GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI POLIKLINIK RSKD PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2015

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. oleh penderita gangguan jiwa antara lain gangguan kognitif, gangguan proses pikir,

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA HARGA DIRI RENDAH YANG RAWAT INAP DI RSKD PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. terpisah. Rentang sehat-sakit berasal dari sudut pandang medis. Rentang

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Kasus gangguan jiwa berat mendapatkan perhatian besar di berbagai negara. Beberapa

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 18 pasal 1 Tahun

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROV.

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri. Kehidupan yang sulit dan komplek mengakibatkan bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN PADA Tn. E DI RUANG P8 WISMA ANTAREJA RSJ Prof. dr.

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut undang undang Kesehatan Jiwa Tahun 2014

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa gangguan jiwa yang terjadi dari tahun ke tahun dan dari. waktu ke waktu akan berdampak negatif pada setiap individu yang

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009).

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan jiwa tidak lagi hanya berupa gangguan jiwa yang berat

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. yang mengarah pada kestabilan emosional (Nasir dan Muhith, 2011). mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penilaian Frankl Behavior Rating Scale pada responden yang berjumlah 44

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sehat adalah suatu keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial serta

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data World Health Organization (WHO), masalah gangguan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa di masyarakat yang sangat tinggi, yakni satu dari empat

GAMBARAN KEMAMPUAN PASIEN MENGONTROL PERILAKU KEKERASAN DI RUANG NYIUR RSKD PROVINSI SULAWESI SELATAN KOTA MAKASSAR ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa Menurut World Health Organization adalah berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat

ABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang. mencerminkan kedewasaan kepribadiannya (WHO, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MEKANISME KOPING PENDERITA GASTROENTERITIS KRONIK DI RSUD. DR. HAULUSSY AMBON TAHUN *Dewiyusrianti Lina

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan kesehatan jiwa (Prasetyo, 2006). pasien mulai mengalami skizofenia pada usia tahun.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. sehat, maka mental (jiwa) dan sosial juga sehat, demikian pula sebaliknya,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. ringan dan gangguan jiwa berat. Salah satu gangguan jiwa berat yang banyak

Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

GAMBARAN POLA ASUH SKIZOFRENIA KATATONIK (STUDI RETROSPEKTIF) DI WILAYAH KARISIDENAN SURAKARTA

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA KARENA KENAKALAN REMAJA DI RT RW VI KELURAHAN DARMO SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH POLA ASUH IBU TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 4-6 TAHUN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. perannya dalam masyarakat dan berperilaku sesuai dengan norma dan aturan

BAB I PENDAHULUAN. emosional serta hubungan interpersonal yang memuaskan (Videbeck, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain apa adanya dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

PERBEDAAN EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TATAP MUKA DENGAN MEDIA SOSIAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN SKIZOFRENIA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

PENGARUH ACCEPTANCE AND COMMITMENT THERAPY TERHADAP GEJALA DAN KEMAMPUAN KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

PENGARUH PENERAPAN STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN. Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari

BAB I PENDAHULUAN. dan penarikan diri dari lingkungan (Semiun, 2006). Skizofrenia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku dimana. individu tidak mampu mencapai tujuan, putus asa, gelisah,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut World Health Organization (WHO) adalah. keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadian

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUNJUNGAN KONTROLPASIEN JIWA SKIZOFRENIA DI RAWAT JALAN DI RSJ PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, merasa gagal

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan disability (ketidakmampuan) (Maramis, 1994 dalam Suryani,

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius. Kesehatan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang Undang No. 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa, mampu memberikan kontribusi pada komunitasnya.

PENGARUH PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RSKD DADI MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh gangguan jiwa. Skizofrenia adalah penyakit yang menyebabkan. yang mengakibatkan perilaku psikotik, gangguan dalam memproses

Jurnal Keperawatan dan Kesehatan, Volume VII, No.1 April 2016

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. utuh sebagai manusia. Melalui pendekatan proses keperawatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan sematamata

HUBUNGAN PERSEPSI PERAWAT PELAKSANA TENTANG KEMAMPUAN SUPERVISI KEPALA RUANG DENGAN KINERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan meningkatnya penderita gangguan jiwa. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berpikir (cognitive),

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT KLIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

Transkripsi:

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI POLIKLINIK RSKD PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2015 Agustiani Syam 1, Suarni 1, Sri Syatriani 1 1 School of Health Science (STIK) Makassar, Indonesia AGUSTIANI SYAM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar Program Studi Ilmu Keperawatan ABSTRAK Skizofrenia merupakan suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan perilaku yang aneh. Berdasarkan data Rekam Medik RSKD Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2014 jumlah pasien skizofrenia di poliklinik RSKD Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2014 sebanyak 479 orang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran jenis pola asuh keluarga pada pasien skizofrenia. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 14 April 2015 sampai tanggal 30 April 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang berkunjung di Poliklinik, sedangkan yang menjadi sampel adalah semua pasien yang berkunjung di Poliklinik dengan diagnosa skizofrenia. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif, dengan metode sampel yang digunakan adalah Accidental sampling dengan jumlah sampel sebanyak 35 orang. Hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa terdapat jenis pola asuh otoriter sebanyak 25 orang, pola asuh permisif sebanyak 7 orang, dan pola asuh demokratis sebanyak 3 orang pada kejadian skizofrenia. Hasil penelitian didapatkan gambaran keluarga yang menerapkan pola asuh otoriter menunjukkan angka yang paling dominan terhadap kejadian skizofrenia. Kesimpulan penelitian adalah pola asuh keluarga pada pasien skizofrenia terbanyak menerapkan pola asuh otoriter. Sebagai saran, sebaiknya keluarga khususnya orangtua menerapkan pola asuh yang baik dan benar dengan penuh kasih sayang, memberi nasehat dan memantau anak-anaknya setiap saat agar dapat berkembang dengan optimal sehingga dapat mengurangi atau dapat mencegah terjadinya gangguan jiwa skizofrenia. Kata Kunci : Pola asuh keluarga, Skizofrenia Daftar Pustaka : 17 (2007-2015)

PENDAHULUAN Skizofrenia merupakan salah satu diagnosa medis dari gangguan jiwa yang paling banyak ditemukan dan merupakan gangguan jiwa berat. Skizofrenia adalah sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai area fungsi individu, termasuk fungsi berpikir dan berkomunikasi, menerima dan menginterpretasikan realitas, merasakan dan menunjukkan emosi dan perilaku yang dapat diterima secara rasional. American Association Psychiatric menyebutkan beberapa penelitian melaporkan bahwa kelompok individu yang di diagnosa mengalami skizofrenia mempunyai insiden lebih tinggi untuk mengalami perilaku kekerasan (Putri, 2010). Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2004 prevalensi skizofrenia yang ada di dunia sebesar 26,3 juta orang, laporan terbaru yaitu tahun 2009 WHO menyebutkan bahwa 50 juta orang di dunia menderita skizofrenia, dan di Asia Tenggara mencapai 6,5 juta orang. WHO (2013) mengungkapkan lebih dari 27 juta penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa (Sira, 2011). Riset kesehatan dasar (RISKESDAS) 2010 jumlah penderita gangguan jiwa sebanyak 43,78% (394 jiwa). Prevalensi penderita skizofrenia di Indonesia adalah 0,3% sampai 1%, dan terbanyak pada usia sekitar 18-45 tahun, terdapat juga beberapa penderita yang mengalami pada usia 11-12 tahun. Menurut RISKESDAS 2013 prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia 1,7 per mil. Gangguan jiwa berat terbanyak di Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali dan Jawa Tengah (Liana Gracia, 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Pebrianti (2009) pada 42 sampel sebagian besar orangtua penderita skizofrenia menerapkan tipe pola asuh otoriter 29 orang (69%) dan yang paling sedikit menerapkan tipe pola asuh demokratis 6 orang (14,3%), sisanya terdapat pada pola asuh permisif. Terdapat hubungan yang signifikan antara tipe pola asuh keluarga dengan kejadian skizofrenia di Ruang Sakura Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas. Berdasarkan data Rekam Medik RSKD Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2014 jumlah pasien jiwa di RSKD Provinsi Sulawesi Selatan sebanyak 15.615 orang. Sedangkan pasien skizofrenia di poliklinik RSKD Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2014 sebanyak 479 orang (RSKD Provinsi Sulawesi Selatan, 2014). Pola asuh keluarga mempunyai peran yang sangat penting dalam melakukan perawatan klien dengan gangguan jiwa termasuk Skizofrenia. Dari penelitian yang sudah diteliti menunjukkan pola asuh Permisif (anak bebas dalam berbuat dan bertingkah laku) sebagai faktor predisposisi terjadinya skizofrenia. Tapi apakah hanya pola asuh Permisif itu saja yang menjadi pencetus terjadinya skizofrenia, ini yang harus teliti lebih lanjut karena kita tahu sendiri pola asuh dibagi beberapa macam. Dalam kenyataannya, orang awam tidak mengetahui bahwa pola asuh yang ditanamkan oleh keluarga itu ternyata dapat menyebabkan terjadinya skizofrenia, sehingga sering suatu keluarga itu memberikan pola asuh keluarga yang salah hingga akhirnya berdampak terjadinya skizofrenia ini. Disini peneliti ingin mengetahui pola asuh yang seperti apa yang ditanamkan oleh keluarga (Pebrianti Sandra, dkk, 2009). Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain penelitian yang digunakan adalah deskriktif. Desain deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara obyektif. Penelitian ini di laksanakan di Poliklinik RSKD Provinsi

Sulawesi Selatan. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 14 April 2015 sampai tanggal 30 April 2015.Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang berkunjung dengan diagnosa skizofrenia di Poliklinik RSKD Provinsi Sulawesi Selatan. Dengan jumlah populasi sebanyak 479 orang. teknik sampling yang digunakan adalah Accidental sampling yaitu pasien yang berkunjung pada saat penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Responden a. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Umur (Tahun) n % 21-30 9 25,7 31-40 10 28,6 41-50 16 45,7 Tabel 1 menunjukkan bahwa umur penderita skizofrenia yang paling banyak pada umur 41-50 tahun sebanyak 16 orang (45,7%), dan paling sedikit pada umur 21-30 sebanyak 9 orang (25,7%). b. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin n % Laki-laki 19 54,3 Perempuan 16 45,7 Tabel 2 menunjukkan bahwa paling banyak penderita skizofrenia yaitu laki-laki sebanyak 19 orang (54,3%), dan paling sedikit yaitu perempuan sebanyak 16 orang (45,7%). c. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Pendidikan n % SD 19 54,2 SMP 8 22,9 SMA 8 22,9 Tabel 3 menunjukkan bahwa penderita skizofrenia yang paling banyak yaitu tingkat pendidikan SD sebanyak 19 orang (54,3%), dan yang sedikit yaitu tingkat pendidikan SMP sebanyak 8 orang (22,9%), dan tingkat pendidikan SMA sebanyak 8 orang (22,9%). d. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan n % Tidak Bekerja 33 94,2 Pekerja Bengkel 1 2,9 Karyawan Londri 1 2,9 Tabel 4 menunjukkan bahwa penderita skizofrenia yang tidak bekerja sebanyak 33 orang (94,2%), pekerja bengkel sebanyak 1 orang (2,9%), dan karyawan londri sebanyak 1 orang (2,9%). 2. Analisa Univariat Distribusi Responden Berdasarkan Pola Asuh Keluarga Pola Asuh Keluarga n % Otoriter 25 71,4 Permisif 7 20,0 Demokratis 3 8,6 Tabel 5 menunjukkan bahwa pola asuh terbanyak yang diterapkan pada penderita skizofrenia yaitu pola asuh otoriter sebanyak 25 orang (71,4%), dan yang paling sedikit yaitu pola asuh demokratis sebanyak 3 orang (8,6%). B. Pembahasan Pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak, yaitu bagaimana sikap atau perilaku keluarga khususnya orangtua saat berinteraksi dengan anak. Termasuk caranya menerapkan aturan, mengajarkan nilai

atau norma, memberikan perhatian dan kasih sayang serta menunjukkan sikap dan perilaku yang baik sehingga dijadikan contoh atau panutan bagi anakanaknya. Beberapa faktor pendukung pola asuh diantaranya fisik, psikososial, ekonomi, budaya dan lingkungan. Faktor fisik juga merupakan faktor pendukung pola asuh keluarga, semakin tumbuh dan matangnya fisik seseorang maka semakin sempurna juga pembentukan dan susunan saraf otak sehingga dengan kematangan saraf otak tersebut mempengaruhi pula dalam pemikiran seseorang tentang pola asuh. Faktor pendukung pola asuh yang lain yaitu psikososial, dimana psikososial tersebut sangat berperan dalam kondisi jiwa seseorang, semakin labil psikososial seseorang semakin mempengaruhi baik buruknya pola asuh yang diberikan oleh keluarga. Faktor sosial, ekonomi, dan budaya juga berpengaruh dalam pembentukan pola asuh, baik buruknya sosio ekonomi budaya keluarga maka akan sangat mempengaruhi pola asuh. Selain ketiga faktor pendukung tersebut lingkungan juga merupakan faktor terpenting dalam pembentukan pola asuh. Lingkungan yang buruk akan meghasilkan pola asuh yang buruk, sedangkan lingkungan yang baik akan membentuk suatu pola asuh yang baik pula. Oleh karena itu sumber penyebab gangguan jiwa salah satunya dari faktor sosial budaya, yaitu diantaranya pola mengasuh anak (pola asuh keluarga). Keluarga khususnya orang tua mempunyai peran yang sangat penting dalam menjaga, mengajar, mendidik, serta memberi contoh bimbingan kepada anak-anak untuk mengetahui, mengenal, mengerti, dan akhirnya dapat menerapkan tingkah laku yang sesuai dengan nilainilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat. Berbagai pernyataan yang berbeda dari responden mengenai pola asuh keluarga yang diterapkan disetiap keluarga, dimana dalam satu keluarga itu menerapakan pola asuh yang bervariasi diantaranya adalah pola asuh otoriter, pola asuh demokratis, dan pola asuh permisif. Pola asuh keluarga ini nantinya sangat membentuk kepribadian seorang anak, dimana dampak dari pola asuh ini sendiri yaitu pada pola asuh otoriter anak seolah-olah menjadi kaku sehingga kurang inisiatif, anak merasa takut, anak tidak percaya diri, anak jadi pencemas, anak jadi rendah diri, anak minder dalam kehidupan, anak juga bisa memberontak, nakal, patuh yang berlebih, bersifat selalu mengalah, tidak punya tanggung jawab, anak mudah gugup, tidak disiplin dan tidak ada komunikasi. Kemudian dampak yang diakibatkan dari pola asuh demokratis sendiri diantaranya anak jadi kreatif, anak punya kepercayaan diri yang tinggi, interaksi sesama teman baik dan saling menghargai serta kontrol yang tidak berlebihan, berpengaruh terhadap tingkat perkembangan kecerdasan anak. Pola asuh yang terakhir yakni pola asuh permisif juga mempunyai dampak seperti nantinya anak-anak tumbuh tanpa kontrol, anak berbuat sesuka hatinya, anak kurang menghargai satu sama lain, proteksi yang berlebihan, anak kurang bertanggungjawab, anak sulit dikendalikan, anak cenderung liar dan anak mudah melanggar norma-norma yang ada dan punya kepercayaan diri yang rendah. Pola asuh yang diterapkan orang tua tidak selamanya efektif terkadang dampaknya bagi anak bukannya baik tapi buruk. Pola asuh yang terlalu protektif atau memanjakan anak tentu menyebabkan anak menjadi tidak kreatif atau jadi selalu tergantung pada orang lain. Sehingga perlu berhati-hati dalam menerapkan pola asuh. Perlu diingat bahwa pola asuh sangat menentukan pertumbuhan anak, baik dalam potensi sosial, psikomotorik, dan kemampuan afektifnya. Berdasarkan hasil wawancara mendalam dan pengisian kuesioner terhadap responden diketahui bahwa pola asuh otoriter adalah pola asuh terbanyak yang diterapkan oleh keluarga penderita

skizofrenia di Poliklinik RSKD Provinsi Sulawesi Selatan. Meskipun pola asuh terbanyak adalah pola asuh otoriter tetapi perlu ditekankan bahwa orang tua dalam menerapkan pola asuh harus sesuai dengan kebutuhan dan kondisi anak. Pada beberapa pola asuh orangtua tidak selamanya melarang seperti halnya orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter, tidak secara terus menerus membiarkan anak seperti pada penerapan pola asuh permisif, dan juga tidak selamanya memberikan alternatif seperti halnya pola asuh demokratis, orang tua akan memberikan larangan jika tindakan anak menurut orangtua membahayakan, membiarkan saja jika tindakan anak masih dalam batas wajar dan memberikan alternatif jika anak paham tentang alternatif yang ditawarkan. Hasil penelitian yang didapatkan di Poliklink RSKD Provinsi Sulawesi Selatan, pola asuh terbanyak adalah pola asuh otoriter sebanyak 25 orang (71,4%) dari 35 orang sampel, sehingga diketahui bahwa pola asuh otoriter memiliki pengaruh negatif yang cukup signifikan terhadap terjadinya skizofrenia. Penelitian yang dilakukan oleh Pebrianti (2009) pada 42 sampel sebagian besar orangtua penderita skizofrenia menerapkan tipe pola asuh otoriter 29 orang (69%) dan yang paling sedikit menerapkan tipe pola asuh demokratis 6 orang (14,3%), sisanya terdapat pada pola asuh permisif. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa pola asuh yang buruk itu mempengaruhi terjadinya skizofenia, yang perlu kita ketahui adalah selain pola asuh permisif, ada juga faktor lain diantaranya faktor lingkungan dan faktor keturunan dapat menyebabkan terjadinya seseorang terkena skizofrenia. Lingkungan merupakan suatu tempat dimana seseorang itu beriteraksi dengan orang lain dan di lingkunganlah seseorang dapat terpengaruh dengan stresor-stresor yang dapat menimbulkan terjadinya stres, sehingga faktor lingkungan yang tidak mendukung dapat pula mempengaruhi terjadinya seseorang mengalami gangguan jiwa dengan tipe skizofreni. Faktor lingkungan tersebut juga dapat mempengaruhi terjadinya stres, dimana stres merupakan faktor pencetus terjadinya gangguan jiwa. Sistem mekanisme koping yang tidak baik dan tidak mendukung merupakan penyebab yang dominan terhadap terjadinya gangguan jiwa, mekanisme koping tersebut ada yang adaptif dan ada yang mal adaptif. Hal tersebut juga dapat menyebabkan terjadinya skizofrenia. Selain faktor lingkungan, faktor keturunan juga sangat berpengaruh besar terhadap terjadinya skizofrenia, jika dilihat dari susunan genetiknya. Jadi pada intinya meskipun pola asuh otoriter itu bisa menyebabkan terjadinya skizofrenia, faktor-faktor lain juga mendukung terjadinya skizofrenia selain faktor pola asuh. Disamping pola asuh yang dapat menyebabkan terjadinya skizofrenia ada faktor-faktor lain diantaranya faktor predisposisi dan presipitasi yang menjadi penyebab utama. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pola asuh yang diterapkan oleh orang tua sangat dominan dalam membentuk kepribadian anak sejak dari kecil sampai anak menjadi dewasa. Orang tua dapat memilih pola asuh yang tepat dan ideal bagi anaknya. Penerapan pola asuh keluarga yang salah akan membawa akibat buruk bagi perkembangan jiwa anak. Tentu saja orang tua seharusnya menyadari situasi dan kondisi anak dan keluarga, sehingga penerapan orang tua diharapkan dapat menerapkan pola asuh yang bijaksana atau sesuai, menerapkan pola asuh yang tidak berdampak buruk pada jiwa anak dan perkembangan kepribadian anak. Simpulan Pola asuh terbanyak pada kejadian skizofrenia di Poliklinik RSKD Provinsi Sulawesi Selatan adalah pola asuh otoriter sebanyak 25 orang (71,4%) dari 35 orang jumlah sampel.

Saran 1. Diharapkan pada keluarga khususnya orangtua agar mendidik anakanaknya dengan penuh kasih sayang dan mengontrol perkembangan anakanaknya setiap saat, sehingga anak dapat berkembang dengan optimal. 2. Diharapkan orangtua dapat menjadi panutan yang baik dan selalu menciptakan suasana yang harmonis dalam keluarga, sehingga dapat di contoh bagi anak-anaknya. 3. Diharapkan keluarga maupun orangtua menciptakan suasana yang tenang dan damai dalam lingkungan sekitar khususnya dalam lingkungan keluarga. DAFTAR PUSTAKA Dinda Sofyan. 2013. Pengasuhan Dan Tipe Pola Asuh Orang Tua (online). https://dindaasofyan.wordpress.com/2 013/07/21/pengasuhan-dan-tipe-polaasuh-orang-tua, Diakses 14 Mei 2015 Hawari Dadang. 2011. Skizofrenia Pendekatan Holistik (BPSS) Bio- Psiko-Sosial-Spritual, Jakarta: Edisi Ketiga FKUI Farida K dan Hartono Yudi. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Salemba Medika: Jakarta Fitria Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP), Jakarta: Salemba Medika Hidayat. 2007. Riset Keperawatan dan Tehknik Penulisan Ilmiah, Jakarta: Salemba Medika Liana Garcia. 2014. Data Rikerdas Kesehatan Jiwa (online), http://inilah.com/datakejadian-penyakit-jiwa.html, Diakses 7 Februari 2015 Muslim. 2014. Pengertian Pola Asuh Anak (online), file://c:/ucer/documents/pengertian Pola Asuh anak Dalam Keluarga, Diakses 22 Februari 2014 Pawenrusi Esse P, dkk. 2015. Pedoman Penulisan Skripsi edisi 11. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar: Makassar Pebrianti Sandra, dkk. 2009. Hubungan Tipe Pola Asuh Keluarga Dengan Kejadian Skizofrenia Di Ruang Sakura RSUD Banyumas (online), Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman journal of Nursing). Diakses 1 Maret 2009 Putri D.W. 2010. Pengaruh Rational Emotive Behavior Therapy Terhadap Klien Perilaku Kekerasan di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor (online). http://lib.ui.ac.id./file?file=digital/137 262.pdf, Di akses 27 Januari 2015 Rekam Medik. 2014. Data RSKD Provinsi Sulawesi Selatan. Sira. 2011. Karakteristik Skizofrenia Di Rumah Sakit Khusus Alianyang Pontianak (online). http://jurnal Mahasiswa PSPD FK Universitas Tanjungpura, 2013 - jurnal.untan.ac.id. Diakses 2 April 2015 Stuart. 2007. Buku Saku Keperawatan. Jiwa Edisi 3.EGC: Jakarta Suyanto. 2011. Metodologi dan Aplikasi Penelitian Keperawatan, Yogyakarta: Nuha Medika Tridhonanto Beranda Agency. 2014. Mengembangkan Pola Asuh Demokratis, Jakarta: Elex Media Komputindo Videbeck S.L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakata: EGC Yosep Iyus dan Titin Sutini. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama