PEMERIKSAAN KESEHATAN PEKERJA RADIASI DI PTKMR

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMANTAUAN KESEHATAN UNTUK PEKERJA RADIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI

SANGAT PENTING, PEMERIKSAAN KESEHATAN PEKERJA RADIASI

OPTIMASI ASPEK KESELAMATAN PADA KALIBRASI PESAWAT RADIOTERAPI

Widyanuklida, Vol. 15 No. 1, November 2015: ISSN

Jenis pengujian atau sifat-sifat yang diukur. Dosimeter Termoluminesensi (TLD) Tingkat dosis radiasi pekerja radiasi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

BAB V Ketentuan Proteksi Radiasi

PERANGKAT LUNAK CABAS VERSI 2.0 UNTUK PREDIKSI DOSIS RADIASI BERDASARKAN ANALISIS ABERASI KROMOSOM

GAMBARAN HITUNG JENIS LEKOSIT PADA RADIOGRAFER DI PERUSAHAAN X SURABAYA TAHUN 2012 Laily Hidayati Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

PREDIKSI DOSIS PEMBATAS UNTUK PEKERJA RADIASI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

Paparan radiasi dari pekerja radiasi sejak tahun berdasarkan kriteria dan lama kerja

PENGUKURAN LAJU DOSIS PAPARAN RADIASI EKSTERNAL DI AREA RADIOTERAPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Diterima: 6 Juni 2016 Layak Terbit: 25 Juli 2016

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sangat di pengaruhi oleh upaya pembangunan dan kondisi lingkungan

PREDIKSI DOSIS SERAP RADIASI IONISASI DENGAN PERANGKAT LUNAK DOSE ESTIMATE VERSI 4.1

KAJIAN PROTEKSI RADIASI DALAM PENGOPERASIAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) BERDASARKAN NS-G-2.7

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EVALUASI DOSIS RADIASI EKSTERNAL PEKERJA PUSAT RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA ( PRR )

PEMANTAUAN PAPARAN RADIASI LINGKUNGAN DI PUSAT PENGEMBANGAN GEOLOGI NUKLIR TAHUN 2011

EVALUASI DOSIS RADIASI EKSTERNAL PEKERJA PUSAT RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA ( PRR )

OPTIMASI ASPEK KESELAMATAN PADA KALIBRASI PESAWAT TERAPI 60 Co atau 137 Cs

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III Efek Radiasi Terhadap Manusia

ANALISIS DOSIS RADIASI PEKERJA RADIASI IEBE BERDASARKAN KETENTUAN ICRP 60/1990 DAN PP NO.33/2007

PENGUKURAN DOSIS PAPARAN RADIASI DI AREA RUANG CT SCAN DAN FLUOROSKOPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Novita Rosyida

HUKUM KETENAGANUKLIRAN; Tinjauan dari Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja, oleh Eri Hiswara Hak Cipta 2014 pada penulis

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

KAJIAN PENERIMAAN DOSIS RADIASI EKSTERNA MELEBIHI BATAS YANG DITENTUKAN.

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tindakan tertentu, maupun terapetik. Di antara prosedur-prosedur tersebut, ada

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 20 TAHUN 2007

PENINGKATAN SISTEM PROTEKSI RADIASI DAN KESELAMATAN KAWASAN NUKLIR SERPONG TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

EVALUASI PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS ALPHA DAN BETA DI PERMUKAAN LANTAI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2009

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG NILAI BATAS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TINJAUAN PROGRAM PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI DALAM FRZR

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU K3 DAN DOSIS RADIASI PEKERJA DI PUSAT TEKNOLOGI RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA (PTRR) BATAN SERPONG

PENGKAJIAN KASUS SINDROMA RADIASI AKUT

PEMANTAUAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 2005

KENDALI KUALITAS DAN JAMINAN KUALITAS PESAWAT RADIOTERAPI BIDIKAN BARU LABORATORIUM METROLOGI RADIASI

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG TARIF PEMERIKSAAN KESEHATAN CALON TENAGA KERJA INDONESIA

Bab 5 PERKEMBANGAN PERTAHANAN BERLAPIS UNTUK REAKTOR DAYA DI MASA DEPAN

LAYANAN PEMANTAUAN DOSIS TARA PERORANGAN EKSTERNAL DI LABORATORIUM KESELAMATAN, KESEHATAN, DAN LINGKUNGAN PTKMR BATAN *)

PENGEMBANGAN SILABUS PELATIHAN DALAM RANGKA PENINGKATAN KOMPETENSI PETUGAS PROTEKSI RADIASI BIDANG MEDIS

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

DEKONTAMINASI MIKROSKOP OPTIK HOTCELL 107 INSTALASI RADIOMETALURGI DENGAN CARA KERING

Keamanan Sumber Radioaktif

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Struktur dan besarnya tarif Retribusi PUSKESMAS ditentukan sebagai berikut : I. TARIF RAWAT JALAN DAN RAWAT INAP. JASA PELAYANAN (Rp)

BAB I PENDAHULUAN. Congrat Roentgen tahun 1895 dan unsur Radium oleh Fierre dan Marie Curie, 3

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 05-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN RENCANA PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT

BAB V KETENTUAN KESELAMATAN RADIASI

3. Pemeriksaan Tajam Penglihatan (Visus) dan Buta Warna. Pemeriksaan HBs Ag Malaria (untuk daerah endemis malaria)

TANTANGAN BADAN PENGAWAS MENGIMPLEMENTASIKAN PERATURAN PENGGUNAAN PESAWAT SINAR X UNTUK DIAGNOSTIK.

PEMANTAUAN DOSIS PERORANGAN DI PUSAT TEKNOLOGI NUKLIR BAHAN DAN RADIOMETRI - BATAN BANDUNG

2015, No Tenaga Nuklir tentang Penatalaksanaan Tanggap Darurat Badan Pengawas Tenaga Nuklir; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 te

BAB I PENDAHULUAN. berlebihan khususnya yang lama dan berkelanjutan dengan dosis relatif kecil

BERITA DAERAH KABUPATEN KUDUS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

Bab 2 Metode Penelitian

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 63 TAHUN 2000 (63/2000) TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

Indek Eritrosit (MCV, MCH, & MCHC)

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 98 TAHUN 2015 TENTANG

STUDI KESELARASAN PROGRAM KESIAPSIAGAAN NUKLIR TINGKAT FASILITAS/ INSTALASI NUKLIR PTBN TERHADAP PERKA BAPETEN NO.1 TAHUN 2010

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2000 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2000 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

EVALUASI KESIAPSIAGAAN NUKLIR DI INSTALASI RADIOMETALURGI BERDASARKAN PERKA BAPETEN NOMOR 1 TAHUN 2010

Dokumen yang Perlu Dipahami 1 Label Peringatan 2 ALARA 2 Dosimeter 3 Risiko Radiasi 3 Prinsip Proteksi Radiasi 5 Aturan Keselamatan Umum 6

Pasal 6 Peraturan Menteri Kesehatan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

SISTEM MANAJEMEN DOSIS PADA PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF DENGAN KENDARAAN DARAT

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 4, Oktober 2014 ISSN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR FORMULIR PERMOHONAN SURAT IZIN BEKERJA PETUGAS TERTENTU


PELATIHAN NEFROLOGI MEET THE PROFESSOR OF PEDIATRICS. TOPIK: Tata laksana Acute Kidney Injury (AKI)

KAJIAN KESELAMATAN PADA PROSES PRODUKSI ELEMEN BAKAR NUKLIR UNTUK REAKTOR RISET

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan para tenaga kerjanya (Siswanto, 2001). penting. Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan yang pesat dalam dunia industri migas tidak lepas keterkaitannya

OPERASIONAL SISTEM PEMANTAUAN RADIASI SECARA REALTIME DI DAERAH KERJA INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF

KAJIAN BAKU TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI LINGKUNGAN UNTUK CALON PLTN AP1000

Profil Hematologi dan Pemantauan Dosis Petugas Radiologi di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Prof. Dr. Sulianti Saroso Tahun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara.

KONSEKUENSI KECELAKAAN REAKTOR CHERNOBYL TERHADAP KESEHATAN DAN LINGKUNGAN

Bab 2. Nilai Batas Dosis

BAB II LANDASAN TEORI

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Proteksi Radiasi dalam Pekerjaan

SUB POKOK BAHASAN. I. Dosis Radiasi & Satuan Pengukur. Dosis Radiasi

UPAYA/TINDAKAN HUKUM DALAM PENGAWASAN KEGIATAN PEMANFAATAN KETENAGANUKLIRAN : Preventif, Represif dan Edukatif

INTERKOMPARASI PENGUKURAN OUTPUT IRADIATOR 137 Cs DAN PERSONAL DOSE EQUIVALENT, Hp(10) MENGGUNAKAN TLD DAN FILM

DAFTAR ACUAN. 1 World Nuclear Association (WNA) ( Juni 2007). Nuclear Power in the World Today. Nuclear Engineering International, including Handbook.

OLEH : Dra. Suyati INSPEKSI FASILITAS RADIASI DAN INSPEKSI FASILITAS RADIASI DAN ZAT RADIOAKTIF ZAT RADIOAKTIF

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

PEMERIKSAAN KESEHATAN PEKERJA RADIASI DI PTKMR Maria Evalisa dan Zubaidah Alatas Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi BATAN Jalan Cinere Pasar Jumat, Jakarta 12440 PO Box 7043 JKSKL, Jakarta 12070 Aplikasi radiasi di berbagai bidang disertai dengan risiko kesehatan bagi para pekerjanya. Berbagai efek radiasi baik yang termasuk sebagai efek deterministik maupun stokastik telah cukup dikenal. Untuk mencegah dan mengurangi efek radiasi tersebut harus dilakukan upaya proteksi dalam setiap aplikasi radiasi, antara lain upaya berupa pengawasan terhadap kesehatan para pekerja radiasi. Pengawasan terhadap kesehatan pekerja radiasi merupakan tanggungjawab dari bagian pelayanan kesehatan kerja yang berfungsi untuk: 1. mengkaji kesehatan pekerja 2. membantu memastikan kompatibilitas awal dan selanjutanya antara kesehatan para pekerja dan kondisi tempat kerja 3. membuat dokumentasi mengenai informasi penting dan bermanfaat yang mencakup: a. paparan radiasi akibat kecelakaan atau penyakit akibat kerja b. evaluasi statistik timbulnya penyakit yang kemungkinan berhubungan dengan kondisi bekerja c. pengkajian kesehatan masyarakat dari manajemen proteksi radiasi pada fasilitas dimana paparan radiasi pengion akibat kerja dapat terjadi d. aspek penyelidikan medikolegal Tujuan utama pengawasan kesehatan pekerja radiasi adalah untuk mengkaji kebugaran para pekerja pada awal dan selama melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan sumber radiasi. Dokter yang bertugas harus mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai efek radiasi pada kesehatan manusia sehingga mampu menginformasikan kepada pekerja dan manajemen mengenai risiko yang mungkin terjadi pada tempat kerja, termasuk yang terkait dengan dosis radiasi yang melebihi batas yang telah ditentukan. Beberapa pengawasan khusus kemungkinan dibutuhkan pekerja, bergantung pada jenis pekerjaan dan status kesehatan pekerja. Pengawasan khusus yang dimaksud bertujuan untuk menentukan kebugaran pekerja: a. dalam menggunakan peralatan pelindung pernapasan b. dalam menggunakan sumber radiasi terbuka pada kasus pekerja dengan penyakit kulit atau kerusakan pada kulit c. dengan kelainan psikologis Pekerja yang harus mengunakan alat proteksi pernapasan dalam melakukan pekerjaannya, sebagai contoh saat berada dalam tempat kerja terkontaminasi, akan butuh untuk di lakukan pemeriksaan terhadap fungsi paru secara berkala. Pekerja dengan penyakit kulit dapat tetap bekerja dengan sumber radiasi terbuka selama tingkat aktivitas radionuklida rendah dan mengikuti ketentuan keselamatan kerja yang telah 88 Buletin Alara, Volume 7 Nomor 3, April 2006, 88 92

ditentukan seperti menutup bagian tubuh yang mungkin berisiko kerusakan. Mungkin diperlukan pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk memastikan bahwa penyakit tidak tersebar ke daerah kulit yang tanpa pelindung. Untuk pekerja dengan kelainan psikologis, perhatian utama adalah apakah pekerja tersebut dapat berbahaya bagi dirinya sendiri atau bagi teman kerja, khususnya pada area dengan laju dosis radiasi yang tinggi. Manajemen Medis Pekeja yang Terpapar Radiasi Akibat Kecelakaan Pekerja radiasi berpotensi menerima paparan radiasi dengan dosis yang tidak diinginkan baik melebihi atau tidak melampaui nilai batas dosis yang diizinkan, sebagai akibat dari suatu kecelakaan ataupun karena tata kerja yang salah. Segera setelah terpapar radiasi berlebih, manajemen harus melaksanakan penyidikan untuk menentukan dosis yang diterima pekerja. Jika dosis telah diketahui, kerusakan atau kontaminasi yang akan terjadi, kemudian harus diinformasikan kepada bagian pelayanan kesehatan kerja. Tindakan terhadap pekerja yang terpapar radiasi berlebih bergantung pada tingkat dosis. Berdasarkan pada tingkat dosis yang diterima, paparan dibagi atas 3 kategori yaitu: a. dosis yang mendekati atau tepat di bawah nilai batas b. dosis di atas nilai batas tetapi di bawah dosis ambang efek deterministik pada organ tertentu c. dosis pada atau di atas dosis ambang efek deterministik Dosis Mendekati Nilai Batas Dosis yang Diizinkan: Dosis yang diterima pekerja bila mendekati nilai batas dosis, tidak perlu penyelidikan atau terapi khusus, dan petugas kesehatan kerja perlu memberikan penjelasan kepada pekerja bahwa paparan yang diterima tidak menimbulkan efek kesehatan yang berbahaya. Pemberitahuan seperti ini perlu dilakukan baik diminta ataupun tidak oleh pekerja yang terpapar. Dosis di Atas Nilai B yang Diizinkan: Ketika paparan yang diterima secara nyata lebih besar dari nilai batas tetapi di bawah dosis ambang efek deterministik, dokter pekerja diharuskan memeriksa dan berkomunikasi dengan pekerja, serta menentukan apakah indikator biologis seperti jumlah limfosit dan aberasi kromosom diperlukan untuk konfirmasi perkiraan dosis. Sampel darah harus diambil segera untuk keperluan pemeriksaan khusus tetapi umumnya tidak diperlukan tindakan lebih lanjut. Dosis pada atau di Atas Dosis Ambang Efek Deterministik: Jika dosis eksternal yang dikaji untuk seluruh tubuh atau organ diperkirakan di sekitar dosis ambang efek deterministik, tindakan terapeutik harus dilakukan. Sebagai dasar untuk keputusan tersebut, pekerja yang terpapar radiasi berlebih perlu diperiksa secara klinik dan penemuan abnormalitas atau simptom yang ada harus dicatat. Pemeriksaan hematologi akan perlu dilakukan dengan tujuan untuk memonitor kondisi klinik akibat paparan radiasi. Jika paparan cukup parah yang berisiko mengarah pada sindroma radiasi akut, maka pekerja perlu untuk segera dibawa ke rumah sakit yang dilengkapi dengan fasilitas untuk tindakan khusus yang diperlukan. Pemeriksaan kesehatan pekerja radiasi merupakan suatu kegiatan yang mutlak perlu dilakukan pada setiap fasilitas yang memanfaatkan radiasi pengion. International Atomic Energy Agency telah memberikan pedoman untuk pelaksanaan pemeriksaan kesehatan ini dalam publikasi Basic Safety Standards atau Standar Keselamatan Dasar yang diterbitkan pada tahun 1996. Di Indonesia, beberapa ketentuan hukum yang berkaitan dengan pemeriksaan kesehatan juga telah berlaku, yaitu: Pemeriksaan kesehatan pekerja radiasi di PTKMR (Z. Alatas dan M. Evalisa) 89

1. Undang-Undang No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran 2. Peraturan Pemerintah RI No. 63 Tahun 2000 tentang Keselamatan dan Kesehatan Terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion 3. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 172/MENKES/PER/III/1991 tentang Pengawasan Kesehatan Pekerja Radiasi 4. Keputusan Kepala BAPETEN No. 01/Ka- BAPETEN/V-99 tentang Ketentuan Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi. Pemeriksaan kesehatan pekerja radiasi dimaksud untuk mengetahui status kesehatan dan kebugaran pekerja radiasi. Dengan pemeriksaan kesehatan pekerja radiasi ini ingin dipantau kondisi kesehatan pekerja radiasi baik sebelum, selama maupun sesudah masa kerja. Di samping itu, pemeriksaan kesehatan ini berguna pula untuk menyesuaikan penempatan pekerja dengan kondisi kesehatannya. Pemeriksaan kesehatan sebelum masa kerja akan memberikan informasi tentang kondisi pekerja radiasi pada saat akan mulai bekerja serta Gambar peralatan analisis sampel klinik 90 Buletin Alara, Volume 7 Nomor 3, April 2006, 88 92

penyakit apa saja yang pernah diderita. Masukkan ini selanjutnya untuk menentukan apakah seseorang berdasarkan kesehatannya dapat bekerja sebagai pekerja radiasi. Pemeriksaan selama masa kerja pada prinsipnya dilakukan secara berkala minimal sekali dalam setahun. Pemaparan terhadap radiasi dan peristiwa kontaminasi internal dapat saja terjadi tanpa diketahui oleh si pekerja radiasi, karena itu diperlukan usaha untuk mendeteksi akibat yang ditimbulkannya. Bila dicurigai terjadi penyinaran dengan dosis berlebih yang diduga berpotensi menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan pekerja radiasi maka di luar pemeriksaan kesehatan secara rutin, dapat dilakukan pemeriksaan kesehatan tambahan. Pemeriksaan kesehatan rutin meliputi pengambilan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Sedangkan pemeriksaan kesehatan tambahan yang perlu dilakukan pada kasus paparan radiasi berlebih atau dosis tinggi, antara lain aberasi kromosom dan jumlah sel sperma. Laboratorium Keselamatan, Kesehatan, dan Lingkungan (Lab KKL) merupakan laboratorium pengujian yang mengkhususkan diri pada pengujian terhadap Keselamatan dan Kesehatan Pekerja Radiasi, Daerah Kerja Radiasi, Sarana Proteksi Radiasi, dan Lingkungan. Lab KKL bernaung di bawah pengelolaan Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi BATAN. Lab KKL memberikan pelayanan pemeriksaan kesehatan rutin pada pekerja radiasi yang meliputi: 1. Pemeriksaan fisik 2. Pemeriksaan sinar-x, khusus PA 3. Pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) 4. Pemeriksaan laboratorium: a. Darah : Hb, hematokrit, eritrosit, leukosit, trombosit, limfosit absolut, monosit absolut, laju endapan darah, segmen absolut, MCHC, MCV, dan MCH b. Fungsi ginjal : ureum dan kreatinin c. Asam urat d. Fungsi hati: SGOT, SGPT, Albumin dan Bilirubin direct e. Gula darah f. Lemak: kolesterol total, HDL, LDL, dan trigliserida g. Urin rutin Selain itu juga terdapat pelayanan pemeriksaan kesehatan tambahan atau khusus bila pekerja terpapar radiasi berlebih yaitu pemeriksaan jumlah sel sperma dan aberasi Peralatan utama untuk pemeriksaan aberasi kromosom Pemeriksaan kesehatan pekerja radiasi di PTKMR (Z. Alatas dan M. Evalisa) 91

kromosom. Pemeriksaan aberasi kromosom bentuk disentrik dilakukan pada sel darah limfosit untuk memprediksi risiko efek radiasi pada tubuh. Dengan demikian pemeriksaan aberasi kromosom sangat penting untuk keperluan proteksi radiasi bagi para pekerja radiasi. Semakin tinggi frekuensi aberasi kromosom disentrik yang dijumpai, semakin besar tingkat kerusakan yang terjadi pada tubuh sebagai konsekuensi dari dosis radiasi yang diterima. Kisaran dosis radiasi yang dapat menginduksi pembentukan aberasi kromosom antara 25 cgy 800 cgy (sinar γ dan X). Kebolehjadian terbentuknya disentrik sekitar 2,22 ± 10-4 /cgy. Untuk mendapatkan layanan dapat menghubungi Divisi Jasa Teknologi Kostranda, PTKMR- BATAN Jl. Cinere Pasar Jumat Kotak Pos 7043 JKSKL, Jakarta 12070 e-mail: djkt.ptkmr@inbox.com Telp. : (021) 7513906 ext.154 dan (021) 7654241 ext.101 Fax. : (021) 7657950 dan (021) 7654184 ext.102 DAFTAR PUSTAKA: 1. IAEA, ILO, and WHO. Health Sueveillance of Persons Occupationally Exposed to Ionizing Radiation: Guidance for Occupational Physicians. Safety Reports Series No. 5. IAEA, Vienna. 1998. 2. IAEA, FAO, ILO, NEA/OECD, PAHO, and WHO. International Basic Safety Standards for Protection against Ionizing Radiation and for Safety of Radiation Sources. Safety Series No. 115. IAEA, Vienna. 1996. 3. Undang-Undang No. 10 Tahun 1007 tentang Ketenaganukliran. 4. Peraturan Pemerintah RI No. 63 Tahun 2000 tentang Keselamatan dan Kesehatan Terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion. 5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 172/MENKES/PER/III/1991 tentang Pengawasan Kesehatan Pekerja Radiasi. 6. Keputusan Kepala BAPETEN No. 01/Ka- BAPETEN/V-99 tentang Ketentuan Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi. 7. IAEA. Cytogenetic Analysis for Radiation Dose Assessment. A Manual. Technical Reports Series No. 405. IAEA, Vienna. 2001. 92 Buletin Alara, Volume 7 Nomor 3, April 2006, 88 92