SAMBUTAN DEPUTI GUBERNUR BIDANG KREDIT BANK INDONESIA PADA ACARA PENANDATANGANAN MOU ANTARA BANK INDONESIA DAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM TENTANG PENINGKATAN KETERAMPILAN LEMBAGA PENYEDIA JASA (BUSINESS DEVELOPMENT SERVICES PROVIDER) CALON KONSULTAN KEUANGAN MITRA BANK JAKARTA, 23 JUNI 2004 Yth. - Sekretaris Menteri Negara Koperasi dan UKM - Deputi Bidang Pembiayaan Kementerian Koperasi dan UKM - Direktur Direktorat Pengelolaan Penerusan Pinjaman Departemen Keuangan - Pimpinan Lembaga Keuangan pelaksana kredit usaha mikro dan kecil (KUMK) dana SUP 005 - Para pejabat Departemen Teknis terkait - Pimpinan Komite Penanggulangan Kemiskinan - Ketua Satuan Tugas Daerah DKI Jaya - Para pimpinan BDS - Hadirin yang berbahagia kita semua Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh dan salam sejahtera untuk Terlebih dahulu perkenankan saya mengajak kita semua untuk mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-nya, sehingga pada kesempatan ini kita dapat hadir dalam rangka penandatanganan Kesepakatan Bersama antara Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah dengan Bank Indonesia tentang Peningkatan Keterampilan Lembaga Penyedia Jasa (Business Development Services Provider) calon Konsultan Keuangan Mitra Bank. 1
Hadirin yang berbahagia, Peranan yang dilakukan Bank Indonesia dalam upaya pemberdayaan UMKM dilakukan melalui empat pilar kebijakan dan strategi, yaitu kebijakan kredit perbankan, pengembangan kelembagaan, pemberian Bantuan teknis, dan kerjasama dengan Pemerintah. Dari sisi kebijakan kredit perbankan, Bank Indonesia menganjurkan kepada perbankan untuk memasukkan rencana penyaluran kredit UMKM ke dalam business plan perbankan, Pada tahun 2004, perbankan nasional, termasuk BPR, merencanakan untuk meningkatkan penyaluran kredit baru untuk sektor UMKM menjadi sekitar Rp 36,02 triliun untuk bank umum dan Rp 2,47 triliun untuk BPR. Angka tersebut diharapkan dapat terserap sepenuhnya oleh perbankan untuk disalurkan kepada UMKM. Berkaitan dengan perkembangan kredit UMKM, sepanjang tahun 2003 terjadi peningkatan kredit baru perbankan ke sektor UMKM dengan kinerja yang terus membaik. Kredit baru yang disalurkan perbankan ke sektor UMKM selama tahun 2003 adalah sebesar Rp 26,9 triliun atau mencapai 63,82% dari total rencana perbankan untuk penyaluran kredit UMKM sebesar Rp 42,3 triliun. Pangsa kredit baru perbankan ke sektor UMKM tersebut adalah 45,1% dari total kredit baru yang direalisasikan sepanjang tahun 2003, meningkat dibandingkan dengan pangsa kredit baru perbankan ke sektor UMKM pada tahun 2002 sebesar 42,2% dari total kredit baru. Dari angka tersebut, terlihat masih banyak potensi pendanaan perbankan yang masih belum dimanfaatkan oleh UMKM. Untuk meningkatkan daya serap tersebut perlu diupayakan berbagai strategi dan kebijakan untuk merealisasikan kredit UMKM agar meningkat lebih banyak. Daya serap UMKM terhadap penyaluran kredit perbankan masih banyak terkendala oleh berbagai persyaratan teknis, sehingga dibutuhkan mekanisme tertentu untuk meningkatkan kapabilitas UMKM agar pembiayaan terhadap sektor usaha ini dapat semakin dioptimalkan, sehingga target dari business plan 2
dapat terpenuhi. Dalam kerangka tersebut, upaya peningkatan daya serap UMKM melalui pemberdayaan Konsultan Keuangan/Pendamping UMKM Mitra Bank, atau yang biasa dikenal dengan KKMB menemukan relevansinya. Pemberdayaan KKMB didasari visi untuk meningkatkan fungsi intermediasi perbankan melalui pemberdayaan UMKM oleh konsultan keuangan/pendamping yang diharapkan menjadi mitra bank atau KKMB. Dalam hal ini KKMB berfungsi sebagai jembatan penghubung antara UMKM dengan bank. Namun demikian tetaplah perlu saya garis bawahi bahwa kemitraan antara bank dan KKMB haruslah bersifat jangka panjang, dalam arti kinerja dan perkembangan bank sebagai lembaga kepercayaan tetap menjadi prioritas sehingga optimalisasi fungsi intermediasi melalui strategi ini tetap dilakukan sesuai prinsip kehatihatian yang berlaku. Keberhasilan KKMB akan nampak dari beberapa indikator seperti meningkatnya jumlah UMKM yang bankable dan memperoleh kredit dari bank serta lancar pengembaliannya, meningkatnya kualitas dan produktifitas pelayanan Konsultan KKMB dan tumbuhnya kemampuan KKMB untuk membiayai dirinya sendiri (swadana). Hadirin yang berbahagia, Sejalan dengan strategi pemberdayaan KKMB di atas, maka sebagai bentuk dukungan Bank Indonesia terhadap pengembangan usaha mikro dan kecil, Bank Indonesia telah memperluas cakupan bantuan teknis berupa pelatihan kepada Business Development Services Provider (BDSP) atau Lembaga Penyedia Jasa (LPJ). Melalui Peraturan Bank Indonesia No. 5/18/PBI/2003 tanggal 9 September 2003 tentang Pemberian Bantuan Teknis Dalam Rangka Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil, Bank Indonesia akan memberikan bantuan pelatihan kepada BDSP yang memenuhi persyaratan tertentu. 3
Di lain pihak, sejalan dengan komitmen Pemerintah dalam pemberdayaan usaha mikro dan kecil di bidang permodalan, maka Menteri Keuangan atas usulan Menteri Negara Koperasi dan UKM telah menyetujui pemanfaatan dana Surat Utang Pemerintah (SUP)-005 untuk pendanaan Kredit Usaha Mikro dan Kecil (KUMK), melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 40/KMK.06/2003 tanggal 29 Januari 2003. Salah satu kegiatan dalam pemanfaatan dana SUP-005 oleh Kementerian Koperasi dan UKM adalah pelaksanaan pelatihan kepada BDSP. Sehubungan dengan adanya kesamaan komitmen antara Bank Indonesia dan Kementerian Koperasi dan UKM dalam pengembangan UMKM maka kedua belah pihak sepakat untuk mengadakan Kesepakatan Bersama dalam rangka peningkatan keterampilan BDSP calon Konsultan Keuangan Mitra Bank dengan tujuan : 1. Meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan BDSP untuk menyusun studi kelayakan usaha dan proposal kredit bagi usaha mikro dan kecil (UMK), guna membantu UMK memperoleh akses terhadap layanan perbankan. 2. Meningkatkan efektifitas penyaluran, pemanfaatan dan pengembalian Dana SUP-005 guna pendanaan skim kredit bagi UMK. Hadirin yang berbahagia, Saya ingin kembali menegaskan komitmen Bank Indonesia dalam mengembangkan UMKM. Dalam konteks perbankan, yang akan menjadi penekanan dan prioritas adalah memantapkan kebijakan yang lebih kondusif agar perbankan, baik yang beroperasi secara konvensional maupun syariah, dapat berkembang sebaik mungkin sehingga mampu memberikan kontribusi optimal dalam pengembangan dan pemberdayaan UMKM. 4
Sebagai penutup, untuk mengoptimalkan upaya yang dilakukan, diharapkan peran serta aktif seluruh pihak yang peduli dengan pengembangan UMKM, untuk bersama-sama menetapkan langkah terbaik dengan tetap menghargai otonomi masing-masing pihak. Kita juga sepakat bahwa diperlukan keterpaduan antara bantuan keuangan dengan bantuan teknis berupa program pendampingan dari instansi/dinas terkait atau penyediaan infrastruktur secara bersamaan (full pledge service). Oleh karenanya kita memang harus bekerja sama dan bekerja lebih keras untuk dapat mewujudkannya. Selain itu, kerjasama ini merupakan bukti sinergi antara dua lembaga yang concern terhadap pengembangan UMKM, yang dilaksanakan sesuai dengan kebijakan masing-masing instansi dengan tanpa harus menyalahkan satu dengan yang lain yang kadang-kadang dapat menimbulkan friksi bahwa kebijakan di satu instansi menjadi penghambat pengembangan UMKM seutuhnya. Demikian sambutan saya, semoga nantinya pelatihan dapat berjalan lancar dan membawa manfaat bagi kita semua. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan taufik dan hidayah-nya kepada kita semua. Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Jakarta, 23 Juni 2004 5