuantitatif yang dikumpulkan melalui pengisian kuesioner dan tes. Selanjutnya baik data kualitatif maupun kuantitatif dianalisis secara deskriptif sebagai temuan penelitian yang dipakai untuk merumuskan saran kebijakan. IV. TEMUAN DAN DISKUSI A.Tingkat kompetensi PTKPNF 1. Tutor Paket A dan Tutor Paket B Nilai terendah yang dicapai oleh Tutor Paket A dan Tutor Paket B adalah kompetensi pedagogik dan tertinggi untuk kompetensi kepribadian (Lihat gambar 1 dan 2). Kompetensi professional Tutor Paket A dan Tutor Paket B masih rendah, rerata nilai yang dicapai sebesar 40 dan 50,7 dari 100. Hal itu mencerminkan bahwa program kesetaraan dilakukan seadanya, yang penting adalah program yang direncanakan dapat dilaksanakan meskipun dengan berbagai keterbatasan, termasuk keterbatasan kompetensi penguasaan substansi. 5

Gambar 1. Nilai Rerata Kompetensi Tutor Paket Kriteria penilaian tampak pada Tabel 1. Rendahnya nilai kompetensi pedagogik kemungkinan disebabkan oleh tingkat pendidikan Tutor Paket A yang hanya SMA (29 persen dari responden yang diwawancarai) dan Tutor Paket B yang D3 (sebanyak 24 persen responden yang diwawancarai) sehingga tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang pedagogik dan kurangnya pelatihan dengan materi pedagogik. Di antara tutor Paket A cukup banyak yang sudah memperoleh pelatihan, tetapi pelatihan yang mereka terima tidak selalu spesifik terkait langsung dengan pendidikan kesetaraan Paket A, melainkan materi pendidikan non formal. Gambar 2. Nilai Rerata Kompetensi Tutor Paket B 6

Tabel 1. Kriteria Penilaian dan Kategori Nilai Rerata Tutor Paket A dan Tutor Paket B No. Kompetensi Mata Pelajaran Nilai Kategori Tutor Paket A Tutor Paket B 1. Profesional PKn Bhs.Indonesia Belum kompeten Belum kompeten Matematika IPA 80 Kompet en Belum kompet en Belum kompeten Belum kompeten IPS Belum kompeten Bhs.Inggris Belum kompeten 2. Pedagogik 80 Kompet en Belum kompet en Belum kompeten 7

3. Kepribadian < 25 Rendah 25-75 Sedang 4. Sosial < 25 Rendah 76 Tinggi Tinggi Tinggi 25-75 76 Sedang Sedang Sedang Tinggi Mengacu ke kriteria, maka hanya 5,88 persen tutor Paket A yang kompeten. Di antara 5,88 persen tersebut sebanyak 4,90 persen untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia dan 0,98 persen untuk pelajaran IPS (lihat Tabel 2). Proporsi Tutor Paket B yang kompeten sebanyak 23,94 persen tutor Paket B yang kompeten (lihat Tabel 2). Di antara 23,94 persen, sebanyak 10,34 persen kompeten dalam pelajaran PKn, 4,90 persen kompeten dalam pelajaran Bahasa Indonesia, dan 8,70 persen kompeten dalam pelajaran Matematika. Berdasarkan hasil tes tersebut, maka kompetensi Tutor Paket A dan Paket B dalam penguasaan materi mata pelajaran serta pedagogik perlu ditingkatkan. Selain itu perlu diupayakan untuk meningkatkan tingkat pendidikan Tutor Paket A minimal D2 dan Tutor Paket B minimal D3. 2. Pamong Belajar Hasil tes ini bukan menggambarkan 4 kompetensi, namun merupakan pengetahuan tentang 4 kompetensi. Gambaran kompetensi pedagogic tutor yang dinilai dengan tes baru sebatas pengetahuan pedagogic belum pada kemampuan pedagogiknya. Kriteria penilaian tampak pada Tabel 4, sedangkan nilainya dapat dilihat pada Tabel 6. 8

Tabel 2. Sebaran Nilai Tutor Paket A untuk 5 Mata Pelajaran MATA PELAJARAN Kisaran PKn Bahasa Indonesia Matematika IPA IPS Nilai Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah % % % % (org) (org) (org) (org) (org) % 0-20 13 12,75 15 14,71 39 38,24 20 19,61 23 22,55 21-40 44 43,14 7 6,86 48 47,06 39 38,24 25 24,51 41-60 40 39,22 39 38,24 10 9,80 33 32,35 38 37,25 61-79 5 4,90 36 35,29 5 4,90 10 9,80 15 14,71 80-100 0 0 5 4,90 0 0 0 0 1 0,98 Jumlah 102 100 102 100 102 100 102 100 102 100 Tabel 3. Sebaran Nilai Tutor Paket B untuk 5 Mata Pelajaran MATA PELAJARAN Kisaran PKn Bahasa Indonesia Matematika IPA IPS Bahasa Inggris Nilai Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase (org) (org) (org) (org) (org) (org) Persentase 0-20 1 3,45 15 14,71 1 4,35 0 0 0 0 0 0 21-40 4 13,79 7 6,86 11 47,83 13 54,17 7 29,17 5 20,83 41-60 10 34,48 39 38,24 5 21,74 10 41,67 14 58,33 10 58,33 61-79 11 37,93 36 35,29 4 17,39 1 4,17 3 12,50 8 33,33 80-100 3 10,34 5 4,90 2 8,70 0 0 0 0 0 0 29 100 102 100 23 100 24 100 102 100 24 100 9

Tabel 4. Kriteria Nilai Kompetensi Profesional, Pedagogik, Kepribadian, dan Sosial Pamong Belajar No. Nilai Kategori 1. - 1,67 Rendah 2. > 1,67 2,33 Sedang 3. > 2,33-3 Tinggi Tabel 6. Rerata Nilai Kompetensi Pamong Belajar Kompetensi No. Lembaga Profesional Pedagogik Kepribadian Sosial R S T R S T R S T R S T 1. P2PNFI 2. BPPNFI 3. BPKB 4. SKB R : rendah S : sedang T : Tinggi Gambar 3. Persentase Frekuensi Nilai Kompetensi Professional Pamong Belajar 10

Rerata kompetensi professional pamong adalah tinggi. Kompetensi professional Pamong dengan frekuensi tertinggi (73,02 persen) adalah untuk kelompok nilai tinggi dicapai oleh Pamong Belajar SKB (lihat Gambar 3). Hal ini kemungkinan disebabkan pamong SKB melaksanakan tugas keprofesian dengan frekuensi yang lebih tinggi dibandingkan Pamong di P3PNFI dan BPPNFI serta BPKB. Hal itu cenderung disebabkan oleh adanya permasalahan terkait dengan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) mereka masing-masing. Berdasarkan Permenpan No.15 tahun 2010 tentang Angka Kredit Jabatan Fungsional Pamong Belajar, tugas Pamong adalah i) Melaksanakan peman; ii) melaksanakan pembimbingan; iii) Melaksanakan pelatihan; iv) Mengelola program PNF ; dan v) Mengembangkan model. Namun kenyataan di lapangan porsi melaksanakan tugas tertentu berbeda antara pamong P2PNFI dan BPPNFI, BPKB, serta SKB. Sebagai contoh tugas melaksanakan pengembangan model penyelenggaraan pendidikan non formal dan informal, untuk ini Pamong di P2PNFI dan BPPNFI memiliki porsi yang besar, sementara Pamong di SKB tidak melakukannya sama sekali. Rerata kompetensi pedagogic pamong di P2PNFI, BPPNFI, dan BPKB termasuk kategori sedang dan untuk pamong SKB adalah tinggi. Pada Gambar 4 tampak bahwa kelompok nilai tinggi, frekuensi tertinggi (87,3 persen) dicapai oleh Pamong di SKB dan frekuensi terendah (48,39 persen) oleh Pamong Belajar P2PNFI dan BPPNFI. Kondisi demikian adalah wajar, mengingat pamong SKB lebih banyak melakukan peman di kelompok dibandingkan dengan Pamong P2PNFI, BPPNFI, dan BPKB. Peman dilakukan Pamong SKB dalam kerangka sebagai penyelenggara di kelompok. Sebagai penyelenggara yang sering menghadapi permasalahan kesulitan mencari Tutor, juga menjadi hal yang biasa jika penyelenggara juga merangkap sebagai tutor. Dengan seringnya melakukan 11

peman adalah dimungkinkan jika pamong memiliki wawasan pengetahuan tentang pedagogic yang cukup luas. Gambar 4. Persentase Frekuensi Nilai Kompetensi Pedagogik Pamong Belajar Rerata nilai kompetensi sosial pamong adalah tinggi. Pada Gambar 5 tampak bahwa untuk kelompok nilai tinggi, frekuensi tertinggi (90,91 persen) dicapai oleh Pamong Belajar BPKB dan frekuensi terendah (78,55) persen dicapai oleh Pamong Belajar P2PNFI dan BPPNFI. Secara umum dapat dikatakan bahwa kompetensi sosial Pamong Belajar P2PNFI, BPKB, dan SKB baik. Gambar 5. Persentase Frekuensi Nilai Kompetensi Sosial Pamong Belajar 12

Rerata nilai kompetensi kepribadian pamong adalah tinggi. Tampak pada Gambar 6 bahwa kompetensi kepribadian Pamong Belajar P2PNFI, BPPNFI, BPKB, dan SKB secara umum baik ditunjukkan oleh tingginya persentase Pamong Belajar yang memperoleh nilai tinggi. Gambar 6. Persentase Frekuensi Nilai Kompetensi Kepribadian Pamong Belajar Berdasarkan hasil tes tersebut maka kompetensi pedagogik pamong P2PNFI, BPPNFI, dan BPKB yang belum mencapai nilai tinggi perlu ditingkatkan minimal sampai pada tingkat kompetensi yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing pamong. 3. Pengelola Kelompok Belajar Tenaga kependidikan yang dites kompetensinya hanya pengelola kelompok Paket A dan Paket B. Kompetensi yang dites adalah kompetensi kepribadian, sosial, dan manajerial. Rerata nilai kompetensi manajerial pengelola 30,13 dari 100. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kemampuan pengelola masih sangat rendah. Rendahnya kemampuan pengelola dapat disebabkan karena mereka menjadi pengelola bukan karena kompetensinya tetapi karena memiliki akses untuk menjadi pengelola. Dengan demikian hal yang wajar jika kompetensi pengelola tampak 13

seadanya saja. Kompetensi kepribadian dan sosial Pengelola termasuk tinggi. Pada Gambar 7 tampak bahwa persentase tertinggi yaitu 66,98 persen adalah untuk kelompok nilai 21 sampai dengan 39, persentase terendah sebesar 16,04 persen adalah untuk kelompok nilai 40 sampai dengan 60. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa secara umum kemampuan pengelola kelompok masih rendah. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh 78,6 persen pengelola kejar baru memiliki pengalaman mengelola paling lama 5 tahun, sementara yang telah mengelola kejar selama 11 sampai dengan 15 tahun hanya 3,6 persen. Gambar 7. Persentase Frekuensi Kelompok Nilai Kompetensi Manajerial Pengelola Kelompok Belajar Rerata nilai kompetensi kepribadian pengelola kelompok adalah tinggi yaitu 87,40. Gambar 8 memperlihatkan frekuensi tertinggi untuk kelompok nilai yang 76. Dengan demikian dapat dikatakan kompetensi kepribadian pengelola adalah baik. Gambar 8. Persentase Frekuensi Kelompok Nilai Kompetensi Kepribadian Pengelola Kelompok Belajar 14

Rerata nilai kompetensi sosial pengelola kelompok adalah tinggi yaitu 79,55. Gambar 9 memperlihatkan frekuensi tertinggi untuk kelompok nilai yang 76. Dengan demikian dapat dikatakan kompetensi sosial pengelola adalah baik. Gambar 9. Persentase Frekuensi Kelompok Nilai Kompetensi Sosial Pengelola Kelompok Belajar Berdasarkan hasil tes tersebut perlu diupayakan untuk meningkatkan kompetensi manajerial pengelola kelompok Paket A dan Paket B dengan berbagai cara, diantaranya pelatihan, dari sesama pengelola kelompok lain yang berhasil. 15

SENYATANYA SEHARUSNYA Kebutuhan Tutor Paket A Standar Isi SKL Standar Proses Standar Penilaian SI SKL Standar Proses Standar Penilaian Sebagian Pengetahuan Tidak semua Semua tutor Pengetahuan semua Tutor sudah Tutor tentang mempunyai RPP. mengetahui Tutor mempunyai mengetahui SKL masih Bagi yang sudah dan tentang SKL RPP yang KTSP, tapi kurang. Mereka memiliki formatnya melaksanaka mencukupi formatnya belum mengetahui sesuai dengan n KTSP, dan sesuai dengan membuat. tentang SKL dari Permendiknas No.3 terutama mengetahui Permendiknas SD. tahun 2008. yang sudah SKL bukan No.3 tahun mendapatka hanya dari 2008. n pelatihan. pendidikan formal Tutor melaksanakan penilaian oleh pendidik, berupa ulangan harian, UTS, dan ujian kenaikan tingkat atau ujian semester. Penilaian oleh Pemerintah berupa Ujian Paket A. Ujian kelompok setara dengan US tidak ada. Secara menyeluruh keterlaksanaannya belum konsisten, sistematik, dan terprogram. Tutor melaksanaka n penilaian oleh pendidik, berupa ulangan harian, UTS, dan ujian kenaikan tingkat atau ujian semester dengan keterlaksanaa n yang konsisten, sistematik, dan terprogram. SNP Pelatihan membuat KTSP. Magang di sekolah formal /PKBM percontohan untuk mendapat gambaran pelaksanaan KTSP Menerima materi sosialisasi SKL. Latihan membuat RPP dan melaksanakannya. Pelatihan membuat soal. Membentuk semacam MGMP untuk berdiskusi dalam membuat soal. Tutor Paket B Sebagian sudah Pengetahuan mereka masih Tidak semua mempunyai RPP. Penilaian oleh Semua Tutor paket B Mengetahui dan Semua tutor memahami dan Penilaian oleh pendidik Pelatihan membuat 16

mengetahui KTSP, tapi belum membuat. Upaya yang dilakukan adalah melihat KTSP SMP kurang, kebanyakan menggunakan modul. Mereka tidak bisa mempelajari SKL SMP karena yang diunkan berbeda. Bagi yang sudah memiliki formatnya sesuai dengan Permendiknas No.3 tahun 2008 dengan meniru RPP SMP. Kurang paham tentang peman tutorial dan mandiri Pemerintah berupa UN paket sudah sepenuhnya mengacu pada SKL, sedangkan di kelompok masih menggunakan modul. Tutor melaksanakan penilaian oleh pendidik, berupa ulangan harian, UTS, dan ujian kenaikan tingkat atau ujian semester namun belum dilaksanakan secara konsisten. Tidak dilakukan ujian kelompok seperti US di sekolah. mengetahui, memahami dan melaksanaka n KTSP. Bagi yang sudah ikut pelatihan KTSP seharusnya berbagi pengetahuan dengan tutor lainnya. memahami SKL sebagai acuan UN paket B. membuat RPP. Semua tutor memahami perbedaan tatap muka, tutorial dan mandiri serta alokasinya berupa ulangan harian UTS dan ujian kenaikan tingkat dilaksanakan secara konsisten dan berkala. KTSP. Magang di sekolah formal /PKBM percontohan untuk mendapat gambaran pelaksanaan KTSP Menerima materi sosialisasi SKL. Latihan membuat RPP yang lebih focus pada bidang studi dan melaksanakannya. Pelatihan membuat soal. Membentuk semacam MGMP untuk berdiskusi dalam membuat soal. PAMONG BELAJAR BPPNFI/P2PNFI Pamong mengetahui tentang SI secara umum, dalam hal (i) Pamong mengetahui tentang SKL. Hal ini mengingat Pamong tersebut Pamong mengetahui tentang Standar Proses dari pelatihan dan ada yang sendiri. Pamong mengetahui tentang Standar Penilaian. Hal ini mengingat Pamong memiliki kelompok mengingat kelompok tersebut memiliki kepentingan Pamong memahami tentang SKL. Pamong memahami tentang standar proses. Pamong memahami tentang Standar penilaian. Meningkatk an kompetensi dalam membuat KTSP dan mempraktikkannya di kelompok binaan. 17

KTSP, (ii) kerangka dasar dan struktur kurikulum, (iii) beban, (iv) kalender pendidkan bahkan Pamong di BPPNFI menjadi pelatih KTSP. memiliki kelompok binaan, sebagai objek pengembangan model. binaan tempat pamong menerapkan standar tersebut terhadap Standar Penilaian karena memiliki kelompok binaan. Meningkatk an pengetahuan tentang SKL, dengan cara antara lain proaktif mencari informasi dari pamong lainnya. Mencari informasi tentang berbagai hal terkait standar proses, misalnya RPP. Mengikuti pelatihan membuat soal sebagai bekal membina kelompok. PAMONG BELAJAR BPKB Pamong mengetahui tentang SI secara umum, dalam hal (i) KTSP, (ii) kerangka dasar dan struktur Pamong yang memiliki kelompok binaan mengetahui tentang SKL secara umum. Pamong yang tidak memiliki Pamong mengetahui secara umum tentang Standar Proses, mengingat kelompok tersebut memiliki kepentingan terhadap Standar Proses karena memiliki kelompok Sebagian pamong mengetahui secara umum tentang Standar Penilaian, terutama mereka yang aktif terlibat dalam keompok binaan. Pamong mengingat kelompok tersebut memiliki kepentingan terhadap Standar Penilaian Pamong memahami tentang SKL dalam kaitannya dengan pelaksanaan UN paket untuk WB. Semua p among memahami standar proses terutama tentang pembuatan RPP. Pamong memahami tentang Standar penilaian. Meningkatka n kompetensi dalam membuat KTSP dan mempraktikkannya di kelompok binaan. Meningkatka n pengetahuan tentang SKL, dengan cara antara lain 18

kurikulum, (iii) beban, (iv) kalender pendidkan bahkan Pamong di BPKB menjadi pelatih KTSP. Namun dalam pelatihan Pamong tidak mempraktikk an cara membuat KTSP kelompok binaan kurang mengetahui tentang SKL. binaan. karena memiliki kelompok binaan. PAMONG BELAJAR SKB proaktif mencari informasi dari pamong lainnya. Mencari informasi tentang berbagai hal terkait standar proses, misalnya RPP. Mengikuti pelatihan membuat soal sebagai bekal membina kelompok. Pamong mengetahui tentang SI secara lebih mendalam, terkait dengan (i) KTSP, (ii) kerangka dasar dan struktur kurikulum, Pamong mengetahui tentang SKL, mengingat pamong mempersiapkan warga menghadapi UN paket. Pamong mengetahui secara lebih mendalam mengingat mereka mempraktekkannya di kelompok binaan. Pamong mengetahui secara umum tentang Standar Penilaian, mengerti tentang penilaian oleh tutor dan pemerintah. Pamong memahami, mengembangka n dan memberikan pelatihan KTSP antara lain kepada tutor, pamong lainnya. Pamong memahami tentang SKL karena mereka mempersiapka n WB untuk menghadapi UN paket. Pamong memiliki kemampuan membuat RPP untuk manjalankan PBM dan mengajarkan tutor lain. Pamong memahami tentang standar penilaian dan memiliki kemampuan mengembang kan soal. Meningkatkan kompetensi dalam membuat KTSP dan mempraktikka nnya di kelompok binaan. Meningkatkan pengetahuan tentang SKL, dengan cara 19

(iii) beban, (iv) kalender pendidikan. Pamong di SKB menjadi tutor di kelompok Paket A dan/b. antara lain proaktif mencari informasi dari pamong lainnya. Mencari informasi tentang berbagai hal terkait standar proses, misalnya RPP. Mengikuti pelatihan membuat soal sebagai bekal membina kelompok. Pengelola kelompok Paket A dan Paket B Hanya sedikit mengetahui tentang KTSP, karena mereka merasa KTSP adalah tanggung jawab tutor. Mereka mengetahui tentang SKL, karena kalau ada undangan sosialisasi yang sering datang adalah pengelola untuk selanjutnya Hanya sedikit mengetahui tentang standar proses, karena mereka lebih banyak menyerahkan kepada tutor. Hanya sedikit mengetahui tentang standar penilaian, karena mereka lebih banyak menyerahkan kepada tutor. Memahami standar Isi untuk mengarahkan tutor dalam melaksanakan PBM Memahami SKL untuk ikut membantu mempersiapka n WB. Memahami Standar proses untuk ikut membantu mempersiapkan WB. Memahami standar penilaian sebagai bekal dalam mengevaluasi perkembanga n WB. Belajar tentang SI dan standar proses, diantaranya dari tutor. Proaktiv mencari informasi tentang SKL. Meningkatkan 20

Penilik PLS Sebagian besar tidak mengetahui tentang KTSP. Kalau ada yang tahu karena ada keinginan dan inisiatif sendiri. menginformasika n kepada tutor. Sebagian besar tidak mengetahui tentang SKL. Kalau ada yang tahu karena ada keinginan dan inisiatif sendiri. Sebagian besar tidak mengetahui tentang Standar Proses. Kalau ada yang tahu karena ada keinginan dan inisiatif sendiri. Sebagian besar tidak mengetahui tentang Standar Penilaian. Kalau ada yang tahu karena ada keinginan dan inisiatif sendiri. Sebagai Pembina/nara sumber kelompok Penilik PLS mengetahui dan memahami tentang SI untuk memberikan pengarahan kepada tutor. Sebagai Pembina/nara sumber kelompok Penilik PLS mengetahui dan memahami tentang SKL untuk memberikan pengarahan kepada tutor dalam mempersiapka n WB ikut UN paket. Sebagai Pembina/nara sumber kelompok Penilik PLS mengetahui dan memahami tentang Standar proses untuk memberikan pengarahan kepada tutor antara lain tentang PBM, RPP. Sebagai Pembina/nara sumber kelompok Penilik PLS mengetahui dan memahami tentang Standar penilaian untuk memberikan pengarahan kepada tutor dalam mengevaluasi perkembanga n WB. kemampuan melakukan evaluasi. Pelatihan secara intensif dan menyeluruh tentang SNP. 21

C. Faktor-faktor yang erat kaitannya dg tingkat kompetensi PTKPNF saat ini Gambaran tentang dukungan dan hambatan PTKPNF di beberapa lembaga dalam meningkatkan kompetensinya. 1. Dukungan Sarana dan Prasarana Pamong di P2PNFI, BPPNFI dan BPKB pada umumnya telah memiliki sarana prasarana memadai, hanya perlu ditambahkan buku-buku di perpustakaan. Bagi pamong di BPPNFI dan BPKB perlu disediakan laboratorium kelompok yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung yang memadai. Sama halnya dengan pamong di SKB, secara umum sarana prasarana memadai termasuk adanya fasilitas laboratorium kelompok, namun buku-buku di perpustakaan masih perlu ditambahkan. Sedangkan untuk tutor paket A dan paket B, keadaan sarana prasarananya bervariasi di masing-masing daerah, namun secara umum kondisi sarana prasarana di kelompok masih memerlukan perhatian untuk meningkatkan mutu pendidikan. Pengelola sebagai tenaga kependidikan memiliki sarana prasarana yang tidak jauh berbeda dengan tutor paket A dan paket B. Tenaga kependidikan lainnya adalah penilik. Sarana dan prasarana yang masih kurang bagi penilik adalah alat transportasi untuk menjalankan tugas. 2. Dukungan Dana Pamong di P2PNFI mendapatkan block grant revitalisasi program dari Pemerintah Pusat. Pamong di P2PNFI dan BPPNFI berkesempatan mendapat dana beasiswa jenjang S2 dan S3 dari Pemerintah Pusat. Di BPKB, dana disediakan oleh Pemerintah Pusat untuk pelatihan sesuai dengan kebutuhan. Pemerintah daerah memberikan dana untuk memperbaiki bangunan dan pengadaan. Selain itu, pemerintah daerah juga memberikan dana untuk mengadakan pelatihan bagi pamong dan tutor, namun proses birokrasi memerlukan waktu yang lama. 22

Pamong di SKB mendapatkan dana dari BPKB Rp 1.500.000 per tahun untuk karya tulis dan pengembangan profesi. Lain halnya dengan tutor, rata-rata honor bulanan tutor paket A sebesar Rp. 350.000,- sedangkan tutor paket B berkisar Rp 350.000 sampai dengan Rp 400.000,- dari dana APBN. Untuk pengelola mendapat insentif Rp 300.000 per bulan. 3. Dukungan Kebijakan Kebijakan tentang PB adalah Permenpan dan RB nomor 15 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional PB dan angka kreditnya. Peraturan ini memperbarui Kep. Menkowasbangpan Nomor 25/KEP/MK.WASPAN/6/1999. Dalam Permenpan dan RB nomor 15 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pamong Belajar dan Angka Kreditnya pasal 7 ayat 6 menyatakan bahwa setiap kenaikan jenjang jabatan Pamong Belajar harus lulus uji kompetensi. Dalam Permenpan nomor 15 tahun 2010 juga ditetapkan bahwa kualifikasi akademik pamong menjadi DIV/S1. Pada peraturan sebelumnya kualifikasi akademik pamong adalah DII. Kebijakan tersebut memicu pamong untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Menurut pamong dan tutor, kebijakan yang menunjang peningkatan kompetensi antara lain adalah pelatihan. Pamong mengharapkan, jika guru diberikan sertifikasi, maka pamong juga diberikan sertifikasi karena fungsi keduanya sama. Kebijakan yang mendukung jabatan fungsional penilik antara lain adalah Peraturan Presiden Nomor 63 tahun 2010 tentang Batas Usia Pensiun yang dikeluarkan pada tanggal 25 Oktober 2010. Peraturan Presiden tersebut mengamanatkan penilik yang saat ini masih menjabat, batas usia pensiunnya dapat diperpanjang sampai dengan 60 tahun. Peraturan baru tersebut belum terlaksana di lapangan sehingga sebagian besar penilik belum memahaminya. 23

V. Simpulan dan Saran A. Simpulan 1. Nilai kompetensi terendah yang dicapai oleh Tutor Paket A dan Tutor Paket B adalah kompetensi pedagogik, kompetensi sosial tergolong sedang dan kompetensi kepribadian tergolong tinggi. Kompetensi professional Tutor Paket A dan Tutor Paket B masih rendah, rerata nilai yang dicapai sebesar 40 dan 50,7 dari 100. Hal itu mencerminkan bahwa program kesetaraan dilakukan seadanya, yang penting adalah program yang direncanakan dapat dilaksanakan meskipun dengan berbagai keterbatasan, termasuk keterbatasan kompetensi penguasaan substansi. 2. Pengetahuan tentang kompetensi professional pamong adalah tinggi. Kompetensi professional Pamong SKB yang mencapai nilai tinggi sebanyak (73,02 persen). Rerata kompetensi pedagogik pamong di P2PNFI, BPPNFI, dan BPKB termasuk kategori sedang dan untuk pamong SKB adalah tinggi, sedangkan rerata nilai kompetensi sosial pamong adalah tinggi. 3. Rerata nilai kompetensi manajerial pengelola tergolong rendah yakni 30,13 dari 100. Untuk rerata nilai kompetensi sosial dan kepribadian pengelola kelompok adalah tinggi yaitu berturut-turut 79,55 dan 87,40. 4. Tingkat pengetahuan tutor paket A dan B tentang SNP yang terdiri dari Standar Isi, Standar Proses, SKL dan Standar Penilaian, sebagian besar baru pada tahap mengetahui namun belum melaksanakannya. 5. Pamong di P2PNFI, BPPNFI dan BPKP sebagian besar mengetahui tentang SNP, namun tidak melaksanakannya karena lebih banyak menjalankan tupoksi mengembangkan model. Untuk pamong di SKB sebagian besar mengetahui tentang SNP dan melaksanakannya karena lebih banyak menjalankan tupoksi melaksanakan peman. 6. Secara umum pengetahuan penilik tentang SNP masih tergolong kurang. Penilik yang mengetahui tentang SNP adalah yang proaktif bertanya kepada antara lain pengawas atau tutor. 24

7. Pamong di P2PNFI, BPPNFI, BPKB dan SKB pada umumnya telah memiliki sarana prasarana memadai, hanya perlu ditambahkan buku-buku di perpustakaan dan laboratorium kelompok yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang memadai. Sedangkan untuk tutor paket A dan paket B, keadaan sarana prasarananya bervariasi di masing-masing daerah, namun secara umum kondisi sarana prasarana di kelompok masih memerlukan perhatian untuk meningkatkan mutu pendidikan. 8. Pengelola sebagai tenaga kependidikan memiliki sarana prasarana yang tidak jauh berbeda dengan tutor paket A dan paket B. Tenaga kependidikan lainnya adalah penilik. Sarana dan prasarana yang masih kurang bagi penilik adalah alat transportasi untuk menjalankan tugas. 9. Kebijakan Pemerintah untuk meningkatkan kompetensi PTK PNF masih belum terlaksana sepenuhnya di tingkat pelaksana terutama di daerah yang aksesnya sulit. B. Saran 1. Kompetensi professional tutor paket A sebagai guru kelas perlu ditingkatkan dengan meningkatkan kualifikasi pendidikan, dan menyeleksi rekrutmen tutor yang memiliki latar belakang pendidikan keguruan. 2. Untuk tutor paket B, perlu diadakan pelatihan tutor untuk substansi per bidang studi. 3. Pengajuan proposal program paket A dan B perlu diseleksi dengan melihat latar belakang pendidikan tutor yang mengajar harus sesuai atau paling tidak mendekati dengan mata pelajaran yang diajarkan. 4. Untuk memenuhi kompetensi tutor agar dapat melaksanakan SNP maka perlu diadakan antara lain pelatihan membuat KTSP, RPP, pelatihan membuat soal, sosialisasi SKL, peningkatan kualifikasi pendidikan dan magang di sekolah formal /PKBM percontohan untuk mendapat gambaran pelaksanaan KTSP. 5. Bagi pamong, untuk memenuhi kompentensi sesuai SNP maka perlu mendalami KTSP dan mempraktikkannya di kelompok 25

binaan. Meningkatkan pengetahuan tentang SKL, dengan cara antara lain proaktif mencari informasi dari pamong lainnya. Mencari informasi tentang berbagai hal terkait standar proses, misalnya RPP. Mengikuti pelatihan membuat soal sebagai bekal membina kelompok. 6. Perlunya dukungan dari Pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan tutor. Dana insentif untuk tutor dan pengelola sebaiknya ditambah. 26

Daftar Pustaka Baptiste, Ian (1999). Beyond lifelong Learning: a call to civically responsible change. International Journal of Lifelong Education, vol. 18 (2), 94 102. Goe, Laura and Stickler Leslie (2008). Teacher Quality and Student Achievement: Making the Most of Recent Research. Research & Policy in Brief: Teacher Quality and Student Achievement. National Comprehensive Center for Teacher Quality. Washington DC. Hargreaves, David H. (2001). A Capital Thepry of School Effectiveness and Improvement. British Educational research Journal, vol. 27 (4), 447-502. http://www.unesco.org/education/gmr_download/chapter1.pdf (27 Januari 2011). Maruatona, Tonic (1999). Adult education and the empowerment of civil society: the case of the trade unions in Botswana. Inernational Journal of Lifelong Education, vol. 15 (6), 476 491. Olanivan, D.A. and Okemakinde, T. (2008). Human Capital Theory: Implications for Educational Development. European Journal of Scientific Research, vol. 24 (2), 157-162. Titmus, Colin (1999). Concepts and practices of education and adult education: obstacles to lifelong education and lifelong learning? International Journal of Lifelong Education, vol. 18 (5), 343 354. 27