HUBUNGAN ANTARA SIKAP PENCEGAHAN KANKER SERVIKS DENGAN MINAT DETEKSI DINI MENGGUNAKAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT PADA WANITA USIA SUBUR DI RW IV DESA CANGKOL MOJOLABAN SUKOHARJO TAHUN 2015 Oleh Anin Nur Sholihah 1) dan Etik Sulistyorini 2) ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA SIKAP PENCEGAHAN KANKER SERVIKS DENGAN MINAT DETEKSI DINI MENGGUNAKAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT PADA WANITA USIA SUBUR DI RW IV DESA CANGKOL MOJOLABAN SUKOHARJO TAHUN 2015. Pada tahun 2013 diperkirakan 15.000 kasus baru kanker serviks terjadi setiap tahunnya di Indonesia. Tingginya kasus kanker serviks disebabkan oleh sikap wanita usia subur (WUS) dalam pencegahan yang kurang serta minat deteksi dini yang kurang, karena deteksi dini kanker serviks masih dianggap tabu di masyarakat. Hal ini berdampak keterlambatan untuk terdeteksi, sehingga kanker serviks diketahui sudah masuk stadium lanjut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara sikap pencegahan kanker serviks dengan minat deteksi dini menggunakan inspeksi visual asam asetat pada wanita usia subur. Metode penelitian yang digunakan adalah survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah semua wanita usia subur di RW IV Desa Cangkol pada bulan April 2015 sebanyak 183 WUS. Teknik pengambilan sampel dengan accidental sampling, sampel yang diambil 92 orang. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis data univariat menggunakan rentang skala dan analisis data bivariat menggunakan Kendall s Tau. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil analisis univariat sikap pencegahan kanker serviks baik sebesar 61 orang (66,1%) dan sikap cukup 31 orang (33,7%). Minat tinggi dalam deteksi dini menggunakan inspeksi visual asam asetat sebanyak 58 orang (63%) dan minat sedang sebanyak 34 orang (37%). Hasil analisis bivariat menunjukkan nilai z hitung (11, 96) > z tabel (1,96). Simpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan yang signifikan antara sikap pencegahan kanker serviks dengan minat deteksi dini menggunakan inspeksi visual asam asetat pada wanita usia subur di RW IV Desa Cangkol Mojolaban Sukoharjo tahun 2015. Kata kunci: Sikap, Minat, Kanker Serviks, Inpeksi Visual Asam Asetat, Wanita (Anin Nur Sholihah, Etik Sulistyorini) 102
PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya. Berdasarkan BAB IV Bagian keenam Pasal 72 UU No. 36 Tahun 2009 tertulis bahwa setiap orang berhak menjalani kehidupan reproduksi dan kehidupan seksual yang sehat, aman serta bebas dari paksaan dan/atau kekerasan dengan pasangan yang sah. Salah satu contoh penyakit kesehatan organ reproduksi yang menduduki peringkat 1, 2, 3 pertama di Indonesia adalah kanker serviks. Penyebab kanker serviks tidak diketahui secara pasti, namun terdapat salah satu faktor penyebab kanker serviks yakni Human Papiloma Virus. Terdapat berbagai macam jenis Human Papiloma Virus, namun yang menimbulkan resiko tinggi terjadinya pra-kanker adalah jenis 16 dan 18. 4 Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2013 setiap tahun >270.000 wanita meninggal akibat kanker serviks. Diperkirakan 15.000 kasus baru kanker serviks terjadi setiap tahunnya di Indonesia, sedangkan menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah kanker leher rahim sebanyak 909 kasus tahun 2012. Kasus tersebut menimbulkan kematian wanita di negara berkembang 5, 6, 7 mencapai >85%. Berdasarkan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo tahun 2013 ditemukan kasus kanker serviks sebesar 106 dan pada tahun tersebut di Mojolaban terdapat kematian 2 wanita dikarenakan kanker serviks. Hal ini terjadi karena tidak dilakukannya deteksi dini kanker serviks dan di pelayanan kesehatan setempat belum melayani deteksi dini kanker serviks. Tingginya kasus kanker serviks disebabkan oleh sikap wanita usia subur (WUS) dalam pencegahan yang kurang serta minat deteksi dini yang kurang, karena deteksi dini kanker serviks masih dianggap tabu di masyarakat. Akibatnya, kanker serviks diketahui setelah memasuki stadium lanjut, sehingga kanker ini sering disebut sebagai silent killer. 6, 8 Salah satu upaya untuk menekan tingginya kejadian kanker serviks maka dilakukan pencegahan sejak dini. Pencegahan adalah hal paling sederhana dan mudah dilakukan. Pencegahan kanker serviks yang dapat dilakukan oleh wanita usia subur antara lain menjaga personal hygiene dan vulva hygiene yang benar, tidak melakukan hubungan seksual pada usia <20 tahun, tidak berganti-ganti pasangan serta tidak merokok. Melakukan deteksi dini kanker serviks dengan pemeriksaan pap smear, Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) dan vaksinasi Human Papiloma Virus. IVA test merupakan metode alternatif untuk skrining kanker serviks, dikarenakan biaya yang terjangkau, mudah dan praktis dilaksanakan, (Anin Nur Sholihah, Etik Sulistyorini) 103
dapat dilakukan oleh bidan, serta hasilnya dapat segera diketahui. Sikap pencegahan kanker serviks yang baik dan minat melakukan IVA test yang tinggi akan mempengaruhi perubahan perilaku agar terhindar dari kanker serviks. Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti, 10 dari 189 wanita di RW IV Desa Cangkol, Mojolaban, Sukoharjo didapatkan hasil bahwa 3 wanita memiliki sikap baik dan 7 wanita memiliki sikap cukup dalam pencegahan kanker serviks, sedangkan dalam minat deteksi dini menggunakan IVA test terdapat 1 wanita memiliki minat tinggi, 8 wanita memiliki minat sedang dan 1 wanita memiliki minat rendah. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Antara Sikap Pencegahan Kanker Serviks dengan Minat Deteksi Dini Menggunakan Inspeksi Visual Asam Asetat pada Wanita Usia Subur di RW IV Desa Cangkol Mojolaban Sukoharjo Tahun 2015. 2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut: Adakah hubungan antara sikap pencegahan kanker serviks dengan minat deteksi dini menggunakan Inspeksi Visual Asam Asetat pada wanita usia subur di RW IV Desa Cangkol Mojolaban Sukoharjo tahun 2015? 3. Tujuan Penelitian Tujuan Umum : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara sikap pencegahan kanker serviks dengan minat deteksi dini menggunakan Inspeksi Visual Asam Asetat pada wanita usia subur di RW IV Desa Cangkol Mojolaban Sukoharjo tahun 2015. Tujuan Khusus : (a) Mengetahui sikap pencegahan kanker serviks pada WUS di RW IV Desa Cangkol Mojolaban Sukoharjo tahun 2015 berdasarkan karakteristik umur, pendidikan dan sumber informasi yang didapat; (b) Mengetahui minat deteksi dini menggunakan IVA pada WUS di RW IV Desa Cangkol Mojolaban Sukoharjo tahun 2015 berdasarkan karakteristik umur, pendidikan dan sumber informasi yang didapat; (c) Mengetahui hubungan antara sikap pencegahan kanker serviks dengan minat deteksi dini menggunakan IVA pada WUS di RW IV Desa Cangkol Mojolaban Sukoharjo tahun 2015. METODE PENELITIAN 1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik, yaitu penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena atau antara faktor resikodengan faktor efek. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional, yaitu peneliti akan melakukan observasi atau pengukuran antar variabel pada saat yang sama. 9 (Anin Nur Sholihah, Etik Sulistyorini) 104
2. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini terdiri dari: (a) Variabel bebas (independen) yaitu sikap pencegahan kanker serviks pada wanita usia subur (WUS); (b) Variabel terikat (dependen) yaitu minat deteksi dini menggunakan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) pada WUS. 3. Definisi Operasional Tabel 1. Definisi Operasional No. Variabel Definisi Operasional Parameter dan Kategori 1. Variabel bebas Reaksi terhadap informasi Kategori: Sikap tentang pencegahan kanker a. Baik (92-122) pencegahan serviks pada wanita usia 15- b. Cukup (61-91) kanker serviks 49 tahun yang meliputi: c. Kurang (30-60) pada WUS a. Pengertian kanker serviks b. Penyebab kanker serviks RS = c. Tanda dan gejala kanker serviks d. Faktor resiko kanker serviks e. Pencegahan primer, skunder dan tersier 2. Variabel terikat Minat deteksi dini mengguna kan IVA test kanker serviks Ketertarikan wanita usia 15-49 dalam melakukan deteksi dini kanker serviks menggunakan IVA test yang dapat dinilai berdasarkan: a. Adanya keinginan b. Adanya Perhatian c. Adanya ketertarikan d. Adanya kebutuhan e. Adanya harapan f. Adanya dorongan dan kemauan Kategori: a. Tinggi (92-122) b. Sedang (61-91) c. Rendah (30-60) RS = Alat Ukur Kuesioner Pernyataan positif: SS=4, S=3, TS=2. STS=1 Pertanyaan negatif: SS=1, S=2, ST=3, STS=4 Kuosioner Pernyataan: positif: SS=4, S=3, TS=2. STS=1 Pertanyaan negatif: SS=1, S=2, ST=3, STS=4 Skala Pengukuran Skala ordinal Skala ordinal 4. Populasi dan sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh WUS yang berada di RW IV Desa Cangkol Mojolaban Sukoharjo pada bulan April minggu ke-1 tahun 2015 yaitu sebesar 183 WUS. Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik accidental sampling, yaitu WUS yang berusia 15-49 tahun yang hadir saat dilakukan pengambilan data. Pengambilan data dilakukan oleh peneliti pada waktu acara pertemuan karang taruna yaitu sebesar 20 responden dan acara arisan bulan ibu-ibu sebesar 72 responden sehingga total sampel sebanyak 92 responden. (Anin Nur Sholihah, Etik Sulistyorini) 105
5. Alat dan Metode Pengumpulan Data Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket (kuesioner) yang berjenis kuesioner tertutup. Kuesioner sikap terdiri dari 30 pernyataan. Kuesioner minat terdiri dari 30 pernyataan. Metode Pengumpulan data yang digunakan adalah data primer yang di peroleh dengan menyebarkan kuesioner kepada WUS yang berusia 15-49 tahun yang hadir saat dilakukan pengambilan data. 6. Metode Pengolahan dan Analisa Data Pengolahan data dilakukan dengan bantuan komputer melalui tahapan : (a) Editing; (b) Coding; (c) Scoring; (d) Tabulating Analisis Data menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat. Untuk analisis variabel sikap dan minat menggunakan rumus rentang skala (RS) sebagai berikut: 10 RS = m n b Keterangan: RS = rentang skala m = skor tertinggi pada skala n = skor terendah dalam skala b = jumlah kelas atau kategori yang kita buat Jumlah kategori yang ditetapkan pada variabel sikap dalam penelitian ini ada tiga, yaitu : baik, cukup dan kurang. Dengan demikian didapatkan m = 30 x 4 = 120, n = 30 x 1 = 30, b = 3 sehingga : RS = 120 30 = 30 3 Nilai interpretasi variabel sikap adalah sebagai berikut : a) Baik = 92-122 b) Cukup = 61-91 c) Kurang = 30-60 Jumlah kategori yang ditetapkan pada variabel minat dalam penelitian ini ada tiga, yaitu : baik, cukup dan kurang. Dengan demikian didapatkan m = 30x4 = 120, n = 3x1 = 30, b = 3 sehingga: RS = 120 30 = 30 3 Nilai interpretasi variabel minat adalah sebagai berikut : a) Tinggi = 92-122 b) Sedang = 61-91 c) Rendah = 30-60 (Anin Nur Sholihah, Etik Sulistyorini) 106
Analisis bivariat dimaksudkan untuk mengetahui hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat. Analisis bivariat dilakukan menggunakan korelasi Kendall s Tau karena variabel independen dan variabel dependen pada penelitian adalah skala ordinal. Kelebihan metode ini bila digunakan untuk menganalisis sampel lebih dari 10 dan dapat dikembangkan untuk mencari koefisien korelasi parsial. Berikut ini adalah rumus Kendall s Tau: 11 A B T = N( N 1) 2 Keterangan: T = koefisien korelasi Kendall s Tau A = jumlah ranking atas B = jumlah rangking bawah N = jumlah sampel Z = T 2(2N 5) 9N( N 1) Keterangan: Z = nilai statistik hitung T = koefisien korelasi Kendall s Tau N = jumlah sampel Jika z hitung > z tabel maka Ho ditolak artinya signifikan. Jika z hitung < z tabel maka Ho diterima artinya tidak signifikan. Penelitian ini menggunakan uji hipotesis two tail (dua arah) dengan ketentuan α = 5% (0,05). Kemudian mencari nilai z di tabel kurva normal, setelah nilai z tabel sudah diketahui kemudian dibandingkan dengan nilai z hitung yang sudah dilakukan diatas. 12 1. Hasil Penelitian a. Karakteristik Responden HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden No Karakteristik Frekuensi Persentasi (%) 1. Umur 16-20 21-25 26-30 31-35 36-40 41-45 46-50 12 8 14 14 20 16 8 13 8,7 15,2 15,2 21,7 17,4 8,8 Jumlah 92 100 (Anin Nur Sholihah, Etik Sulistyorini) 107
2. Pendidikan SD SMP SMA D3 S1 3. Sumber Informasi Internet Televisi Majalah 19 28 36 4 5 20,8 30,4 39,1 4,3 5,4 Jumlah 92 100 20 60 12 22 65 13 Jumlah 92 100 Sumber: Data primer 2015 b. Sikap Pencegahan pada WUS di RW IV Desa Cangkol Mojolaban Sukoharjo Tahun 2015 Tabel 3. Distribusi Frekuensi Sikap Pencegahan Kanker Serviks pada WUS di RW IV Desa Cangkol Mojolaban Sukoharjo Tahun 2015 No. Sikap Frekuensi Persentasi (%) 1. Baik 61 66,3 2. Cukup 31 33,7 3. Kurang - - Jumlah 92 100 Sumber: Data primer 2015 Tabel 4. Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Sikap Pencegahan Kanker Serviks Berdasarkan Karakteristik Responden No. Sikap Baik Cukup Jumlah Karakteristik F % F % F % 1. Umur 16-20 11 11,9 1 1,1 12 13 21-25 4 4,3 4 4,3 8 8,7 26-30 11 11,9 3 3,3 14 15,2 31-35 8 8,7 6 6,5 14 15,2 36-40 13 14,2 7 7,6 20 21,8 41-45 9 9,8 7 7,6 16 17,4 46-50 5 5,5 3 3,3 8 8,8 Jumlah 61 66,3 31 33,7 92 100 2. Pendidikan SD 9 9,8 10 10,9 19 20,7 SMP 19 20,6 9 9,8 28 30,4 SMA 25 27,1 11 11,9 36 39 D3 3 3,3 1 1,1 4 4,4 S1 5 5,5 0 0 5 5,5 Jumlah 61 66,3 31 33,8 92 100 3. Sumber Informasi Internet 18 19,6 2 2,2 20 21,8 Televisi 39 42,4 21 22,8 60 65,2 Majalah 4 4,3 8 8,7 12 13 Total 61 66,3 31 33,7 92 100 Sumber: Data Primer Tahun 2015 (Anin Nur Sholihah, Etik Sulistyorini) 108
c. Minat Deteksi Dini Menggunakan IVA pada WUS di RW IV Desa Cangkol Mojolaban Sukoharjo Tahun 2015 Tabel 5. Distribusi Frekuensi Minat Deteksi Dini Menggunakan IVA WUS pada No. Minat Frekuensi Persentasi (%) 1. Tinggi 58 63 2. Sedang 34 37 3. Rendah - - Jumlah 92 100 Sumber: Data primer 2015 Tabel 6. Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Hasil Minat Deteksi Dini Menggunakan IVA pada WUS Berdasarkan Karakteristik Responden No. Minat Karakteristik Tinggi Sedang Jumlah F % F % F % 1. Umur 16-20 9 9,8 3 3,3 12 13 21-25 4 4,3 4 4,3 8 8,7 26-30 9 9,8 5 5,5 14 15,2 31-35 8 8,7 6 6,5 14 15,2 36-40 14 15,2 6 6,5 20 21,8 41-45 9 9,8 7 7,6 16 17,4 46-50 5 5,5 3 3,3 8 8,7 Jumlah 58 63 34 37 92 100 2. Pendidikan SD 9 9,8 10 10,9 19 20,7 SMP 19 20,6 9 9,8 28 30,4 SMA 24 26 12 13 36 39 D3 2 2,2 2 2,2 4 4,4 S1 4 4,3 1 1,1 5 5,4 Jumlah 58 63 34 37 92 100 3. Sumber Informasi Internet 15 16,3 5 5,5 20 21,8 Televisi 39 42,3 21 22,8 60 65,2 Majalah 4 4,3 8 8,7 12 13 Total 58 63 34 37 92 100 (Anin Nur Sholihah, Etik Sulistyorini) 109
d. Hubungan Antara Sikap Pencegahan Kanker Serviks dengan Minat Deteksi Dini Menggunakan IVA pada WUS di RW IV Desa Cangkol Mojolaban Sukoharjo Tahun 2015. Tabel 7. Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Sikap Pencegahan Kanker Dengan Minat Deteksi Dini Menggunakan IVA pada WUS Minat Tinggi Sedang Jumlah Sikap F % F % F % Baik 56 60,8 5 5,4 61 66,3 Cukup 2 2,2 29 31,5 31 33,7 Jumlah 58 63 34 37 92 100 Sumber: Data Primer 2015 Tabel 8. Hubungan Antara Sikap Pencegahan Kanker Serviks dengan Deteksi Dini Menggunakan IVA pada WUS Minat Kendall s Tau b Analisis Bivariat Sikap Minat Hubungan Koefisien Sikap 1,000 0,836 Signifikan 2 tail,,000 N 92 92 Hubungan Koefisien Minat 0,836 1,000 Signifikan 2 tail,,000 N 92 92 Sumber: Data primer 2015 Berdasarkan tabel 8. diketahui hasil koefisien korelasi Kendall s Tau sebesar 0,836 dengan angka signifikansi 0,000. Setelah diketahui nilai maka dapat dihitung nilai z sebagai berikut: Penelitian ini menggunakan uji 2 sisi (two tail) dengan α = 5% (0,05) maka alpha harus di bagi 2, (0,05 : 2 = 0,025). Untuk mencari nilai z di tabel kurva normal, maka peluang yang dicari adalah 0,5-0,025 = 0,4750, sehingga pada tabel ditemukan nilai z = 1,96. Karena z hitung (11,94) > z tabel (1,96) maka H 0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap pencagahan kanker serviks dengan minat deteksi dini menggunakan IVA pada WUS di RW IV Desa Cangkol Mojolaban Sukoharjo Tahun 2015. (Anin Nur Sholihah, Etik Sulistyorini) 110
2. Pembahasan a. Sikap Pencegahan Kanker Serviks pada WUS di RW IV Desa Cangkol Mojolaban Sukoharjo Tahun 2015 Sikap adalah salah satu unsur kepribadian yang harus dimiliki seseorang untuk menentukan tindakannya dan bertingkah laku terhadap suatu objek disertai dengan perasaan positif dan negatif. 13 Penelitian yang telah dilakukan pada WUS di RW IV Desa Cangkol, mayoritas WUS memiliki sikap yang baik yaitu sebesar 61 (66,3%) sedangkan WUS yang memiliki sikap cukup sebesar 31 (33,7%). Perbedaan sikap tersebut terjadi karena adanya faktor pembentuk sikap yang berbeda pada tiap responden. Faktor pembentuk sikap responden antara lain adalah umur, pendidikan dan informasi yang pernah didapat (media massa). Menurut teori pembentukan sikap, ketiga faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap sikap, namun setelah dilakukan penelitian ada beberapa faktor yang tidak berpengaruh secara signifikan. Faktor pembentuk sikap yang pertama adalah umur, yakni usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. 13 Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan bahwa 8 responden pada kategori umur yang berbeda yakni kategori umur 46-50 terdapat 5 WUS memiliki sikap baik dan 3 WUS memiliki sikap cukup, sedangkan pada kategori umur 21-25 terdapat 4 WUS memiliki sikap baik dan 4 WUS memiliki sikap cukup. Namun, terdapat pula hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat kematangan berfikir dan bekerja seseorang tidak dipengaruhi oleh kedewasaan atau umur sesorang, karena pada 14 responden pada kategori umur 26-30 terdapat 11 WUS memiliki sikap baik dan 3 WUS memiliki sikap cukup, sedangkan pada kategori umur 31-35 terdapat 5 WUS memiliki sikap baik dan 6 WUS memiliki sikap cukup. Perbedaan pembentukan sikap berdasarkan umur ini juga dipengaruhi oleh kebudayaan, hanya kepribadian individu yang telah mapan dan kuat yang dapat memudarkan dominasi kebudayaan dalam pembentukan sikap individual. 13 Sehingga dapat disimpulkan bahwa umur tidak selalu memberikan hasil sikap yang sesuai. Berdasarkan teori tentang pendidikan, pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan. 13 Hasil penelitian menunjukkan responden yang memiliki sikap baik berpendidikan SD sebanyak 9,8%, sedangkan yang berpendidikan SMA sebanyak 27,1%. Hal ini menunjukkan semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. 13 Faktor pembentukan sikap selanjutnya adalah media massa, pengaruh media massa tidaklah sebesar pengaruh interaksi individual (Anin Nur Sholihah, Etik Sulistyorini) 111
secara langsung, namun dalam proses pembentukan dan perubahan sikap, peranan media massa sangat diperlukan dalam pembentukan sikap. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, responden yang memiliki sikap baik mendapatkan informasi dari internet (18 responden), televisi (39 responden), dan majalah (4 responden), sedangkan responden yang memiliki sikap cukup mendapatkan informasi dari internet (2 responden), televisi (22 responden), dan majalah (7 responden). Pada karakteristik ini televisi cenderung membentuk sikap yang baik karena adanya informasi baru mengenai suatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah sikap tertentu. 13 Usaha informasi tentang kanker serviks ini didukung dengan banyaknya tayangan televisi yang menyajikan acara tentang kesehatan khususnya kanker serviks, serta dari kementrian kesehatan Indonesia juga telah memberikan suatu tindakan promosi kesehatan untuk tindakan pencegahan kanker serviks melalui sebuah iklan televisi. Suatu dukungan yang positif dari pemerintah untuk wanita agar sadar terhadap kesehatan reproduksi. b. Minat Deteksi Dini Menggunakan IVA pada WUS di RW IV Desa Cangkol Mojolaban Sukoharjo Tahun 2015 Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan tanpa ada yang menyuruh. 13 Sesorang yang mempunyai minat pada suatu objek, dia akan tertarik terhadap objek tersebut. 16 Hasil penelitian ini mengungkapkan minat responden berdasarkan tested interest, yakni minat yang diungkapkan dengan cara menyimpulkan dari hasil jawaban tes objektif yang diberikan. 18 Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan 58 responden (63%) memiliki minat untuk deteksi dini IVA test tinggi, sedangkan 34 responden (37%) memiliki minat yang sedang. Salah satu faktor internal yang mempengaruhi minat, yakni tanggapan. Tanggapan adalah banyaknya peristiwa yang tinggal dalam ingatan setelah melakukan pengamatan. Tanggapan terjadi setelah adanya pengamatan, maka semakin jelas individu mengamati suatu objek, akan semakin positif tanggapannya. Seseorang yang memiliki tanggapan yang positif akan membentuk suatu persepsi, yakni proses untuk mengingat atau mengidentifikasikan sesuatu, biasanya dipakai dalam persepsi rasa, bila benda yang kita ingat atau yang kita identifikasikan adalah objek yang mempengaruhi persepsi, maka tanggapan secara langsung mempengaruhi suatu objek atau rangsangan yang dalam hal ini adalah minat deteksi dini menggunakan IVA test. 14 Terdapat pula faktor eksternal yang menjadi pembentuk minat, yaitu lingkungan sekolah (pendidikan). Sekolah akan membentuk potensi yang ada didalamnya untuk menjadi manusia yang seutuhnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan berperan penting dalam pembentukan minat. Minat tinggi pada responden yang berpendidikan SD sebesar 9,8% sedangkan responden berpendidikan SMP sebesar 28%. Hal (Anin Nur Sholihah, Etik Sulistyorini) 112
ini menunjukkan semakin tinggi pendidikan yang didapat, semakin tinggi pula minat deteksi dini IVA test. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahma, RA dan Fitria P (2011) yang meneliti pengaruh minat WUS dalam pemeriksaan IVA, dimana penelitian tersebut menggunakan uji chi square dengan hasil pendidikan (p value (0,019) < (0,05)) mempengaruhi minat WUS dalam deteksi dini IVA test. Selain itu ada faktor dukungan keluarga yang mempengaruhi minat WUS dalam IVA test (p value (0,019) < (0,05)). 15 Faktor eksternal selanjutnya yang mempengaruhi minat adalah lingkungan sosial, misalnya faktor dukungan keluarga. Faktor dukungan keluarga sangat berpengaruh dalam pembentukan minat karena keluarga adalah orang yang lebih dekat dengan individu, sehingga dapat timbul motif dan mampu mendorong individu untuk melakukan pemeriksaan IVA. Jika dukungan keluarga kurang semakin rendah juga minatnya, jika dukungan keluarga cukup minatnya sedang, dan sebaliknya semakin baik dukungan keluarga seseorang semakin tinggi juga minat melakukan pemeriksaan IVA. 15 c. Hubungan Antara Sikap Pencegahan Kanker Serviks dengan Minat Deteksi Dini Menggunakan IVA pada WUS di RW IV Desa Cangkol Mojolaban Sukoharjo Tahun 2015 Berdasarkan hasil analisis bivariat hubungan antara sikap pencegahan kanker serviks dengan minat deteksi dini menggunakan IVA test pada WUS di RW IV Desa Cangkol Mojolaban Sukoharjo tahun 2015 disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara sikap pencegahan kanker serviks dengan minat deteksi dini menggunakan IVA pada WUS dimana dengan nilai τ = 0,836 dan uji signifikansi z hitung (11,94) > z tabel (1,96). Sikap berpengaruh pada pembentukan minat karena adanya kecenderungan dalam subjek untuk menerima atau menolak suatu objek yang berharga baik atau tidak. 14 WUS yang telah mendapatkan informasi dari berbagai media kemudian akan mengapresiasikan dalam faktor yang melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman yang lebih mendalam dan lebih lama berbekas. 13 Seseorang yang mendapatkan dan mendalami informasi tersebut, mulailah timbul minat pada suatu objek, dan dia akan tertarik kepada objek tersebut. Selanjutnya orang tersebut akan selalu mengikuti perkembangan informasi tentang obyek tersebut. Pengalaman atau informasi yang telah didapat menjadi domain dalam pembentukan sikap dan minat. 16 Berdasarkan teori tentang minat, terdapat lingkungan fisik yang mempengaruhi minat seseorang untuk melakukan pemeriksaan kesehatan, misalnya pelayanan kesehatan yang tidak mudah di akses dan belum tersedianya pelayanan kesehatan reproduksi terdekat, dimana hal tersebut akan membuat perubahan ketertarikan terhadap objek. Hal ini ditunjukkan dengan hasil penelitian yang menunjukkan 5 responden memiliki sikap baik namun minat sedang. Sesuai dengan kondisi di Kecamatan Mojolaban yang belum terdapat fasilitas pelayanan kesehatan reproduksi yang dapat (Anin Nur Sholihah, Etik Sulistyorini) 113
memberikan pelayananan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks terutama IVA, sehingga membuat WUS jika ingin periksa IVA harus ke fasilitas pelayanan yang ada di kota. Selain itu terdapat pula faktor lingkungan sosial yang berpengaruh, yaitu adanya interaksi individu yang satu dengan yang lain. Keadaan masyarakat akan memberi pengaruh tertentu kepada interaksi antar individu pada masyarakat yang bersifat positif, hal ini didukung oleh adanya 2 responden memiliki sikap cukup namun minat tinggi. 14 Lingkungan sosial disini termasuk dukungan keluarga, teman dan orang lain yang dianggap penting, seperti tokoh masyarakat dan petugas kesehatan setempat. Di RW IV Desa Cangkol ini tokoh masyarakat seperti istri dari ketua RT atau RW sangat berperan dalam pembentukan minat karena sering dilakukan pertemuan warga melalui karang taruna ataupun arisan ibu-ibu sehingga lebih mudah untuk mengajak WUS agar tertarik untuk pemeriksaan IVA. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan a. Sikap pencegahan kanker serviks pada WUS di RW IV Desa Cangkol Mojolaban Sukoharjo tahun 2015 mayoritas memiliki sikap baik pada responden yang berumur 36-40, berpendidikan SMA dan mendapatkan sumber informasi dari televisi. b. Minat deteksi dini menggunakan IVA pada WUS di RW IV Desa Cangkol Mojolaban Sukoharjo tahun 2015 mayoritas memiliki minat tinggi pada responden berumur 36-40 tahun, berpendidikan SMA, dan mendapatkan informasi dari televisi.. c. Ada hubungan yang signifikan antara sikap pencegahan kanker serviks dengan minat deteksi dini menggunakan IVA pada WUS di RW IV Desa Cangkol Mojolaban Sukoharjo tahun 2015. 2. Saran a. Bagi Puskesmas Meningkatkan pelayanan kesehatan dengan cara memberikan konseling dan penyuluhan tentang kanker serviks dan deteksi dini kanker serviks serta memberikan pelayanan IVA untuk masyarakat setempat. b. Bagi Wanita Usia Subur Diharapkan WUS di RW IV Desa Cangkol Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo dapat meningkatkan sikap yang cukup menjadi sikap yang baik, dan meningkatkan minat yang sedang menjadi minat yang tinggi. Responden yang memiliki sikap baik dan minat tinggi dapat menerapkan sikap kedalam suatu perilaku pencegahan kanker serviks di kehidupan sehari-hari, serta melakukan deteksi dini dengan cara mendatangi fasilitas kesehatan yang melayani pemeriksaan IVA. (Anin Nur Sholihah, Etik Sulistyorini) 114
c. Bagi peneliti selanjutnya Diharapkan peneliti selanjutnya untuk menyempurnakan penelitian ini, merincikan penelitian ini seperti meneliti hubungan karakteristik dengan sikap pencegahan kanker serviks dan minat deteksi dini IVA test, dan dapat meneliti bentuk praktik pencegahan kanker serviks serta perilaku deteksi dini IVA pada WUS. DAFTAR PUSTAKA 1. Prawirohardjo, S. 2011. Ilmu kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka 2. Undang-undang Republik Indonesia Tahun. UU No.36 Tahun 2009. 2011 http://www.fkep.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/uu-no.36-thn- 2009-ttg-0Kesehatan.pdf Diakses tanggal 7 November 2014 jam 05.59 3. Kemenkes. 2012. Kemenkes. 2012. Gerakan Perempuan Melawan Kanker Serviks www.depkes.go.id 25 Oktober 2014 4. Emilia, O. dkk. 2010. Bebas Ancaman Kanker Serviks. Yogyakarta : Media Pressindo 5. Departemen Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2013. Deteksi Dini Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim. Jawa Tengah. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah http://www.dinkesjatengprov.go.id/v2014/index.php?option=com_conten t&view=article&id=279:deteksi-dini-kanker&catid=8:latest Diakses tanggal 5 November 2014 jam 16.15 6. WHO. 2013. Human Papillovirus and Related Cancer in Indonesia. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs380/en/ Diakses tanggal 15 Oktober 2014 jam 11.36 7. Kemenkes. 2014. Hilangkan Mitos Tentang Kanker http://www.depkes.go. id/article/view/201407070001/hilangkan-mitos-tentang-kanker.html Diakses tanggal 27 Oktober 2014 jam 4.32 8. Arisusilo, C. 2012. Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks) Sebagai Pembunuh Wanita Terbanyak di Negara Berkembang. Malang. Universitas Islam Negeri http://ejournal.uinmalang.ac.id/index.php/sainstis/article/view/1862 Diakses tanggal 12 November 2014 jam 18.50 9. Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta 10. Simamora, B. 2004. Riset Pemasaran. Jakarta : Gramedia 11. Rachmat, M. 2012. Buku Ajar Biostatistik : Aplikasi pada Penelitian Kesehatan. Jakarta : EGC 12. Riyanto, A. 2013. Statistik Inferensial Untuk Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika 13. Azwar, S. 2013. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Belajar 14. Daryanto. (2009). Panduan Proses Pembelajaran Kreatif & Inovatif. Jakarta: Publisher (Anin Nur Sholihah, Etik Sulistyorini) 115
15. Rahma, RA & Fitria P. 2012. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Minat WUS (Wanita Usia Subur) dalam Melakukan pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual dengan Pulasan Asam Asetat) di Desa Pengebatan Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas. No 01. Volume 3 http://www.ojs.akbidylpp.ac.id/index.php/prada/article/view/10 Diakses tanggal 25 Oktober 2014 jam 10.34 16. Suharyat, Y. 2009. Hubungan Antara Sikap, Minat dan Perilaku. No 1. Volume 2 http://www.ejournalunisma.net/ojs/index.php/region/article/view/489 Diakses tanggal 27 Oktober 2014 jam 3.22 (Anin Nur Sholihah, Etik Sulistyorini) 116