FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DTP JAMANIS KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2010.

dokumen-dokumen yang mirip
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA.

HUBUNGAN UMUR DAN JENIS KELAMIN TERHADAP KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI PUSKESMAS TEMBILAHAN HULU

Jurnal Care Vol. 4, No.3, Tahun 2016

Healthy Tadulako Journal (Enggar: 57-63) 57

Kata Kunci: Kejadian ISPA, Tingkat Pendidikan Ibu, ASI Eksklusif, Status Imunisasi

BAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita terhadap Tindakan Imunisasii Dasar Lengkap di Kelurahan Lambung Bukit Kota Padang Tahun 2014

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA DENGAN PENANGANAN BALITA ISPA

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DI POSYANDU NUSA INDAH DESA JENAR KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan

RELATIONSHIP BETWEEN EDUCATION AND KNOWLEDGE WITH KADARZI BEHAVIOR IN RURAL AREAS REPRESENTED BY KEMBARAN I DISTRICT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batuk pilek merupakan gangguan saluran pernafasan atas yang paling

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)

BAB I PENDAHULUAN. (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan

SUMMARY ABSTRAK BAB 1

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA MASYARAKAT DI DESA SENURO TIMUR

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 1 APRIL 2017

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BAYI. Nurlia Savitri

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN IBU DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA OLEH IBU YANG BERKUNJUNG KE PUSKESMAS KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 2 OKTOBER Joni Periade a,b*, Nurul Khairani b, Santoso Ujang Efendi b

Oleh : Aat Agustini ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN STIMULASI BICARA DAN BAHASA PADA BALITA DI PAUD NURUL A LA KOTA LANGSA

Castanea Cintya Dewi. Universitas Diponegoro. Universitas Diponegoro

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menimbulkan gejala penyakit (Gunawan, 2010). ISPA merupakan

ABSTRAK. Ika Dewi Wiyanti, 2016; Pembimbing I : dr. Dani, M.kes Pembimbing II : dr.frecillia Regina,Sp.A

Kata Kunci: anak, ISPA, status gizi, merokok, ASI, kepadatan hunian

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JETIS 1 BANTUL 2012

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN MOTIVASI IBU DALAM MENINGKATKAN STATUS GIZI PADA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARENG

Hubungan Faktor-Faktor Dengan Kejadian ISPA pada Balita Di Puskesmas X Kota Bandung

HUBUNGAN PEMBERIAN IMUNISASI DPT DAN CAMPAK TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA PADA ANAK USIA 10 BULAN - 5 TAHUN DI PUSKESMAS SANGURARA KOTA PALU TAHUN 2015

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DAN PENGGUNAAN ANTI NYAMUK BAKAR DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS KOLONGAN

Purnama Sinaga 1, Zulhaida Lubis 2, Mhd Arifin Siregar 3

HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MELONGUANE KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD

Perilaku Ibu Dengan Kejadian Gizi Kurang Pada Balita. Mother Relationship With Events Nutrition Behavior In Children

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN PERTUMBUHAN BALITA DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

GAMBARAN FAKTOR PENYEBAB INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI PUSKESMAS PASIRKALIKI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

GAMBARAN PERILAKU IBU YANG MEMILIKI BALITA DENGAN ISPA DI KELURAHAN KALIPANCUR SEMARANG

Hubungan Berat Badan Lahir Rendah dan Status Imunisasi dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada Balita di Aceh Besar

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN ORANGTUA TENTANG ISPA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GATAK SUKOHARJO

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI DAN ANAK USIA 7 BULAN 5 TAHUN

Ernawati 1 dan Achmad Farich 2 ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN ISPA PADA BAYI DI PUSKESMAS KECAMATAN SEGEDONG.

Erma Prihastanti, Puji Hastuti Prodi DIII Kebidanan Purwokerto Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Semarang

Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 Juli 2018 : 17-22

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

HUBUNGAN ANTARA FUNGSI KELUARGA DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA ANAK BALITA DI PUSKESMAS KARTASURA SKRIPSI

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK KADER DALAM PENYULUHAN DI MEJA 4 PADA POSYANDU DI KELURAHAN NGALIYAN, KOTA SEMARANG

PENDAHULUAN. Ridha Hidayat

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU YANG MEMILIKI BALITA DENGAN KUNJUNGAN KE POSYANDU

HUBUNGAN PERILAKU IBU TENTANG PEMBERIAN MAKANAN SEIMBANG DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN BALITA DI POSYANDU LOTUS YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

BALITA DAN IBU DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT

Anisia Mikaela Maubere ( ); Pembimbing Utama: Dr. dr. Felix Kasim, M.Kes ABSTRAK

Eskalila Suryati 1 ; Asfriyati 2 ; Maya Fitria 2 ABSTRACT

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA FACTORS INFLUENCES WITH DIARHEA IN THE CHILDREN UNDER FIVE

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOKERTO SELATAN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2012

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN SAUNG NAGA KECAMATAN BATURAJA BARAT TAHUN 2014.

HUBUNGAN USIA ANAK, JENIS KELAMIN DAN BERAT BADAN LAHIR ANAK DENGAN KEJADIAN ISPA

KOSALA JIK. Vol. 2 No. 2 September 2014

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAGARA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. waktu penelitian di laksanakan selama 1 bulan dari tanggal 10 Mei sampai

E-Jurnal Obstretika. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Bergizi Dengan Pemberian Makanan Pendamping Asi

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kejadian ISPA Di Indonesia, pada balita adalah sekitar 10-20%

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup manusia dan derajat kesehatan masyarakat dalam aspek pencegahan,

Jurnal Ilmiah STIKES U Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

BAB 1 :PENDAHULUAN. masih merupakan masalah kesehatan utama yang banyak ditemukan di. hubungan status gizi dengan frekuensi ISPA (1).

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

Hubungan Paparan Asap Rumah Tangga dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut Bagian Atas pada Balita di Puskesmas Tegal Sari-Medan Tahun 2014

MAULANA WIJAYA NIM. J

DWI AGUNG RIYANTO* ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MIROTO SEMARANG TAHUN 2013

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

PENELITIAN PENGETAHUAN PEKERJA GILING BATU TENTANG ISPA Di Dusun Kajar Desa Krowe Kecamatan Lembeyan Kabupaten Magetan. Oleh : YUSIANI NIM:

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP KEPATUHAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI DESA MOROREJO KALIWUNGU KABUPATEN KENDAL

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH

HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

HUBUNGAN ANTARA KRITERIA PEROKOK DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA KECAMATAN PRAMBANAN YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

HUBUNGAN FREKUENSI JAJAN ANAK DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT. (Studi pada Siswa SD Cibeureum 1 di Kelurahan Kota Baru) TAHUN 2016

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BAYI DAN BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOYOSO SEMARANG 2013

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Sikap dan Perilaku Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi di Desa Penatih Dangin Puri

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DTP JAMANIS KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2010. Oleh : Hariyani Sulistyoningsih, Redi Rustandi 1 1 Staff Pengajar StiKes Respati Tasikmalaya ABSTRAK ISPA atau Infeksi Saluran Pernafasan Akut adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari saluran nafas mulai dari hidung hingga alveoli, termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA masih merupakan masalah kesehatan utama yang banyak ditemukan di Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu, pendidikan ibu, status ekonomi, status gizi balita, jenis kelamin balita, dan status imunisasi balita dengan kejadian ISPA di Desa Bojong Gaok wilayah kerja Puskesmas DTP Jamanis Tahun 2010. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional. Sampel yang diambil adalah balita usia 12 60 bulan adalah sebanyak 76 orang. Instrumen penelitian yang di gunakan adalah lembar kuesioner. Data yang diperoleh dianalisis secara univariat dan bivariat, sedangkan uji statistik yang digunakan adalah uji chi square. Analisis statistik terhadap data yang diperoleh menunjukan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian ISPA (p value = 0,000), terdapat hubungan pendidikan ibu dengan kejadian ISPA (p value = 0,000), terdapat hubungan sosial ekonomi dengan kejadian ISPA (p value = 0,000), terdapat hubungan status gizi dengan kejadian ISPA (p value = 0,001), terdapaat hubungan jenis kelamin dengan kejadian ISPA pada balita (p value = 0,000), terdapat hubungan status imunisasi dengan kejadian ISPA (p value = 0,000). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan ibu, pendidikan ibu, status ekonomi, status gizi balita, jenis kelamin balita, dan status imunisasi balita berhubungan dengan penyakit ISPA pada balita usia 12-60 bulan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, sangat diperlukan upaya untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang ISPA melalui kegiatan penyuluhan dengan melibatkan kader sebagai penyampai informasi. Mempertahankan status gizi balita yang baik serta melaksananakan imunisasi yang lengkap juga perlu dilakukan untuk mencegah timbulnya ISPA. Kata Kunci : ISPA, Balita, Status Gizi, pengetahuan, ibu, pendidikan, status ekonomi, jenis kelamin, status imunisasi ABSTRACT ARI or Acute Respiratory Tract Infection is an acute infectious disease that attacks one or more parts of the respiratory tract from the respiratory tract from nose to alveoli, including network adnegsa like sinus, middle ear cavity and pleura. ARI is still a major health problem commonly found in Indonesia. This research was conducted with the aim of this study was to correlate maternal knowledge, maternal education, economic status, nutritional status, sex, children, and immunization status of children with ARI occurrence in the village of Bojong crow Puskesmas DTP Jamanis Year 2010. Type of research is quantitative research using cross sectional design. The samples taken were toddlers aged 12-60 months are as many as 76 people. The research instrument used is a questionnaire sheet. Data were analyzed by univariate and bivariate, whereas the statistical test used was chi square. Statistical analysis of data shows that there are relationships between maternal knowledge with the incidence of ARI (p value = 0.000), there was significant correlation with the incidence of ARI maternal education (p value = 0.000), there are socio-economic relations with the incidence of ARI (p value = 0.000), there is a relationship between nutrition status with the incidence of ARI (p value = 0.001), there is relationship between sex with the incidence of acute respiratory infection in infants (p value = 0.000), there was significant correlation with the incidence of ARI immunization status (p value = 0.000). The results showed that maternal knowledge, maternal education, economic status, nutritional status of infants, toddlers sex, and immunization status of children under five associated with respiratory disease in infants aged 12-60 months. Based on these findings, it is necessary to increase the knowledge of mothers regarding ARI through extension activities with the involvement of 12 April 2011 154

cadres as a conveyor of information. Maintaining good nutritional status and immunization complete also needs to be done to prevent the onset of ARI. Keywords: ARI, Under Five Child, Nutritional status, knowledge, capital, education, economic status, gender, immunization status PENDAHULUAN Angka kematian bayi, balita dan anak merupakan salah satu indikator kesehatan yang sangat mendasar. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, bahwa angka kematian balita akibat penyakit sistim pernapasan adalah 4,9/1.000 balita, yang berarti terdapat sekitar 5 dari 1.000 balita yang meninggal setiap bulan akibat pneumonia, atau berarti daap tahun terdapat 140.000 balita yang meninggal akibat pneumonia. Data ini juga berarti bahwa rata-rata 1 anak balita Indonesia meninggal akibat pneumonia dalam setiap 5 menit. Selain itu menurut Survey Kesehatan Nasional (SUSKERNAS) tahun 2001, proporsi kematian bayi akibat ISPA masih 28%, artinya dari 100 balita yang meninggal, 28 diantaranya disebabkan oleh penyakit ISPA. ISPA atau Infeksi Saluran Pernafasan Akut adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung hingga alveoli, termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Depkes RI, 2002). Infeksi saluran nafas masih merupakan urutan pertama penyakit terbanyak pada balita di Propinsi Jawa Barat yakni sebesar 33,44%. Menurut Profil Kesehatan Jawa Barat tahun 2006, jumlah anak balita penderita pneumonia di Jawa Barat mencapai 199.287 anak, dengan jumlah kematian akibat pneumonia pada bayi mencapai 63 orang dan pada anak balita mencapai 19 orang. Data Dinas Kabupaten Tasikmalaya menunjukkan bahwa jumlah penderita ISPA di Kabupaten Tasikmalaya pada Tahun 2009 adalah 6994 kasus. Berdasarkan data Puskesmas DTP Jamanis, jumlah penderita ISPA pada tahun 2009 sebanyak 1847 orang. Data terakhir berdasarkan laporan bulanan P2 ISPA di Puskesmas DTP Jamanis, awal Januari sampai akhir Maret Tahun 2010 terdapat kasus ISPA sebanyak 505 orang yang tersebar di 8 desa, yaitu Sindangraja 63 orang, Karangmulya 68 orang, Bojong Gaok 130 orang, Karang Sembung 58 orang, Karang Resik 98 orang, Condong 13 orang, Geresik 68 orang, dan Tanjung Mekar 7 orang. Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit ISPA, baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Sutrisna (1993) faktor risiko yang menyebabkan ISPA pada balita adalah sosial ekonomi, status gizi, tingkat pengetahuan ibu dan faktor lingkungan, sedangkan menurut Depkes RI (2002), faktor penyebab ISPA adalah balita dengan berat badan lahir rendah (BBLR), status gizi buruk, imunisasi tidak lengkap, kepadatan tempat tinggal dan lingkungan fisik. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah Kerja Puskesmas DTP Jamanis Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2010. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di Desa Bojong Gaok wilayah kerja Puskesmas DTP Jamanis Kabupaten Tasikmalaya. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 76 balita yang berusia 13-60 bulan dan memiliki KMS, pada periode Januari sampai Maret 2010. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode sample random sampling. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Variabel bebas yang diteliti meliputi pengetahuan ibu, pendidikan ibu, status ekonomi, status gizi balita, jenis kelamin balita, dan status imunisasi balita, sedangkan variable terikat yang diteliti adalah penyakit ISPA. Pengetahuan ibu adalah kemampuan ibu dalam menjawab pertanyaan mengenai gejala, penyebab, cara penularan, pencegahan serta pengobatan ISPA dirumah. Pendidikan adalah pendidikan formal terakhir ibu balita sampai mendapatkan ijazah. Tingkat sosial ekonomi adalah penghasilan keluarga selama 30 hari (satu bulan) yang dihitung/diukur berdasarkan rata-rata pengeluaran keluarga dalam satu bulan yang kemudian dibandingkan dengan UMR. Status gizi balita adalah berat badan balita berdasarkan hasil penimbangan terakhir yang dilihat dari KMS. Jenis kelamin adalah jenis kelamin balita yang menjadi sampel di Puskesmas DTP Jamanis. Status imunisai 12 April 2011 155

adalah kelengkapan imunisasi dasar yang diberikan kepada balita. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan alat bantu kuesioner yang diwawancarakan. Petugas interview terdiri dari Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKes Respati Tasikmalaya yang sebelumnya telah mendapatkan penjelasan tentang metode dan teknik pengumpulan yang dilakukan. Pengolahan data dilakukan melalui proses editing, pengkodean, skoring, entry, dan cleaning data. Analisis yang dilakukan diawali dengan analisis univariat, kemudian dilanjutkan dengan analisis bivariat menggunakan uji chi square. Analisis univariat dimaksudkan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari variabel-variabel yang diteliti, sedangkan analisa bivariat digunakan untuk menguji hubungan antara dua variabel yang diduga mempunyai hubungan atau korelasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengisian kuesioner yang dilakukan oleh 76 responden di Desa Bojong Gaok wilayah kerja Puskesmas DTP Jamanis tahun 2010, maka terdapat 43 balita (56,6%) yang terkena penyakit ISPA, dan Non ISPA sebanyak 33 balita (43,4%). Hasil selengkapnya adalah sebagai berikut. 1. Hubungan ISPA Pada Balita Dengan Pengetahuan Ibu Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa pada kelompok balita dengan ISPA, proporsi ibu yang memiliki pengetahuan kurang lebih tinggi (89,3%) dibandingkan dengan proporsi ibu dengan pengetahuan baik (37,5%). Jawaban responden terhadap kuesioner menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak mengetahui gejala, penyebab, cara penularan, pencegahan serta pengobatan ISPA di rumah. Pengetahuan merupakan kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil pengguna panca inderanya. Pengetahuan merupakan faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku dan tindakan seseorang. Perubahan perilaku dapat terjadi melalui proses belajar. Belajar diartikan sebagai suatu proses perubahan perilaku yang didasari oleh perilaku terdahulu. Perilaku di mulai dari domain kognitif (pengetahuan), dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau subjek sehingga menimbulkan pengetahuan baru dan selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap terhadap objek yang diketahuiny. Akhirnya rangsangan yakni objek yang sudah diketahui dan didasari sepenuhnya tersebut akan menimulkan respon yang lebih jauh lagi yaitu berupa tindakan terhadap stimulus, namun kenyataan stimulus yang diterima oleh subjek dapat langsung menimbulkan tindakan, artinya seorang dapat berperilaku baru tanpa terlebih dahulu mengetahui makna dari stimulus yang diterimanya, dengan kata lain tindakan seseorang tidak harus didasari oleh pengetahuan dan sikap (Notoatmodjo, 2003). Hasil uji perhitungan statistik dengan menggunakan chi square didapatkan p value = 0,000, dengan demikian Ho ditolak artinya terdapat hubungan antara pengetahuan ibu balita dengan kejadian ISPA pada balita. Pengetahuan tentang gejala, cara penularan, pencegahan serta pengobatan ISPA di rumah untuk selanjutnya dapat menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap terhadap ISPA. Peningkatan pengetahuan sendiri tidak selalu menyebabkan terjadinya suatu perubahan perilaku akan tetapi ada hubungan yang positif yang berkaitan dengan perubahan perilaku. Perilaku mungkin tidak tidak dapat berubah secara langsung sebagai respon terhadap kesadaran ataupun pengetahuan, tetapi efek kumulatif dari peningkatan kesadaran, pengetahuan berkaitan dengan nilai, keyakinan, kepercayaan, minat dalam berperilaku, termasuk perilaku yang berkaitan dengan timbulnya penyakit ISPA serta cara penanggulangannya. 2. Hubungan ISPA Pada Balita Dengan Pendidikan Ibu Pendidikan merupakan salah satu indikator yang mampu mencerminkan kemampuan daya intelektual sumber daya manusia dalam berkarya sehingga perlu diperhatikan dalam menelaah potensi dari sekelompok penduduk. Rendahnya tingkat pendidikan perempuan akan 12 April 2011 156

berpengaruh kepada pemahaman mereka mengenai kesehatan, termasuk kesehatan bayi dan keluarga. Menurut Azwar (2004) makin tinggi tingkat pendidikan ibu, maka makin tinggi kesadaran akan pentingnya kesehatan. Bahkan, seorang ibu yang menyelesaikan pendidikan dasar enam tahun akan menurunkan angka kematian bayi secara signifikan di bandingkan dengan para ibu yang tidak tamat sekolah dasar. Angka kematian bayi ini bahkan semakin rendah bila para ibu menyelesaikan pendidikan menengah tingkat pertama. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pada kelompok balita dengan ISPA, proporsi ibu yang memiliki pendidikan rendah, sebanyak 77,8%, lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi ibu dengan pendidikan tinggi (14,3%) dan cukup (50,0%). Hasil uji Statistik menunjukan bahwa adanya hubungan antara pendidikan ibu dengan ISPA Pada Balita (P value = 0,000). 3. Hubungan ISPA Pada Balita Dengan Sosial Ekonomi Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa pada kelompok balita dengan ISPA, proporsi ibu yang memiliki sosial ekonomi kurang (82,9%) lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi ibu dengan sosial ekonomi cukup (34,1%). Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square menunjukan bahwa terdapat hubungan tingkat sosial ekonomi dengan demikian penyakit ISPA (P value = 0,000). Salah satu penyebab utama masalah kesehatan anak di Indonesia menurut FKUI adalah keadaan sosial/ekonomi/budaya masyarakat yang kurang memadai. Kondisi ekonomi keluarga sangat berpengaruh pada kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan gizi, mendatangi fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai juga menciptakan kondisi lingkungan rumah yang sehat. 4. Hubungan ISPA Pada Balita Dengan Status Gizi Penilaian status gizi dapat dilakukan antara lain dengan mengukur antropometri, seperti berat badan, panjang badan, tinggi badan, lingkar tangan atas. Keadaan gizi yang buruk muncul sebagai faktor risiko yang penting untuk terjadinya ISPA. Beberapa penelitian telah membuktikan tentang adanya hubungan antara gizi buruk dan infeksi paru, sehingga anak-anak yang bergizi buruk sering mendapat ISPA. Balita dengan gizi yang kurang akan lebih mudah terserang ISPA dibandingkan balita dengan gizi normal karena faktor daya tahan tubuh yang kurang. Penyakit infeksi akan menyebabkan balita tidak mempunyai nafsu makan dan mengakibatkan kekurangan gizi. Pada keadaan gizi kurang, balita lebih mudah terserang ISPA berat bahkan serangannya lebih lama (Depkes RI, Pedoman Pemberantasan penyakit ISPA, 2001). Hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa pada kelompok balita dengan ISPA, proporsi ibu yang memiliki bayi dengan status gizi anak yang kurang (89,5%) lebih banyak dibandingkan dengan proporsi ibu dengan status gizi anak yang baik (45,6%). Berdasarkan hasil uji chi square dapat diketahui bahwa terdapat hubungan antara sosial ekonomi dengan kejadian ISPA dengan P value = 0,001. Melalui uji statistik tersebut maka penulis berasumsi bahwa keadaan gizi yang kurang muncul sebagai faktor risiko untuk terjadinya ISPA. Beberapa penelitian telah membuktikan tentang adanya hubungan antara gizi buruk dan infeksi paru, sehingga anak-anak yang bergizi buruk sering mendapat ISPA. Balita dengan gizi yang kurang akan lebih mudah terserang ISPA dibandingkan balita dengan gizi normal karena faktor daya tahan tubuh yang kurang. 5. Hubungan ISPA Pada Balita Dengan Jenis Kelamin Data yang dikumpulkan menunjukkan dari jumlah total penderita ISPA sebanyak 43 balita, 32 balita diantaranya berjenis kelamin laki-laki (86,5%). Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square menunjukkan terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian ISPA (p value = 0,000). Hal ini sejalan dengan Depkes RI, tahun 2005 yang menyatakan bahwa salah satu faktor risiko yang meningkatkan insiden ISPA adalah jenis kelamin laki-laki. 12 April 2011 157

6. Hubungan ISPA Pada Balita Dengan Status Imunisasi Berbagai hasil penelitian yang berhubungan dengan status imunisasi menunjukan bahwa ada kaitan antara penderita ISPA yang mendapatkan imunisasi tidak lengkap dan lengkap, dan bermakna secara statistis. Menurut penelitian yang dilakukan Tupasi (1985) menyebutkn bahwa ketidak patuhan imunisasi berhubungan dengan kejadian ISPA. Penelitian lain yang dilakukan oleh Sievert pada tahun 1993 menyebutkan bahwa imunisasi yang lengkap dapat memberikan peranan yang cukup berarti mencegah kejadian ISPA (Dinkes, RI 2001:10). Hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa pada kelompok balita dengan ISPA, proporsi ibu yang memiliki status imunisasi tidak lengkap (85,7%) lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi ibu dengan status imunisasi lengkap (31,7%). Uji statistik dengan menggunakan uji chi square menunjukkan terdapat hubungan antara Status imunisasi dengan kejadian ISPA (p value = 0,000). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Eny Setyaningsih (2001). Status imunisasi merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita di Kabupaten Banjarnegara. Imunisasi sangat berguna dalam menentukan ketahanan tubuh bayi terhadap gangguan penyakit (Depkes RI, 204). Para ahli kesehatan menyebutkan bahwa di banyak negara, dua penyebab utama tingginya angka kematian anak adalah 65 gangguan gizi dan infeksi. Hal ini dapat dicegah dengan imunisasi yang merupakan hal mutlak dalam memelihara kesehatan dan gizi anak (Sjahmien Moehji, 2003:33). SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Bojong Gaok wilayah kerja Puskesmas DTP Jamanis Tahun 2010 adalah terdapat hubungan antara faktor pengetahuan ibu, pendidikan ibu, tingkat sosial ekonomi, status gizi balita, dan imunisasi dengan kejadian ISPA pada balita. Saran 1. Bagi Puskesmas DTP Jamanis a. Perlu meningkatkan upaya promosi kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang ISPA, khususnya bagi masyarakat Desa Bojong Gaok. b. Perlu meningkatkan upaya promosi kesehatan tentang pentingnya gizi dan imunisasi bagi balita. 2. Bagi Ibu yang mempunyai bayi dan balita a. Ibu berupaya meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan dengan cara aktif mengikuti berbagai kegiatan penyuluhan yang ada di lingkungannya b. Ibu hendaknya memberikan imunisasi dasar lengkap kepada bayinya serta berupaya memenuhi kebutuhan gizi dengan menyediakan hidangan yang bergizi bagi anak dan anggota keluarga lain. DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan RI, 2002. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Untuk Penanggulangan Pneumonia Pada Balita: Jakarta. Departemen Kesehatan RI, 1991, Pedoman Kerja Puskesmas, Jilid 1, Edisi 1991/1992, Jakarta Departemen Kesehatan RI, 2005, Penanggulangan Pneumonia balita Tahun 2005-2009 Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya, 2009, Departemen Jendral Pengendalian dan Penyehatan Lingkungan Laporan Tahunan. 2009 Laporan Tahunan Puskesmas DTP Jamanis. 12 April 2011 158

http://id. Wikipedia.org/wiki/Infeksi saluran pernafasan atas diakses tanggal 25 April 2010 http://suskernas. Litbang.depkes.go.id, diakses tanggal 5 Juni 2010 Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta :PT. RinekaCipta http://id. Wikipedia.org/wiki/factor risiko terjadinya ISPA diakses tanggal 25 April 2010 Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta :PT. RinekaCipta http//www.faktor-faktor yang berhubungan dengangan kejadian ISPA pada balita, diakses tanggal 30 Mei 2010. 12 April 2011 159