1 BAB I PENDAHULUAN. Menurut Wilopo (2006) kasus fraud (kecurangan) di Indonesia terjadi secara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengkhawatirkan timbulnya kecurangan (fraud) di lingkungan organisasi atau

BAB I PENDAHULUAN. mencemaskan keadaan yang akan terjadi selanjutnya, jika unsur-unsur pembentuk

BAB I PENDAHULUAN. Kecurangan merupakan bentuk penipuan yang sengaja dilakukan sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat, tidak terkecuali BUMN. Para pelaku bisnispun dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. pengauditan disebut dengan fraud akhir akhir ini menjadi berita utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. umumnya kecurangan berkaitan dengan korupsi. Dalam korupsi, tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. Maraknya berbagai kasus fraud yang akhir-akhir ini terjadi di hampir

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan barang dan jasa tetapi juga instansi pemerintah /BUMN/ sangat penting dalam pendukung kegiatan operasional.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perekonomian dalam era globalisasi saat ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. persaingan usaha yang semakin kompetitif dan kompleks. Keadaan ini menuntut

BABI PENDAHULUAN. penghilangan dokumen, dan mark-up yang merugikan keuangan atau

BAB I PENDAHULUAN. Isu tentang sistem pengendalian internal pemerintahan (SPIP) mendapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kecurangan akuntansi yang berkembang secara luas menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kecurangan telah berkembang di berbagai negara, termasuk di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. persoalan-persoalan kecurangan (fraud) mengingat bahwa manajemen senior

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Tuntutan ini wajar karena selama ini dirasakan BUMN dikelola secara

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi terutama globalisasi ekonomi telah menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang berkembang dengan pesat telah menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut BAPEPAM (2002) PT. KIMIA FARMA Tbk,(PT.KF)

BAB I PENDAHULUAN. nepotisme, dan penggelapan lainnya, sehingga dalam proses verifikasi secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam era teknologi maju dan globalisasi, semua organisasi, apapun

BAB I PENDAHULUAN. Mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance) merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perbankan. Etika itu sendiri adalah kesepakatan bersama dan pedoman untuk

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan terhadap kinerja perusahaan (Wardhini, 2011:1).

BAB I PENDAHULUAN. Istilah fraud (kecurangan) sering kita jumpai baik di lingkungan organisasi

BAB I PENDAHULUAN. adalah memanipulasi pencatatan, penghilangan dokumen, dan mark-up yang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada manajemen pucak perusahaan, namun sebenarnya penyimpangan

BAB I PENDAHULUAN. mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas perbankan atau

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. etika profesi. Adanya etika profesi maka tiap profesi memiliki aturan-aturan khusus

AUDIT I Modul ke: Audit risk and materiality. Afly Yessie, SE, Msi, Ak, CA. 11Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi AKUNTANSI

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) merupakan kelompok usaha yang paling banyak jumlahnya. Gubernur

BAB I PENDAHULUAN. semua organisasi di setiap negara, di sektor industri apapun, termasuk sektor

BAB I PENDAHULUAN. membawa Indonesia menuju ekonomi pasar bebas setiap organisasi dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan dunia usaha yang semakin pesat dalam

BAB I PENDAHULUAN. terpuji dan menimbulkan banyak kerugian bagi pihak pihak yang menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan semakin tinggi. Prawira, dkk. (2014) menyatakan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. kebohongan yang disengaja, ketidakbenaran dalam melaporkan aktiva

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan perekonomian di negeri kita, Bangsa Indonesia juga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan ekonomi pada saat ini, persaingan antara para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. pencatatan, penghilangan dokumen dan mark-up yang merugikan keuangan atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi dewasa ini merupakan hasil dari proses

`EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PADA PENGUJIAN PENGENDALIAN: KAJIAN KONSEPTUAL AUDIT LAPORAN KEUANGAN Oleh: Amalia Ilmiani

BAB I PENDAHULUAN. penyebab terjadinya fraud. Lebih jauh lagi, dalam teori segitiga fraud yang

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG. Kecurangan belakangan ini menjadi sorotan publik dan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan informasi seperti saat ini lingkungan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. segala jenis kejahatan yang semakin merajalela. Tidak hanya kejahatan yang

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian Ariani et al tentang Analisis Pengaruh Moralitas Individu,

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan alat bagi pihak manajemen untuk

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, dalam kehidupan kita sehari hari tindak kejahatan dan

P e d o m a n. Anti Kecurangan (Fraud )

BAB I PENDAHULUAN. harus memiliki akar dan memiliki nilai-nilai luhur yang menjadi dasar bagi etika

bercorak korporatis dan sentralistik pada kepemimpinan top executive di tangan bupati/walikota. Politisasi birokrasi masih cukup kental mewarnai

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kekeluargaan. Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) adalah koperasi yang

Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai ( SPT Masa PPN) ke kantor pajak untuk tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. persaingan ekonomi yang ketat. Persaingan ini mengharuskan perusahaan

PERTEMUAN 3: FRAUD DAN ERROR

BAB I PENDAHULUAN. beberapa landasan hukum seperti peraturan-peraturan mengenai daerah otonom,

BAB I PENDAHULUAN. semakin terbukanya peluang usaha, maka menyebabkan risiko terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Globalisasi pasar keuangan yang terjadi saat ini menuntut perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif, komite audit juga memerlukan fungsi audit internal. (Konsorsium

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian 1.2. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perkembangan dunia akuntansi sudah sangat pesat. Namun setiap

BAB I PENDAHULUAN. membuat keputusan bisnis yang tepat dalam mencapai suatu tujuannya. Keputusan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Triangle Fraud dan Kecurangan Laporan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Kecurangan akuntansi dalam dunia usaha adalah suatu permasalahan yang tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraud merupakan topik yang hangat dibicarakan di kalangan praktisi maupun

BAB I PENDAHULUAN. situasi kompetisi global seperti ini, Good Corporate Governance (GCG)

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bank syariah adalah suatu lembaga keuangan yang usaha pokoknya

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah yang dihadapi para pelaku usaha semakin kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya fraud atau kecurangan. Fraud atau kecurangan tersebut, selain memberi

BAB I PENDAHULUAN. pokoknya adalah memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan

BAB I PENDAHULUAN. Dimulai dari Negara-negara berkembang hingga Negara maju pun tidak luput dari

BAB I PENDAHULUAN. melakukan ekonomi agar tetap eksis dalam persaingan. Keadaaan ini menuntut

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Judul Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Audit internal sebagai suatu cara yang digunakan untuk mencegah fraud

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perbankan yang semakin kompetitif menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. lahirnya era informasi menuntut pemerintah Indonesia agar mempersiapkan diri

BAB I PENDAHULUAN. ketahanan ditengah sengitnya persaingan. Salah satu usaha untuk menciptakan

Standar Audit SA 240. Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di PT.Astra International-Toyota Sales

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN UNTUK MENCEGAH KECURANGAN PADA FUNGSI PEMBELIAN DI PT. UACJ-INDAL ALUMINUM GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. terasa lama,koran-koran dipenuhi dengan perincian baru tentang skandal akuntansi

BAB 1 PENDAHULUAN. persaingan-persaingan diantara perusahaan, sehingga perlu pemikiran yang makin

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam rangka menciptakan pemerintahan yang bersih dan berwibawa.

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas untuk setiap tahunnya. Seiring dengan berkembangnya dunia bisnis dan

2015 PENGARUH PERAN AUDITOR INTERNAL TERHADAP EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL DENGAN ENTERPRISE RISK MANAGEMENT SEBAGAI VARIABEL MODERATING

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh globalisasi memicu para pelaku bisnis dan ekonomi untuk melakukan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Setiap profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya penyelamatan dan penyempurnaan yang meliputi produktifitas, efisiensi

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di dunia bisnis pada era globalisasi seperti saat ini semakin

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Wilopo (2006) kasus fraud (kecurangan) di Indonesia terjadi secara berulang-ulang, media massa banyak memberitakan hal tersebut sehingga bagi masyarakat kasus fraud sepertinya bukan rahasia lagi. Wilopo juga menyatakan bahwa pada sektor publik fraud dilakukan dalam bentuk kebocoran Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), sedangkan di sektor swasta bentuk fraud juga terjadi dalam bentuk yang sama yaitu ketidaktepatan dalam membelanjakan sumber dana (Wilopo, 2006). Thoyibatun (2012) menyatakan bahwa terjadinya fraud membuat organisasi atau lembaga yang dikelola menjadi rugi, sebagai contoh, volume produktivitas organisasi melemah, belanja sosial organisasi semakin sedikit, kepercayaan masyarakat yang dilayani beralih ke organisasi lain, dan mitra kerja tidak selera lagi untuk tetap bekerja sama. Thoyibatun menambahkan, di sisi lain kasus fraud tidak terlepas dari pemberitaan media massa, jika demikian yang terjadi, reputasi dan citra organisasi yang terbangun selama ini menjadi sulit untuk dijadikan daya saing dalam meraih persaingan pasar yang semakin tajam. Soepardi (2007) mengungkapkan bahwa untuk menghadapi bahaya tersebut, banyak pihak setuju agar tidak memberikan peluang bagi terjadinya fraud melalui berbagai kebijakan. Untuk itulah fraud perlu ditanggulangi. Antara lain, TAP MPR XVI Tahun 1998, UU No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara 1

2 yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme dan PP No. 71 Tahun 2000 tentang Peran serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Perkembangan ini menandakan bahwa semua pihak berkeinginan menangani fraud secara serius dan untuk itu diperlukan lingkungan yang kondusif (Soepardi, 2007). Menurut Razaee dalam Faizal (2013), fraud adalah tindakan melawan hukum, penipuan berencana, dan bermakna ketidakjujuran. Fraud dapat terdiri dari berbagai bentuk kejahatan atau tindak pidana kerak putih (white collar crime), antara lain pencurian, penggelapan asset, penggelapan informasi, penggelapan kewajiban, penghilangan atau penyembunyian fakta, rekayasa fakta termasuk korupsi. Sedangkan Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dalam SPAP No. 70 (2011:316.2) mendefinisikan kecurangan (fraud) sebagai salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan yaitu salah saji atau pengilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam pelaporan keuangan untuk mengelabuhi pemakai laporan keuangan. Menurut Examination Manual (2006) dari Association of Certified Fraud Examiner yang dikutip oleh Karyono (2013:17), fraud terdiri atas empat kelompok besar yaitu kecurangan laporan (fraudulent statement), penyalahgunaan aset (asset misappropriation), korupsi (corruption), dan kecurangan yang berkaitan dengan komputer. Tiga kondisi kecurangan yang berasal dari pelaporan keuangan yang curang dan penyalahgunaan aktiva diuraikan dalam SAS 99 (AU 316), kondisi ini disebut segitiga kecurangan (fraud triangle), diantaranya: (1) insentif atau

3 tekanan, yaitu manajemen atau pegawai lain merasakan insentif atau tekanan untuk melakukan kecurangan, (2) kesempatan, yaitu situasi yang membuka kesempatan bagi manajemen atau pegawai untuk melakukan kecurangan (3) sikap/rasionalisasi, yaitu ada sikap, karakter, atau serangkaian nilai-nilai etis yang membolehkan manajemen atau pegawai untuk melakukan tindakan yang tidak jujur, atau mereka berada dalam lingkungan yang cukup menekan yang membuat mereka merasionalisasi tindakan yang tidak jujur. Kasus fraud di Indonesia terjadi baik pada sektor publik maupun sektor swasta. Pada sektor publik, Indonesia Corruption Watch (ICW) mencatat sepanjang tahun 2014 terdapat 47 kepala daerah dan 81 orang pejabat legislatif yang tersangkut korupsi. Temuan ICW tersebut menunjukkan fakta bahwa terdapat peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Potensi kerugian negara yang ditimbulkan akibat korupsi diperkirakan sebesar Rp 3,7 triliun (Tama S. Langkun, 2015). Kategori fraud yang berupa pelaporan keuangan yang curang (fraudulent financial reporting) pernah menimpa Mantan Ketua Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Belaluan Kabupaten Gianyar. Tersangka dituduh melakukan manipulasi laporan keuangan LPD sehingga terdapat selisih pada saldo. Ia terbukti melakukan tindakan memperkaya diri sendiri, merugikan keuangan Negara, perekonomian Negara, daerah Kabupaten Gianyar/Keuangan LPD Kabupatan Gianayar senilai Rp 1,16 miliar (Herdian Rahardi, 2015). Fraud dalam bentuk misapropriasi aktiva (misappropriation of assets), terjadi di sektor BUMN, contohnya yang dilakukan oleh Mantan Kepala Divisi

4 VII PT Adhi Karya Bali. Ia adalah tersangka dalam kasus korupsi penyalahgunaan keuangan milik perseroan dan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) dengan nilai sebesar lebih dari Rp 15 Miliar. Tersangka menggunakan uang milik PT Adhi Karya untuk kepentingan pribadi. Dugaan tindak korupsi dilakukan dengan modus hasil korupsi dibelikan beberapa aset tanah dan dimasukan kedalam rekening dengan beberapa nama kerabatnya (Sarjono Turin, 2015). Disamping itu, perbankan menjadi salah satu sektor yang rawan akan fraud, kasus-kasus yang pernah terjadi yaitu fraud pada PT Bank Syariah Mandiri (BSM), yang dilakukan oleh tiga pejabat Kantor Cabang Utama Bogor. Terjadi pelanggaran berupa mark-up plafon pembiayaan terhadap para debitor pembiayaan perumahan di Kantor Cabang Utama (KCU) Bogor. Kasus ini berpotensi merugikan negara sebesar Rp 59 miliar. Fraud juga pernah terjadi pada Bank Mega yang melibatkan PT Elnusa, kasus ini melibatkan orang dalam yaitu mantan Direktur Keuangan Elnusa dan Kepala Cabang Bank Mega Jababeka (Ronny Franky Sompie, 2013). Wilopo (2006) dalam Thoyibatun (2012) menyarankan bahwa mengurangi perilaku fraud dapat dilakukan usaha meningkatkan efektifitas pengendalian internal, termasuk perbaikan hukum, perbaikan sistem pengawasan dan pengendalian, serta pelaksanaan good governance. Menurut Karyono (2013:96), pengendalian internal yang efektif dapat melindungi dari pencurian, penggelapan, penyalahgunaan aktiva pada lokasi yang tidak tepat. Selain itu, pengendalian internal juga memberikan jaminan yang wajar terhadap informasi bisnis yang

5 akurat demi keberhasilan perusahaan. Penjagaan aktiva dan informasi yang akurat sering berjalan seiring, karena karyawan yang ingin menggelapkan aktiva atau berniat melakukan kecurangan juga perlu menutupi kecurangan tersebut dengan menyesuaikan catatan akuntansi. Hal serupa dikemukakan oleh Karyono (2013:60) yang menyebutkan bahwa pengendalian internal antara lain dirancang untuk dapat mengamankan harta milik organisasi, bila pengendalian internal tidak dapat berfungsi efektif sebagai sarana kendali, kemungkinan besar terjadi fraud. IAPI (2011: 319.2) dalam Sukrisno Agoes (2012:100) mendefinisikan pengendalian intern sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain entitas-yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: (a) keandalan pelaporan keuangan, (b) efektifitas dan efisiensi operasi, dan (c) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Herda Helmijaya (2014), penyelidik KPK mengungkapkan, lemahnya pengendalian internal dalam sebuah organisasi membuka peluang melakukan fraud. Sistem pengendalian yang buruk akan memicu seseorang melakukan perbuatan fraud dan melawan hukum. Fraud menyebabkan negara mengalami kerugian. Koordinator Investigasi dan Advokasi Seknas FITRA menyatakan, potensi kerugian negara terjadi akibat lemahnya sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan, lemahnya sistem pengendalian pelaksanaan anggaran, dan lemahnya pengendalian internal. Kerugian negara itu, terjadi karena beberapa faktor. Utamanya, kelemahan sistem pengendalian intern. Kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan membuat pencatatan tidak/belum

6 dilakukan atau tidak akurat. Selain itu, proses penyusunan laporan juga tidak sesuai dengan ketentuan (Uchok Sky Khadafi, 2012). Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commision (COSO) dalam Alvin A. Arens, Randal J. Elder, Mark S. Beasley (2008:375) menyatakan bahwa Komponen Pengendalian Internal meliputi: (1) Lingkungan pengendalian, (2) Penilaian risiko, (3) Aktivitas pengendalian, (4) Informasi dan komunikasi, dan (5) Pemantauan. Penelitian mengenai pengendalian internal terhadap pencegahan fraud telah banyak dilakukan sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Nisak, Prasetyono, dan Kurniawan (2013) menyebutkan bahwa pengendalian internal berpengaruh terhadap pencegahan fraud. Penelitian yang dilakukan oleh Zulkarnain (2013) menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh negatif antara efektifitas sistem pengendalian intern dengan fraud. Penelitian yang dilakukan oleh Thoyibatun (2012) menyatakan bahwa kesesuaian sistem pengendalian intern berpengaruh terhadap kecurangan (fraud). Sedangkan penelitian oleh Faisal (2013) menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh negatif antara kepatuhan sistem pengendalian intern terhadap fraud. Mengacu pada fenomena dan penelitian sebelumnya di atas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Pengaruh Efektifitas Pengendalian Internal Terhadap Pencegahan Fraud pada Telkom Foundation.

7 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka identifikasi masalah dirumuskan sebagai berikut. 1. Bagaimana efektifitas pengendalian internal pada Telkom Foundation. 2. Bagaimana pencegahan fraud pada Telkom Foundation. 3. Seberapa besar pengaruh efektifitas pengendalian internal terhadap pencegahan fraud pada Telkom Foundation. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud dari penelitian adalah untuk mengumpulkan dan menganalisis data dan informasi yang relevan guna mendapatkan pembuktian ilmiah terkait pengaruh efektifitas pengendalian internal terhadap pencegahan fraud pada Telkom Foundation. 1.3.2 Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah maka penelitian ini bertujuan untuk. 1. Mengetahui, mengkaji, dan mendeskripsikan efektifitas pengendalian internal pada Telkom Foundation. 2. Mengetahui, mengkaji, dan mendeskripsikan pencegahan fraud pada Telkom Foundation.

8 3. Mengetahui dan menganalisis seberapa besar pengaruh efektifitas pengendalian internal terhadap pencegahan fraud pada Telkom Foundation. 1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan yang diharapkan dari penelitian adalah sebagai berikut. 1. Pengembangan ilmu akuntansi Hasil penelitian untuk pengembangan ilmu Akuntansi dengan melakukan penelitian secara empirik tentang Pengaruh Efektifitas Pengendalian Internal Terhadap Pencegahan Fraud pada Telkom Foundation. 2. Pemecahan Masalah Penelitian yang dilakukan diharapkan mampu memberikan solusi atas permasalahan yang terjadi yaitu adanya fraud yang terjadi di dalam perusahaan.