Memahami Persaingan Global

dokumen-dokumen yang mirip
Pengusaha Domestik: Manja atau Dimanjakan? Bramantyo Djohanputro, PhD

PARITAS DAYA BELI DAN TINGKAT BUNGA

Valas dan Risiko Transaksi Ekspor - Impor Bramantyo Djohanputro, PhD

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini hampir semua negara-negara di dunia menganut sistem pasar bebas

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Karena pada dasarnya, investasi merupakan satu pengeluaran

Organizational Theory & Design

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB V. Simpulan dan Saran. sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Gambaran Tingkat Suku Bunga, Jumlah Uang Beredar dan Indeks

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

BAB I PENDAHULUAN. makro adalah pandangan bahwa sistem pasar bebas tidak dapat mewujudkan

Makna dan Manfaat dalam Pekerjaan Bramantyo Djohanputro, PhD

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

I. PENDAHULUAN. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam

BAB VII Perdagangan Internasional

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. strategi dalam rangka mengefisienkan dana dari masyarakat seperti dengan

Keseimbangan Ekonomi Empat Sektor. Oleh: Ruly Wiliandri, SE., MM

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor

Prospek Ekonomi Regional ASEAN ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) Ringkasan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang mengimpor maupun mengekspor akan menimbulkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. di industri alas kaki, meliputi produksi dan pemasaran sepatu jenis sports atau casual

BAB I PENDAHULUAN. dimaksudkan untuk mempercepat pencapaian tingkat kesejahteraan hidup yang tinggi

I. PENDAHULUAN. Industri tekstil bukanlah merupakan sebuah hal baru dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal dan industri sekuritas menjadi tolak ukur

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang

Kondisi Paritas Internasional

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan tersebut atau lebih dikenal dengan perdagangan internasional.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, termasuk di dalam perdagangan internasional. Pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah memasuki era globalisasi yang memberikan pengaruh

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

TIMBULNYA BISNIS INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. terpuruk. Konsekuensi dari terjadinya krisis di Amerika tersebut berdampak pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengantar Bisnis. Tujuan, Sumber Daya, dan Stakeholders Bisnis MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional tersebut agar terlaksananya tujuan dan cita-cita bangsa

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian internasional, diantaranya yaitu impor. Kegiatan impor yang dilakukan

Pertemuan 14 STRATEGI PEMASARAN INTERNASIONAL

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. (pembelian barang-barang modal) meliputi penambahan stok modal atau barang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

Box 2 : Stabilisasi Nilai Tukar Rupiah melalui Arus masuk Devisa (Peraturan Bank Indonesia No 13/20/PBI/2011 ttg Penerimaan Devisa Hasil Ekspor dan

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. seluruh penghasilan saat ini, maka dia dihadapkan pada keputusan investasi.

MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

BAB I PENDAHULUAN. modal dan industri-industri sekuritas yang ada pada suatu negara tersebut. Peranan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara berkembang yang menggunakan sistem perekonomian terbuka.

BAB I PENDAHULUAN. untuk kemudian didatangkan ke negara tersebut dengan tujuan untuk memenuhi

BAB V KESIMPULAN. terbesar dan merupakan ikon dari Samsung Group, yang merupakan konglomerasi

Bisnis internasional merupakan kegiatan bisnis yang dilakukan antara Negara yang satu dengan Negara yang lain.

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan oleh adanya currency turmoil, yang melanda Thailand dan menyebar

Analisis Perkembangan Industri

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini telah memasuki era globalisasi dimana persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis semakin pesat membuat orang berpikir lebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kebangkitan kembali sektor manufaktur, seperti terlihat dari kinerja ekspor maupun

BAB I PENDAHULUAN. cara yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah Atas Dollar Amerika Serikat Periode 2004Q.!-2013Q.3

BAB I PENDAHULUAN. terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Baja merupakan bahan baku penting dalam proses industri sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara berkembang yang menganut sistem. perekonomian terbuka di mana dalam menjalankan roda perekonomiannya,

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian suatu negara sangat menentukan tingkat. kesejahteraan masyarakat suatu negara, yang berarti bahwa suatu negara

BAB III PERUBAHAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Krisis mata uang di Amerika Latin, Asia Tenggara dan di banyak negara

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dengan cara ekspor dan impor, franchising, maupun membangun kantor

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yaitu nilai tukar (exchange rate) atau yang biasa dikenal dengan

PERBANDINGAN EFISIENSI INFORMASI PASAR MODAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada masa ini pembangunan nasional yang semakin meningkat menuntut

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL TEORI KEUNGGULAN ABSOLUT, DAN KEUNGGULAN KOMPARATIF. Wahono Diphayana

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara kearah yang

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI

KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. negara atau lintas negara yang mencakup ekspor dan impor. Tambunan

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti buku, block note, buku hard cover, writing letter pad, dan lainnya. Industri

I. PENDAHULUAN. Nilai tukar mata uang adalah catatan harga pasar dari mata uang asing (foreign

Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3%

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perkembangan industri tekstil di Indonesia terus menunjukan

Transkripsi:

Memahami Persaingan Global Bramantyo Djohanputro, PhD Penulis: Dosen dan konsultan manajemen bidang keuangan, investasi, dan risiko Lecturer and consultant of management in finance, investment, and risk Sekolah Tinggi Manajemen PPM (PPM School of Management) Contact: brm@ppm-manajemen.ac.id bram.finance@gmail.com Blog: www.bram39.wordpress.com Perilaku perusahaan Indonesia sangat berbeda dengan perusahaan asal Taiwan, Hong Kong maupun Korea Selatan. Sudah bertahun-tahun perusahaan kita di-ninabobok-kan oleh kenyamanan usaha di pasar domestik sampai-sampai nyaris melupakan pasar manca negara. Sebaliknya, perusahaan-perusahaan asal ketiga negara tersebut sudah lama berorientasi manca negara. Kalaupun ada perkembangan orientasi luar negeri, yang selama ini bisa dilakukan dengan cukup baik, sebatas pada kegiatan ekspor. Sedangkan investasi di luar negeri, pembentukan aliansi strategis di manca negara, apalagi pemberian wiralaba (franchising) ke luar Indonesia sangat terbatas. Berlakunya pasar bebas dan AFTA seolah menjadi momok perusahaan domestik akan beratnya persaingan. Sementara pasar domestik diserbu berbagai produk dari sesama negara berkembang seperti RRC dan Taiwan, perusahaan Indonesia belum mampu mencengkeramkan usahanya di negara lain. Mengapa gerangan? **** Ada tiga sudut pandang cara memahami kemampuan perusahaan bersaing pada pasar global dan memasuki pasar asing. Cara pertama didasarkan atas teori keunggulan komparatif (comparative advantage). Penganut teori ini mendasarkan argumennya berdasarkan keunggulan komparatif suatu negara dan prinsip spesialisasi. Mereka bilang, negara Memahami Persaingan Global# 1

tertentu memiliki keunggulan untuk memproduksi barang atau jasa tertentu karena mampu menyediakannya sampai ke tangan konsumen dengan biaya yang lebih rendah, yang berarti juga dengan harga jual yang lebih murah. Kemampuan memproduksi barang dan jasa dengan murah karena adanya kekayaan (endowment) yang telah tersedia di negara tersebut, misalnya sumber daya alam, tenaga kerja yang murah, dan sebagainya. Bisa juga murahnya ongkos produksi disebabkan oleh tersedianya bahan masukan hasil ciptaan, misalnya teknologi yang maju, akumulasi modal, kekayaan informasi, dan sebagainya. Kemampuan menggunakan kekayaan tersebut dengan baik meningkatkan daya saing secara komparatif dibandingkan negara lain. Spesialisasi menyebabkan terjadi overproduction untuk barang dan jasa tertentu dan underproduction untuk barang dan jasa lainnya. Itulah sebabnya konsep keunggulan komparatif membantu kita memahami mengapa terjadi transaksi ekspor-impor. Konsep keunggulan komparatif membantu menerangkan mengapa Indonesia cenderung mampu berkompetisi untuk produk dan jasa berdasarkan teknologi rendah dan berdasarkan sumber alam. Misalnya agrobisnis dan hasil kerajinan. Pada tahun 1977 terdapat penelitian yang membandingkan keunggulan negara-negara Asean menurut persepsi para pengusaha. Kesimpulannya, Indonesia memiliki dua keunggulan utama: murahnya tenaga kerja dan stabilitas ekonomi. Tetapi tampaknya kedua keunggulan tersebut telah pudar. Ongkos buruh telah meningkat, yang saat ini untuk UMP kawasan Jabotabek saja di atas Rp500 ribu. Angka ini relatif masih kecil dibandingkan dengan upah minimum negara-negara maju, yang mencapai sekitar US$2 per jam. Tetapi persaingan produk Indonesia tidak dengan produk negara maju tetapi dengan produk sesama negara berlembang. Kalau dibandingkan dengan mereka, ada dua kelemahan yang kita hadapi. Secara nominal, upah tersebut relatif besar. Secara produktivitas, tenaga kerja Indonesia memiliki tingkat produktivitas yang relatif rendah. Dengan demikian, biaya per unit barang atau jasa menjadi relatif mahal. Memahami Persaingan Global# 2

Keunggulan kedua, stabilitas, juga sudah hilang dan belum kembali. Gejolak nilai tukar dan laju inflasi menunjukkan stabilitas ekonomi Indonesia terpuruk sejak 1997 sampai 2001. Ada hasil yang cukup menggembirakan di tahun 2002 yang ditunjukkan dengan menguatnya Rupiah dan terkendalinya laju inflasi selama setahun. Namun hal tersebut masih perlu disikapi dengan hati-hati. Menguatnya Rupiah bisa jadi karena selama masa krisis sampai tahun 2001 penurunan nilai Rupiah melebihi angka normal (undervalued). Jadi penguatan tahun 2002 lebih merupakan reaksi balik (reversion). Karena stabilitas terait dengan tingkat risiko, semakin bergejolak Indonesia menyebabkan semakin besar tingkat diskonto investasi di Indonesia. Artinya, aset-aset Indonesia mengalami penurunan nilai yang semakin besar. Perusahaan dibeli dengan harga murah, barang dan jasapun ditawar dengan harga rendah. Dengan demikian kemampuan bersaing berdasarkan konsep keunggulan komparatif perusahaan-perusahaan Indonesia dapat diperoleh lagi bila secara nasional kita mampu meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan sekaligus menciptakan stabilitas secara makro. Perusahaanperusahaan tentu saja dapat berkontribusi terhadap kedua faktor tersebut melalui pemilihan strategi usaha yang tepat. Namun peran penyelenggara negara jauh lebih penting karena produktivitas nasional dan stabilitas merupakan hasil kebijakan nasional dan perilaku para penyelenggara negara. Bila konsep keunggulan komparatif membantu kita mengevaluasi dan memahami pengembangan usaha ekspor-impor, konsep yang kedua, ketidak sempurnaan pasar (imperfect market concept) membantu kita memahami mengapa suatu perusahaan asing ada di negara lain. Konsep ketidaksepurnaan pasar menyatakan, oleh karena pasar tidak sempurna maka harga-harga bahan baku dan masukan industri berbeda-beda di lokasi yang berbeda. Bayangkan pasar yang sempurna. Bahan baku, biji besi misalnya, memiliki nilai jual yang sama dimanapun juga, baik di daerah yang terdapat pertambangan biji besi maupun di daerah yang jauh sekali dari Memahami Persaingan Global# 3

lokasi pertambangan. Harga biji cokelat di Amerika latin, yang merupakan penghasil uatam di dunia, sama dengan harga biji coklat di Afrika, Eropa, Asia maupun di kutub utara. Ini terjadi karena, sekali lagi dalam pasar sempurna, biaya transaksi nol, pajak sama di mana-mana, biaya transportasi juga nol. Tetapi kenyataan lain. Ketidaksempurnaan pasar mengatakan, biji besi akan lebih murah di lokasi pertambangan dibanding harganya di daerah yang jauh dari daerah pertambangan. Biji cokelat lebih murah di Amerika latin dibandingkan dengan harganya di Rusia. Namun Indonesia yang memiliki tambang biji besi belum tentu mampu mengembangkan industri pengolahan biji besi sampai menjadi barang jadi yang siap dibeli oleh konsumen akhir. Ini karena ada masukan produksi yang mahal di Indonesia, karena langka, tetapi relatif murah dan tersedia di negara lain. Misalnya para ahli dan mesin pengolahan, yang tersedia di negara-negara maju. Hal ini mendorong munculnya berbagai bentuk usaha. Misalnya, kerjasama melalui waralaba (franchising) dan pemberian lisensi. Pengusaha domestik membeli hak memproduksi dengan menggunakan teknologi, metoda dan berbagai standar yang ditetapkan oleh franchisor. Atau pemerintah Indonesia memberikan lisensi kepada pengusaha asing untuk mendapatkan hak eksklusif mengolah tambang biji besi di suatu lokasi untuk kurun waktu tertentu dengan persyaratan yang ditetapkan. Bentuk usaha lain yang dapat dikembangkan adalah berupa aliansi strategis. Ini bisa dilakukan bila pengusaha domestik memiliki suatu keunggulan yang tidak dimiliki oleh pengusaha asing dan, sebaliknya, pengusaha asing memiliki sesuatu yang tidak dimiliki pengusaha domestik. Kerjasama seperti ini diharapkan meningkatkan nilai kedua perusahaan. Berdasarkan kondisi saat ini, keunggulan perusahaan Indonesia masih mengandalkan pada endoment berupa kekayaan alam. Oleh karena itu perusahaan-perusahaan ekstraksi/pertambangan banyak dibanjiri oleh perusahaan asing. Dalam hal kerjasama (partnership), pengusaha lokal Memahami Persaingan Global# 4

lebih banyak mengandalkan akses lisensi pengusahaan areal, termasuk HPH, ke pemerintah. Dari beberapa kasus yang pernah saya temui, banyak terjadi keluhan partner domestik karena mereka merasakan ketidakseimbangan pembagian hasil. Akumulasi tunai yang diterima oleh partner asing lebih besar dibandingkan dengan akumulasi tunai yang diterima partner domestik. Sekalipun proporsional dalam pembagian dividen, banyak komponen penerimaan yang dinikmati asing tetapi tidak oleh partner domestik. Penerimaan non-dividen tersebut terdiri dari dua kategori, penerimaan langsung dan penerimaan konsesi. Penerimaan langsung antara lain mencakup biaya manajemen (management fee) dan lisensi. Sedangkan penerimaan konsesi berasal dari hak pembelian produk perusahaan hasil aliansi oleh partner asing dengan harga di bawah harga pasar dunia. Selisih tersebut menjadi penerimaan parner asing. Dalam kondisi tidak ada partner domestik yang mumpuni, pengusaha asing dapat secara langsung mendirikan perusahaan di Indonesia. Selama tidak ada persyaratan kewajiban harus berpartner dengan pengusaha lokal, hal tersebut sangat mungkin terjadi. Konsep ketidaksempurnaan pasar juga sekaligus mampu menjelaskan mengapa perusahaan Indonesia tidak mampu masuk ke negara asing melalui pendirian aliansi maupun anak perusahaan. Kelemahan SDM, teknologi, dan pemasaran menjadi titik utama sulitnya bermitra dengan mitra asing di negara lain. Untuk menciptakan kondisi yang lebih baik bagi pengusaha Indonesia, diperlukan bukan saja keunggulan dalam hal akses lisensi tetapi juga dalam bidang lain. Misalnya, kualitas SDM, keunggulan teknologi tepat guna, dan akses pasar. Lagi-lagi, pencapaian ini bukan saja pekerjaan pengusaha tetapi diperlukan campur tangan aktif pemerintah untuk menciptakan kebijakan dan sistem yang kondusif. Konsep ketiga, yaitu siklus hidup produk, mampu menjelaskan mengapa suatu perusahaan mampu melakukan ekspor, mendirikan cabang, sampai mendirikan anak perusahaan di negara lain. Konsep ini sering diaplikasikan untuk produk-produk teknologi tinggi atau memiliki Memahami Persaingan Global# 5

tingkat keunikan yang tinggi. Pemasaran suatu produk dimulai dari pasar domestik. Setelah muncul permintaan dari negara lain tetapi pada skala yangf relatif kecil, mulailah dengan ekspor. Pada saat permintaan meningkat, diperlukanlah pengawasan yang lebih baik dan perwakilan di pasar lokal untuk penyelesaian transaksi dan administrasi. Berdirilah kantor cabang di pasar lokal. Pada saat permintaan terus meningkat dan melewati batas minimum (critical mass) maka diperlukan pendirian anak perusahaan (subsidiary) di pasar lokal. Pendirian anak perusahaan tersebut bisa melalui akuisisi perusahaan domestik yang sudah ada, bisa juga dengan cara pendirian perusahaan dari awal. Oleh karena konsep siklus hidup produk cocok untuk produk teknologi tinggi atau yang memiliki tingkat keunikan tinggi, konsep inipun dapat menjelaskan mengapa sulit mencari perusahaan Indonesia yang mampu mendirikan anak perusahaan di negara lain. Berdasarkan analisis di atas, bila kita ingin mengembangkan dan mendorong perusahaan Indonesia untuk melakukan ekspansi ke luar negeri, kita musti melacak keunggulan-keunggulan dengan pendekatan dua konsep, keunggulan komparatif dan ketidaksempurnaan pasar. Untuk mencapainya, ada beberapa hal yang perlu dibenahi secara makro. Pertama, teknologi perlu diperbaharui khususnya dalam rangka peningkatan produktivitas. Harapannya, biaya produksi turun. Kedua, SDM musti diperkuat. Tanpa kekuatan ini, sulit untuk meningkatkan kemampuan berkompetisi dan inovasi sebagai syarat penting dalam meningkatkan daya tawar dalam membentu aliansi strategis. Ketiga, stabilitas makro perlu dipulihkan secepatnya untuk menurunkan tingkat risiko dan otomatis tingkat diskonto. Dengan mengejar ketertinggalan faktor-faktor tersebut melalui kebijakan yang tepat, perusahaan Indonesia tidak saja mengandalkan ekspor tetapi juga bebagai bentuk usaha lain dalam persaingan global. Pertanyaannya, kapan pengelolaan kebijakan tersebut dapat tercapai secara efektif dan efisien? Masih cukup sulit untuk ditebak. ******** Memahami Persaingan Global# 6