Petunjuk Keselamatan Umum Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro Pedoman berikut dibuat untuk meminimalkan atau menghilangkan bahaya di

dokumen-dokumen yang mirip
Koordinator:Dr. Ardiyan Harimawan

SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

2014, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disin

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BERITA DAEARAH KOTA DEPOK NOMOR 123 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUKU PEDOMAN KESELAMATAN KERJA PRAKTEK MAHASISWA

FORMULIR PROSEDUR OPERASI STANDAR RISIKO TINGGI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

BAB II LANDASAN TEORI. Pemerintah No 18 tahun 1999).

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BAB III TINJAUAN UMUM TERHADAP PENCEMARAN LINGKUNGAN OLEH LIMBAH B3

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 14/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN PABRIK KAOS LAMPU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

1. Setiap penggunaan alat dan laboratorium harus diketahui teknisi/laboran atas izin kepala lab atau penanggung jawab praktikum.

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) atau LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN (LDKB)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TONGGIROH, ST. MT JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN SEPTEMBER,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERKANTORAN

Pengelolaan dan Manajemen Laboratorium Kimia

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBAR DATA KESELAMATAN

Pemantauan Limbah Cair, Gas dan Padat

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NOMOR : KEP. 187 / MEN /1999 T E N T A N G

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NOMOR : KEP. 187 / MEN /1999 T E N T A N G PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI TEMPAT KERJA

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN LABORATORIUM KIMIA DAN BIOKIMIA STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) RUANG LINGKUP LABORATORIUM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NO.KEP. 187/MEN/1999 TENTANG PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI TEMPAT KERJA MENTERI TENAGA KERJA R.I.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG

PEMBINAAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA

PT. BINA KARYA KUSUMA

JUDUL UNIT : Bekerja Aman Sesuai dengan Prosedur Kebijakan

LEMBAR DATA KESELAMATAN

PEMBINAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA

AUDIT LIMBAH B3 Bahan Berbahaya dan Beracun

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

Keselamatan Kerja di Laboratorium

PERSYARATAN TAMBAHAN LABORATORIUM LINGKUNGAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

2 Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4219); 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlin

PROSEDUR PENANGANAN BAHAN BERACUN DAN BERBAHAYA. Pengertian. Tujuan. 1. Bahan Beracun dan Berbahaya

4 Konsep dan Implementasi Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) di Laboratorium

PERSYARATAN TAMBAHAN LABORATORIUM LINGKUNGAN

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 76 TAHUN 2009 TENTANG PELAKSANAAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

*39525 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 27 TAHUN 2002 (27/2002) TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang kegiatannya mengolah. Menurut BAPEDAL (1995) menyebutkan bahwa B3 adalah setiap bahan

BAB I PENDAHULUAN. operasi, sisa suntikan, obat kadaluarsa, virus, bakteri, limbah padat dan lain-lain.

LEMBAR DATA KESELAMATAN

PEDOMAN PENANGGULANGAN KEDARURATAN AKIBAT KECELAKAAN B3 DAN LIMBAH B3

TATA TERTIB PRAKTIKUM LABORATORIUM TEKNIK LINGKUNGAN

PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO. 09 TH. 2010

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

2016, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan L

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DI PELABUHAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V PEMBAHASAN. Beracun (B3) yang dihasilkan di PT Saptaindra Sejati site ADMO bahwa

LEMBAR DATA KESELAMATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Limbah berbahaya adalah limbah yang mempunyai sifat-sifat antara lain

Kata Pengantar. Daftar Isi

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Lampiran 1. Daftar Angka Paling Mungkin Coliform dengan Tiga Tabung

#7 PENGELOLAAN OPERASI K3

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 58 Tahun 1995 Tentang : Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit

LEMBAR DATA KESELAMATAN

BAB I KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LABORATORIUM KIMIA. Oleh : Sunarto * Pendidikan Kimia FMIPA UNY Yogyakarta

Material Safety Data Sheet. : Resin Pinus Oleo

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

LEMBAR DATA KESELAMATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita

DASAR HUKUM PENGELOLAAN LIMBAH B3

Transkripsi:

Petunjuk Keselamatan Umum Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro Pedoman berikut dibuat untuk meminimalkan atau menghilangkan bahaya di Laboratorium Terpadu. Pedoman ini juga disediakan untuk menjaga agar laboratorium aman secara lingkungan. Ini adalah tanggung jawab setiap orang yang masuk ke dalam laboratorium untuk memahami bahaya keselamatan dan kesehatan yang berhubungan dengan bahan berbahaya dan peralatan di laboratorium. Berikut ini adalah beberapa petunjuk keselamatan laboratorium secara umum: a. Selalu memakai pelindung mata yang tepat dalam pekerjaan kimia, penanganan kerja dan area penyimpanan. Lensa kontak biasanya tidak boleh dipakai. Lengkapi dengan goggles, namun dengan alasan terapi, lensa kontak dapat dipakai. b. Selalu mengetahui bahaya yang terkait dengan bahan yang sedang digunakan dalam laboratorium. c. Selalu menggunakan pakaian pelindung laboratorium (jas laboratorium) yang sesuai. d. Membatasi rambut panjang dan pakaian longgar. Jangan memakai sepatu hak tinggi, sepatu berujung terbuka, sandal atau sepatu yang terbuat dari bahan tenun. e. Selalu mencuci tangan dan lengan dengan sabun dan air sebelum meninggalkan area kerja. Hal ini berlaku bahkan jika Anda telah memakai sarung tangan. f. Jangan melakukan pekerjaan apapun berbahaya ketika sendirian di laboratorium. Setidaknya dua orang harus hadir. Mahasiswa harus diawasi oleh instruktur setiap saat. g. Jangan melakukan pekerjaan, persiapan, atau percobaan yang tidak diijinkan. h. Jangan pernah menghilangkan bahan kimia, agen biologis, atau bahan radioaktif dari fasilitas tanpa otorisasi yang sah i. Beradaptasilah dengan lokasi peralatan darurat seperti alarm kebakaran, pemadam kebakaran (APAR), pencuci mata darurat, dan shower keselamatan. Ketahuilah prosedur tanggap darurat. j. Gunakan peralatan dan bahan berbahaya hanya untuk tujuan yang dimaksudkan. k. Jangan hisap pipet kimia menggunakan mulut Anda saat memindahkan larutan. Sebaliknya, Anda harus selalu menggunakan bola pipet untuk menghisap larutan. l. Jangan pernah meninggalkan percobaan tanpa pengawasan ketika sedang dipanaskan atau bereaksi. m. Jauhkan peralatan kembali dari tepi bangku laboratorium untuk mencegah tumpahan.

n. Semua gelas dan termos harus diklem. Jangan gunakan peralatan gelas yang sudah retak atau terkelupas o. Laporkan setiap kecelakaan, walaupun bersifat kecil. Makan, Minum, dan Merokok Makan, minum, merokok, mengunyah permen karet, memakai kosmetik, dan minum obat di Laboratorium Terpadu sangat dilarang. a. Makanan, minuman, cangkir, dan peralatan makan lainnya tidak boleh disimpan di daerah di sekitar bahan berbahaya yang ditangani atau disimpan. b. Gelas yang digunakan untuk operasi laboratorium tidak boleh digunakan untuk mempersiapkan atau mengkonsumsi makanan atau minuman. c. Lemari es, peti es, kamar dingin, oven, dan sebagainya di laboratorium tidak boleh digunakan untuk penyimpanan makanan. d. Air bersih dan air de-ionisasi di laboratorium tidak boleh digunakan untuk air minum e. Bahan laboratorium tidak boleh dikonsumsi Pentingnya Penanganan yang Selamat di Laboratorium Tujuh puluh delapan persen dari kecelakaan laboratorium karena kesalahan manusia. Persyaratan operasional untuk penanganan yang aman dari bahan berbahaya di laboratorium ketika diikuti, mengurangi kemungkinan kecelakaan akibat kesalahan manusia. Ini adalah tanggung jawab masing-masing karyawan laboratorium untuk memahami persyaratan penanganan yang aman di laboratorium. Namun, Principal Investigator atau Koordinator Laboratorium bertanggung jawab untuk memastikan karyawan mereka memiliki pengetahuan yang cukup untuk menghindari bahaya yang diakui di laboratorium mereka. Dewan Riset Nasional telah menerbitkan Praktik Bijak di Laboratorium, Penanganan dan Pembuangan Bahan kimia yang menggambarkan standar minimal perawatan di laboratorium Identifikasi Bahaya Cairan yang mudah terbakar, bahan beracun, bahan kimia yang sangat reaktif, dan bahan radioaktif harus ditangani dengan cara yang tidak menimbulkan bahaya besar untuk kesehatan

manusia dan tidak akan sengaja dibuang bersama limbah umum atau ke rute suatu sistem saluran pembuangan saniter. Karyawan yang menggunakan bahan kimia berbahaya harus menerima Pelatihan Hazard Communication (HAZCOM). Pada awal pelatihan, pelatihan tentang Orientasi Bahan Berbahaya harus diikuti oelh semua karyawan laboratorium baru. Karyawan mempunyai hak untuk memperoleh informasi tentang bahan kimia berbahaya di tempat bekerja, memiliki akses informasi mengenai bahaya yang berhubungan dengan bahan kimia, dan dilatih untuk praktek kerja yang aman dengan bahan kimia. Sementara bahaya kimia mungkin yang paling dikenal luas di lingkungan laboratorium yang mempunyai potensi bahaya lain perlu diidentifikasi. Yang termasuk dalam hal ini adalah bahan biologi, radioaktif, listrik, mekanik dan fisik. Hal hal yang penting adalah semua bahan yang berpotensi bahaya di lingkungan laboratorium harus dievaluasi dan dikendalikan sebanyak mungkin. Pemberian Label (Labeling) Praktek pemberian label (labeling) secara umum telah dipublikasikan untuk melindungi karyawan laboratorium dari bahan-bahan yang membahayakan kesehatan. Pelabelan yang disarankan adalah: a. Label pada wadah yang mengandung bahan berbahaya tidak boleh dibuang/dilepas. b. Semua wadah yang mengandung bahan kimia pada tempat kerja harus diberi label dengan identifikasi bahayanya. c. Saat material dipindah dari container yang dilabel ke container yang tidak dilabel, label harus ditempelkan ke container yang tidak dilabel tersebut. Compressed Gas Hazards Ada petunjuk umum praktis yang telah dipublikasikan untuk melindungi karyawan laboratorium terhadap bahan-bahan berbahaya, termasuk diantaranya Tips Keselamatan Silinder Gas dan Kebijakan Silinder Gas Bertekanan. Biosafety Keselamatan semua pihak merupakan tanggung jawab semua pengguna laboratorium. Setiap individu memiliki kewajiban untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, sesuai

dengan kemampuan terbaik mereka. Salah satu metoda yang disarankan untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman adalah dengan menggunakan petunjuk keselamatan kerja di dalam setiap aktivitas kerja di laboratorium. Petunjuk kerja ini akan membantu mengidentifikasi bahaya yang potensial terjadi di laboratorium, serta menyediakan persyaratan keamanan untuk bekerja di laboratorium. Pedoman Keamanan Biologi (Biosafety) dibuat untuk menginformasikan cara kerja yang spesifik dalam penanganan mikroorganisme patogen di laboratorium dan juga mempersiapkan petunjuk praktis bagi pembuat kode praktek kerja yang dibutuhkan di setiap laboratorium. Petunjuk kerja ini juga menekankan pada pentingnya tanggung jawab individu terhadap keamanan dari setiap aktivitas kerja yang dilakukannya. Tersedianya staf laboratorium yang terlatih dengan baik dan memiliki kualitas teknik keselamatan kerja yang baik serta memiliki tanggung jawab untuk keselamatan pribadi maupun rekan kerja, komunitas dan lingkungan akan menghasilkan lingkungan kerja laboratorium yang aman dan sehat. Setiap individu juga mempunyai tanggung jawab untuk melakukan penilaian risiko terlebih dahulu sebelum melaksanakan aktifitas yang melibatkan patogen baru atau protokol baru. Dalam pedoman kerja ini tersedia prosedur penanganan praktek keamanan biologi terutama bagi pekerjaan yang melibatkan bahan biologi beracun serta bahan yang mudah menular dan prosedur yang harus dilakukan untuk bekerja di dalam laboratorium Keamanan Biologi (Biosafety) tingkat 1, 2, 3 dan 4. Informasi mengenai pelatihan staf juga disertakan bersama penjelasan rinci tentang praktek kerja, peralatan pengamanan dan desain fasilitas laboratorium. Peneliti utama atau penyelia bertanggung jawab terhadap kondisi laboratorium yang aman, serta mengidentifikasi risiko atau bahaya yang berhubungan dengan riset dan aplikasi prosedur keamanan yang dijalankan. Langkah-langkah untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman adalah dengan mendatangkan biosafety expert untuk melakukan penilaian laboratorium dalam rangka akreditasi laboratorium: 1. Membuat proposal ke Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di Jakarta 2. Kedutaan Besar AS mencarikan ahlinya dari ABI (Assosiasi Biorisiko Indonesia) 3. Dana untuk akomodasi expert/ahli dan honor (semua) dari Kedutaan Besar AS

Fasilitas Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah bahan yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya. Definisi limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia. Pengaturan pengelolaan limbah B3 bertujuan untuk mencegah dan/atau mengurangi risiko dampak B3 terhadap lingkungan hidup, kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya. Dasar hukum pengelolaan limbah B3 yang dikeluarkan dari kegiatan di UPT Laboratorium Terpadu Undip adalah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun. Secara umum, pengelolaan limbah B3 meliputi: kegiatan pengumpulan, pengangkutan, pemanfatan, pengolahan dan penimbunan. Kegiatan pengelolaan yang akan dilakukan di UPT Laboratorium Terpadu adalah hanya pengumpulan limbah B3 saja, sedangkan kegiatan-kegiatan pengelolaan lainnya seperti pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan penimbunan akan diserahkan kepada agen pengolah limbah B3 yang ditunjuk. Berdasarkan perkiraan, jumlah limbah B3 yang dikeluarkan dari UPT Laboratorium Terpadu tidak terlalu besar (kurang dari 1 m 3 per hari). UPT Laboratorium Terpadu akan membuat Unit Pengumpulan Limbah B3 (limbah cair dan limbah padat) yang berasal dari masing-masing laboratorium. Unit Pengumpulan Limbah B3 di UPT Laboratorium Terpadu ini krusial untuk dibangun yang terpisah dari bangunan utama gedung tersebut. Unit ini pun penting untuk dibangun jika laboratorium yang ada ingin diakreditasi, baik akreditasi nasional maupun internasional. Unit Penampungan Limbah ini akan dibangun untuk memenuhi komitmen ramah lingkungan terhadap semua aktifitas di UPT Laboratorium Terpadu. Masing-masing unit laboratorium di UPT Laboratorium diwajibkan mengumpulkan limbah cair B3-nya ke dalam jerigen atau container yang berlabel khusus. Kemudian limbah tersebut harus ditempatkan di Unit Pengumpulan Limbah B3 yang berlokasi di sekitar gedung UPT Laboratorium Terpadu. Bekas sampel cair yang termasuk ke dalam limbah B3 juga harus

ditangani seperti hal tersebut. Khusus untuk limbah padat B3, masing-masing unit laboratorium harus mengumpulkan limbah padat B3 tersebut dalam wadah berlabel khusus yang kemudian dikumpulkan di Unit Pengumpulan Limbah B3. Setelah semua limbah B3 dikumpulkan dan mencapai jumlah tertentu, maka UPT Laboratorium Terpadu akan menghubungi Agen Pengolah Limbah B3 untuk mengambil dan mengolah limbah B3 tersebut dengan sejumlah biaya yang disepakati yang harus dibayar oleh Undip. Kegiatan pengumpulan limbah B3 di UPT Laboratorium Terpadu harus mendapatkan perizinan dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) dan setiap aktivitas tahapan pengumpulan limbah B3 harus dilaporkan ke yang bertanggung jawab dan instansi yang berwenang (KLH) secara berkala sekurang-kurangnya setiap 6 (enam) bulan dan ditembuskan ke Bapedalda setempat. Berkaitan dengan penanganan/pengumpulan limbah B3 yang akan dihasilkan, maka UPT Laboratorium Terpadu akan membuat Lembar Data Keselamatan Bahan (Material Safety Data Sheet) sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun. Sesuai dengan peraturan pemerintah tersebut, UPT Laboratorium Terpadu akan mengizinkan pengawas untuk memasuki lokasi kerja dan membantu terlaksananya tugas pengawasan, mengizinkan pengawas untuk mengambil contoh B3, memberikan keterangan dengan benar baik lisan maupun tertulis, dan mengizinkan pengawas untuk melakukan pemotretan di lokasi kerja dan/atau mengambil gambar. Di samping hal-hal di atas (limbah cair dan limbah padat B3), setiap unit laboratorium harus dilengkapi dengan fasilitas lemari asam. Lemari asam ini harus dipastikan dapat berfungsi dengan baik terutama blower-nya. Gedung UPT Laboratorium Terpadu juga harus menyediakan sebuah ruangan khusus untuk menyimpan semua stok bahan kimia dan gas, yaitu Unit Penyimpanan Bahan Kimia.