ABSTRAK. Kata Kunci : Keselamatan Keselamatan Kerja, Job safety analysis (JSA), Hazard Identification, Risk Assessment And Risk Control (HIRARC)

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN HIRARC (STUDI KASUS PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA UNIT SEMARANG)

ANALISIS RESIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA INSTALASI LAUNDRY

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

Perbaikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dengan Metode HIRARC di PT. Sumber Rubberindo Jaya

Seminar Nasional Riset Terapan 2015 SENASSET 2015 ISBN: Serang, 12 Desember 2015

HIRA DAN JSA HAZARD IDENTIFICATION, RISK ASSESSMENT AND DITERMINATION CONTROL (HIRAC) DAN JOB SAFETY ANALYSIS (JSA)

Identifikasi Potensi Bahaya Akibat Pencahayaan Dengan Pendekatan HIRA (Hazard Identification And Risk Assessment)

BAB IV HASIL PENELITIAN

Perancangan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Berdasarkan OHSAS Di PT X (Studi Kasus : Produksi Teh)

PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS)

Analisis Budaya Kerja UKM Industri Bambu di Cebongan Sleman Yogyakarta

Identifikasi Penilaian Aktivitas Pengelasan Pada Bengkel Umum Unit 1-4 Dengan Pendekatan Job Safety Analysis di PT.Indonesia Power UBP Suralaya

Analisis Risiko Pekerjaan Pemindahan Barang Dengan Forklift Menggunakan Metode HIRARC Dan Penentuan Risk Ranking Menggunakan Fuzzy Logic Control

MODUL SIB 01 : KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

SL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah

ANALISA RISIKO K3 DENGAN PENDEKATAN HAZARD AND OPERABILITY STUDY (HAZOP)

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI PT X LAMPUNG TENGAH

MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PEKERJA PADA BAGIAN PRODUKSI PENGOLAHAN KAYU DENGAN METODE JSA (JOB SAFETY ANALYSIS)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

UNIVERSITAS INDONESIA PENILAIAN RISIKO KESELAMATAN KERJA PADA PENGELASAN LOGAM DI BENGKEL LAS LOGAM SIKEMBAR SUKMAJAYA DEPOK DESEMBER 2012

BAB I PENDAHULUAN. tepat akan dapat merugikan manusia itu sendiri. Penggunaan Teknologi

BAB 1 : PENDAHULUAN. berskala besar, menengah ataupun kecil. Hal ini berpengaruh terhadap ketatnya

Seminar Nasional IENACO ISSN: PENILAIAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC DI PT. X PASURUAN JAWA TIMUR

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

ANALISIS TINGKAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT. BISMA KONINDO DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS

MEMPELAJARI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PROSES PRODUKSI METAL STAMPING PART

Abstrak. Kata kunci : HAZOP, perangkingan, risk assessment

PENILAIAN RISIKO KESELAMATAN PADA PEKERJAAN BLANK MATERIAL PADA PROSES PEMBUATAN BRACKET 54P DI PT SAKURA JAVA INDONESIA TAHUN 2013

PT. SAAG Utama PROSEDUR IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN DAN PENGENDALIAN RISIKO No: PK.HSE.01 Berlaku : Revisi : 00 Hal.

Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control dan Pemilihan Solusi Alternatif Menggunakan Benefit Cost Analysis

PEMBELAJARAN V ALAT PELINDUNG DIRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses

Tabel I.1 Data Kecelakaan Kerja di Rumah Batik Komar. (Sumber : Rumah Batik Komar) Kecelakaan kerja Dampak Frekuensi

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG

BAB III METODE PENELITIAN

PROSEDUR STANDAR OPERASIONAL (SOP) IDENTIFIKASI, PENILAIAN DAN PENGENDALIAN BAHAYA RESIKO. No. Dokumen: CTH-HSE.02-SOP-01

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RESIKO DAN TINDAKAN PENGENDALIAN

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

ANALISIS PENGENDALIAN RESIKO DAN K3 DI DEPARTEMEN BAG MAKING MENGGUNAKAN FMEA (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS) PADA PT SUPERNOVA FLEXIBLE PACKAGING

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran

Keywords: HIRARC, risk control.

Definisi dan Tujuan keselamatan kerja

Identifikasi Bahaya Pada Pekerjaan Maintenance Kapal Menggunakan Metode HIRARC dan FTA Dengan Pendekatan Fuzzy

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikeluarkan oleh pohon karet. Lateks terdapat pada bagian kulit, daun dan biji

Peralatan Perlindungan Pekerja

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat,

Nama : Esa Rahmanda Hardianto NPM : Pembimbing : Rossi Septy Wahyuni, ST.,MT.

Created by: Esa Rahmanda H Click to edit Master title style

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

MEMPELAJARI PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT KOMATSU INDONESIA

Dian Palupi Restuputri, Eriko, Andri Sulaksmi Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Malang, Malang

BEBERAPA KESALAHAN UMUM WAKTU MEMBUAT JSA OLEH PENGAWAS SERTA BAGAIMANA SEHARUSNYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Upaya Pencapaian Zero Accident di PT. Sari Mas Permai

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. identifikasi kebutuhan dan syarat APD didapatkan bahwa instalasi laundry

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi

USULAN PERBAIKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BERDASARKAN METODE SWIFT PADA PT KRAKATAU STEEL DIVISI WIRE ROD MILL

Perumusan Masalah : Tujuan Batasan dan Asumsi LANDASAN TEORI Pengertian Risiko Pengendalian Risiko

Alat Pelindung Diri Kuliah 8

Analisa dan Estimasi Penurunan Risiko dengan Job Safety Analysis pada Departemen Warehouse

Evaluasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja dengan Metode HIRARC pada PT. Charoen Pokphand Indonesia

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG

Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN. Responden yang saya hormati,

KECELAKAAN TAMBANG. Oleh : Rochsyid Anggara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Risk Analysis : Severity & Likelihood

BAB V PEMBAHASAN. TM PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Madiun telah diperoleh

ANALISIS KESELAMATAN KERJA (JOB SAFETY ANALYSIS)/PROSEDUR JSA

ANALISIS KECELAKAAN DAN KESEHATAN KERJA DAN UPAYA PENCEGAHANNYA DI PT. XYZ SURABAYA DENGAN PENDEKATAN RISK ASSESMENT SKRIPSI.

Riandi Fauzan *), Nia Budi Puspitasari. Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro,

Seminar Nasional Maritim, Sains, dan Teknologi Terapan 2016 Vol. 01 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, 21 November 2016 ISSN:

PERANCANGAN STANDARD OPERATING PROCEDURE

BAB VII PEMBAHASAN. 7.1 Prosedur Kerja perusahaan dan prosedur kerja yang diterapkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Rancangan Sistem Keselamatan Kerja Stasiun Kerja Induksi Fumace berdasarkan Metode SWIFT (The Structured What-If Analysis)

BAB 1 PENDAHULUAN. penting seperti derasnya arus mobilisasi penduduk dari desa ke kota maupun


PERANCANGAN PENGENDALIAN K3 BERDASARKAN HASIL HIRARC

BAB I PENDAHULUAN. jenis material baik untuk konstruksi utama maupun untuk accessories tambahan

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

PERALATAN PERLINDUNGAN DIRI

TEKNIK IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENGENDALIAN RESIKO PADA PANGGUNG GAS OKSIGEN PT ANEKA GAS INDUSTRI V

PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik.

BAB 1. PENDAHULUAN. lainnya. 2 Divisi Poultry Breeder Charoen Pokphand Indonesia, menyebutkan data

PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam kegiatan perusahaan. dari potensi bahaya yang dihadapinya (Shiddiq, dkk, 2013).

ABSTRAK. Kata kunci: analisa moda dan efek kegagalan, pakan ternak, pengendalian kualitas, mix up

RISK ASSESSMENT K3 PADA PROSES PENGOPERASIAN SCAFFOLDING PADA PROYEK APARTEMEN PT. X DI SURABAYA

INTEGRASI METODE FMEA DAN TOPSIS UNTUK MENGANALISIS RISIKO KECELAKAAN PADA PROSES FRAME AND FORK WELDING

SL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER

Informed Consent. Pesetujuan menjadi Responden

Transkripsi:

Analisis Identifikasi Bahaya Kecelakaan Kerja Menggunakan Job Safety Analysis (JSA) Dengan Pendekatan Hazard Identification, Risk Assessment And Risk Control (HIRARC) di PT. Charoen Pokphand Indonesia- Semarang Pandu Martino, Dyah Ika Rinawati, Rani Rumita. Program Studi Teknik Industri, Universitas Diponegoro Jl. Prof.H.Sudarto,SH Tembalang, Semarang 52725 Email: martinopandu@gmail.com ABSTRAK PT. Charoen Pokphand Indonesia dalam proses produksi memiliki berbagai macam potensial keselamatan dan kesehatan. Dari tahun 2013-2010 terdapat 25 kasus kecelakaan yang dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis berdasakan dampak keparahan kecelakaan yaitu terdapat 12 kasus kecelakaan ringan, 11 kasus kecelakaan sedang dan 2 kasus kecelakaan berat. Hal ini dapat terjadi karena perusahaan tersebut belum mampu mendeteksi semua potensi kecelakaan yang ada dalam perusahaan. Dalam mendeteksi semua potensi kecelakaan perlu adanya identifikasi Job safety analysis (JSA) teknik ini bermanfaat untuk menidentifikasi dan menganalisa dalam suatu pean. Penilaian risiko menggunakan metede semi kuantitatif dengan menggunakan risk matrik yang menyatakan level risiko yang dimiliki setiap langkah pean meliputi level sangat tinggi, tinggi, sedang, dan ringa. Pada risiko sangat tinggi ditemukan 1 potensi yaitu risiko tabrakan baik dengan orang, objek atau pun benda maupun kendaraan dalam pengoprasian forklift, untuk risiko tinggi ditemukan 7 potensi yaitu risiko menghirup debu material, kebisingan, mata terkena material halus, terbakar saat pengelasan, tergores peralatan yang tajam, material mudah terbakar dan luka akibat terjepit pallet. Sedangkan, untuk pengendalian risiko menggunakan eliminasi,substitusi, pengendalian teknis, pengendalian administratif dan APD. Kata Kunci : Keselamatan Keselamatan Kerja, Job safety analysis (JSA), Hazard Identification, Risk Assessment And Risk Control (HIRARC)

PENDAHULUAN Penerapan teknologi maju di dalam proses produksi sampai saat ini telah semakin intensif, sehingga efek samping yang berupa faktor fisik yang ditimbulkan juga semakin beraneka ragam diantaranya suhu ekstrim, kebisingan, getaran, radiasi, penerangan di tempat serta tekanan udara ekstrim. Untuk mengontrol - kesehatan dan - keselamatan maka harus ada manajemen kesehatan dan keselamatan untuk mengurangi potensi yang akan diterima oleh pe. Dari data kecelakaan selama 2013-2010 yang didapatkan PT Charoen Pokphand Indonesia semarang, terdapat 25 kasus kecelakaan yang dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis berdasakan dampak keparahan kecelakaan. Pertama terdapat 12 kasus kecelakan ringan yang terjadi di perusahaan tersebut, yang tergolong dari kasus kecelakaan ringan ini adalah kecelakaan yang dampak luka yang diderita pe dapat diatasi dengan peralatan P3K yang tersedia di ruangan SHE (safety health environment). Selanjutnya, terdapat 11 kasus kecelakan sedang yang terjadi di perusahaan tersebut. Kecelakan sedang merupakan kecelakan yang dampak dari luka yang diderita tidak dapat ditangani P3K tetapi memerlukan tindakan lanjutan dari penanganan medis. Terakhir adalah kecelakaan berat dimana klasifikasi dampak kecelakaan yang dialami pe adalah memiliki luka yang mengakibatkan korban mengalami luka serius yang tidak dapat be dalam jangka waktu yang lama sampai pada tingkat kematian. Disini perusahaan mengalami 2 kasus kecelakaan berat. Selama ini perusahaan sudah berusaha dalam mengatasi kecelakaan yang terjadi diperusahaan tersebut yaitu dengan mendirikan SHE (safety health environment). Adapun kegiatan yang sudah dijalankan pada depertemen ini seperti sudah melakukan pemeriksaan kesehatan internal satu bulan sekali, pengecekan kebisingan pada peride tiga bulan sekali, penyedian alat keselamatan seperti: helm, masker, ear plug, kacamata safety dan sarung tangan. Perusahaan tersebut sudah memiliki sistem manajemen K3, tetapi masih terdapat angka kecelakaan yang terjadi diperusahaan tersebut. Kecelakaan yang terjadi tentu memberi dampak bagi perusahaan yang dapat dikategorikan atas kerugian langsung dan tidak langsung. Kerugian langsung misalnya cidera pada tenaga. Cidera ini akan mengakibatkan tidak mampunya menjalankan tugasnya dengan baik sehingga mempengaruhi produktifitasnya. Kerugian tidak langsung adalah kerugian yang tidak terlihat seperti, jika terjadi kecelakaan, kegiatan pasti akan terhenti sementara waktu untuk membantu korban yang cidera, penanggulangan kejadian, perbaikan kerusakaan atau penyelidikan kejadian. Hal ini bisa terjadi karena sistem manejemen K3 tersebut belum terintegrasi dan tidak berbasis manajemen risiko sehingga penerapan manajemen risiko tidak berjalan dengan efektif. Perusahaan tersebut belum melakukan identifikasi, penilaian dan pengendalian risiko dengan baik dan komprehensif sehingga belum mampu mendeteksi semua potensi dan isu K3 yang ada dalam perusahaan. Dalam mendeteksi semua potensi kecelakaan perlu adanya identifikasi dalam setiap aktivitas proses produksi di perusahaan tersebut Untuk mengidentifikasi menggunakan metode Job safety analysis (JSA) teknik ini bermanfaat untuk mengidentifikasi dan menganalisa dalam suatu pean. Menurut Jafari (2014) Job Safety Analysis adalah suatu studi yang sistematis suatu pean yang seharusnya untuk mengidentifikasi potensi, evaluasi bobot risiko, dan metode kontrol untuk mengatur risiko yang dikenali. Menurut Dumitran dan Onutu (2010) risiko adalah kemungkinan dari dampak merugikan yang terjadi pada waktu periode tertentu dan keduanya setiap kali bersifat sama. Untuk meminimalisasi potensi yang ada maka diperlukan identifikasi, penilaian dan pengendalian risiko (HIRARC-Hazard Identifikacion, Risk Assessment, Dan Risk Control) sebagai salah satu langkah dalam

manajemen risiko. Oleh karena itu perlu dilakukannya penelitian tentang managemen risiko keselamatan dan kesehatan pada area Produksi di PT. Charoen Pokphand Indonesia dengan tujuan akhir penelitian yaitu untuk memperoleh identifikasi serta dapat menilai risiko untuk selanjutnya dilakukan pengendalian risiko. METODE PENELITIAN Metodelogi penelitian merupakan tahapan-tahapan penelitian yang harus ditetapkan lebih dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah sehingga penelitian dapat dilakukan dengan terarah, terencana, sistematis, dan memudahkan dalam menganalisis permasalahan yang ada. Langkah-langkah dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut ini. Mulai A MANAJEMEN RISIKO Hazard Identifikasi Mengidentifikasi setiap dari langkah-langkah pean dengan menggunakan metode JSA (Job Safety Analysis) Risk Assessment Analisis risiko untuk menentukan besarnya suatu risiko yang dicerminkan dari kemungkinan dan keparan yang ditimbulkan. Evaluasi risiko untuk menentukan apakah risiko tersebut diterima atau tidak dan menentukan perioritas dengan menggunakan risk matrix Studi lapangan -Observasi Awal -Wawancara -Data kecelakaan Identifikasi Masalah Studi Literatul Risk Control Menentukan pengendalian risiko dengan tindakan pencegahan yang tepat ANALISIS Rumusan Masalah KESIMPULAN dan SARAN Penetapan Tujuan Penelitian SELESAI Penetapan Batasan Masalah A Gambar 1 Metodologi Penelitian Penelitian ini meliputi kesehatan keselamatan serta manajemen risiko yang terbagi dalam 3 bagian yaitu Hazard Identification, Risk Assessment, Risk Control yang dikenal dengan HIRARC. Pada tahap identifikasi dapat diketahui dengan berbagai sumber antara lain dari peristiwa kecelakaan yang pernah terjadi, pemeriksaan

ketempat dan melakukan wawancara dengan pe dilokasi. Identifikasi menggunakan Job Safety Analysis (JSA) yang bermanfaat untuk mengidentifikasi dan menganalisa dalam suatu pean. Ada beberapa tahapan dalam pelaksanaan Job Safety Analysis menurut Jaiswal et al.,(2014) dapat dilihat sebagi berikut. - Pilih pean yang akan di identifikasi potensi nya. - Bagi pean menjadi kedalam beberpa kegiatan. - Identifikasi potensi dari beberapa kegiatan tersebut. - Menentukan kendali untuk potensi. Evaluasi kendali Pada penilaian risiko terdapat dua tahapan yaitu analisa risiko dan evaluasi risiko. Analisa risiko adalah untuk menentukan besarnya suatu risiko yang merupakan kombinasi antara kemungkinan terjadinya (kemungkinan atau likelihood) dan keparahan bila risiko tersebut terjadi (severity (S) atau consequences (L)). Tabel tingkat keparahan dan tingkat kepetingan dapat dilihat tabel berukut. Tabel 1 Skala Ukur keparahan Secara semi Kuantitatif Level Deskripsi Definisi 1 Insignifica nt/negligib le Jika tidak ada dampak yang diakibatkan sangat kecil bagi manusia, proses produksi, property atau menyebabkan perawatan fisik setidaknya dalam 15 menit. 2 Minor Jika terjadi luka kecil tetapi cukup hanya dirawat oleh tim P3K dan / menyebabkan satu hari hilang atau kurang. 3 Moderate Jika terjadi cedera sedang, perlu penanganan medis, menyebabkan sedikitnya dua hari hilang atau kurang, 4 Major Jika terjadi luka berat dan membutuhkan perawatan dirumah sakit dan atau menyebabkan hari hilang lebih dari dua hari. 5 Catasthrop ic Jika dampak yang terjadi mengakibatkan kecacatan permanen atau parsial atau bahkan kematian, Sumber: Risk Management AS/NZS 4360 Tabel 2. Skala Ukur kemungkinan Secara semi Kuantitatif Nilai Tingkat Keterangan Likelihood 5 Almost Kecelakaan terjadi sebulan sekali 4 Likely Kecelakaan terjad 2-10 bulan sekali 3 Possible Kecelakaan dengan rentan 1-2 tahun sekali 2 Unlikely Kecelakaan terjadi dengan rentang waktu 2-5 tahun sekali 1 Rare certain Kecelakaan terjadi dalam 5 tahun sekali Sumber: Risk Management AS/NZS 4360 Pembobotan nilai dari tingkat keparahan dan tingkat keseringan diambil berdasarkan wawancara dan kuisioner dengan pe berpengalaman yang ber di lokasi. Dari hasil tersebut selanjutnya dikembangkan matrik atau peringkat risiko yang mengkombinasikan antara kemungkinan dan keparahannya. Menurut Pickering dan Cowley (2010) risk matrix memberikan bentuk untuk apa yang dibutuhkan dalam menampilkan dua hubungan variabel antara likelihood dan consequence dimana keduanya memiliki hubungan dengan risiko. Dapat diliahat pada tabel berikut ini. Tabel 3 Risk Matrik Peringkat Risiko Menurut Standar AS/NZS 4360 Frekuensi risiko Dampak Risiko 1 2 3 4 5 5 H H E E E 4 M H H E E 3 L M H E E 2 L L M H E 1 L L M H H Sumber : Risk Management AS/NZS 4360 Tahapan berikutnya setelah melakukan analisa risiko adalah melakukan evaluasi risiko. Evaluasi risiko adalah untuk menilai apakah risiko tersebut dapat diterima

atau tidak, dengan membandingkan terhadap standar yang berlaku, atau kemampuan organisasi untuk menghadapi suatu risiko. Semua risiko yang telah diidentifikasi dan dinilai tersebut harus dikendalikan, khususnya jika risiko tersebut dinilai memiliki dampak signifikan atau tidak dapat diterima. PEMBAHASAN Secara umum tahapan proses produksi pakan ternak di PT Charoen Pokphand dibagi menjadi tujuh yaitu tahapan di area gudang, tahapan di area silo, tahapan di area intake, tahapan diarea milling, tahapan di area mixing, tahapan di area pelleting dan tahapan diarea packing. Di area gudang terdapat proses penyimpanan yang bertujuan menjaga kondisi bahan agar bahan baku tersebut masih dalam kondisi yang baik saat digunakan pada proses produksi nantinya. Pada area ini potensi dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4 Analisa Risiko Di Area Gudang PT. CPI No. Area Potensi 1 B1 Kejatuhan material bag. 2 B2 Tergores peralatan yang tajam. 3 B3 Menghirup debu 4 B4 Luka akibat terjepit pallet. 5 B5 Warehouse Terjatuh dari ketinggian. 6 B6 Material mudah terbakar. 7 B7 Tabrakan baik dengan orang, objek atau pun benda maupun kendaraan dalam pengoprasian 8 B8 Terjatuh ketika membawa penumpang untuk kendaraan 1 5 H 3 3 H 2 1 L 5 1 H 4 3 E Silo merupakan gudang penyimpanan berbentuk silindris besar yang biasanya di gunakan untuk menyimpan bahan baku dasar yaitu jagung. Pada area ini potensi dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 5 Analisa Risiko Di Area Silo PT CPI No. Area Potensi 1 B3 Menghirup debu 2 B2 Silo Tergores peralatan yang tajam. 3 B6 Material terbakar. 4 B1 Kejatuhan 5 B9 Terpeleset lantai licin. 6 B10 Tersetrum 7 B11 luka akibat terbentur mesin. 8 B12 Maintenance Terkena benda panas. 9 B5 Terjatuh dari ketinggian. 1 5 H 2 4 H 5 1 H 3 1 M Proses intake adalah proses penuangan atau pengisian bahan baku yang merupakan tahapan awal dari proses produksi yang akan berlangsung. Pada area intake diketahui bahwa potensi dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 6 Analisa Risiko Di Area Intake PT CPI No. Area Potensi 1 B3 Menghirup debu 2 B2 Intake Tergores peralatan yang tajam. 3 B9 Terpeleset lantai licin. 4 B10 Tersetrum 5 B29 Mata terkena material halus. 6 B7 Tabrakan baik dengan orang, objek atau pun benda 1 5 H 2 4 H 3 1 M 2 4 H 4 3 E

No. Area Potensi maupun kendaraan dalam pengoprasian 7 B8 Terjatuh ketika membawa penumpang untuk kendaraan 8 B13 Terjepit chain. 9 B14 Maintenance Terjepit elevator. 10 B15 Kejatuhan benda. 11 B5 Terjatuh dari ketinggian. 2 1 L 3 1 M Proses milling Pada dasarnya merupakan proses pengecilan ukuran bahan baku yang akan digunakan sehingga volumenya sesuai dengan ketentuan yang diinginkan. Pada area mesin hammermill didapatkan potensi yang dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 7 Analisa Risiko Di Area Mesin Hammermill PT CPI No. Area Potensi 1 B3 Menghirup debu 1 5 H 2 B16 Kebisingan. 1 5 H 3 B10 Hammerm Tersetrum 3 1 M ill 4 B9 Terpeleset lantai licin. 5 B17 Terluka akibat mesin berputar. 6 B19 Terjepit clam. 7 B15 Maintena Kejatuhan nce benda. 8 B20 Terkena panas api saat pengelasan. 9 B21 Terkena percikan api las. 10 B22 Terbakar saat pengelasan. 5 1 H Proses mixing merupakan proses pencampuran bahan baku dan merupakan operasi yang paling penting dalam proses produksi pakan ternak di PT CPI. Pada di area mesin mixing didapatkan potensi yang dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 8 Analisa Risiko Di Area Mesin Mixing PT CPI No. Area Potensi 1 B3 Menghirup debu 1 5 H 2 B16 Mixing Kebisingan. 1 5 H 3 B1 Kejatuhan 4 B10 Tersetrum 3 1 M 5 B9 Terpeleset lantai licin. 6 B23 Terkena cairan CPO. 7 B24 Terjepit pintu mixing. 8 B25 Maintenance Terjepit pintu slide. 9 B26 Kekurangan oksigen ketika didalam mesin mixing. 10 B27 Terbentur bagian mesin. 1 3 L Proses pelleting ini adalah proses untuk membentuk bahan yang dihasilkan dari mixer dari bentuk serbuk menjadi bentuk padat seperti silindris kecil. Pada area mesin pellet didapatkan potensi yang dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 9 Analisa Risiko Di Area Mesin Pellet PT CPI No. Area Potensi 1 B3 Menghirup 1 5 H debu 2 B16 Pellet Kebisingan. 1 5 H 3 B28 Terbentur pipa Stem. 4 B17 Tergores dari mesin yang berputar. 5 B9 Terpeleset lantai licin. 6 B29 Mata terkena 2 4 H material halus. 7 B30 Terjepit die. 8 B15 Kejatuhan benda.

No. Area Potensi 9 B12 Maintenanc Terkena benda e panas. 10 B21 Terkena percikan api saat pengelasan. 11 B10 Tersetrum 3 1 M 12 B20 Terkena panas api. 13 B22 Terbakar. 4 2 H Pada tahapan akhir proses produksi yang dilakukan adalah proses packing. Pada area pengemasan ditemukan potensi sebagai berikut pada tabel dibawah ini Tabel 10 Analisa Risiko Di Area Packing PT CPI No. Area Potensi 1 B3 Menghirup 1 5 H debu 2 B16 Packing Kebisingan. 1 5 H 3 B31 Jari terjepit mesin. 4 B9 Terpeleset terjatuh. Evaluasi risiko adalah untuk menilai apakah risiko tersebut dapat diterima atau tidak, dengan membandingkan terhadap standar yang berlaku, atau kemampuan organisasi untuk menghadapi suatu risiko. Pada tahapan ini potensi yang perlu dilakukan tindakan pengendalian adalah yang berada pada area merah dan oranye. Potensi yang perlu dilakukan pengendalian dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 11 Evaluasi Risiko No. Potensi Risiko 1 B7 Tabrakan baik dengan orang, objek atau pun benda maupun kendaraan dalam pengoprasian E 1 B3 Menghirup debu H 2 B16 Kebisingan. H 3 B29 Mata terkena material halus. H 4 B22 Terbakar saat pengelasan. H 5 B2 Tergores peralatan yang tajam. H 6 B6 Material mudah terbakar. H 7 B4 Luka akibat terjepit pallet. H PENGENDALIAN. tabrakan baik dengan orang, objek ataupun benda maupun kendaraan dalam pengoperasian forklift tidak dapat dilakukan dengan menggunakan eliminasi dan pengendalian substitusi karena dapat mempengaruhi efisiensi dalam kegiatan material hendling. Pengendalian rekayasa engineering juga tidak dapat dilakukan. Pengendalian administrasi dalam tahapan ini menggunakan prosedur atau panduan sebagai langkah mengurangi risiko. Penggunaan APD ini disarankan bersamaan dengan penggunaan alat pengendalian lainya pengendalian APD yang digunakan dalam pengoperasian mesin forklift adalah penggunaan helm, sarung tangan dan sepatu keamanan dianjurkan untuk digunakan dalam mengurangi risiko cidera ketika pe menjalankan mesin Dengan demikian perlindungan keamanan dan kesehatan personel akan lebih efektif. menghirup debu tidak dapat dilakukan dengan menggunakan eliminasi dan pengendalian substitusi karena dapat mempengaruhi efisiensi dalam kegiatan proses produksi. Pengendalian rekayasa engineering juga tidak dapat dilakukan. Pengendalian administrasi yang dapat dilakukan pada potensi menghirup debu ini adalah memberikan pelatihan dan pendidikan dan dampak menghirup debu, dimaksudkan agar pe lebih dini mengetahui faktor yang ada serta mengubah kebiasan buruk menjadi baik dan hal ini ditekan pada sikap mental pe. Alat pelindung diri dapat dilakukan untuk mencegah paparan pada pe. Penggunaan APD pada potensi menghirup debu ini pe disarankan menggunakan masker ketika be. kebisingan tidak dapat dilakukan dengan menggunakan pengendalian eliminasi, pengendalian substitusi dan rekayasa engineering karena dapat mempengaruhi dan mengganggu proses produksi. Pengendalian secara administratif merupakan prosedur yang bertujuan untuk mengurangi waktu

paparan pe terhadap bising, denga merotasi dan menyusun jadwal berdasarkan perhitungan dosis paparan sesuai nilai ambang batas serta pemeriksaan kesehatan awal, berkala maupun pemeriksaan kesehatan secara khusus. Jika pengendalian administratif tidak dapat dilakukan maka Pemakaian APD berupa ear plug wajib dipakai para tenaga yang berada pada area yang mempunyai intensitas kebisingan tinggi. mata terkena material tidak dapat dilakukan dengan menggunakan pengendalian eliminasi, pengendalian substitusi dan rekayasa engineering karena dapat mempengaruhi dan mengganggu proses produksi. Pengendalian administrasi yang dapat dilakukan adalah memberikan pelatihan dan pendidikan dan dampak iritasi pada mata, dimaksudkan agar pe lebih dini mengetahui faktor yang ada serta mengubah kebiasan buruk menjadi baik dan hal ini ditekan pada sikap mental pe. APD berfungsi untuk mengurangi tingkat keparahan risiko suatu terhadap manusia. APD yang dapat digunakan berdasarkan risiko mata kemasukan debu atau material partikel-partikel yang melayang diudara disarankan menggunakan alat pelindung mata atau kaca mata pengaman. terbakar saat pengelasan tidak dapat dilakukan dengan menggunakan pengendalian eliminasi, pengendalian substitusi dan rekayasa engineering karena dapat mempengaruhi dan mengganggu proses produksi. Pengendalian administrasi dapat dilakukan dalam tahapan ini menggunakan pengendalian dengan prosedur. Pengendalian risiko dengan menggunakan APD yang digunakan untuk mencegah paparan pada pe adalah dengan menggunakan perlangkapan sebagai berikut welding helmet, apron, sarung tangan las, kacamata safety, pemadam api / APAR, fire blanket. tergores peralatan yang tajam tidak dapat dilakukan dengan menggunakan eliminasi. Untuk pengendalian substitusi tidak ada tidak dapat diterapkan hal ini dikarenakan akan merubah fungsi benda tersebut. Rekayasa engineering dilakukan dengan mengubah peralatan perkakas tangan yang aman dan nyaman untuk digunakan. Pengendalian administrasi yang dapat dilakukan memberikan pelatihan dan pendidikan dan dampak penggunaan perkakas tersebut, dimaksudkan agar pe lebih dini mengetahui faktor yang ada serta mengubah kebiasan buruk menjadi baik dan hal ini ditekan pada sikap mental pe. APD dapat dilakukan untuk mencegah paparan pada pe. Penggunaan APD pada potensi tergores perlatan tajam ini, pe disarankan menggunakan sarung tangan dan sepatu safety untuk terhindar dari luka gores pada alat pada tangan dan kaki ketika ber. kebakaran dapat dilakukan dengan Pengendalian administrasi dalam tahapan ini menggunakan prosedur atau panduan sebagai langkah mengurangi risiko. Potensi luka akibat terjepit pallet ini Pengendalian risiko eliminasi tindakan pengendalian dengan cara menghilangkan peralatan yang dapat menimbulkan. Pada pengendalian ini dapat dilakukan dengan tidak diizinkan menggunakan perkakas gancu untuk memindah pallet karena gancu bukan alat yang digunakan sebagai alat bantu untuk mengangkat, menurunkan maupun memindahkan benda-benda yang berat. Jika masih terdapat pe yang masih melakukan aktivitas tersebut maka perlu diberikan sanksi berupa teguran secara lisan. Pengendalian risiko dengan substitusi dilakukan dengan melakukan kurangi penanganan barang atau material secara manual khususnya memindahkan benda-benda berat dengan cara memanfaatkan alat-alat bantu seperti forklift atau penggunaan alat katrol jika ada. Penggunaan APD yang direkomendasi untuk potensi terjepit ini adalah penggunan sarung tangan dengan jenis bahan sarung tangan mengunakan kulit yang dilapisi dengan logam kromium.

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di area produksi pakan ternak PT Charoen Pokphand Indonesia, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Risiko-risiko yang ditemukan pada tujuh area yang dianalisis dengan menggunakan form job safety analysis (JSA) 2. Dari matriks risiko yang mengkombinasikan antara kemungkinan dan keparahan diketahui bahwa terdapat 8 potensi yaitu risiko tabrakan baik dengan orang, objek atau pun benda maupun kendaraan dalam pengoprasian forklift, risiko menghirup debu material, kebisingan, mata terkena material halus, terbakar saat pengelasan, tergores peralatan yang tajam, material mudah terbakar dan luka akibat terjepit pallet sehingga perlu dilakukan tindakan perbaikan. 3. Pengendalian risiko dapat dilakukan pengendalian administrasi yaitu dengan memberikan prosedur dan cheklist serta perlunya pengendalian APD dalam tindakan pencegahan Pollution. Carpathian Journal of Earth and Environmental Sciences, 5, 1, 83-92 Jafari Hassan. 2014. Evaluation of Occupational Hazards of Quay Side Crane Operator Using Job Safety Analysis. American Journal of Marine Science, 2, 2, 33-37 Jaiswal V., Banodha V., & Patel P. 2014. Risk Assessment in Maintenance Work at Diesel Locomotive Workshop. International Journal on Emerging Technologies 5(1): 59-63 Pickering A. and Cowley S. P. 2010. Risk Matrices: implied accuracy and false assumptions. Journal of health & safety research & practice, volume 2 issue 1. SARAN 1. Sebaiknya lebih ditingkatkan tentang awareness pengguna alat pelindung diri untuk tenaga. 2. Perlu diadakan peletakan kotak alat pelindung diri yang berada diluar ruangan dan didalam ruangan agar memudahkan tenaga dalam mengambil alat pelindung diri. 3. Penempatan pe yang berkompetensi pada bidang pean yang memiliki potensi risiko tinggi dan memastikan bahwa pe mampu dan mengetahui pean yang mereka lakukan. Daftar Pustaska Australian Standard / New Zealand Standard 4360 : 2004. Risk Management Guidelines.Sydney. Dumitran C. & Onutu I. 2010. Environmental Risk Analysis for Crude Oil Soil