PEMBAGIAN KELAS HOMOGEN MENGGUNAKAN K-MEANS CLUSTERING

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS CLUSTER K-MEANS DALAM PENGELOMPOKAN KEMAMPUAN MAHASISWA

Jl. Raya Dukuhwaluh Purwokerto )

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah 1.3 Batasan Masalah 1.4 Tujuan Penelitian

METODE CLUSTERING DENGAN ALGORITMA K-MEANS. Oleh : Nengah Widya Utami

PENERAPAN STRATEGI BELAJAR AKTIF TIPE LEARNING TOURNAMENT PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 15 PADANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRACK. > then reject H 0 so it can be concluded understanding of mathematical concepts by

Tipe Clustering. Partitional Clustering. Hirerarchical Clustering

PENERAPAN ALGORITMA K-MEANS UNTUK MENETAPKAN KELOMPOK MUTU KARET

Perbandingan Akurasi Backpropagation Neural Network dan ANFIS Untuk Memprediksi Cuaca

ABSTRAK Lestari, Yuni, Kata kunci:

DATA MINING DAN WAREHOUSE A N D R I

ANALISIS CLUSTER MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS

ANALISA DAN PEMANFAATAN ALGORITMA K-MEANS CLUSTERING PADA DATA NILAI SISWA SEBAGI PENENTUAN PENERIMA BEASISWA

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumatera Barat 2

CLUSTERING MENGGUNAKAN K-MEANS ALGORITHM (K-MEANS ALGORITHM CLUSTERING)

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN ROTATING TRIO EXCHANGE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7 PADANG

PENGKLASIFIKASIAN DATA SEKOLAH PENGGUNA INTERNET PENDIDIKAN MENGGUNAKAN TEKNIK CLUSTERING DENGAN ALGORITMA K-MEANS STUDI KASUS PT TELKOM SURABAYA

ABSTRACT. Keywords: Creative Problem Solving Learning Model, Open-Ended Approach, Results Learning.

Implementasi Algoritma K-Means Dalam Keputusan Pemberian Beasiswa (Studi Kasus SMA Santo Bernadus Pekalongan) Artikel Ilmiah

APLIKASI K-MEANS UNTUK PENGELOMPOKKAN MAHASISWA BERDASARKAN NILAI BODY MASS INDEX (BMI) & UKURAN KERANGKA

OPERASI BILANGAN DENGAN MATHEMAGICS

TEKNOSI, Vol. 02, No. 03, Desember Koko Handoko Universitas Putera Batam (cooresponding author)

PENGELOMPOKAN MAHASISWA MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS

SKRIPSI KLASIFIKASI CALON PEGAWAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE K-MEANS CLASSIFICATION OF PROSPECTIVE EMPLOYEES BY USING THE K-MEANS METHOD

LABORATORIUM DATA MINING JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA. Modul II CLUSTERING

TAKARIR. : Mengelompokkan suatu objek yang memiliki kesamaan. : Kelompok atau kelas

PENERAPAN ALGORITMA K-MEANS UNTUK CLUSTERING DATA ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH DI KABUPATEN XYZ

Perancangan Sistem Pembagian Kelas Kuliah Mahasiswa dengan Kombinasi Metode K-Means dan K-Nearest Neighbors

Bab 2 Tinjauan Pustaka

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN JARINGAN KOMPUTER BERBASIS ANDROID UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMK ANTARTIKA SURABAYA

Penerapan Teori Maslow pada Pembelajaran Matematika di SD. The Application of Maslow s Theory To Mathematics Learning In Elementary Schools

Penerapan Metode Fuzzy C-Means dengan Model Fuzzy RFM (Studi Kasus : Clustering Pelanggan Potensial Online Shop)

KLASIFIKASI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) SEKTOR INDUSTRI DENGAN METODE FUZZY C-MEANS CLUSTERING WILAYAH KOTA CILEGON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Dalam tinjauan pustaka dibawah ini terdapat 6 referensi sebagai berikut : - Algoritma Naïve Bayes Classifier

ABSTRAK. Kata Kunci : Kreativitas, Guru, Metode Pembelajaran

IMPLEMENTASI DATA MINING UNTUK PENGELOMPOKKAN DATA SISWA MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS CLUSTERING (STUDI KASUS : SMKN 1 KEDIRI) SKRIPSI

ABSTRAK. Kata Kunci : Artificial Neural Network(ANN), Backpropagation(BP), Levenberg Marquardt (LM), harga emas, Mean Squared Error(MSE), prediksi.

ANALISIS KELAYAKAN PEMBERIAN BEASISWA DI POLITEKNIK NEGERI BATAM DENGAN METODE CLUSTERING

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELASVIII SMPN 3 PARIAMAN ABSTRACT

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA YANG MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT DI SMA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI Tinjauan Pustaka Penelitian terkait metode clustering atau algoritma k-means pernah di

K NEAREST NEIGHBOR DALAM IMPUTASI MISSING DATA. Susanti, Shantika Martha, Evy Sulistianingsih INTISARI

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE SCRIPT DALAM PEMBELAJARAN TIK PADA SISWA KELAS VIII SMPN 27 PADANG

By SRI SISWANTI NIM

PENGARUH MODEL COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI EKOSISTEM DI SMA NURUL AMALIYAH TANJUNG MORAWA

PENGARUH PENERAPAN MODEL PENEMUAN TERBIMBING (GUIDED DISCOVERY) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 RANAH PESISIR ABSTRACT

PENGARUH PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA POKOK BAHASAN KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP DI KELAS VII SMP TUNAS BARU BATAM

KLASTERISASI KOMPETENSI GURU MENGGUNAKAN HASIL PENILAIAN PORTOFOLIO SERTIFIKASI GURU DENGAN METODE DATA MINING

ABSTRACT. Keywords: Comprehension Math Concept, Technigue Berkirim Salam dan Soal, Quiz.

PENERAPAN ALGORITMA K-MEANS UNTUK MENENTUKAN TINGKAT KESEHATAN BAYI DAN BALITA PADA KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH

PENGELOMPOKAN MINAT BACA MAHASISWA MENGGUNAKAN METODE K-MEANS

TEORI RESPON ITEM DENGAN PENDEKATAN MODEL LOGISTIK SATU PARAMETER

THE EFFECT OF LEARNING FACILITIES TOWARD STUDENTS S LEARNING OUTCOMES OF CLASS X AND XI SOCIAL ON ECONOMICS OF SMA 3 PEKANBARU ABSTRACT

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF TIPE PROBLEM CENTERED LEARNING

GIS berbasis Web untuk Pemetaan Lahan menggunakan Classifier Model

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi yang baik dipengaruhi oleh kualitas. mahasiswa di dalamnya. Mahasiswa merupakan objek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Analisa Data Mahasiswa Baru Terhadap Program Studi Yang. Dipilih Di Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa

Kata Kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kepala Bernomor, Pemahaman Konsep

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIAFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI DENGAN METODE PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS 2 SMAN 1 TOROH

PENERAPAN STRATEGI PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SIMULASI RANCANGAN ACAK KELOMPOK TAK LENGKAP SEIMBANG DAN EFISIENSINYA

matematis siswa SMPN 1 Karangrejo Tulungagung Tahun Pelajaran 2016/2017 yang menggunakan model discovery learning lebih baik daripada menggunakan mode

PENGGUNAAN METODE PENGKLASTERAN UNTUK MENENTUKAN BIDANG TUGAS AKHIR MAHASISWA TEKNIK INFORMATIKA PENS BERDASARKAN NILAI

.: Analisis Gerombol - Bagian 2 :.

: ZELVIA CHYNTYA DEVI

Keywords: Everyone Is A Teacher Here (ETH) Strategy, Mathematics Selflearning, Mathematics Learning Achievement

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Pada penelitian Rismawan dan Kusumadewi (2008) mengelompokkan

HASIL BELAJAR MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG DIAJAR MENGGUNAKAN STRATEGI PEMECAHAN MASALAH MODEL POLYA DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN EKSPOSITORI

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas dan efisiensi kerja tercapai. STIKOM Surabaya merupakan salah

Pangesti et al., Pengaruh Penggunaan Media Lingkungan...

ANALISIS CLUSTER PADA DOKUMEN TEKS

LEARNING ARTIFICIAL INTELLIGENT. Dr. Muljono, S.Si, M. Kom

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMASARAN PRODUK MENGGUNAKAN DATA MINING DENGAN K-MEANS CLUSTERING

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPS DIKELAS VII 1 SMP PERTIWI SITEBA PADANG TAHUN PELAJARAN 2013/ 2014

BAB II LANDASAN TEORI

ABSTRAK. Kata kunci: Artifficial Intelligence (AI), Finite State Machine (FSM), video game

ANALISA PENENTUAN JUMLAH CLUSTER TERBAIK PADA METODE K-MEANS CLUSTERING

K-PROTOTYPE UNTUK PENGELOMPOKAN DATA CAMPURAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DISERTAI PETA KONSEP

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSSING BERBANTUAN SMARTPHONE

PENGENALAN WAJAH DENGAN MENERAPKAN ALGORITMA ADAPTIF K MEANS

PENINGKATAN KINERJA ALGORITMA K-MEANS DENGAN FUNGSI KERNEL POLYNOMIAL UNTUK KLASTERISASI OBJEK DATA

KESESUAIAN INSTRUMEN EVALUASI DENGAN MATERI PLANTAE YANG DIAJARKAN GURU DI SMA BANDUNG. Dosen Pendidikan Biologi Universitas Islam Riau 2

BAB V PENUTUP. Menggunakan Metode Fuzzy C-Means Clustering, dapat diambil kesimpulan

Model Aplikasi Penentuan Jenis Beasiswa Berbasis Algoritma K-NN Termodifikasi

PREDIKSI PELAPORAN PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR BERBASIS LINIER REGRESI BERGANDA DI KOTA SEMARANG

SISTEM PAKAR DIAGNOSIS JENIS JERAWAT PADA WAJAH MENGGUNAKAN METODE K-MEANS CLUSTERING

IDENTIFIKASI TINGKAT KELULUSAN MAHASISWA MENGGUNAKAN METODE CLUSTERING ALGORITMA K-MEANS SKRIPSI

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN VISUAL DENGAN AUDIOVISUAL KELAS X SMA PGRI 2 BANJARMASIN TAHUN AJARAN 2014/2015 ABSTRACT

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SOSIOLOGI PADA KELAS XI IPS SMA SEMEN PADANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. menerapkan metode clustering dengan algoritma K-Means untuk penelitiannya.

Seminar NasionalTeknologiInformasi 2015

catatan lapangan, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan mencakup reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 3 PARIAMAN ABSTRACT

GIS berbasis Web untuk Pemetaan Lahan menggunakan Classifier Model

KLUSTERING BERBASIS PROTOTIPE DENGAN METODE FUZZY C-MEANS

Transkripsi:

PEMBAGIAN KELAS HOMOGEN MENGGUNAKAN K-MEANS CLUSTERING Nurhayadi Program Studi Pendidikan Matematika Email: nurhayadi@gmail.com Abstrak: Kelas heterogen berisi siswa dengan kemampuan yang beragam. Bila guru menyampaikan materi dengan cepat, maka siswa yang kurang cerdas akan mengalami kesulitan. Sedangkan bila guru menyampaikan materi dengan lambat, maka siswa yang cerdas akan terasa kurang diuntungkan. Kelas homogen adalah kelas yang terdiri dari siswa dengan kemampuan yang setara. Kelas homogen memberikan kemudahan pada guru dalam menyampaikan materi sesuai dengan kemampuan siswa, dan hal ini berarti juga memberikan keuntungan bagi siswa itu sendiri. Pembagian kelas berdasar rangking jumlah nilai mata pelajaran sering digunakan untuk membentuk kelas yang homogen, akan tetapi tujuan ini sering tidak tercapai karena sebagian kelas yang terbentuk masih heterogen. Untuk mendapatkan kelas yang seluruhnya homogen, maka kelas disusun menggunakan k-mean clustering. Kata kunci: kelas, homogen, peringkat, k-mean, clustering, Abstract: Heterogeneous class provides students with diverse abilities. When teachers deliver material quickly, then the less intelligent students will have trouble. Meanwhile, when the teacher presenting the material at a slow pace, so the bright ones will feel disadvantaged. Homogeneous class is a class of students with similar capabilities. Homogeneous class provides convenience to teachers in presenting the material in accordance with the abilities of students, and it also provides benefits for the students themselves. The division of a class based on the ranking of the number of subjects values are often used to form a homogeneous class, but this goal is often not achieved because most classes are formed is still heterogeneous. To obtain a homogeneous whole class, then the class was compiled using k-mean clustering. Keywords: class, homogeneous, ranking, k-mean, clustering, Belajar adalah kegiatan yang dilakukan manusia untuk meningkatkan kemampuan. Winkel (1987) mengatakan bahwa bahwa belajar merupakan suatu proses pada manusia yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungannya dan menghasilkan perubahan perubahan. Perubahan tersebut dapat berupa pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, atau nilai sikap yang bersifat menetap. Belajar terjadi jika individu menerima rangsangan dari lingkungan, dan mengadakan respon terhadap rangsangan tersebut (Gagne, 1975). Belajar dapat dipandang sebagai suatu proses yang dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti guru, bahan pelajaran, dan kondisi teman sekelas. Guru dapat memberikan materi pelajaran secara cepat bila siswa-siswanya mampu mengikuti. Akan tetapi seyogyanya penyampaian materi dilakukan dengan pelan bila siswanya mengalami kesulitan. Kelas heterogen terdiri dari siswa dengan kemampuan yang beragam. Bila guru menyampaikan materi dengan cepat, maka siswa yang kurang cerdas akan mengalami kesulitan. Sedangkan bila guru menyampaikan materi dengan lambat, maka siswa yang cerdas akan terlihat kurang diuntungkan. Pembentukan kelas homogen, yakni kelas yang terdiri dari siswa dengan kemampuan setara, akan memudahkan guru dalam menyampaikan

2 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 5 Nomor 1, Maret 2016 materi sesuai dengan kemampuan siswa. Selain memudahkan tugas guru, pembentukan kelas homogen juga akan menguntungkan bagi siswa. Pembentukan kelas berdasar kemapuan homogen, paling mudah adalah dengan menjumlahkan nilai dalam ijazah atau buku raport, kemudian dilakukan pengelompokan menurut peringkat. Akan tetapi pembagian kelas dengan cara ini memiliki kelemahan karena sering terbentuk beberapa kelas homogen semu. Sebagai ilustrasi, siswa sebanyak 160 akan dibagi menjadi 4 kelas berdasar peringkat jumlah nilai matematika dan nilai IPS, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar-1. Kelas yang terbentuk berdasar peringkat ditunjukkan dengan warna yang berbeda, dibatasi dengan garis-garis dan ditandai sebagai kelas A, kelas B, kelas C, dan kelas D. 1 0 9 8 D B ahas a Indones ia A 7 6 5 B C 4 3 3 4 5 6 7 8 9 1 0 M a t e m a t ik a Gambar 1. Pembagian kelas menggunakan peringkat jumlah nilai Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa pembagian kelas berdasar peringkat jumlah nilai mata pelajaran memiliki sifat sebagai berikut: Kelas A: adalah siswa yang memiliki nilai tinggi dalam pelajaran matematika dan IPS. Kelas B: adalah siswa yang memiliki jumlah nilai di atas rata-rata Kelas C: adalah siswa yang memiliki jumlah nilai di bawah rata-rata Kelas D: adalah siswa yang memiliki nilai kurang pada kedua mata pelajaran. Seorang siswa memiliki nilai tinggi pada pelajaran matematika dan nilai yang rendah pada pelajaran IPS dapat berada dalam satu kelas dengan seorang siswa yang memiliki nilai rendah pada pelajaran matematika dan memiliki nilai tinggi pada pelajaran IPS apabila jumlah nilainya relatif sama, sebagaimana ditujukkan dalam kelas B dan kelas C. Maka ada kelas yang di dalamnya terdapat siswa yang memiliki nilai matematika tinggi dan rendah, yang artinya heterogen untuk mata pelajaran matematika. Hal ini berarti pembentukan kelas homogen kurang berhasil. Kelas homogen yang terbentuk hanya kelas A dan kelas D. Sedangkan kelas B dan kelas C sebenarnya adalah heterogen. Agar didapat kelas yang seluruhnya homogen, maka diperlukan suatu cara lain untuk melakukan pembagian kelas.

Nurhayadi, Pembagian Kelas Homogen 3 Pembagian kelas pada contoh di atas hanya melibatkan dua mata pelajaran. Apabila melibatkan lebih dari dua mata pelajaran, maka pembagian kelas akan lebih rumit lagi. Untungnya, para peneliti statistik telah mengembangkan cara pembagian kelas yang sistematis, yakni menggunakan data mining. Data mining adalah proses penambangan informasi pada data yang tersedia dalam jumlah besar, gunanya untuk menemukan hubungan antar data yang belum diketahui. Selain itu, juga digunakan untuk menyederhanakan data agar lebih mudah dipahami dan lebih mudah untuk digunakan. Data mining sudah banyak digunakan di bidang bisnis, industri, kesehatan dan kebudayaan. Satu bagian ilmu dari data mining, yakni k-means clustering akan digunakan untuk pembagian kelas. Proses pembagian kelas menggunakan k-means klustering adalah proses yang panjang. Akan tetapi, dengan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat, pembagian kelas menggunakan cara ini sudah bukan merupakan hal yang sulit dilakukan bila kita menggunakan komputer. KAJIAN PUSTAKA Tulisan ini membahas pembagian kelas menggunakan k-means klustering. Derajad homogenitas diukur menggunakan Mean Square Error (MSE). Sebagai bahan evaluasi, homogenitas hasil simulasi pembagian kelas menggunakan k-mean clustering akan dibandingkan dengan pembagian kelas menggunakan peringkat. Mean Square Error Mean Square Error adalah rata-rata kuadrat jarak anggota kluster terhadap pusatnya. Semakin besar MSE, maka berarti semakin luas sebaran data dari pusatnya. Besarnya MSE dihitung dengan rumus: MSE = 1 n k nk i 1 cluster ke-k dan Jarak Euclidean 2 ( x x) dengan i x k = titik pusat dari cluster ke-k, nk = banyaknya data pada x i = data ke-i pada cluster ke-k Proses pengelompokkan data ke dalam suatu cluster dilakukan dengan cara menghitung jarak terdekat dari sebuah data ke sebuah titik pusat. Salah satu perhitungan jarak yang sering digunakan adalah jarak Minkowski. Russell S and Norvig P (2010) menyatakan bahwa perhitungan jarak antar dua buah data menggunakan cara Minkowski adalah menggunakan rumus: g 21 g 22 d( x1, x2) x11 x x12 x... x1 p x2 p dengan x1, x2 adalah dua buah data koordinat yang akan dihitung jaraknya, p adalah dimensi dari sebuah data, dan g adalah suatu bilangan bulat positip. Jika g = 2, maka jarak Minkowski sering disebut dengan jarak Euclidean k-means clustering Pembagian kelas menggunakan k-means clustering adalah pengelompokan titik berdasar sifat yang saling berdekatan. Kedekatan antar titik diukur berdasar aturan jarak g 1/ g

4 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 5 Nomor 1, Maret 2016 yang ditentukan. Prinsip kerja pembagian kelas dengan metoda k-means clustering sebagaimana ditunjukkan pada Gambar-2, dimulai dengan menentukan banyaknya kelas yang akan dibentuk, misal sebanyak k, kemudian diambil sebanyak k buah titik sembarang sebagai titik pusat kelas, dalam hal ini koordinat titik adalah nilai siswa. Setiap titik akan dihitung jaraknya terhadap sebanyak k titik pusat. Berdasar jarak Minkowski, maka masingmasing titik dikelompokkan pada salah satu pusat yang memiliki jarak terdekat. Data input ditentukan k banyaknya kelas ditentukan k titik pusat data dikelompokkan berdasar titik pusat terdekat ditentukan k titik pusat baru dihitung d jarak pergeseran titik pusat d > Gambar-2. Algoritma k-means clustering Setiap kelas yang terbentuk, diambil titik pusat baru. Pengambilan pusat yang baru, dilakukan menggunakan rumus n 1 k xk xi denganb: x k = titik pusat dari kelas ke-k, nk = banyaknya data pada kelas ke-k, n k i 1 selesai dan x i = data ke-i pada kelascluster ke-k Berdasar titik pusat baru tersebut, disusun kembali kelas baru. Pada kelas yang baru, diambil titik pusat yang baru lagi, dan dibentuk lagi kelas yang baru. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai terjadi jarak pergeseran titik pusat kurang dari suatu bilangan yang ditentukan. d <

Nurhayadi, Pembagian Kelas Homogen 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan metoda k-means clustering untuk pembagian kelas, menggunakan data sebagaimana ditunjukkan pada Gambar-1. Diambil empat buah titik titik pusat sembarang, idealnya adalah titik yang berada di sekitar titik-titik yang akan dibagi kelas. Pembagian kelas menggunakan k-means clustering memberikan hasil sebagaimana ditunjukkan pada Gambar-3. 1 0 9 8 B1 A3 B ahas a Indones ia 7 6 5 D4 C2 4 3 3 4 5 6 7 8 9 1 0 M a t e m a t ik a Gambar 3. Pembagian kelas menggunakan k-means clustering Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa k-means clustering mengelompokkan siswa berdasar kemiripan kemampuan dalam dua mata pelajaran. Masing-masing kelas yang terbentuk memiliki sifat sebagai berikut: Kelas A: adalah siswa yang memiliki nilai tinggi dalam pelajaran matematika dan IPS. Kelas B: adalah siswa yang memiliki nilai tinggi untuk mata pelajaran matematika, tetapi agak kurang untuk mata pelajaran IPS Kelas C: adalah siswa yang memiliki nilai tinggi untuk mata pelajaran IPS, tetapi agak kurang untuk pelajaran matematika Kelas D: adalah siswa yang memiliki nilai kurang pada kedua mata pelajaran. Kelas yang terbentuk pada pengelompokan menggunakan k-means clustering relatif lebih homogen dari pada pembagian kelas berdasar peringkat jumlah nilai. Bila kita amati lebih lanjut, MSE pada pembagian kelas menggunakan k-means clustering secara keseluruhan lebih kecil dari MSE pada pembagian kelas menggunakan peringkat jumlah nilai. Nilai MSE dari pembagian kelas masing-masing cara, ditunjukkan pada Tabel-1. Nilai MSE yang kecil juga berarti bahwa kelas yang terbentuk mengumpul dekat pada titik pusat kelompok. Hal ini juga berarti bahwa kemampuan antar individu tidak jauh berbeda untuk seluruh mata pelajaran. Dengan demikian, ketika guru masuk di kelas dapat lebih fokus dalam menyampaikan mata pelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa.

6 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 5 Nomor 1, Maret 2016 Tabel-1. Mean Square Error pembagian kelas Kelas K-means clustering Peringkat A 1.6817 2.2173 B 1.6871 2.2102 C 0.9052 3.1271 D 1.5701 1.7572 Jumlah 5.8441 9.3119 KESIMPULAN DAN SARAN Pembentukan kelas homogen akan memudahkan guru dalam mengajar. Untuk membentuk kelas yang seluruhnya homogen, dapat dilakukan menggunakan metoda k- means clustering. Homogenitas kelas hasil pengelopokan dengan cara tersebut lebih baik dari pada pembagian kelas berdasar peringkat jumlah nilai. Pembentukan kelas menggunakan metoda k-means clustering memiliki kelemahan, yakni kelas yang terbentuk sering tidak sama besar. Untuk mengatasi masalah ini, maka perlu dicari cara memodifikasi algoritma, agar kelas yang terbentuk bisa sama besar. DAFTAR PUSTAKA Gagne, R.M., 1975, Essentials of Learning for Instruction, New York Russell. S dan Norvig. P., 2010, Artificial Intelligence A Modern Approach. Upper Saddle River, New Jersey Winkel. W., 1987, Psikologi Pengajaran, Gramedia, Jakarta.