SOSIALISASI ZOONOSIS DAN KESEJAHTERAAN HEWAN (KESRAWAN)

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN KESEJAHTERAAN HEWAN DI RUMAH POTONG HEWAN Oleh. drh. Aryani Widyawati

Implementasi One Health Menjembatani Sektor Kesehatan Masyarakat dengan Sektor Kesehatan Hewan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

MENERAPKAN PRINSIP KESEJAHTERAAN HEWAN

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 2

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/Permentan/PK.320/12/2015 TENTANG PEMBERANTASAN PENYAKIT HEWAN

GUBERNUR BENGKULU PERATURAN DAERAH PROVINSI BENGKULU NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN TERNAK SAPI DAN KERBAU BETINA PRODUKTIF

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

(Rp.) , ,04

Tabel. 2.1 Pencapaian Kinerja Pelayanan Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan Aceh Provinsi Aceh

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEBIJAKAN PENGENDALIAN ZOONOSIS DI INDONESIA

LEGISLASI 1 KEDOKTERAN HEWAN UB SISTEM KESEHATAN HEWAN NASIONAL DAN KEBIJAKAN BIBIT

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Bagian Keenam Bidang Kesehatan Hewan dan Kesmavet Pasal 16 (1) Bidang Kesehatan Hewan dan Kesmavet mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian

EVALUASI KEGIATAN DIREKTORAT KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER TAHUN 2017 & RENCANA KEGIATAN TAHUN 2018 RAKONTEKNAS II SURABAYA, 12 NOVEMBER 2017

I. PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2016

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

PERMASALAHAN DALAM PELAKSANAAN PENGENDALIAN FLU BURUNG DI JAWA BARAT. oleh : Ir. Koesmajadi TP Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1991 TENTANG PENANGGULANGAN WABAH PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR SUMATERA BARAT

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

LAPORAN REALISASI KEGIATAN APBN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2015 KEADAAN s/d AKHIR BULAN : DESEMBER 2015

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI SELATAN,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1991 TENTANG PENANGGULANGAN WABAH PENYAKIT MENULAR

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR,

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Berikut ini merupakan gambaran umum pencapaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur :

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2015

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Mambal Kabupaten Badung

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini membahas mengenai implementasi pelayanan kesehatan

Prof. Dr. Drh. I Gusti Ngurah Mahardika Universitas Udayana Denpasar-Bali HP:

KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN ZOONOSIS DALAM OTONOMI DAERAH

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BUPATI MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG RUMAH POTONG UNGGAS

PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENGENDALIAN TERNAK SAPI DAN KERBAU BETINA PRODUKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 adanya standar alat dan mesin peternakan dan kesehatan hewan yang harus ditetapkan dengan Peraturan Menteri. Pada prinsipnya, setiap orang yang beru

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN BUPATI MADIUN,

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN

KEMENHAN. Satuan Kesehatan. Pengendalian. Zoonosis. Pelibatan.

LAPORAN TAHUNAN DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN TAHUN ANGGARAN 2013

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA SINGKAWANG. PROVINSI KALIMANTAN BARAT.

MATRIK RENSTRA DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 30 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI RIAU

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN TERNAK SAPI DAN KERBAU BETINA PRODUKTIF

LKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RENSTRA BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF D I N A S P E R T A N I A N

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG ALAT DAN MESIN PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI KOTA TAHUN : 2014 TENTANG. : a. bahwa Undang Nomor 18. dalam dan produktivitas

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 64 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN

GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 19-P TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PERTANIAN WALIKOTA SURAKARTA,

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

INFORMASI PROGRAM DAN KEGIATAN APBD PADA DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI BALI TAHUN 2017

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

CAPAIAN KINERJA KELUARAN (OUTPUT ) UTAMA APBN PKH TAHUN 2014

Kata Kunci: Babi, Matani Helituan, Kandang, Pakan Fermentasi, Kartu Sehat

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang dan sedang berusaha mencapai

- 1 - BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 44 TAHUN 2011 TENTANG

Press Release. 1. Terkait persiapan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan:

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR

BAGIAN PEREKONOMIAN DINAS PERTANIAN ,95 JUMLAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2000 TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

REALISASI PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BOGOR 2013

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA

PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL MEDIK VETERINER DAN PARAMEDIK VETERINER BAB I PENDAHULUAN

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN LALU LINTAS TERNAK DAN PEREDARAN BAHAN ASAL HEWAN DI KABUPATEN BULUKUMBA

Transkripsi:

SOSIALISASI ZOONOSIS DAN KESEJAHTERAAN HEWAN (KESRAWAN) Kegiatan : Sosialisasi Zoonosis dan Kesejahteraan Hewan (Kesrawan) Oleh : Drh. Abdul Karnaen, dari Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Pascapanen, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Tanggal : 4 Maret 2014 Tempat : Aula BIB Lembang Dihadiri oleh : 56 orang dari unsur Pejabat Struktural, Medik Veteriner, Paramedik Veteriner, Pengawas Bibit Ternak Pengawas Mutu Pakan dan Perawat Ternak. Zoonosis adalah adalah penyakit hewan yang secara alami dapat menular ke manusia atau sebaliknya disebabkan oleh Viral, Bakterial, Parasitik, Mycotik dan Agen lainnya. Penyakit menular baru muncul (emerging infectious disease/eid) yang menyerang manusia disebabkan oleh zoonosis (60.3%). Mayoritas EID zoonosis tersebut berasal dari satwa liar (71.8%) (contohnya: severe acute respiratory virus/sars, Ebola virus), dan jumlahnya cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Dapat ditularkan dari hewan ke manusia, secara langsung, melalui produk hewan (pangan/non-pangan) dan lingkungan, lebih dari 250 Jenis zoonosis.

Kerugian yang ditimbulkan dari zoonosis adalah Gangguan Kesehatan bagi masyarakat (kesakitan/kematian), pembatasan export ternak sapi (Anthrax), produk unggas (AI), sapi (BSE), telur konsumsi/table egg (Salmonella) dll, penurunan perdagangan dalam negeri, produktifitas ternak menurun, peternak gulung tikar, beban biaya pengobatan pada hewan dan manusia (zoonosis), penurunan produktifitas manusia yang tertular zoonosis, mengganggu ketentraman bathin masyarakat, penurunan minat wisatawan kerugian sisi pariwisata. Beberapa penyakit zoonosis seperti Flu Burung (H5N1), Rabies, Anthrak, Leptospirosis dan lain-lain. Pengendalian dan Penanggulangan Zoonosis : 1. Pengendalian dan Penanggulangan Zoonosis Pada Hewan : pengamatan dan pengidentifikasian, pencegahan, pengamanan, pemberantasan, dan/atau pengobatan penyakit hewan (termasuk zoonosis) yang merupakan tanggungjawab Direktorat Kesehatan Hewan. 2. Pencegahan Penularan Zoonosis dari Hewan ke Manusia : zoonosis langsung (direct zoonosis) public awareness, zoonosis tidak langsung (indirect zoonosis) public awareness, jaminan keamanan produk pangan dan non pangan asal hewan, jaminan kesejahteraan hewan, merupakan tanggungjawab Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner & Pascapanen. 3. Tata Laksana Kasus pada Manusia : upaya pencegahan dan penanggulangan kasus pada manusia, tanggungjawab kementerian Kesehatan. Langkah Pencegahan : a. pada manusia adalah dengan melakukan hidup bersih dan melakukan Hygiene personal yg baik, pengebalan dengan vaksinasi dan peningkatan pengetahuan tentang zoonosis; b. pada hewan dapat dilakukan isolasi hewan sakit, vaksinasi, pengobatan dan eliminasi hewan pembawa penyakit; dan c. pada lingkungan menjaga sanitasi lingkungan, penerapan biosekuriti dan pengendalian vektor penyakit. KEBIJAKAN PENERAPAN KESEJAHTERAAN HEWAN PADA UPT DITJEN PKH Menurut Undang-Undang No. 18 tahun 2009, Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang berhubungan dengan keadaan fisik dan mental hewan menurut ukuran perilaku alami hewan yang perlu diterapkan dan ditegakkan untuk melindungi hewan

dari perlakuan setiap orang yang tidak layak terhadap hewan yang dimanfaatkan manusia. Isu kesejahteraan hewan menjadi isu Nasional bahkan Internasional dan berpotensi sebagai hambatan dalam perdagangan bebas. Kesejahteraan Hewan secara Etical dan Sosial : meminimalkan penderitaan hewan. Kesrawan sesuai dengan nilai-nilai dan tuntutan agama : Al Qur an dan Hadist. Tantangan : segera dikeluarkan ISO Kesrawan oleh International Organisation for Standarditation. Tujuan penerapan Kesrawan : melindungi sumberdaya hewan dari perlakuan orang atau badan hukum yang dapat mengancam kesejahteraan dan kelestarian hewan, pada hakekatnya untuk kesejahteraan manusia Prinsip Kesrawan : 5 freedom, bebas dari rasa haus dan lapar (Freedom from hunger and thirst), bebas dari rasa ketidak nyamanan/ penyiksaan fisik (Freedom from discomfort), bebas dari rasa sakit, cedera dan penyakit (Freedom from pain, injury and disease), bebas untuk mengekspesikan perilaku alamiah (Freedom to express normal behaviour), bebas dari ketakutan dan rasa tertekan (Freedom from fear and distress). Arah Kebijakan Kesejahteraan Hewan : Pada Ternak Produksi : Penerapan prinsip kesejahteraan hewan pada ternak Produksi dalam rangka menghasilkan produk hewan yang aman, sehat, utuh dan halal (ASUH), pedoman Kesrawan OIE (Guidelines OIE) diadopsi namun dengan tetap mempertimbangkan aspek budaya / religi / adat masyarakat yang bersifat positif, pelaksanaan kesejahteraan hewan secara bertahap dengan pola pemberdayaan masyarakat melalui upaya peningkatan kesadaran dan partisipasi masyarakat. Pemotongan hewan harus dilakukan di RPH dan mengikuti cara penyembelihan sesuai kaidah kesmavet dan kesrawan. Penyelenggaraan Kesejahteraan Hewan merupakan tanggung jawab bersama Pemerintah, Pemerintah Daerah bersama Masyarakat. Pelaksanaan kesejahteraan hewan diutamakan pada upaya peningkatan kesadaran dan partisipasi masyarakat melalui pendidikan, pelatihan dan penyuluhan. Kendala Penerapan Kesrawan : Keragaman Masyarakat meliputi budaya, tradisi, tingkat pendidikan dan kesadaran terhadap KESRAWAN, Peraturan Perundangan yaitu UU No. 18/2009 hanya mengamanatkan pengaturan lebih lanjut dengan Peraturan Menteri; tidak mengatur sanksi, SDM masih terbatasnya tenaga ahli, petugas pengawas, dan auditor di bidang KESRAWAN, Sarana prasarana pada umumnya tidak penuhi persyaratan sehingga menghambat penerapan KESRAWAN dengan baik (RPH, RPU, Pasar Hewan, Alat Transportasi, dll).

Langkah-langkah Penerapan Kesrawan Melengkapi perangkat peraturan, norma, standar dan pedoman pembinaan KESRAWAN sebagai penjabaran UU No. 18/2009 (mengacu pada kearifan lokal dan pedoman OIE), revitalisasi RPH melalui Alokasi Dana TP dan meningkatkan peran PEMDA, Swasta dan pihak lain dalam memperbaiki dan, melengkapi sarana yang ada (termasuk sarana Kesrawan), penyelarasan tata nilai kesrawan dengan tata nilai agama dalam perlakuan hewan secara ikhsan (manusiawi) dan penyembelihan halal, bimbingan dan pelatihan teknis, fasilitasi, sosialisasi dan koordinasi lintas sektor terkait. (Alokasi dana dekonsentrasi untuk kegiatan penerapan Kesrawan di 33 Propinsi sejak 2009), meningkatkan koordinasi dan partisipasi organisasi profesi maupun organisasi nonpemerintah (LSM) dalam KESRAWAN (dalam negeri maupun internasional) : Pertemuan Apresiasi Kesrawan, meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam menyelenggarakan KESRAWAN sejak usia sekolah. Prinsip-prinsip Kesejahteraan Hewan Pada Perbibitan 1. Pekerja : Handling Skill : tidak menyeret, menarik kepala, kaki atau ekor, tidak menggunakan tenaga berlebihan, tidak menggunakan alat listrik untuk menghandle, tidak menggunakan tongkat atau benda tajam. Transportasi : alat angkut harus aman dan tidak melukai, kapasitas sesuai dengan jumlah dan ukuran hewan, lantai untuk loading tidak licin ukuran dan bentuk disesuaikan, pengemudi : tidak ugal-ugalan dan mempunyai keahlian. Marking : tanda/marking permanen contoh tattoo pada telinga / ear tag harus diaplikasikan oleh orang yang terlatih secara higienis, restrain hewan dengan baik, jika menggunakan bahan pewarna harus menggunakan bahan non toxic. 2. Kesehatan : biosecurity, inspeksi rutin, isolasi hewan, peralatan dan penggunaannya, metode penanganan kesehatan, preventif, treatmen dan kontrol penyakit, transportasi, pemusnahan ternak. 3. Perkandangan : menyediakan tempat untuk beristirahat, menyediakan air (dan pakan), melindungi ternak dari cuaca. 4. Management : ternak yang laktasi membutuhkan diet yang cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya tanpa mengganggu kondisi tubuh dan metabolismenya,. jumlah konsumsi hewan tergantung kepada jumlah, kualitas dan assesibilitas dari pakan yang disediakan dan waktu yang disediakan untuk mereka makan. segala hal yang mengganggu hal ini seperti kelemahan (lameness) akan menjadi efek yang merugikan bagi kesehatan dan kesejahteraan si hewan. (inspeksi berkala terhadap kesehatan kaki ternak, excercise rutin). 5. Lingkungan : suhu Lingkungan : harus dihindari, heat stress, cold stress, pencahayaan : sesuai jenis hewan, kualitas udara : sangat penting untuk keseahtan dan keseajhteraan hewan, keributan / noise : pada umumnya hewan akan mudah

mengalami stress dengan adanya keributan/ kebisingan.nutrisi : akses untuk mendapatkan kualitas dan kuantitas makanan yang cukup. KESIMPULAN : 1. Komitmen pemerintah untuk meningkatkan penerapan Kesrawan tidak hanya pada ternak sapi saja melainkan untuk semua jenis hewan/ ternak. Partisipasi dan dukungan dari stake holder merupakan faktor penting. 2. Penerapan Kesrawan pada setiap aspek dan tahapan pemeliharaan hewan menjadi tanggung jawab bersama, perlu adanya kerjasama dan koordinasi yang baik antara Pemerintah, swasta dan semua pihak untuk penerapan kesrawan yang lebih baik. 3. Pedoman, Standar dan Regulasi / Peraturan Perundang-Undangan terkait Kesrawan sangat diperlukan dan perlu dikembangkan dalam mempercepat penerapan Kesrawan. 4. Perlu adanya keterbukaan semua pihak dalam menghadapi dan menyelesaikan permasalahan terkait kesrawan. (Swasta, LSM, MUI, Asosiasi profesi ) 5. Penerapan Kesejahteraan Hewan merupakan cerminan citra dan martabat bangsa 6. Perlu disusun Renstra Kesejahteraan Hewan Nasional sebagai kerangka logis dan sinergis kegiatan peningkatan penerapan kesejahteraan hewan di Indonesia meliputi berbagai sektor. Sumber berita : Drh. I GP Ngurah Raka Kepala Seksi Pelayanan Teknik Pemeliharaan Ternak