Model Distribusi Kecepatan Angin untuk Peramalan Gelombang dengan Menggunakan Metode Darbyshire dan Smb di Perairan Semarang

dokumen-dokumen yang mirip
Model Distribusi Data Kecepatan Angin dan Pemanfaatannya dalam Peramalan Gelombang di Perairan Laut Paciran, Jawa Timur

STUDI REFRAKSI DAN DIFRAKSI GELOMBANG PADA RENCANA BANGUNAN PELABUHAN DI TANJUNG BONANG, KABUPATENREMBANG Radhina Amalia, Warsito Atmodjo, Purwanto*)

KARAKTERISTIK GELOMBANG LAUT BERDASARKA N MUSIM ANGIN DI PERAIRAN PULAU BINTAN ABSTRACT

KAJIAN REFRAKSI GELOMBANG DI PERAIRAN UJUNG PANGKAH KABUPATEN GRESIK, JAWA TIMUR

ANALISIS REFRAKSI GELOMBANG LAUT BERDASARKAN MODEL CMS- Wave DI PANTAI KELING KABUPATEN JEPARA

KAJIAN PENJALARAN DAN TRANSFORMASI GELOMBANG DI PERAIRAN TANJUNG KELIAN KABUPATEN BANGKA BARAT

REFRAKSI GELOMBANG DI PERAIRAN PANTAI MARUNDA, JAKARTA (Puteri Kesuma Dewi. Agus Anugroho D.S. Warsito Atmodjo)

STUDI POLA TRANSFORMASI GELOMBANG DI PERAIRAN KOTA TEGAL

LONGSHORE CURRENT DAN PENGARUHNYA TERHADAP TRANSPORT SEDIMEN DI PERAIRAN PANTAI SENDANG SIKUCING, KENDAL

DINAMIKA TRANSFORMASI GELOMBANG MENGGUNAKAN MODEL CMS-WAVE (COASTAL MODELLING SYSTEM - WAVE) DI PANTAI BOOM TUBAN, JAWA TIMUR

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di :

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman Online di :

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017, Halaman 1 9 Online di :

Studi Variabilitas Tinggi dan Periode Gelombang Laut Signifikan di Selat Karimata Mulyadi 1), Muh. Ishak Jumarang 1)*, Apriansyah 2)

Perbandingan Peramalan Gelombang dengan Metode Groen Dorrestein dan Shore Protection Manual di Merak-Banten yang di Validasi dengan Data Altimetri

ANALISA PENGARUH PARAMETER OSEANOGRAFI TERHADAP SEBARAN GUMUK PASIR DI PANTAI PARANGTRITIS TAHUN

POLA TRANFORMASI GELOMBANG DENGAN MENGGUNAKAN MODEL RCPWave PADA PANTAI BAU-BAU, PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Analisis Transformasi Gelombang Di Pantai Matani Satu Minahasa Selatan

Jurnal Gradien Vol.4 No. 2 Juli 2008 :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SIRKULASI ANGIN PERMUKAAN DI PANTAI PAMEUNGPEUK GARUT, JAWA BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN PENGARUH BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG TIPE SAMBUNG PANTAI TERHADAP GELOMBANG LAUT DI PELABUHAN TAPAKTUAN, ACEH SELATAN

STUDI REFRAKSI DAN DIFRAKSI GELOMBANG UNTUK ANALISA EFEKTIVITAS LAYOUTBREAKWATER DI PELABUHAN PENDARATAN IKAN LARANGAN, KABUPATEN TEGAL

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 4, Nomor 1, Tahun 2015, Halaman Online di :

MODEL PREDIKSI GELOMBANG TERBANGKIT ANGIN DI PERAIRAN SEBELAH BARAT KOTA TARAKAN BERDASARKAN DATA VEKTOR ANGIN. Muhamad Roem, Ibrahim, Nur Alamsyah

ANALISIS KARAKTERISTIK GELOMBANG PECAH DI PANTAI NIAMPAK UTARA

ANALISIS KARAKTERISTIK GELOMBANG DI PERAIRAN KABUPATEN BATU BARA, SUMATERA UTARA

STUDI KARAKTERISTIK GELOMBANG PADA DAERAH PANTAI DESA KALINAUNG KAB. MINAHASA UTARA

JOURNAL OF OCEANOGRAPHY. Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Online di :

Run-up dan Overtopping Gelombang Pada Off-shore Breakwater di Pantai Tirtamaya, Indramayu AgungWindadi *, HeryosoSetiyono *, SugengWidada * )

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman Online di :

PENUNTUN PRAKTIKUM OSEANOGRAFI FISIKA

Karakteristik Kecepatan Dan Arah Dominan Arus Sejajar Pantai (Longshore Current) Di Pantai Larangan Kabupaten Tegal Jawa Tengah

ANALISIS TRANSFORMASI DAN SPEKTRUM GELOMBANG DI PERAIRAN BALONGAN, INDRAMAYU, JAWA BARAT

STUDI PENGARUH GELOMBANG TERHADAP KERUSAKAN BANGUNAN PANTAI HYBRID ENGINEERING DI DESA TIMBULSLOKO, DEMAK

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016, Halaman Online di :

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 3 (2014), Hal ISSN :

ANALISIS PENJALARAN DAN TRANSFORMASI GELOMBANG DI PULAU SUBI KECIL KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rancu pemakaiannya, yaitu pesisir (coast) dan pantai (shore). Penjelasan mengenai

ANALISIS TRANSFORMASI DAN SPEKTRUM GELOMBANG BERARAH DI PERAIRAN SAYUNG DEMAK JAWA TENGAH

Simulasi Pola Arus Dua Dimensi Di Perairan Teluk Pelabuhan Ratu Pada Bulan September 2004

Kajian Ovetopping akibat run-up gelombang pada breakwater di perairan balongan indramayu, jawa barat

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016, Halaman Online di :

Volume 14 No. 01 Maret 2013 ISSN :

BAB III LANDASAN TEORI

Gambar 2.1 Peta batimetri Labuan

KAJIAN POLA ARUS DI PANTAI MARINA ANCOL DAN PENGARUHNYA TERHADAP RENCANA REKLAMASI

PREDIKSI PARAMETER GELOMBANG YANG DIBANGKITKAN OLEH ANGIN UNTUK LOKASI PANTAI CERMIN

PENGARUH BESAR GELOMBANG TERHADAP KERUSAKAN GARIS PANTAI

SKRIPSI. Disusun oleh: Firda Megawati

PEMODELAN TINGGI GELOMBANG UNTUK PENENTUAN TINGKAT KERENTANAN PESISIR KABUPATEN SUKABUMI. Ankiq Taofiqurohman

PENJALARAN GELOMBANG DI LOKASI PEMBANGUNAN PERMEABLE DAMS HYBRID ENGINEERING, TIMBUL SLOKO, DEMAK

KARAKTERISTIK ARUS, SUHU DAN SALINITAS DI KEPULAUAN KARIMUNJAWA

II. TINJAUAN PUSTAKA WRPLOT View (Wind Rose Plots for Meteorological Data) WRPLOT View adalah program yang memiliki kemampuan untuk

POSITRON, Vol. VI, No. 1 (2016), Hal ISSN :

KAJIAN KARAKTERISTIK LONGSHORE CURRENT PADA PERAIRAN SEKITAR BANGUNAN JETTY DI PANTAI KEJAWANAN CIREBON

BAB III LANDASAN TEORI

Bab III METODOLOGI PENELITIAN. Diagram alur perhitungan struktur dermaga dan fasilitas

STUDI ARUS DAN SEBARAN SEDIMEN DASAR DI PERAIRAN PANTAI LARANGAN KABUPATEN TEGAL

TRANSPORT SEDIMEN YANG DISEBABKAN OLEH LONGSHORE CURRENT DI PANTAI KECAMATAN TELUK SEGARA KOTA BENGKULU

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

VARIASI GELOMBANG LAUTDI SELAT MAKASSAR BAGIAN SELATAN

Analisa Perubahan Garis Pantai Akibat Kenaikan Muka Air Laut di Kawasan Pesisir Kabupaten Tuban

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

ANALISIS DISTRIBUSI ARUS PERMUKAAN LAUT DI TELUK BONE PADA TAHUN

Wind speed data analysis for predictions of sea waves in Bitung Coastal Waters

Transformasi Gelombang untuk Perencanaan Pelabuhan Hub Internasional

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016, Halaman Online di :

Online di :

ANALISIS STABILITAS BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG BATU BRONJONG

Studi Tipe Pasang Surut di Pulau Parang Kepulauan Karimunjawa Jepara, Jawa Tengah

STUDI PARAMETER OSEANOGRAFI DI PERAIRAN SELAT MADURA KABUPATEN BANGKALAN

PEMETAAN DAERAH YANG TERGENANG BANJIR PASANG AKIBAT KENAIKAN MUKA AIR LAUT DI PESISIR KOTA TEGAL

ANALISIS DEFORMASI GELOMBANG DI PULAU SIBERUT KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI SUMATERA BARAT Amalia Dewi *), Purwanto *), Denny Nugroho Sugianto *)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KARAKTERISTIK ARUS LAUT DI PERAIRAN TANJUNG MAS SEMARANG DALAM UPAYA PENCARIAN POTENSI ENERGI ALTERNATIF

III. METODE PENELITIAN. data dan pengolahannya. Dalam tahap awal ini disusun hal-hal penting untuk. mengefektifkan waktu dan kegiatan yang dilakukan.

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

PEMETAAN GELOMBANG LAUT DENGAN METODE PEMODELAN NUMERIK DAN PEMANFAATANNYA UNTUK MENGIDENTIFIKASI KERENTANAN WILAYAH PESISIR TERHADAP ABRASI

Studi Pola Sebaran Buangan panas PT. Pertamina Up V Balikpapan Di Perairan Kampung Baru, Teluk Balikpapan

Perencanaan Bangunan Pemecah Gelombang di Teluk Sumbreng, Kabupaten Trenggalek

Arah Dan Kecepatan Angin Musiman Serta Kaitannya Dengan Sebaran Suhu Permukaan Laut Di Selatan Pangandaran Jawa Barat

Kajian Refraksi-Difraksi dan Transformasi Penjalaran Gelombang Laut di Perairan Pantai Tapak Paderi Kota Bengkulu

ANALISIS SPEKTRUM GELOMBANG BERARAH DI PERAIRAN PANTAI KUTA, KABUPATEN BADUNG,

ANALISIS TRANSPOR SEDIMEN MENYUSUR PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GRAFIS PADA PELABUHAN PERIKANAN TANJUNG ADIKARTA

PREDIKSI GELOMBANG SIGNIFIKAN SEKITAR PANTAI MAKASSAR UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN INFRASTUKTUR PANTAI

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 1-8 Online di :

ANALISIS HIDROOSEANOGRAFI PERAIRAN KEERA KABUPATEN WAJO. Abstrak

Pola Arus di Perairan Paciran Jawa Timur pada Musim Peralihan Awal

STUDI PARAMETER OSEANOGRAFI DI PERAIRAN SELAT MADURA KABUPATEN BANGKALAN

POLA ANGIN PEMBANGKIT GELOMBANG YANG BERPENGARUH ATAS MORFOLOGI DAN BANGUNAN PANTAI DI SEKITAR MAKASSAR

KAJIAN BEBERAPA ALTERNATIF LAYOUT BREAKWATER DESA SUMBER ANYAR PROBOLINGGO

Variabilitas Angin dan Gelombang Laut Sebagai Energi Terbarukan di Pantai Selatan Jawa Barat

PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI (REVETMENT) DENGAN BAHAN GEOBAG DI PANTAI MASCETI, KABUPATEN GIANYAR

Sebaran Arus Permukaan Laut Pada Periode Terjadinya Fenomena Penjalaran Gelombang Kelvin Di Perairan Bengkulu

BAB IV ANALISIS. 4.1 Data Teknis Data teknis yang diperlukan berupa data angin, data pasang surut, data gelombang dan data tanah.

BAB III METODOLOGI. Tabel 3.1 Data dan Sumber No Data Sumber Keterangan. (Lingkungan Dilakukan digitasi sehingga 1 Batimetri

DESAIN STRUKTUR PELINDUNG PANTAI TIPE GROIN DI PANTAI CIWADAS KABUPATEN KARAWANG

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 4 ANALISA HIDRO-OSEANOGRAFI

Transkripsi:

Model Distribusi Kecepatan Angin untuk Peramalan Gelombang dengan Menggunakan Metode Darbyshire dan Smb di Perairan Semarang Saiful Hadi dan Denny Nugroho Sugianto Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedharto, SH, Tembalang Semarang. 50275 Telp/Fax (024) 7474698 Email : dennysugianto@yahoo.com Abstrak Gelombang merupakan salah satu parameter oseanografi yang sangat mempengaruhi kondisi pantai. Tiga faktor yang menentukan karakteristik gelombang yang dibangkitkan oleh angin yaitu : (1) lama angin bertiup atau durasi angin, (2) kecepatan angin dan (3) fetch (jarak yang ditempuh oleh angin dari arah pembangkitan gelombang atau daerah pembangkitan gelombang) (Baharuddin et all, 2009). Berdasarkan pengolahan data angin tahun 1995 2010 didapatkan durasi dan kecepatan angin pada musim Barat untuk angin sedang (11-16 knot) durasi maksimumnya adalah 9 jam dan durasi rata-rata adalah 6 jam, untuk angin agak kuat (17-21 knot) durasi maksimumnya adalah 8 jam dan durasi ratarata adalah 1 jam, untuk angin kuat (22-27 knot) durasi maksimumnya adalah 2 jam dan durasi ratarata adalah 1 jam. Untuk musim Peralihan durasi maksimum angin sedang adalah 10 jam dan durasi rata-rata adalah 6 jam untuk angin agak kuat durasi maksimumnya adalah 8 jam dan durasi rata-rata adalah 1 jam, untuk durasi angin kuat durasi maksimum adalah 2 jam dan durasi rata-rata adalah 1. Pada musim Timur durasi maksimum angin sedang adalah 9 jam dan durasi rata-rata adalah 5 jam, untuk durasi maksimum dan rata-rata angin agak kuat adalah 1 jam, untuk durasi maksimum dan ratarata angin kuat adalah 1 jam.berdasarkan hasil peramalan gelombang didapatkan untuk musim Barat tinggi gelombang maksimum di Perairan Semarang mencapai 2 meter dengan periode 6,8 detik, pada musim Peralihan tinggi gelombang maksimum mencapai 1,99 meter dengan periode 6,8 detik, sedangkan pada musim Timur tinggi gelombang maksimum mencapai 1,49 meter dengan periode 6,1 detik. Kata Kunci : Gelombang, Durasi Angin, Kecepatan Angin Perairan Semarang Abstract Wave is one of the oceanography parameters that greatly affect the condition of the beach. Three factors determine the characteristics of the waves generated by the wind is: (1) a long time the wind blows or the duration of the wind, (2) wind speed and (3) fetch (the distance traveled by the wind from the direction of the generation of waves or wave generation area. From the wind data processing year 1995-2010 obtained the wind speed and duration on West monsoon the maximum duration of moderate winds (11-16 knots) is 9 hours and the average duration is 6 hours, for the rather strong winds (17-21 knots) the maximum duration is 8 hours and the average duration is 1 hours, for strong wind (22-27 knots) the maximum duration is 2 hours and the average duration is 1 hours. On Transitional monsoon duration of moderate winds is 10 hours and the average duration is 6 hours, for rather strong winds the maximum duration is 8 hours and the average duration is 1 hours, for strong winds the maximum duration is 2 hours and the average duration is 1 hours. On East monsoon the maximum duration for moderate winds is 9 hours and the average duration is 5 hours, for rather strong winds the maximum and the average duration is 1 hours, for strong winds the maximum and average duration is 1 hours. Based on the results obtained wave forecasting the maximum wave height on West moonson reaches 2 meters with a period 6,8 seconds, the maximum wave height on Transisition moonson reached 1,99 meters with a period 6,8 seconds, while on East moonson the maximum wave height reached 1,49 meters with a period 6,1 seconds. Keywords : Wave, Winds duration, Winds Speed, Semarang Sea *) Corresponding author http ://ejournal.undip.ac.id/index.php/buloma Diterima/Received : 00-00-2012 laboska_undip@yahoo.com Disetujui/Accepted : 00-00-2012

Pendahuluan Gelombang merupakan salah satu parameter oseanografi yang sangat mempengaruhi kondisi pantai. Dalam merencanakan suatu bangunan pantai, penentuan tata letak (layout) pelabuhan, alur pelayaran, pengelolaan lingkungan laut, penentuan daerah rekreasi bahari dan budidaya di wilayah pesisir dan pantai, faktor utama yang perlu dikaji adalah gelombang. Triatmodjo (2008) menyatakan bahwa gelombang dapat menimbulkan energi untuk membentuk pantai, menimbulkan arus, serta menyebabkan gaya-gaya yang bekerja pada bangunan pantai. Tiga faktor yang menentukan karakteristik gelombang yang dibangkitkan oleh angin yaitu : (1) lama angin bertiup atau durasi angin, (2) kecepatan angin dan (3) fetch (jarak yang ditempuh oleh angin dari arah pembangkitan gelombang atau daerah pembangkitan gelombang) (Baharuddin et all, 2009). Kota Semarang merupakan salah satu kota yang terletak di pesisir laut Pantai Utara Jawa. Sebagai salah satu kota yang terletak di wilayah pesisir menyebabkan Kota Semarang rawan akan bencana pesisir yaitu berupa kerusakan pantai. Perkembangan pembangunan di Semarang menyebabkan pemanfaatan perairan laut di Semarang cukup meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan dinamika pembangunan di wilayah pesisir kota Semarang untuk kepentingan perumahan, wisata, dan industri (BAPPEDA, 2001). Pembangunan tersebut menyebabkan perubahan fungsi garis pantai dan perubahan pada kondisi parameter fisika di Perairan Semarang. Sebagai salah satu parameter fisika perairan, gelombang menjadi faktor yang penting untuk dikaji karena karakteristik gelombang suatu perairan menggambarkan kondisi suatu pantai yang erat kaitannya dengan keseimbangan pantai. Materi dan Metode Materi yang digunakan pada penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan yaitu data yang diperoleh dari hasil pengukuran di lapangan yaitu berupa pengukuran gelombang laut. Data primer tersebut akan digunakan sebagai pembanding hasil peramalan gelombang. Sedangkan data sekunder meliputi data Peta Lingkungan Pantai Indonesia (LPI) Lembar LPI 1409 Semarang Skala 1:250.000 yang diperoleh dari BAKOSURTANAL Tahun 2000, data angin per jam selama 16 tahun (1995-2010) diperoleh dari Stasiun pengukuran BMKG Bandara Ahmad Yani Semarang ( 06 0 58 59,99 LS 106 0 22 59,9 BT, elevasi 3 m). Metode Pengukuran gelombang laut Menurut WMO (1998) terdapat tiga tipe pengukuran gelombang laut yakni (i) pengukuran dibawah permukaan laut; (ii) pengukuran pada permukaan laut; dan (iii) pengukuran diatas permukaan laut. Dalam penelitian ini alat pengukur gelombang ditempatkan dibawah permukaan laut. Pengukuran gelombang laut dalam penelitian ini menggunakan ADP (Acoustic Doppler Profiler) jenis Sontek Argonout-XR. Cara pengukurannya dengan menggunakan metode mooring dititik lokasi pengukuran. Metode Penentuan Titik Pengukuran Gelombang Penentuan titik pengukuran dipilih dengan menggunakan metode area sampling. Metode sampling daerah (area sampling) digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas (Sugiyono, 2009). Pada penelitian ini pengukuran gelombang laut dilakukan pada satu titik, yaitu terletak pada koordinat 110 24 56,07 BT dan 6 53 7,12 LS dengan kedalaman 15,8 m. Metode Analisis Data Angin Klasifikasi data angin berdasarkan skala Beaufort Data Angin yang diperoleh dari BMKG Bandara Ahmad Yani Semarang diklasifikasikan berdasarkan skala Beaufort. 2 Model Distribusi Kecepatan Angin untuk Peramalan Gelombang dengan Menggunakan Metode

Tabel 1 menyajikan klasifikasi data angin berdasarkan skala Beaufort yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 1. Skala Beaufort yang digunakan dalam klasifikasi No. Kecepatan angin Tipe angin 1 2 3 11-16 knot 17-21 knot 22-27 knot Angin sedang Angin agak kuat Angin kuat Filterisasi kecepatan dan arah angin berdasarkan kondisi lokasi penelitian Filterisasi kecepatan angin adalah pemilahan kecepatan angin berdasarkan skala beaufort. Kecepatan angin yang disortir adalah kecepatan angin > 11 knot, yaitu angin sedang, angin agak kuat dan angin kuat. Sedangkan filterisasi arah angin yaitu pemilahan arah angin yang dapat membangkitkan gelombang yakni arah Barat, Barat Laut, Utara, Timur Laut dan Timur. Sedangkan arah lain tidak dihitung karena diasumsikan berasal dari darat sehingga ketika sampai di laut kecepatannya melemah dan gelombang yang terbentuk relatif kecil. Peramalan Gelombang Metode SMB Peramalan gelombang yang terjadi di lokasi penelitian menggunakan data angin yang telah melalui proses filterisasi durasi dan kecepatan angin. Peramalan gelombang dilakukan dengan menggunakan Metode SMB (Sverdrup Munk-Bretchneider) (CHL, 2002). Peramalan Gelombang Metode Darbyshire Peramalan gelombang dengan metode ini secara prinsip tidak terlalu berbeda jauh dengan metode SMB, namun yang membedakan diantara keduanya adalah secara umum metode SMB digunakan untuk meramalkan gelombang laut dalam, sedangkan metode Darbyshire untuk memprediksi gelombang perairan pantai dangkal, metode Darbyshire tidak memperhitungkan fully developed sea Hasil dan Pembahasan Pengukuran gelombang yang dilakukan di perairan Semarang dengan posisi geografis 110 24 56,07 BT dan 6 53 7,12 LS pada tanggal 28 Desember 2010 hingga 30 Desember 2010 dengan kedalaman 15,8 meter menghasilkan data yang dapat dilihat pada Tabel 2 dan 3 serta Gambar 1. Tinggi gelombang maksimum yang terjadi selama penelitian (Hmaks) adalah 1,325 meter. Hal ini terjadi karena penelitian berlangsung pada saat musim Barat sehingga gelombang yang terbentuk relatif besar, pada saat musim Barat angin yang berhembus di Perairan Semarang relatif besar jika dibandingkan musim Timur dan musim Peralihan. Hasil Durasi Kecepatan Angin Tiap Musim Berdasarkan analisis durasi kecepatan angin dengan menggunakan data angin selama 16 tahun didapatkan hasil durasi kecepatan angin tiap musim. Durasi kecepatan angin musim Barat disajikan pada Gambar 2 dan 3.Penentuan durasi angin sangat diperlukan untuk kepentingan peramalan gelombang. Triatmodjo (1999) menyatakan bahwa semakin besar durasi angin maka akan semakin besar gelombang yang terbentuk karena durasi ini mencukupi untuk mentransmisikan energi ke permukaan air sehingga terbentuk gelombang. Dengan adanya durasi angin ini akan mempermudah dalam peramalan gelombang karena durasi dan kecepatan angin yang dapat membangkitkan gelombang sudah dibakukan. Durasi dan kecepatan angin yang terjadi pada musim Barat dan musim Peralihan lebih tinggi apabila dibandingkan dengan durasi dan kecepatan angin pada musim Timur. Hal ini disebabkan karena kondisi daerah penelitian yang berbentuk teluk. Ketika angin musim Barat dan musim Peralihan terjadi, angin tersebut tidak terlalu terganggu oleh topografi daratan, sedangkan ketika terjadi angin musim Timur kecepatan angin terganggu oleh topografi daratan. Sehingga durasi dan kecepatan angin musim Timur lebih rendah. 3 Model Distribusi Kecepatan Angin untuk Peramalan Gelombang dengan Menggunakan Metode

Tabel 2. Tinggi dan Periode Gelombang Hasil Pengukuran Lapangan Tanggal 28-30 Desember 2010 Hmax Hs Hmin (m) Tmax Ts Tmin (m) (m) (detik) (detik) (detik) 1,325 0,867 0,325 6,7 5,5 4,5 Tabel 3. Tinggi dan Periode Gelombang Harian Tanggal Hmax (m) Hs (m) Hmin (m) Tmax (detik) Ts (detik) Tmin (detik) 28 Desember 2010 1,325 1,076 0,38 6,7 5,8 4,6 29 Desember 2010 0,896 0,709 0,325 6,2 5,3 4,5 30 Desember 2010 0,787 0,696 0,476 5,9 5,4 4,6 Gambar 1. Tinggi gelombang harian dan Periode gelombang harian Gambar 2. Durasi maksimum musim barat Gambar 3. Durasi rerata musim barat 27 Model Distribusi Kecepatan Angin untuk Peramalan Gelombang dengan Menggunakan Metode

Gambar 5. Durasi maksimum musim timur Gambar 6. Durasi rerata musim timur Tabel 4. Hasil durasi kecepatan angin Waktu Musim Barat Musim Peralihan Musim Timur Angin sedang (11-16 Knot) Angin agak kuat (17-21 Knot) Angin kuat (22-27 Knot) Maksimum 9 jam 8 jam 2 jam Rata-rata 6 jam 1 jam 1 jam Maksimum 10 jam 8 jam 2 jam Rata-rata 6 jam 1 jam 1 jam Maksimum 9 jam 1 jam 1 jam Rata-rata 5 jam 1 jam 1 jam Durasi dan kecepatan angin hasil model distribusi angin dapat digunakan untuk mempercepat proses peramalan gelombang karena nilai durasi angin sudah dibakukan. Dengan mengasumsikan kecepatan angin maksimum pengukuran di Bandara Ahmad Yani Semarang mempunyai karakteristik yang sama dengan yang terjadi di lokasi penelitian maka dapat dilakukan peramalan gelombang dengan menggunakan durasi dan kecepatan angin maksimum untuk musim Barat, Peralihan, dan Timur. Hasil Model Distribusi Kecepatan Angin Relatif Berdasarkan pengolahan model distribusi angin menggunakan data angin selama 16 tahun (1995-2010) diperoleh model distribusi angin yang dikelompokkan menurut musim untuk kecepatan angin sedang (11-16 knot), agak kuat (17-21 knot),dan kuat (22-27 knot). Model distribusi angin musim Barat disajikan pada Gambar 7 dan Gambar 8. Model distribusi angin maksimum musim Peralihan disajikan pada Gambar 9, sedangkan model distribusi angin rerata musim Peralihan disajikan pada Gambar 10. Model distribusi angin maksimum pada musim Timur disajikan pada Gambar 11, sedangkan untuk model distribusi angin rerata pada musim Timur disajikan pada Gambar 12. Penentuan durasi angin sangat diperlukan untuk kepentingan peramalan gelombang. Triatmodjo (1999) menyatakan bahwa semakin besar durasi angin maka akan semakin besar gelombang yang terbentuk karena durasi ini mencukupi untuk mentransmisikan energi ke permukaan air sehingga terbentuk gelombang. Dengan adanya durasi angin ini akan mempermudah dalam peramalan gelombang karena durasi dan kecepatan angin yang dapat membangkitkan gelombang sudah dibakukan. Durasi dan kecepatan angin yang terjadi pada musim Barat dan musim Peralihan lebih tinggi apabila dibandingkan dengan durasi dan kecepatan angin pada musim Timur. Hal ini disebabkan karena kondisi daerah 27 Model Distribusi Kecepatan Angin untuk Peramalan Gelombang dengan Menggunakan Metode

penelitian yang berbentuk teluk. Ketika angin musim Barat dan musim Peralihan terjadi, angin tersebut tidak terlalu terganggu oleh topografi daratan, sedangkan ketika terjadi angin musim Timur kecepatan angin terganggu oleh topografi daratan. Sehingga durasi dan kecepatan angin musim Timur lebih rendah. Durasi dan kecepatan angin hasil model distribusi angin dapat digunakan untuk mempercepat proses peramalan gelombang karena nilai durasi angin sudah dibakukan. Dengan mengasumsikan kecepatan angin maksimum pengukuran di Bandara Ahmad Yani Semarang mempunyai karakteristik yang sama dengan yang terjadi di lokasi penelitian maka dapat dilakukan peramalan gelombang dengan menggunakan durasi dan kecepatan angin maksimum untuk musim Barat, Peralihan, dan Timur. Hasil Model Distribusi Kecepatan Angin Relatif Berdasarkan pengolahan model distribusi angin menggunakan data angin selama 16 tahun (1995-2010) diperoleh model distribusi angin yang dikelompokkan menurut musim untuk kecepatan angin sedang (11-16 knot), agak kuat (17-21 knot), dan kuat (22-27 knot). Model distribusi angin musim Barat disajikan pada Gambar 7 dan Gambar 8. Model distribusi angin maksimum musim Peralihan disajikan pada Gambar 9, sedangkan model distribusi angin rerata musim Peralihan disajikan pada Gambar 10. Model distribusi angin maksimum pada musim Timur disajikan pada Gambar 11, sedangkan untuk model distribusi angin rerata pada musim Timur disajikan pada Gambar 12. Model distribusi kecepatan angin relatif untuk musim Barat, musim Peralihan, dan musim Timur disajikan pada Gambar 7-12. Berdasarkan Gambar distribusi maksimum kecepatan angin relatif diketahui bahwa untuk kecepatan angin sedang (11-16 knot) memiliki distribusi yang lebih panjang dibandingkan kecepatan angin agak kuat (17-21 knot) dan kecepatan angin kuat (22-27 knot). Pada musim Barat apabila ditarik pada persentase 100% menunjukkan bahwa kecepatan angin sedang terjadi 2 kali pada kecepatan angin puncak, sedangkan untuk kecepatan angin agak kuat dan kuat pada kecepatan angin puncak hanya terjadi 1 kali (Gambar 7). Hal yang sama terjadi pada musim Peralihan apabila ditarik persentase 100% menunjukkan bahwa kecepatan angin sedang terjadi 3 kali pada kecepatan angin puncak, sedangkan untuk kecepatan angin agak kuat terjadi 2 kali pada kecepatan angin puncak dan kecepatan angin kuat terjadi 1 kali (Gambar 9). Musim Timur apabila ditarik pada persentase 100% menunjukkan bahwa kecepatan angin sedang, agak kuat dan kuat terjadi 1 kali pada kecepatan angin puncak (Gambar 11). Berdasarkan Gambar distribusi rerata kecepatan angin relatif menunjukkan hasil yang sama dengan distribusi maksimum kecepatan angin relatif. Untuk kecepatan angin sedang (11-16 knot) memiliki distribusi yang lebih panjang dibandingkan kecepatan angin agak kuat (17-21 knot) dan kecepatan angin kuat (22-27 knot). Pada musim Barat apabila ditarik pada persentase 50% menunjukkan bahwa untuk kecepatan angin sedang mempunyai durasi yang lebih lama dibandingkan kecepatan angin agak kuat dan kuat, hal yang sama terjadi juga pada musim Peralihan dan musim Timur. Berdasarkan uraian tersebut maka distribusi kecepatan angin sedang memilki pola grafik yang melebar sedangkan untuk kecepatan angin agak kuat dan kuat memiliki pola grafik yang menyempit. Sehingga kecepatan angin sedang memiliki durasi yang lebih lama dibandingkan kecepatan angin agak kuat dan angin kuat. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi angin sedang sangat berperan dalam pembentukan gelombang di Perairan Semarang. Verifikasi Range Peramalan Tinggi Gelombang dengan Data Pengukuran Gelombang Berdasarkan range durasi kecepatan angin kemudian dilakukan peramalan tinggi gelombang. Hasil tinggi gelombang tersebut 27 Model Distribusi Kecepatan Angin untuk Peramalan Gelombang dengan Menggunakan Metode

akan menjadi batasan dari peramalan gelombang dengan menggunakan model ditribusi angin. Untuk hasil range tinggi gelombang hasil peramalan Darbyshire musim Barat disajikan pada Gambar 13, Sedangkan range tinggi gelombang hasil peramalan SMB Musim Barat disajikan pada Gambar 14. Range tinggi gelombang peramalan Darbyshire musim Peralihan disajikan pada Gambar 15, sedangkan range tinggi gelombang peramalan SMB musim Peralihan disajikan pada Gambar 16. Untuk range tinggi gelombang peramalan Darbyshire musim Timur disjikan pada Gambar 17 dan range tinggi gelombang peramalan SMB musim Timur disajikan pada Gambar 18. Verifikasi dengan menggunakan range peramalan tinggi gelombang kecepatan angin agak kuat. Berdasarkan hasil verifikasi range peramalan tinggi gelombang dapat diketahui untuk peramalan musim barat dengan menggunakan metode Darbyshire (Gambar 13) lebih baik daripada verifikasi dengan menggunakan range peramalan SMB (Gambar 14). Pada Gambar 13 terlihat bahwa hampir semua data gelombang pengukuran lapangan masuk kedalam range peramalan metode Darbyshire. Sedangkan pada Gambar 14 terlihat bahwa masih terdapat data gelombang pengukuran lapangan yang keluar dari range peramalan metode SMB. Gambar 15 menunjukkan range peramalan tinggi gelombang dengan metode Darbyshire musim Peralihan terlihat bahwa sebagian besar data gelombang pengukuran masuk kedalam range tersebut. Sedangkan Gambar 16 menunjukkan range tinggi gelombang dengan metode SMB musim Timur terlihat bahwa banyak data gelombang pengukuran tidak masuk kedalam range tersebut.gambar 17 menunjukkan range peramalan tinggi gelombang dengan metode Darbyshire terlihat bahwa sebagian besar data gelombang pengukuran masuk kedalam range tersebut, tetapi untuk tinggi gelombang lebih tinggi dari 1,1 meter tidak masuk kedalam range. Hal ini dikarenakan gelombang yang terjadi pada musim Timur lebih kecil dibandingkan pada musim Barat dan Peralihan Gambar 18 menyajikan range peramalan tinggi gelombang dengan metode SMB pada musim Timur terlihat bahwa hanya sebagian kecil data gelombang pengukuran yang masuk kedalam range. Untuk range musim Barat terlihat lebih banyak data gelombang pengukuran yang masuk kedalam range, hal ini dikarenakan pengukuran gelombang dilakukan pada bulan Desember saat terjadinya musim Barat. Berdasarkan hasil verifikasi dengan menggunakan range peramalan tinggi gelombang dapat diketahui bahwa peramalan dengan menggunakan metode Darbyshire lebih cocok digunakan di Pearairan Semarang karena data gelombang hasil pengukuran lebih banyak yang masuk kedalam range daripada menggunakan peramalan metode SMB. Gambar 7. Model distribusi angin maksimum musim Barat Gambar 8. Model distribusi angin maksimum musim Barat 28 Model Distribusi Kecepatan Angin untuk Peramalan Gelombang dengan Menggunakan Metode

Gambar 9. Model distribusi angin maksimum musim Peralihan Gambar 10. Model distribusi angin maksimum musim Peralihan Gambar 11. Model distribusi angin maksimum musim Timur Gambar 12. Model distribusi angin maksimum musim Timur Gambar 13. Range Tinggi Gelombang Peramalan Darbyshire musim Barat 29 Model Distribusi Kecepatan Angin untuk Peramalan Gelombang dengan Menggunakan Metode

Gambar 14. Range Tinggi Gelombang Peramalan SMB musim Barat Gambar 15. Range Tinggi Gelombang Peramalan Darbyshire musim Peralihan Gambar 16. Range Tinggi Gelombang Peramalan SMB musim Peralihan 30 Model Distribusi Kecepatan Angin untuk Peramalan Gelombang dengan Menggunakan Metode

Gambar 17. Range Tinggi Gelombang Peramalan Darbyshire musim Timur Gambar 18. Range Tinggi Gelombang Peramalan SMB Timur Kesimpulan Berdasarkan pengolahan data angin tahun 1995 2010 didapatkan durasi dan kecepatan angin pada musim Barat untuk angin sedang (11-16 knot) durasi maksimumnya adalah 9 jam dan durasi ratarata adalah 6 jam, untuk angin agak kuat (17-21 knot) durasi maksimumnya adalah 8 jam dan durasi rata-rata adalah 1 jam, untuk angin kuat (22-27 knot) durasi maksimumnya adalah 2 jam dan durasi rata-rata adalah 1 jam. Untuk musim Peralihan durasi maksimum angin sedang adalah 10 jam dan durasi rata-rata adalah 6 jam untuk angin agak kuat durasi maksimumnya adalah 8 jam dan durasi ratarata adalah 1 jam, untuk durasi angin kuat durasi maksimum adalah 2 jam dan durasi ratarata adalah 1. Pada musim Timur durasi maksimum angin sedang adalah 9 jam dan durasi rata-rata adalah 5 jam, untuk durasi maksimum dan rata-rata angin agak kuat adalah 1 jam, untuk durasi maksimum dan rata-rata angin kuat adalah 1 jam. Metode peramalan Darbyshire lebih cocok digunakan di lokasi penelitian jika dibandingkan dengan metode SMB. Berdasarkan gaya pembangkitnya, Gelombang di Perairan Semarang merupakan gelombang yang dibangkitkan angin dan berdasarkan kedalaman relatif termasuk dalam gelombang laut transisi (0,05 < d/l < 0,5). 31 Model Distribusi Kecepatan Angin untuk Peramalan Gelombang dengan Menggunakan Metode

Daftar Pustaka Baharuddin, John I Pariwono, I Wayan Nurjaya. 2009. Pola Transformasi Gelombang dengan Menggunakan Model RCPWave pada Pantai Bau-Bau, Provinsi Sulawesi Tenggara. E. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 1, No. 2, Desember 2009. BAKOSURTANAL, Peta Lingkungan Pantai Indonesia (LPI) Lembar LPI 1409 Semarang Skala 1:250.000. BMKG Bandara Ahmad Yani Semarang, Data Pengukuran Angin Tahun 1995-2012. BAPPEDA, 2001. Kondisi Perairan Semarang, http.//bappeda.semarangkota.go.id Coastal Hydrolic Laboratory (CHL). 2002. Coastal Enginering Manual. Part III-IV. Washington DC : Department of the Army. U.S. Army Corp of Engineering. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Penerbit Alfabeta, Bandung. 334 hal. Triatmodjo, B. 2008. Teknik Pantai. Beta Offset, Yogyakarta. 32 Model Distribusi Kecepatan Angin untuk Peramalan Gelombang dengan Menggunakan Metode