Sudaryatno Sudirham. Analisis Keadaan Mantap Rangkaian Sistem Tenaga

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh: Sudaryatno Sudirham

BAB II TRANSFORMATOR. elektromagnet. Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti yang terbuat

BAB II TRANSFORMATOR. sistem ketenagalistrikan. Transformator adalah suatu peralatan listrik. dan berbanding terbalik dengan perbandingan arusnya.

BAB II DASAR TEORI. melalui gandengan magnet dan prinsip induksi elektromagnetik [1].

BAB II TRANSFORMATOR. maupun untuk menyalurkan energi listrik arus bolak-balik dari satu atau lebih

Transformator. Dasar Konversi Energi

Sudaryatno Sudirham. Analisis Keadaan Mantap Rangkaian Sistem Tenaga

BAB II TRANSFORMATOR. II.1 UMUM Transformator atau trafo adalah suatu peralatan listrik yang dapat memindahkan

BAB II TRANSFORMATOR. Transformator merupakan suatu alat listrik statis yang mampu mengubah

waktu. Gaya gerak listrik (ggl) lawan akan dibangkitkan sesuai persamaan: N p dt Substitute Φ = N p i p /R into the above equation, then

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. biasanya adalah tipe tiga phasa. Motor induksi tiga phasa banyak digunakan di

Analisis Rangkaian Listrik

Oleh: Sudaryatno Sudirham

Teknik Tenaga Listrik (FTG2J2)

BAB II TRANSFORMATOR

Rangkaian Magnetik. Oleh: Sudaryatno Sudirham

BAB II TRANSFORMATOR. dan mengubah tegangan dan arus bolak-balik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke

BAB II TRANSFORMATOR. magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik.

BAB II TRANSFORMATOR

TRANSFORMATOR. Bagian-bagian Tranformator adalah : 1. Lilitan Primer 2. Inti besi berlaminasi 3. Lilitan Sekunder

BAB II TRANSFORMATOR

STUDI PENGGUNAAN SISTEM PENDINGIN UDARA TEKAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI TRANSFORMATOR PADA BEBAN LEBIH

BAB II TRANSFORMATOR

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu

BAB II TRANSFORMATOR

BAB II TRANSFORMATOR

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang

BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø

ANALISA RUGI-RUGI PADA GARDU 20/0.4 KV

BAB 7 RANGKAIAN GANDENG MAGNETIK

BAB III SISTEM KELISTRIKAN MOTOR INDUKSI 3 PHASA. 3.1 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Fasa

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC)

GENERATOR SINKRON Gambar 1

Analisis Rangkaian Listrik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II GENERATOR SINKRON TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

Arus Bolak Balik. Arus Bolak Balik. Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung

BAB 7 RANGKAIAN GANDENG MAGNETIK. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST

FASOR DAN impedansi pada ELEMEN-elemen DASAR RANGKAIAN LISTRIK

BAB II DASAR TEORI. Motor asinkron atau motor induksi biasanya dikenal sebagai motor induksi

atau pengaman pada pelanggan.

ANALISIS RANGKAIAN RLC

Transformator (trafo)

DA S S AR AR T T E E ORI ORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran

BAB II GENERATOR SINKRON. bolak-balik dengan cara mengubah energi mekanis menjadi energi listrik. Energi

ARUS BOLAK-BALIK Pertemuan 13/14 Fisika 2

BAB II TRANSFORMATOR

ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

BAB II MOTOR KAPASITOR START DAN MOTOR KAPASITOR RUN. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran rotornya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II MOTOR SINKRON. 2.1 Prinsip Kerja Motor Sinkron

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS

BAB 2 DASAR TEORI. lain, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi

20 kv TRAFO DISTRIBUSI

Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2)

LABSHEET PRAKTIK MESIN LISTRIK TRANSFORMATOR

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

Pengenalan Sistem Catu Daya (Teknik Tenaga Listrik)


Gambar 3. (a) Diagram fasor arus (b) Diagram fasor tegangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODEL SISTEM.

BAB III 3 METODE PENELITIAN. Peralatan yang digunakan selama penelitian sebagai berikut : 1. Generator Sinkron tiga fasa Tipe 72SA

BAB I DASAR TEORI I. TRANSFORMATOR

BAB II PRINSIP DASAR TRANSFORMATOR

PENGARUH BEBAN TIDAK SEIMBANG TERHADAP EFISIENSI TRANSFORMATOR TIGA FASA HUBUNGAN OPEN-DELTA

BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran

ANALISA PEMILIHAN TRAFO DISTRIBUSI BERDASARKAN BIAYA RUGI-RUGI DAYA DENGAN METODE NILAI TAHUNAN

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II LANDASAN TEORI Tinjauan Hukum Pemakaian Arus Listrik Ilegal. Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik adalah singkatan dari (P2TL), yang

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009

BAB II MOTOR INDUKSI SATU FASA. Motor induksi adalah adalah motor listrik bolak-balik (ac) yang putaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TRANSFORMATOR. 1. Pengertian Transformator

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN

BAB 5 KEMAGNETAN. A. SIFAT MAGNET 1. Garis Gaya Magnet

ABSTRAK. Kata Kunci: pengaturan, impedansi, amperlilit, potier. 1. Pendahuluan. 2. Generator Sinkron Tiga Fasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen

BAB II SISTEM DAYA LISTRIK TIGA FASA

Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu

ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN JALA-JALA TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR SANGKAR TUPAI

BAB II GENERATOR SINKRON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MESIN ASINKRON. EFF1 adalah motor listrik yang paling efisien, paling sedikit memboroskan tenaga, sedangkan.

ANALISIS KINERJA TRANSFORMATOR TIGA BELITAN SEBAGAI GENERATOR STEP-UP TRANSFORMER

Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol.1 No.1, April 2012 ISSN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II MOTOR ARUS SEARAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Transformator merupakan suatu peralatan listrik yang berfungsi untuk

BAB II TRANSFORMATOR. dan mengubah energi listrik bolak-balik (arus dan tegangan) dari satu atau lebih

TRAFO TEGANGAN MAGNETIK

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pada suatu jaringan distribusi arus bolak-balik dengan tegangan (V), daya

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,

BAB III DEFINISI DAN PRINSIP KERJA TRAFO ARUS (CT)

Transkripsi:

Sudaryatno Sudirham Analisis Keadaan Mantap Rangkaian Sistem Tenaga ii

BAB Transformator.. Transformator Satu Fasa Transformator banyak digunakan dalam teknik elektro. Dalam sistem komunikasi, transformator digunakan pada rentang frekuensi audio sampai frekuensi radio dan video, untuk berbagai keperluan. Kita mengenal misalnya input transformers, interstage transformers, output transformers pada rangkaian radio dan televisi. Transformator juga dimanfaatkan dalam sistem komunikasi untuk penyesuaian impedansi agar tercapai transfer daya maksimum. Dalam penyaluran daya listrik banyak digunakan transformator berkapasitas besar dan juga bertegangan tinggi. Dengan transformator tegangan tinggi ini penyaluran daya listrik dapat dilakukan dalam jarak jauh dan susut daya pada jaringan dapat ditekan. Di jaringan distribusi listrik banyak digunakan transformator penurun tegangan, dari tegangan menengah 0 k menjadi 380 untuk distribusi ke rumah-rumah dan kantor-kantor pada tegangan 0. Transformator daya tersebut pada umumnya merupakan transformator tiga fasa. Dalam pembahasan ini kita akan melihat transformator satu fasa lebih dulu. Kita telah mempelajari transformator ideal pada waktu membahas rangkaian listrik. Berikut ini kita akan melihat transformator tidak ideal sebagai piranti pemroses daya. Akan tetapi kita hanya akan membahas hal-hal yang fundamental saja, karena transformator akan dipelajari secara lebih mendalam pada pelajaran mengenai mesinmesin listrik. Mempelajari perilaku transformator juga merupakan langkah awal untuk mempelajari konversi energi elektromekanik. Walaupun konversi energi elektromekanik membahas konversi energi antara sistem mekanik dan sistem listrik, sedangkan transformator merupakan piranti konversi energi listrik ke listrik, akan tetapi kopling antar sistem dalam kedua hal tersebut pada dasarnya sama yaitu kopling magnetik. -

.. Teori Operasi Transformator Transformator Dua Belitan Tak Berbeban. Jika pada induktor Gb..5. kita tambahkan belitan ke-dua, kita akan memperoleh transformator dua belitan seperti terlihat pada Gb... Belitan pertama kita sebut belitan primer dan yang ke-dua kita sebut belitan sekunder. f φ s E E Jika fluksi di rangkaian magnetiknya adalah φφ maks sin ωt, maka fluksi ini akan menginduksikan tegangan di belitan primer sebesar atau dalam bentuk fasor dφ e Φ maksωcosωt (.) dt o ωφ maks o E E 0 0 ; E nilai efektif (.) Karena ω π f maka π f E Φ maks 4.44 f Φ maks - Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Sistem Tenaga (.3) Di belitan sekunder, fluksi tersebut menginduksikan tegangan sebesar E 4.44 f Φ maks (.4) Dari (.3) dan (.4) kita peroleh Gb... Transformator dua belitan. E a rasio transformasi E (.5)

Perhatikan bahwa E sefasa dengan E karena dibangkitkan oleh fluksi yang sama. Karena E mendahului φ dengan sudut 90 o maka E juga mendahului φ dengan sudut 90 o. Jika rasio transformasi a, dan resistansi belitan primer adalah R, diagram fasor tegangan dan arus adalah seperti ditunjukkan oleh Gb...a. Arus f adalah arus magnetisasi, yang dapat dipandang sebagai terdiri dari dua komponen yaitu φ (90 o dibelakang E ) yang menimbulkan φ dan c (sefasa dengan E ) guna mengatasi rugi inti. Resistansi belitan R dalam diagram fasor ini muncul sebagai tegangan jatuh f R. c E E f R φ φ f f R f φ φ a). tak ada fluksi bocor b). ada fluksi bocor Gb... Diagram fasor transformator tak berbeban Fluksi Bocor. Fluksi di belitan primer transformator dibangkitkan oleh arus yang mengalir di belitan primer. Dalam kenyataan, tidak semua fluksi magnit yang dibangkitkan tersebut akan melingkupi baik belitan primer maupun sekunder. Selisih antara fluksi yang dibangkitkan oleh belitan primer dengan fluksi bersama (yaitu fluksi yang s melingkupi kedua belitan) disebut fluksi bocor. Fluksi bocor ini hanya melingkupi belitan primer saja dan tidak seluruhnya berada dalam inti transformator tetapi juga melalui udara. (Lihat Gb..3). Oleh karena itu reluktansi yang dihadapi oleh fluksi bocor ini praktis adalah reluktansi udara. Dengan demikian fluksi bocor tidak f c φ l E E φ l j f l Gb..3. Transformator tak berbeban. Fluksi bocor belitan primer. φ -3 E

mengalami gejala histerisis sehingga fluksi ini sefasa dengan arus magnetisasi. Hal ini ditunjukkan dalam diagram fasor Gb...b. Fluksi bocor, secara tersendiri akan membangkitkan tegangan induksi di belitan primer (seperti halnya φ menginduksikan E ). Tegangan induksi ini 90 o mendahului φ l (seperti halnya E 90 o mendahului φ) dan dapat dinyatakan sebagai suatu tegangan jatuh ekivalen, E l, di rangkaian primer dan dinyatakan sebagai E l j f (.6) dengan disebut reaktansi bocor rangkaian primer. Hubungan tegangan dan arus di rangkaian primer menjadi E R El E R j (.7) Diagram fasor dengan memperhitungkan adanya fluksi bocor ini adalah Gb...b. Transformator Berbeban. Rangkaian transformator berbeban resistif, R B, diperlihatkan oleh Gb..4. Tegangan induksi E (yang telah timbul dalam keadaan tranformator tidak berbeban) akan menjadi sumber di rangkaian sekunder dan memberikan arus sekunder. Arus ini membangkitkan fluksi yang berlawanan arah dengan fluksi bersama φ dan sebagian akan bocor (kita sebut fluksi bocor sekunder). φ s φ l φ l R B Gb..4. Transformator berbeban. Fluksi bocor ini, φ l, sefasa dengan dan menginduksikan tegangan E l di belitan sekunder yang 90 o mendahului φ l. Seperti halnya untuk belitan primer, tegangan El ini diganti dengan suatu -4 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Sistem Tenaga

besaran ekivalen yaitu tegangan jatuh ekivalen pada reaktansi bocor sekunder di rangkaian sekunder. Jika resistansi belitan sekunder adalah R, maka untuk rangkaian sekunder kita peroleh hubungan E R El R j (.8) dengan adalah tegangan pada beban R B. Sesuai dengan hukum Lenz, arus sekunder membangkitkan fluksi yang melawan fluksi bersama. Oleh karena itu fluksi bersama akan cenderung mengecil. Hal ini akan menyebabkan tegangan induksi di belitan primer juga cenderung mengecil. Akan tetapi karena belitan primer terhubung ke sumber yang tegangannya tak berubah, maka arus primer akan naik. Jadi arus primer yang dalam keadaan transformator tidak berbeban hanyalah arus magnetisasi f, bertambah menjadi setelah transformator berbeban. Pertambahan arus ini haruslah sedemikian rupa sehingga fluksi bersama φ dipertahankan dan E juga tetap seperti semula. Dengan demikian maka persamaan rangkaian primer (.7) tetap terpenuhi. Pertambahan arus primer dari f menjadi adalah untuk mengimbangi fluksi lawan yang dibangkitkan oleh sehingga φ dipertahankan. Jadi haruslah ( ) ( ) 0 f (.9) Pertambahan arus primer ( f ) disebut arus penyeimbang yang akan mempertahankan φ. Makin besar arus sekunder, makin besar pula arus penyeimbang yang diperlukan yang berarti makin besar pula arus primer. Dengan cara inilah terjadinya transfer daya dari primer ke sekunder. Dari (.9) kita peroleh arus magnetisasi ( ) f (.0) a -5

.3. Diagram Fasor Dengan persamaan (.7) dan (.8) kita dapat menggambarkan secara lengkap diagram fasor dari suatu transformator. Penggambaran kita mulai dari belitan sekunder dengan langkah-langkah: Gambarkan dan. Untuk beban resistif, sefasa dengan. Selain itu kita dapat gambarkan / a yaitu besarnya arus sekunder jika dilihat dari sisi primer. Dari dan kita dapat menggambarkan E sesuai dengan persamaan (.8) yaitu E R El R j Sampai di sini kita telah menggambarkan diagram fasor rangkaian sekunder. Untuk rangkaian primer, karena E sefasa dengan E maka E dapat kita gambarkan yang besarnya E ae. Untuk menggambarkan arus magnetisasi f kita gambarkan lebih dulu φ yang tertinggal 90 o dari E. Kemudian kita gambarkan f yang mendahului φ dengan sudut histerisis γ. ' Selanjutnya arus belitan primer adalah f. Diagram fasor untuk rangkaian primer dapat kita lengkapi sesuai dengan persamaan (.7), yaitu E R El E R j Dengan demikian lengkaplah diagram fasor transformator berbeban. Gb..5. adalah contoh diagram fasor yang dimaksud, yang dibuat dengan mengambil rasio transformasi / a > -6 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Sistem Tenaga

φ γ f ' E R j E R j Gb..5. Diagram fasor lengkap, transformator berbeban resistif. a > CO TOH-. : Belitan primer suatu transformator yang dibuat untuk tegangan 0 (rms) mempunyai jumlah lilitan 60. Belitan ini dilengkapi dengan titik tengah (center tap). a). Berapa persenkah besar fluksi maksimum akan berkurang jika tegangan yang kita terapkan pada belitan primer adalah 0 (rms)? b). Berapa persenkah pengurangan tersebut jika kita menerapkan tegangan 55 (rms) pada setengah belitan primer? c). Berapa persenkah pengurangan tersebut jika kita menerapkan tegangan 0 (rms) pada setengah belitan primer? d). Jika jumlah lilitan di belitan sekunder adalah 40, bagaimanakah tegangan sekunder dalam kasus-kasus tersebut di atas? Penyelesaian : a). Dengan mengabaikan resistansi belitan, fluksi maksimum Φ m adalah E 0 Φ m ω ω 60ω Jika tegangan 0 diterapkan pada belitan primer, maka 0 Φ m ω 60ω Penurunan fluksi m aksimum adalah 50 %, Φ m Φ m /. b). Jika tegangan 55 diterapkan pada setengah belitan primer, 55 0 Φ m (/ ) ω 80ω 60ω -7

Penurunan fluksi maksimum adalah 50 %, Φ m Φ m /. c). Jika tegangan 0 diterapkan pada setengah belitan maka Φ 0 0 m (/ ) ω 80ω 60ω Tidak terjadi penurunan fluksi maksimum, Φ m Φ m. d). Dengan / 60/40 4 maka jika tegangan primer 0, tegangan sekunder adalah 55. Jika tegangan primer 0, tegangan sekundernya 9.5. Jika tegangan 55 diterapkan pada setengah belitan primer, tegangan sekunder adalah 7.5. Jika tegangan 0 diterapkan pada setengah belitan primer, tegangan sekunder adalah 55. CO TOH-. : Sebuah transformator satu fasa mempunyai belitan primer dengan 400 lilitan dan belitan sekunder 000 lilitan. Luas penampang inti efektif adalah 60 cm. Jika belitan primer dihubungkan ke sumber 500 (rms) yang frekuensinya 50 Hz, tentukanlah kerapatan fluksi maksimum dalam inti serta tegangan di belitan sekunder. Penyelesaian : Dengan mengabaikan resistansi belitan dan reaktansi bocor, maka ωφ m 500 500 Φ m 0.00563 weber 400 π 50 0.00563 Kerapatan fluksi maksimum : Bm 0.94 weber/m 0.006 000 Tegangan belitan sekunder adalah 500 50 400 CO TOH-.3 : Dari sebuah transformator satu fasa diinginkan suatu perbandingan tegangan primer / sekunder dalam keadaan tidak berbeban 6000/50. Jika frekuensi kerja adalah 50 Hz dan fluksi dalam inti transformator dibatasi sekitar 0.06 weber, tentukan jumlah lilitan primer dan sekunder. Penyelesaian : -8 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Sistem Tenaga

Pembatasan fluksi di sini adalah fluksi maksimum. Dengan mengabaikan resistansi belitan dan reaktansi bocor, ωφ m 6000 6000 450 π 50 0.06 50 450 8.75 6000 Pembulatan jumlah lilitan harus dilakukan. Dengan melakukan pembulatan ke atas, batas fluksi maksimum Φ m tidak akan terlampaui. Jadi dapat kita tetapkan 6000 0 lilitan 0 480 lilitan 50.4. Rangkaian Ekivalen Transformator adalah piranti listrik. Dalam analisis, piranti-piranti listrik biasanya dimodelkan dengan suatu rangkaian listrik ekivalen yang sesuai. Secara umum, rangkaian ekivalen hanyalah penafsiran secara rangkaian listrik dari suatu persamaan matematik yang menggambarkan perilaku suatu piranti. Untuk transformator, ada tiga persamaan yang menggambarkan perilakunya, yaitu persamaan (.7), (.8), dan (.0), yang kita tulis lagi sebagai satu set persamaan (.). E R j ; E R j ' f ' dengan a ; (.) Dengan hubungan E ae dan /a maka persamaan ke-dua dari (.) dapat ditulis sebagai -9

-0 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Sistem Tenaga ; ; dengan ) ( ) ( a R a R a j R a j R a a ja R a a E E (. ) Dengan (.) maka (.) menjadi ; ; E E f j R a j R (.3) ', R, dan adalah arus, resistansi, dan reaktansi sekunder yang dilihat oleh sisi primer. Dari persamaan (.3) dibangunlah rangkaian ekivalen transformator seperti Gb..6. di bawah ini. Gb..6. Rangkaian ekivalen diturunkan dari persamaan (.3). Pada diagram fasor Gb..5. kita lihat bahwa arus magnetisasi dapat dipandang sebagai terdiri dari dua komponen, yaitu c dan φ. c sefasa dengan E sedangkan φ 90 o dibelakang E. Dengan demikian maka impedansi Z pada rangkaian ekivalen Gb..6. dapat dinyatakan sebagai hubungan paralel antara suatu resistansi R c dan impedansi induktif j φ sehingga rangkaian ekivalen transformator secara lebih detil menjadi seperti Gb..7. Z R B j R j E ' ' a f

' R j f R j E φ B a R c c j c Gb..7. Rangkaian ekivalen transformator lebih detil. Rangkaian Ekivalen Yang Disederhanakan. Pada transformator yang digunakan pada tegangan bolak-balik yang konstan dengan frekuensi yang konstan pula (seperti misalnya transformator pada sistem tenaga listrik), besarnya arus magnetisasi hanya sekitar sampai 5 persen dari arus beban penuh transformator. Keadaan ini bisa dicapai karena inti transformator dibangun dari material dengan permeabilitas magnetik yang tinggi. Oleh karena itu, jika f diabaikan terhadap kesalahan yang terjadi dapat dianggap cukup kecil. Pengabaian ini akan membuat rangkaian ekivalen menjadi lebih sederhana seperti terlihat pada Gb..8. ' R e R R j e j( ) B ' j e ' Gb..8. Rangkaian ekivalen transformator disederhanakan dan diagram fasornya. -

.5. mpedansi Masukan Resistansi beban B adalah R B /. Dilihat dari sisi primer resistansi tersebut menjadi R a B a a R B (.4) / a Dengan melihat rangkaian ekivalen yang disederhanakan Gb..0, impedansi masukan adalah Z in Re a RB j.6. Penentuan Parameter Transformator e (.5) Dari rangkaian ekivalen lengkap Gb..7. terlihat ada enam parameter transformator yang harus ditentukan, R,, R,, R c, dan φ. Resistansi belitan primer dan sekunder dapat diukur langsung menggunakan metoda jembatan. Untuk menentukan empat parameter yang lain kita memerlukan metoda khusus seperti diuraikan berikut ini. Uji Tak Berbeban ( Uji Beban ol ). Uji beban nol ini biasanya dilakukan pada sisi tegangan rendah karena catu tegangan rendah maupun alat-alat ukur tegangan rendah lebih mudah diperoleh. Sisi tegangan rendah menjadi sisi masukan yang dihubungkan ke sumber tegangan sedangkan sisi tegangan tinggi terbuka. Pada belitan tegangan rendah dilakukan pengukuran tegangan masukan r, arus masukan r, dan daya (aktif) masukan P r. Karena sisi primer terbuka, r adalah arus magnetisasi yang cukup kecil sehingga kita dapat melakukan dua pendekatan. Pendekatan yang pertama adalah mengabaikan tegangan jatuh di reaktansi bocor sehingga r sama dengan tegangan induksi E r. Pendekatan yang kedua adalah mengabaikan kehilangan daya di resistansi belitan sehingga P r menunjukkan kehilangan daya pada R cr (R c dilihat dari sisi tegangan rendah) saja. - Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Sistem Tenaga

Daya kompleks masukan : cr r cosθ r Rcr cr ; r r cosθ Pr Sr r r ; cosθ Sr sinθ φr r sinθ ; r φr φr Sr Pr Sr r r sinθ Pr r r (.6) Uji Hubung Singkat. Uji hubung singkat dilakukan di sisi tegangan tinggi dengan si`si tegangan rendah dihubung-singkat. Sisi tegangan tinggi menjadi sisi masukan yang dihubungkan dengan sumber tegangan. Tegangan masukan harus cukup rendah agar arus di sisi tegangan rendah masih dalam batas nominalnya. Pengukuran di belitan tegangan tinggi dilakukan seperti halnya pada uji beban nol, yaitu tegangan masukan t, arus masukan t, dan daya (aktif) masukan P t. Tegangan masukan yang dibuat kecil mengakibatkan rugi-rugi inti menjadi kecil sehingga kita dapat membuat pendekatan dengan mengabaikan rugi-rugi inti. Dengan demikian kita dapat menggunakan rangkaian ekivalen yang disederhanakan Gb..9. Daya P t dapat dianggap sebagai daya untuk mengatasi rugi-rugi tembaga saja, yaitu rugi-rugi pada resistansi ekivalen yang dilihat dari sisi tegangan tinggi R et. Pt Pt t Ret Ret ; t t t t Zet Z et e t Z et Ret (.7) Dalam perhitungan ini kita memperoleh nilai R et R R. Nilai resistansi masing-masing belitan dapat diperoleh dengan pengukuran terpisah sebagaimana telah disebutkan di atas. Untuk reaktansi, kita memperoleh nilai et. Kita tidak dapat memperoleh informasi untuk menentukan reaktansi masingmasing belitan. Jika sekiranya nilai reaktansi masing-masing belitan diperlukan kita dapat mengambil asumsi bahwa. Kondisi -3

ini sesungguhnya benar adanya jika transformator dirancang dengan baik. CO TOH-.5 : Pada sebuah transformator 5 KA, 400/40 volt, 50 Hz, dilakukan uji beban nol dan uji hubung singkat. Uji beban nol pada sisi tegangan rendah memberikan hasil r 40 volt, r.6 amper, P r 4 watt Uji hubung singkat yang dilakukan dengan menghubungsingkat belitan tegangan rendah memberikan hasil pengukuran di sisi tegangan tinggi t 55 volt, t 0.4 amper, P t 360 watt a). Tentukanlah parameter transformator dilihat dari sisi tegangan tinggi. b). Berapakah rugi-rugi inti dan rugi-rugi tembaga pada beban penuh? Penyelesaian : a). Uji beban nol dilakukan di sisi tegangan rendah. Jadi nilai R c dan φ yang akan diperoleh dari hasil uji ini adalah dilihat dari tegangan rendah, kita sebut R cr dan φr. P 4 (40.6) 4 cosθ 0.3; sinθ 0.95 40.6 40.6 40 40 40 Rcr 500Ω ; φ r 58Ω c cosθ.6 0.3 φ.6 0.95 Jika dilihat dari sisi tegangan tinggi : R ct φt a R a cr φr 400 40 5.8 kω 500 50 kω Resistansi ekivalen dan reaktansi bocor ekivalen diperoleh dari uji hubung singkat. Uji hubung singkat yang dilakukan di sisi tegangan tinggi ini memberikan -4 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Sistem Tenaga

Pt 360 Ret 3.33Ω ; t (0.4) t 55 Zet 5.9Ω t 0.4 et 5.9 3.33 4.Ω b). Pada pembebanan penuh fluksi bersama dalam inti transformator hampir sama dengan fluksi dalam keadaan beban nol. Jadi rugi-rugi inti pada pembebanan penuh adalah 4 Watt. Rugi-rugi tembaga tergantung dari besarnya arus. Besarnya arus primer pada beban penuh adalah sama dengan arus sisi tegangan tinggi pada percobaan hubung singkat, yaitu S 5000 0.4 A Pcu Ret (0.4) 3.33 360 W 400 Karena pada uji hubung singkat arus sisi tegangan tinggi dibuat sama dengan arus beban penuh, maka rugi-rugi tembaga adalah penunjukan wattmeter pada uji hubung singkat..7. Efisiensi dan Regulasi Tegangan Efisiensi suatu piranti didefinisikan sebagai daya keluaran [watt] η (.8) daya masukan [watt] Karena daya keluaran sama dengan daya masukan dikurangi rugirugi daya, maka efisiensi dapat dinyatakan sebagai rugi - rugi daya [watt] η (.9) daya masukan [watt] Formulasi (.9) ini lebih sering digunakan. Untuk transformator rugi-rugi daya dapat segera diperoleh melalui uji beban nol dan uji hubung singkat, yaitu jumlah rugi inti dan rugi tembaga. Regulasi tegangan transformator didefinisikan sebagai perubahan besarnya tegangan sekunder bila arus berubah dari beban penuh ke beban nol dengan tegangan primer dijaga tetap. Jadi -5

beban nol beban penuh Regulasi Tegangan beban penuh / a a a (.5) Dengan memperhatikan diagram fasor Gb..9. maka (.5) menjadi Regulasi Tegangan ( R e j e ) (.6) CO TOH-.6 : Transformator pada Contoh-5. mencatu beban 5 KA pada faktor daya 0.8. a). Hitunglah efisiensinya. b). Hitunglah regulasi tegangannya. Penyelesaian : Total rugi daya : P c cu 4 360 474 W 0.474 KW a). Daya keluaran : Po 5000 0.8 0 KW 0.474 Efisiensi : η 0.976 atau 97.6 % 0 b). Mengambil sebagai referensi : 0 40 400 0 o. o / a (5000 / 40) /0 cos 0.8 0.4 36.8 o o 400 0 0.4 36.8 (3.33 j4.) 400 Reg.Tegangan 400 0.0 atau. %.8. Konstruksi Transformator Dalam pembahasan transformator, kita melihat transformator dengan satu inti dua belitan. Belitan primer digulung pada salah satu kaki inti dan belitan sekunder digulung pada kaki inti yang lain. Dalam kenyataan tidaklah demikian. Untuk mengurang fluksi bocor, belitan primer dan sekunder masing-masing dibagi menjadi dua bagian dan digulung di setiap kaki inti. Belitan primer dan sekunder digulung secara konsentris dengan belitan sekunder berada di dalam belitan primer. Dengan cara ini fluksi bocor dapat ditekan sampai -6 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Sistem Tenaga

hanya beberapa persen dari fluksi bersama. Pembagian belitan seperti ini masih mungkin dilanjutkan untuk lebih menekan fluksi bocor, dengan beaya yang sudah barang tentu lebih tinggi. R / R / T / T / a). tipe inti. a). tipe sel. Gb..9. Dua tipe konstruksi transformator. T : jumlah lilitan tegangan tinggi R : jumlah lilitan tegangan rendah. R / 4 T / R / T / R / 4 Dua tipe konstruksi yang biasa digunakan pada transformator satu fasa adalah core type (tipe inti) dan shell type (tipe sel). Gb..9.a. memperlihatkan konstruksi tipe inti dengan belitan primer dan sekunder yang terbagi dua. Belitan tegangan rendah digulung dekat dengan inti yang kemudian dilingkupi oleh belitan tegangan tinggi. Konstruksi ini sesuai untuk tegangan tinggi karena masalah isolasi lebih mudah ditangani. Gb..9.b. memperlihatkan konstruksi tipe sel. Konstruksi ini sesuai untuk transformator daya dengan arus besar. nti pada konstruksi ini memberikan perlindungan mekanis lebih baik pada belitan. -7

.9. Transformator Pada Sistem Tiga Fasa Pada sistem tiga fasa, penaikan dan penurunan tegangan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : (a) menggunakan tiga unit transformator satu fasa, (b) menggunakan satu unit transformator tiga fasa. Transformator tiga fasa mempunyai inti dengan tiga kaki dan setiap kaki mendukung belitan primer dan sekunder. Untuk penyaluaran daya yang sama, penggunaan satu unit transformator tiga fasa akan lebih ringan, lebih murah dan lebih efisien dibandingkan dengan tiga unit transformator satu fasa. Akan tetapi penggunaan tiga unit transformator satu fasa juga mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan satu unit transformator tiga fasa. Misalnya beaya awal yang lebih rendah, jika untuk sementara beban dapat dilayani dengan dua unit saja dan unit ketiga ditambahkan jika penambahan beban telah terjadi. Terjadinya kerusakan pada salah satu unit tidak mengharuskan pemutusan seluruh penyaluran daya. Pemilihan cara mana yang lebih baik, tergantung dari berbagai pertimbangan keadaan-khusus. Pada dasarnya kedua cara adalah sama. Berikut ini kita akan melihat hubungan primer-sekunder transformator, dengan melihat pelayanan sistem tiga fasa melalui tiga unit transformator satu fasa. Hubungan. Pada waktu menghubungkan tiga transformator satu fasa untuk melayani sistem tiga fasa, hubungan sekunder harus diperhatikan agar sistem tetap seimbang. Diagram hubungan ini diperlihatkan pada Gb..0. Fasa primer disebut dengan fasa U--W sedangkan fasa sekunder disebut fasa -Y-Z. Fasor tegangan fasa primer kita sebut UO, O, WO dengan nilai FP, dan tegangan fasa sekunder kita sebut O, YO, ZO dengan nilai FS. Nilai tegangan saluran (tegangan fasa-fasa) primer dan sekunder kita sebut LP dan LS. Nilai arus saluran primer dan sekunder masingmasing kita sebut LP dan LS sedang nilai arus fasanya FP dan FS. Rasio tegangan fasa primer terhadap sekunder / a. Dengan FP FS mengabaikan rugi-rugi untuk hubungan - kita peroleh : -8 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Sistem Tenaga

LP FP LP FP 3 a ; (.7) LS FP LS FS 3 a U W UO O WO O YO ZO Y Z U UO Y O Gb..0. Hubungan -. Hubungan -Y. Hubungan ini diperlihatkan pada Gb... Tegangan fasa-fasa pimer sama dengan tegangan fasa primer, sedangkan tegangan fasa-fasa sekunder sama dengan 3 kali tegangan fasa sekunder dengan perbedaan sudut fasa 30 o. Dengan mengabaikan rugi-rugi kita peroleh LP FP a LP FP 3 3 ; (.8) LS FS 3 3 LS FS a Fasor tegangan fasa-fasa sekunder mendahului primer 30 o. -9

U UO O Y W O YO Z WO ZO U UO ZO Y O YO Gb... Hubungan -Y Hubungan Y-Y. Hubungan ini diperlihatkan pada Gb... Tegangan fasa-fasa pimer sama dengan 3 kali tegangan fasa primer dengan perbedaan sudut fasa 30 o, tegangan fasa-fasa sekunder sama dengan 3 kali tegangan fasa sekunder dengan perbedaan sudut fasa 30 o. Perbandingan tegangan fasa-fasa primer dan sekunder adalah LP FP 3 LP FP a ; (.9) LS LS FS a FS 3 Antara fasor tegangan fasa-fasa primer dan sekunder tidak terdapat perbedaan sudut fasa. -0 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Sistem Tenaga

U UO O Y O YO W Z WO ZO WO U ZO Y UO O O YO Gb... Hubungan Y-Y Hubungan Y-. Hubungan ini terlihat pada Gb..3. Tegangan fasa-fasa pimer sama dengan 3 kali tegangan fasa primer dengan perbedaan sudut fasa 30 o, sedangkan tegangan fasa-fasa sekunder sama dengan tegangan fasa sekunder. Dengan mengabaiakan rugi-rugi diperoleh LP LS FP 3 LP FP a 3 ; (.30) 3 a 3 FS Fasor tegangan fasa-fasa primer mendahului sekunder 30 o. LS FS -

U W UO O WO O YO ZO Y Z WO U Y O UO ZO YO O Gb..3. Hubungan Y- CO TOH-.7 : Sebuah transformator penurun tegangan 3 fasa, tegangan primernya dihubungkan pada sumber 6600 dan mengambil arus 0 A. Jika rasio transformasi adalah, hitunglah tegangan saluran sekunder, arus saluran sekunder dan daya keluaran untuk hubungan-hubungan berikut : (a) - ; (b) Y-Y ; (c) -Y ; (d) Y-. Penyelesaian : a). Untuk hubungan - : FP LP 6600 LS FS 550 ; a a LP LS FS 3 a FP 3 a 3 0 0 A. 3 b). Untuk hubungan Y-Y : - Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Sistem Tenaga

LS LS FS FS FP LP 3 6600 3 3 550 ; a 3 a a a 0 0 A. FP LP c). Untuk hubungan -Y : FP LP 6600 LS FS 3 3 3 3 953 ; a a LP 0 LS FS a FP a 69,3 A. 3 3 d) Untuk hubungan Y- : LS LS FS FS a FP 3 a LP a 3 FP 3 a LP 6600 38 ; 3 3 0 3 08 A. Dengan mengabaikan rugi-rugi daya keluaran sama dengan daya masukan. S keluaran Smasukan LP LP 3 6,6 0 3 4,3 ka. -3