Oleh: Rita Pranawati Komisioner KPAI

dokumen-dokumen yang mirip
2011, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu menetapkan Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Pe

BAB I PENDAHULUAN. yang begitu bahagia dan ceria tanpa lagi ada kesepian. dengan sempurna. Namun kenyataannya berkata lain, tidak semua anak dapat

MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELAYANAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MEMPERKUAT HAK-HAK MELALUI TERWUJUDNYA PERATURAN DAERAH UNTUK PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PENYANDANG DISABILITAS DI KOTA YOGYAKARTA

PENANGANAN TERHADAP anak dengan disabilitas (anak berkebutuhan khusus) DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH 1

SEMINAR MEWUJUDKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PENYANDANG DISABILITAS

DRAF RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENYANDANG DISABILITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan bernegara, ada yang namanya hak dan kewajiban warga

PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS

BAB II PENGATURAN HUKUM MENGENAI KORBAN KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP ANAK DIBAWAH UMUR. A. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG STANDAR REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS OLEH LEMBAGA DI BIDANG KESEJAHTERAAN SOSIAL

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

PENDIDIKAN KHUSUS & PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS

2017, No Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention on the Rights of Persons with Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-H

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TAHUN ANGGARAN 2013

2 Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

SEMINAR PELAKSANAAN PERDA NOMOR 3 TAHUN PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PENYANDANG DISABILITAS di KABUPATEN KULON PROGO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

2017, No d. bahwa upaya untuk memenuhi hak serta mempercepat perlindungan khusus bagi anak penyandang disabilitas perlu dikoordinasikan dengan

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

2 sumber daya manusia, peran masyarakat, dan dukungan pendanaan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan adanya upaya terarah, terpadu, dan

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMENUHAN HAK PENYANDANG DISABILITAS

KEBIJAKAN PERLINDUNGAN KHUSUS BAGI ANAK DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN ANAK, KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG SEKOLAH RAMAH ANAK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG

I. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TENTANG PENYELENGGARAAN PELINDUNGAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Pertama Negeri (SMPN) inklusif di Kota Yogyakarta, tema ini penting

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PELAYANAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS

- 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

Bagaimana? Apa? Mengapa?

BAB I PENDAHULUAN. Kota-kota di Indonesia tengah mengalami perkembangan populasi yang sangat

LAPORAN PENYELENGGARAAN. Dialog Interaktif Peningkatan Peran Serta Anak Dalam Pembangunan Kabupaten/ Kota se-bakorwil I Provinsi Jawa Tengah

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

I. UMUM. menjadi...

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Disabilitas (Convention On the Rights of Persons with Disabilities) dengan UKDW

DAFTAR ISI BAB I Pendahuluan BAB II Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. sebagai dasar Negara dan Undang-Undang Dasar 1945 yang menghormati,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL. No.11,2015 Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. Pemenuhan hak, penyandang disabilitas.

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG DISABILITAS

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PENYANDANG DISABILITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan. dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. manusia, tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MAKALAH PRINSIP-PRINSIP PENEGAKKAN HUKUM DAN PENYANDANG DISABILITAS

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama,

Lampiran Usulan Masukan Terhadap Rancangan Undang-Undang Bantuan Hukum

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR REHABILITASI SOSIAL DENGAN PENDEKATAN PROFESI PEKERJAAN SOSIAL

PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK KABUPATEN LUWU TIMUR DENGAN RAHMAT

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN.

PELATIHAN KOMPETENSI TENAGA PENDIDIK PENDIDIKAN INKLUSIF PKTP2I

UPAYA PEMENUHAN HAK PENYANDANG DISABILITAS Tingkat Desa/Kelurahan

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. asasi manusia. Perlakuan khusus tersebut dipandang sebagai upaya maksimalisasi

BAB I PENDAHULUAN. inklusif menjamin akses dan kualitas. Satu tujuan utama inklusif adalah

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

BAB 1 PENDAHULUAN. merealisasikan hak-hak asasi manusia lainnya. Pendidikan mempunyai peranan

PELAKSANAAN PROGRAM TAHUN 2017 DAN RENCANA PROGRAM TAHUN 2018 DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

KONVENSI HAK ANAK (HAK-HAK ANAK)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TANGGAL 22 JUNI 2015 RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN BAB I

Penerapan Manajemen Pelayanan Inklusif Abstrak

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanat sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

Bidang Perlindungan Anak tertuang dalam Bab 2 Pembangunan Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama.

DEPUTI PERLINDUNGAN PEREMPUAN KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK RI

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, karena itu

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

GUBERNUR BALI, PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMENUHAN HAK PENYANDANG DISABILITAS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DEMAK,

Mengatasi diskriminasi terhadap penyandang cacat: Persoalan dan strategi penting

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG KABUPATEN RAMAH HAK ASASI MANUSIA

Transkripsi:

KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA Oleh: Rita Pranawati Komisioner KPAI Disampaikan pada Dialog Interaktif Peningkatan Peran Serta Anak dalam Pembangunan Biro Bina Sosial Setda Jawa Tengah Salatiga, 8 April 2015

Anak adalah amanat Tuhan yang harus dijaga dan diperlakukan dengan sebaik-baiknya. Anak adalah generasi penerus keluarga, bangsa dan peradaban. Anak adalah pemilik dan penentu masa depan bangsa

Jumlah anak di Indonesia adalah sepertiga penduduk Indonesia atau sekitar 85 juta anak. Masih banyak pola pikir dan perilaku yang menjadikan anak sebagai obyek dan properti orang dewasa (orang tua, guru, aparat pemerintah, dll.) yang bertentangan dengan prinsip-prinsip perlindungan anak Norma perlindungan anak dan hak anak belum banyak dipahami dan belum dipraktekkan.

UUD Negara RI pasal 28 B ayat 2 : Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi UU No 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU No 23 Tahun 2002 tentang Perindungan Anak

Non diskriminasi Kepentingan terbaik baik bagi anak Hak hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan Mendengarkan pendapat anak

Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan (UU PA 35/2014 Pasal 1 ayat 1)

Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami keterbatasan atau keluarbiasaan, baik fisik, mental-intelektual, sosial, maupun emosional, yang berpengaruh secara signifikan dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain yang seusia dengannya.

15 % dari penduduk dunia adalah penyandang disabilitas Penyandang disabilitas lebih rentan terhadap kemiskinan Penyandang disabilitas perempuan lebih rentan dibanding laki-laki Di dunia ada 785 juta perempuan dan laki-laki disabilitas pada usia kerja, mayoritas tidak bekerja Penyandang disabilitas kerap terkucil dari pendidikan, pelatihan kejuruan dan peluang kerja Lebih dari 90% anak disabilitas di negara berkembang tidak bersekolah dan hanya 1% perempuan disabilitas yang bisa membaca Penyandang disabilitas di Indonesia 10%, kurang lebih 24 juta

1. Anak disabilitas penglihatan adalah anak yang mengalami gangguan daya penglihatan berupa kebutaan menyeluruh (total) atau sebagian (lowvision). 2. Anak disabilitas pendengaran adalah anak yang mengalami gangguan pendengaran, baik sebagian ataupun menyeluruh, dan biasanya memiliki hambatan dalam berbahasa dan berbicara. 3. Anak disabilitas intelektual adalah anak yang memiliki inteligensia yang signifikan berada dibawah rata-rata anak seusianya dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku, yang muncul dalam masa perkembangan.

4. Anak disabilitas fisik adalah anak yang mengalami gangguan gerak akibat kelumpuhan, tidak lengkap anggota badan, kelainan bentuk dan fungsi tubuh atau anggota gerak. 5. Anak disabilitas sosial adalah anak yang memiliki masalah atau hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial, serta berperilaku menyimpang. 6. Anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD) adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan, yang ditandai dengan sekumpulan masalah berupa ganggguan pengendalian diri, masalah rentang atensi atau perhatian, hiperaktivitas dan impulsivitas, yang menyebabkan kesulitan berperilaku, berfikir, dan mengendalikan emosi.

7. Anak dengan gangguan spektrum autisma atau autism spectrum disorders (ASD) adalah anak yang mengalami gangguan dalam tiga area dengan tingkatan berbeda-beda, yaitu kemampuan komunikasi dan interaksi sosial, serta pola-pola perilaku yang repetitif dan stereotipi. 8. Anak dengan gangguan ganda adalah anak yang memiliki dua atau lebih gangguan sehingga diperlukan pendampingan, layanan, pendidikan khusus, dan alat bantu belajar yang khusus. 9. Anak lamban belajar atau slow learner adalah anak yang memiliki potensi intelektual sedikit dibawah ratarata tetapi belum termasuk gangguan mental. Mereka butuh waktu lama dan berulang-ulang untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik maupun non akademik.

10. Anak dengan kesulitan belajar khusus atau specific learning disabilities adalah anak yang mengalami hambatan atau penyimpangan pada satu atau lebih proses psikologis dasar berupa ketidakmampuan mendengar, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja dan berhitung. 11. Anak dengan gangguan kemampuan komunikasi adalah anak yang mengalami penyimpangan dalam bidang perkembangan bahasa wicara, suara, irama, dan kelancaran dari usia rata-rata yang disebabkan oleh faktor fisik, psikologis dan lingkungan, baik reseptif maupun ekspresif. 12. Anak dengan potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa adalah anak yang memiliki skor inteligensi yang tinggi (gifted), atau mereka yang unggul dalam bidang-bidang khusus (talented) seperti musik, seni, olah raga, dan kepemimpinan.

Undang-undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Permendiknas No. 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention on the Rights of Persons with Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas) Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Kebijakan Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus UU Perlindungan Anak No 35 Tahun 2014 tentang Perubahan UU PA no 23 tahun 2002

UU penyandang disabilitas dan peningkatan kesejahteraan sosial penanyandang disabilitas: 1% tenaga kerja (baik swasta maupun pemerintah) adalah penyandang disabiltas UU HAM: penyandang disabilitas memiliki hak atas fasilitas dan perlakuan khusus UU Layanan publik: penyedia layanan umum wajib memberikan layanan khusus bagi penyandang disabilitas UU Pembangunan Gedung: Fasilitas harus aksesible bagi penyandang disabilitas Permenaker: Penyandang disabilitas berhak sertifikat pelatihan kejuruan SE Menakertrans: penyaluran pekerjaan dengan disabilitas di sektor swasta

Pasal 1, point 7 Anak Penyandang disabilitas adalah anak yang memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual, atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sikap masyarakatnya dapat menemui hambatan yang menyulitkan untuk berpartisipasi penuh dan efektif berdasarkan kesamaan hak. Pasal 1, point 8 Anak yang memiliki keunggulan adalah anak yang mempunyai kecerdasan luar biasa atau memiliki potensi dan atau bakat istimewa tidak terbatas pada kemampuan intelektual tetapi juga bidang lain Pasal 9, point 3 Selain hak pendidikan dan pengajaran dan perlindungan di satuan pendidikan dari kejahatan seksual dan kekerasan, anak penyandang disabilitas berhak memperoleh pendidikan luar biasa dan anak yang memiliki keunggulan berhak mendapatkan pendidikan khusus

Pasal 12 Setiap anak penyandang disabilitas berhak memperoleh rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial Pasal 59 & 60 Perlindungan khusus bagi anak penyandang disabilitas yang berupa penanganan yang cepat termasuk pengobatan dan atau rehabilitasu secara fisik, psikis, dan sosial serta pencegahan penyakit dan gangguan kesehatan lainnya; pendampingan psikososial pada saat pengobatan sampai pemulihan; pemberian bantuan sosial bagi anak yang berasal dari keluarga tidak mampu; pemberian perlindungan dan pendampingan pada setiap proses peradilan Pasal 70 Upaya untuk anak penyandang disabilitas yaitu perlakuan anak secara manusiawi sesuai dengan martabat dan hak anak; pemenuhan kebutuhan khusus; perlakuan yang sama dengan anak lainnya untuk mencapai integrasi sosial sepenuh mmungkin dan pengembangan individu; pendampingan sosial

Masalah yang jarang mendapatkan perhatian dari pemerintan maupun masyarakat (Rahayu Repindowati) Secara aturan bagus, implementasinya lemah (Sudibyo Markus) Secara struktural dicacatkan Terdiskriminasi Fasilitas publik belum ramah ABK: bus, tempat belanja, bangunan, perumahan, pekerjaan Pembangunan belum integrative dan inklusif

Tujuan CRPD: memajukan, melindungi, dan menjamin kesamaan hak dan kebebasan yang mendasar bagi semua penyandang disabilitas, serta penghormatan terhadap martabat penyandang disabilitas sebagai bagian yang tidak terpisahkan (inherent dignity) Kekhususan CRPD: Persamaan dan non diskriminasi; penyandang disabilitas perempuan dan anak; peningkatan kesadaran; aksesibilitas; situasi berisiko dan darurat; hak mobilitas alat bantu gerak; kesehatan; pendidikan; pekerjaan dan kesempatan kerja, rekreasi dan olah raga; akses peradila; hidup mandiri; dan keterlibatan dalam masyarakat

Mitos, ritual budaya mengkonstruk disabilitas Norma sosial disabilitas: belas kasihan, ketidakmampuan dan abnormalitas, tidak mandiri, tidak produktif, barang rusak, tidak berguna STIGMA: Penyandang Masalah kesejahteraan sosial (PMKS) Klasifikasi sosial masyarakat membuat dengan disabilitas sulit mengakses pendidikan, perumahan, transportasi, layanan kesehatan, dan kehidupan keluarga dengan disabilitas Hambatan partisipasi dalam pengambilan kebijakan publik baik dalam interaksi sosial, secara fisik, dan image Hambatan komunikasi

Sudut pandang orang tua terhadap masalah; awalnya malu, terkejut, menyangkal, stress, dan bertahap mulai dapat menerima Dukungan sosial diterima oleh orangtua dari keluarga besar, tetangga dan masyarakat, dan kelompok pendukung misal tenaga kesehatan, pendidikan, komunitas ortu anak ABK Ortu dengan ABK sesuai dengan levelnya akan meluangkan waktu lebih banyak dengan anak Ortu akan menyesuaikan diri sepanjang waktu (koping strategi)

CRPD jiwanya harus masuk semua UU misal UU lalu lintas, kepegawaian, kesehatan, ketenagakerjaan, bangunan Belum ada aturan penanganan anak dg disabilitas korban kekerasan di domestik dan publik Belum ada kebijakan saksi ahli; penerjemah, visum kejiwaan, pemeriksaan kesehatan Belum ada sistem referensi saksi ahli yang dibutuhkan Kebijakan integratif untuk penanganan korban disabilitas

Pelatihan vokasional rehabsos sangat terbatas dan tidak inklusif Pendidikan inklusi prakteknya tidak sesuai standar, sistem ranking merugikan anak ABK Konsern pemerintah untuk guru dengan pendidikan khusus untuk berkarir di pendidikan inklusif lemah Bias hanya ABK miskin yang butuh bantuan pemerintah Tidak ada harmonisasi UU dan Perda Jumlah sekolah luar biasa < 1% sekolah biasa

Orang tua: Mengkondisikan anak dan memfasilitasi perkembangan anak Masyarakat: Penerimaan terhadap anak ABK, mengedukasi masyarakat, menghilangkan budaya membully, melayani anak ABK, dan melindungi anak ABK Pemerintah: Penguatan perlindungan anak ABK dari sisi konstitusi, praktek, dan pelayanan

Rita Pranawati, MA Komisioner KPAI Bidang Pengasuhan Divisi Telaah dan Kajian Pranawati_rita2000@ yahoo.com 081328716370

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Jl. Teuku Umar No. 10-12 Menteng, Jakarta Pusat 10350 Telp. 021-31901446, 31901556. Fax. 021-3900833 Website : www.kpai.go.id Email Pengaduan : pengaduan@kpai.go.id Email Humas: humas@kpai.go.id Email Bidang Data dan Informasi : datainformasi@kpai.go.id