BUDIDAYA JELUTUNG RAWA (Dyera lowii Hook.F)

dokumen-dokumen yang mirip
Teknologi rehabilitasi hutan rawa gambut terdegradasi

TEKNIK REHABILITASI (REVEGETASI) LAHAN GAMBUT TERDEGRADASI Sumbangsih Pengalaman dan Pembelajaran Restorasi Gambut dari Sumatera Selatan dan Jambi

Kata kunci: hutan rawa gambut, degradasi, rehabilitasi, kondisi hidrologi, gelam

Teknologi rehabilitasi hutan rawa gambut

ISBN Kontak Hesti Lestari Tata atau

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA POHON PENGGANTI SONOR

Teknik Membangun Persemaian Pohon di Desa

TEKNIK BUDIDAYA ROTAN PENGHASIL JERNANG

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Sumber : Manual Pembibitan Tanaman Hutan, BPTH Bali dan Nusa Tenggara.

RESPONS PERTUMBUHAN ANAKAN JELUTUNG MERAH

Oleh : Iskandar Z. Siregar

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih

Teknik Budidaya Tanaman Pepaya Ramah Lingkungan Berbasis Teknologi Bio~FOB

SINTESIS RPI 5 : PENGELOLAAN HUTAN RAWA GAMBUT

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI SIDANG

TEKNOLOGI SAMBUNG PUCUK PADA DUKU KUMPEH

STRATEGI PENYELAMATAN EBONI (Diospyros celebica Bakh.) DARI ANCAMAN KEPUNAHAN. Edi Kurniawan

Kata kunci : Umur pertumbuhan, Dipterocarpaceae, mersawa, Anisoptera costata Korth

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

III. BAHAN DAN METODE

TEKNIK PENGADAAN BIBIT ULIN DENGAN PEMOTONGAN BIJI BERULANG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN KEDIKLATAN

Teknologi Praktis : Agar Populasi Tanaman Pepaya Bisa 100 Persen Berkelamin Sempurna (Hermaprodit) dan Seragam

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

CAPAIAN OUTPUT DAN OUTCOME

ASPEK Agroforestry JENIS: BAMBANG LANANG GELAM

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pohon merbau darat telah diklasifikasikan secara taksonomi sebagai berikut

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

Silvikultur intensif jenis rotan penghasil jernang (bibit, pola tanam, pemeliharaan)

Kata kunci: rehabilitasi, mangrove, silvofhisery

Makalah Penunjang pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September

TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. XI No. 1 : (2005)

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Januari 2014 di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TEKNIK BUDIDAYA GAHARU SERTA PERAN NYATA PENYULUH KEHUTANAN DALAM BUDIDAYA GAHARU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan Kebun Percobaan BPTP Natar,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

BAB I PENDAHULUAN. disekitarnya. Telah menjadi realita bila alam yang memporak-porandakan hutan,

ANALISIS FINANSIAL HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN JABIREN RAYA KABUPATEN PULANG PISAU KALIMANTAN TENGAH

TEKNIK PENYEMAIAN CABAI DALAM KOKER DAUN PISANG Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

PERSIAPAN BAHAN TANAM TEH

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

PENELITIAN BUDIDAYA JENIS GELAM

PENANAMAN Untuk dapat meningkatkan produksi hijauan yang optimal dan berkualitas, maka perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman. Ada beberapa hal yan

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan hutan alam produksi, produktivitas hutan menjadi satu

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

III. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM PERBANYAKAN VEGETATIF. Oleh : Danu dan Agus Astho Pramono

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PRODUCT KNOWLEDGE PEPAYA CALINA IPB 9

Keberadaan lahan gambut selalu dikaitkan dengan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Kondisi lahan gambut yang unik dan khas menjadikan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

USAHA KEBUN KAYU DENGAN JENIS POHON CEPAT TUMBUH

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembibitan Jati. tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi m.

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).

PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PENDAHULUAN Latar Belakang

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan September November 2016.

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK

III. METODE PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KONSERVASI LAHAN: Pemilihan Teknik Konservasi, Fungsi Seresah dan Cacing Tanah, dan mulsa organik

PERBANDINGAN MEDIA TANAM TOP SOIL DAN PUPUK KANDANG PADA WADAH BAMBU TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT MUCUNA BRACTEATA

PEMBANGUNAN KEBUN PANGKAS RAMIN (Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz) DI KHDTK TUMBANG NUSA, KALTENG

Prosiding ini diterbitkan oleh : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan

Bibit yang berkualitas merupakan salah satu faktor utama yang mampu menunjang keberhasilan

PERMUDAAN ALAM dan PERMUDAAN BUATAN

PEDOMAN PENGUNDUHAN BENIH PADA PANEN RAYA DIPTEROKARPA 2010

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan memberi perlakuan (treatment) terhadap objek. penelitian serta adanya kontrol penelitian.

KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT

Konservasi dan Rehabilitasi Lahan dan Hutan Gambut di Area PT Hutan Amanah Lestari Barito Selatan dan Barito Timur

PERTUMBUHAN ANAKAN ALAM EBONI (Diospyros celebica Bakh.) DARI TIGA POPULASI DI PERSEMAIAN. C. Andriyani Prasetyawati *

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Kayu jati (Tectona grandis L.f.) merupakan salah satu jenis kayu komersial

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

BAB I PENDAHULUAN. Perhutani sebanyak 52% adalah kelas perusahaan jati (Sukmananto, 2014).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit termasuk sebagai tanaman monokotil, mempunyai akar serabut.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

Transkripsi:

BUDIDAYA JELUTUNG RAWA (Dyera lowii Hook.F) Penanggung Jawab Ir. Choirul Akhmad, ME Penulis Ir. Bastoni, M.Si ISBN : 978-602-98588-3-9 Dipublikasikan Balai Penelitian Kehutanan Palembang Jl. Kolonel H. Burlian Km. 6,5 Punti Kayu Palembang Telp. (0711) 414864 E-mail: tembesu@bpk-palembang.org http: www.bpk-palembang.org Tahun 2014

KATA PENGANTAR Hutan dan lahan rawa gambut tersebar luas di pulau Sumatera (7,2 juta ha). Kondisinya saat ini sebagian besar telah terdegradasi akibat penebangan hutan yang berlebihan, kebakaran hutan dan lahan yang terjadi berulang, serta konversi lahan dari hutan alam menjadi areal budidaya, terutama untuk perkebunan dan hutan tanaman industri. Aktivitas tersebut telah mempercepat penurunan biodiversitas dan kehilangan sumber plasma nutfah sebagian besar flora hutan rawa gambut. Jelutung rawa (Dyera lowii Hook.F) adalah salah satu jenis pohon lokal unggulan hutan rawa gambut yang memiliki hasil ganda yaitu getah dan kayu yang bernilai ekonomi tinggi sehingga sangat prospektif dikembangkan sebagai hutan tanaman berproduktifitas tinggi dan ramah lingkungan. Pohon ini juga sangat sesuai untuk kegiatan restorasi dan rehabilitasi hutan rawa gambut terdegradasi. Pola pengembangan hutan tanaman jelutung sangat beragam, bisa dalam bentuk hutan kemasyarakatan (HKM), hutan rakyat (HR), hutan tanaman rakyat (HTR) serta agroforestri dengan tanaman pangan dan perkebunan. Booklet Budidaya Jelutung Rawa ini disusun sebagai ringkasan dari hasil-hasil penelitian perbenihan, perkecambahan benih, pembibitan, penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan dan penyadapan getah jelutung rawa yang telah dilakukan oleh Balai Penelitian Kehutanan Palembang. Semoga karya ini dapat bermanfaat untuk masyarakat dan semua pihak yang akan mengembangkan hutan tanaman atau kebun jelutung. Palembang, Agustus 2014 Kepala Balai, Ir. Choirul Akhmad, ME. NIP. 196701291994031007 Budidaya Jelutung Rawa (Dyera lowii Hook.F) i

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... I. PENDAHULUAN... 1 II. TEKNIK BUDIDAYA... 2 A. MENGENAL JENIS POHON JELUTUNG... 2 B. PENANGANAN DAN PERKECAMBAHAN BENIH JELUTUNG... 3 C. PEMBIBITAN JELUTUNG... 7 D. PENYIAPAN LAHAN... 9 E. PENANAMAN DAN PEMELIHARAAN... 11 F. PERLINDUNGAN... 12 III. PENYADAPAN GETAH JELUTUNG... 14 A. TEKNIK PENYADAPAN TRADISIONAL... 14 B. TEKNIK PENYADAPAN MODIFIKASI... 16 IV. PENUTUP... 18 DAFTAR PUSTAKA... 20 ii iii Budidaya Jelutung Rawa (Dyera lowii Hook.F) ii

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4. Halaman Bentuk daun jelutung darat (Dyera costulata) dan Jelutung rawa (Dyera lowii)... 2 Postur (habitus) pohon jelutung rawa asal Sumatera (Dyera lowii) dan asal Kalimantan (D. polyphylla)... 3 Bunga dan buah pohon jelutung rawa (Dyera lowii dan Dyera polyphylla)... 4 Proses penanganan buah dan sekarikasi biji jelutung rawa (Dyera lowii)... 5 Gambar 5. Proses penaburan biji jelutung rawa (Dyera lowii)... 6 Gambar 6. Proses perkecambahan biji jelutung rawa (Dyera lowii)... 7 Gambar 7. Gambar 8. Gambar 9. Pembibitan jelutung rawa (Dyera lowii) dengan teknik genangan buatan... 8 Kegiatan penyapihan dan perkembangan bibit jelutung rawa (Dyera lowii) pada persemaian dengan teknik genangan buatan... 9 Gundukan gambut untuk penanaman jelutung rawa (Dyera lowii) pada lahan yang belum didrainase... 10 Gambar 10. Agroforestri jelutung rawa (Dyera lowii) umur 3 tahun, ramin (Gonystylus bancaus) dan nenas di daerah Kedaton, Kabupaten OKI... 11 Gambar 11. Bentuk serangan hama babi hutan (atas) dan rayap (bawah) pada jelutung rawa (Dyera lowii) di daerah Kedaton, Kab. OKI, Sumsel... 13 Gambar 12. Tegakan hutan tanaman jelutung rawa (Dyera lowii) umur 17 tahun pada HTI PT. Dyera Hutan Lestari di daerah sungai Aur, Kabupaten Tanjung Jabung Timur - Jambi... 14 Budidaya Jelutung Rawa (Dyera lowii Hook.F) iii

Gambar 13. Penyadapan getah pola tradisional pada pohon jelutung rawa (Dyera lowii) yang berlebihan akan mempercepat kematian pohon... 15 Gambar 14. Penyadapan Getah pola modifikasi pada pohon jelutung rawa (Dyera lowii) akan menjamin kelestarian hasil getah karena kulit batang pohon akan pulih kembali untuk periode penyadapan berikutnya... 16 Budidaya Jelutung Rawa (Dyera lowii Hook.F) iv

I. PENDAHULUAN Jelutung rawa (Dyera lowii Hook.f) adalah jenis pohon lokal (indigenous species) yang tumbuh alami di hutan rawa dan sangat sesuai untuk hutan tanaman berproduktivitas tinggi dan ramah lingkungan (Bastoni dan Lukman, 2004), karena: - Mempunyai daya adaptasi yang baik dan teruji pada lahan rawa, - Mempunyai pertumbuhan yang cepat (riap diameter 2,0 2,5 cm/tahun, riap tinggi 1,6-1,8 m/tahun), - Dapat dibudidayakan dengan manipulasi lahan minimal tanpa pembuatan kanal untuk saluran drainase, - Mempunyai hasil ganda, Getah (untuk permen karet, kosmetik, isolator) dan Kayu (untuk pencil slate, vinir, moulding), - Sudah dikenal dan dimanfaatkan lama oleh masyarakat, - Dapat dibudidayakan seperti tanaman karet, pada masa produktif disadap getahnya, pada akhir daur dimanfaatkan kayunya. Jelutung Rawa (Dyera lowii) sesuai ditanam pada Lahan Rawa Gambut dan Lahan Rawa Bergambut, seperti di: - Kawasan hutan produksi bekas tebangan & kebakaran - Zona penyanggah kawasan konservasi - Areal konservasi, pohon kehidupan dan pohon unggulan pada HTI rawa - Lahan usaha transmigrasi daerah rawa yang kurang sesuai untuk tanaman pangan dan lahan rawa tidak produktif milik masyarakat Jelutung Rawa (Dyera lowii) dapat dikembangkan dengan pola Perhutanan Sosial (hutan rakyat, hutan kemasyarakatan), HTI, campuran dengan kelapa sawit, atau tumpangsari dengan tanaman pertanian dan kolam (Agrosilvofishery) untuk memperoleh hasil getah, kayu dan pemulihan fungsi lingkungan suatu wilayah. Budidaya Jelutung Rawa (Dyera lowii Hook.F) 1

II. TEKNIK BUDIDAYA A. MENGENAL JENIS POHON JELUTUNG Jelutung terdiri dari 2 jenis, yaitu jelutung darat (Dyera costulata) dan jelutung rawa (Dyera lowii atau Dyera polyphylla). Kedua jenis jelutung tersebut dapat dibedakan secara mudah dari bentuk daunnya. Jelutung darat memiliki daun lebih lebar, daun lebih tipis dan ujung daun meruncing. Sedangkan daun jelutung rawa lebih kecil, daun lebih tebal dan ujung daun melekuk ke dalam seperti terlihat pada Gambar 1 di bawah ini. Gambar 1. Bentuk daun jelutung darat (Dyera costulata) dan jelutung rawa (Dyera lowii atau D. polyphylla) Jelutung rawa asal Sumatera dan Kalimantan juga memiliki postur (habitus) pohon yang berbeda. Postur pohon jelutung rawa asal Sumatera lebih besar dan daun lebih lebar dibandingkan dengan jelutung rawa asal Kalimantan seperti terlihat pada Gambar 2. Oleh karena itu jelutung rawa asal Kalimantan Budidaya Jelutung Rawa (Dyera lowii Hook.F) 2

lebih dikenal dengan nama botani Dyera polyphylla dan jelutung rawa asal Sumatera dikenal dengan nama botani Dyera lowii. Gambar 2. Postur (habitus) pohon jelutung rawa asal Sumatera (Dyera lowii) dan asal Kalimantan (D. Polyphylla) B. PENANGANAN DAN PERKECAMBAHAN BENIH JELUTUNG Jelutung rawa berbuah setiap tahun dengan musim raya setiap 2 tahun. Pohon berbunga pada bulan Nopember. Buah telah matang dan dapat dipanen pada bulan April - Mei. Hasil pengamatan di daerah Kumpeh, Jambi dan Gasing, Sumatera Selatan setelah tahun 2005, jelutung rawa berbuah tidak menentu. Pergiliran musim buah antar-pohon terjadi di sepanjang tahun. Bunga dan buah pohon jelutung rawa dapat dilihat pada Gambar 3. Budidaya Jelutung Rawa (Dyera lowii Hook.F) 3

Gambar 3. Bunga dan buah pohon jelutung rawa (Dyera lowii dan Dyera polyphylla) Buah jelutung rawa berbentuk polong berjumlah 2 buah pada setiap tangkainya. Pada batang pohon, buah muda berwarna coklat terang dan buah tua (masak) berwarna coklat gelap dan keriput. Buah yang telah masak akan pecah di atas pohon dan biji terbang terbawa angin. Oleh karena itu buah jelutung harus segera dipanen setelah buah masak di pohon supaya tidak hilang terbawa angin. Panjang polong buah jelutung berkisar antara 12 26 cm (rata-rata 23 cm), berat kering polong 20,2 31,9 gram (rata-rata 28,02 gram), jumlah biji per polong 12 26 biji (rata-rata 18 biji). Buah yang telah matang (masak fisiologis) pecah setelah dijemur 1-3 hari, sedangkan buah yang masih muda baru pecah setelah dijemur lebih dari 7 hari. Jadi kecepatan pecahnya polong buah jelutung dapat dijadikan sebagai indikator tingkat kematangan buah. Pengambilan biji dapat dilakukan secara mudah setelah polong buah pecah. Biji jelutung termasuk tipe rekalsitrant sehingga mempunyai masa simpan yang pendek (1-3 bulan), yang terbaik benih langsung dikecambahkan Budidaya Jelutung Rawa (Dyera lowii Hook.F) 4

setelah direndam selama 2 jam, ditiriskan kemudian ditabur pada media pasir yang telah dibasahi dan disemprot dengan fungisida (Hernawan, 2002 dan Subhan, 2003). Gambar 4. Proses penanganan buah dan sekarifikasi biji jelutung rawa (Dyera lowii) Rangkaian proses penaburan biji jelutung disajikan pada Gambar 5. Benih yang telah ditabur pada media pasir dijaga kelembabannya dengan cara disiram setiap hari. Budidaya Jelutung Rawa (Dyera lowii Hook.F) 5

Gambar 5. Proses penaburan biji jelutung rawa (Dyera lowii) Benih mulai berkecambah 1 minggu setelah penaburan yang ditandai oleh keluarnya akar, setelah 1 bulan kotiledon mekar sempurna kemudian akan tumbuh sepasang daun pertama. Pada umur 2 bulan setelah penaburan, kecambah yang tumbuh normal sudah memiliki 2 pasang daun dan akarnya sudah berkembang baik dan kecambah sudah siap disapih ke tahap pembibitan. Rangkaian proses perkecambahan biji jelutung disajikan pada Gambar 6. Budidaya Jelutung Rawa (Dyera lowii Hook.F) 6

Gambar 6. Proses perkecambahan biji jelutung rawa (Dyera lowii) C. PEMBIBITAN JELUTUNG Pembibitan dilakukan secara generatif menggunakan benih. Pembibitan menggunakan metode vegetatif makro (stek) dan mikro (kultur jaringan) belum dikuasai. Penyapihan bibit sudah dapat dilakukan setelah keluar 1 2 pasang daun sekitar 50 60 hari (2 bulan) setelah penaburan benih. Pembibitan jelutung dapat menggunakan teknik genangan buatan. Desain persemaian dengan teknik genangan buatan disajikan pada Gambar 7. Keuntungan pembibitan dengan teknik genangan buatan antara lain: (1) Masa siap tanam bibit lebih cepat (4-6 bulan setelah sapih), (2) Akar bibit tidak menembus tanah, (3) Hemat konsumsi air, (4) Hemat biaya pemeliharaan, (5) Dapat digunakan untuk pembibitan jenis tanaman lahan kering. Budidaya Jelutung Rawa (Dyera lowii Hook.F) 7

Gambar 7. Pembibitan jelutung rawa (Dyera lowii) dengan teknik genangan buatan (Bastoni, 2009) Media sapih bibit yang digunakan sebaiknya yang banyak mengandung bahan organik, atau campuran tanah mineral dan bahan organik. Pemupukan NPK dengan akumulasi dosis 5 gram/bibit yang diberikan bertahap sebesar 0,5 gram/bibit setiap 2 minggu dapat memacu pertumbuhan bibit jelutung di persemaian. Penyapihan bibit dilakukan pada persemaian permanen atau semi permanen yang dinaungi paranet dengan intensitas naungan 50 75 persen. Polibag yang dapat digunakan untuk penyapihan bibit berukuran 15 cm x 10 cm atau lebih besar tergantung lama waktu pindah tanam (transplanting) ke lapangan. Kriteria bibit siap tanam: tinggi minimal 25 cm, diameter minimal 0,5 cm, jumlah daun minimal 8 helai, batang lurus, perakaran sudah menyatu dengan media. Budidaya Jelutung Rawa (Dyera lowii Hook.F) 8

Umur bibit siap tanam tergantung dari cara pembibitannya. Pada pembibitan manual (tanpa genangan) bibit siap tanam 8 10 bulan setelah sapih. Pembibitan dengan teknik genangan buatan setinggi 30% dari tinggi polibag, bibit siap tanam 4 6 bulan setelah sapih dan konsumsi air 28 kali lebih hemat daripada pembibitan manual. Kegiatan penyapihan dan perkembangan bibit sampai siap tanam di persemaian disajikan pada Gambar 8. Gambar 8. Kegiatan penyapihan dan perkembangan bibit jelutung rawa (Dyera lowii) pada persemaian dengan teknik genangan buatan D. PENYIAPAN LAHAN Jelutung rawa termasuk jenis pohon yang membutuhkan cahaya penuh untuk pertumbuhannya dan Jenis ini cocok ditanam pada hutan rawa gambut yang terbuka, seperti areal bekas tebangan dan kebakaran. Budidaya Jelutung Rawa (Dyera lowii Hook.F) 9

Pada areal terbuka bekas kebakaran, penyiapan lahan dilakukan dengan sistem jalur, lebar jalur 1,0 2,0 m dan jarak antar jalur 5 m, jarak tanam yang dapat digunakan 5 m x 5 m, 5 m x 4 m, atau 5 m x 3 m. Setelah pembuatan jalur dilakukan pemasangan ajir dan pembuatan gundukan gambut, khusus untuk lahan gambut yang belum didrainase. Tujuannya untuk mengumpulkan massa tanah sebagai tempat berjangkarnya perakaran tanaman dan meninggikan bagian tanah agar bibit tidak terendam air. Tinggi gundukan minimal 50% dari tinggi genangan air pada puncak musim hujan. Pembuatan gundukan pada lahan rawa gambut disajikan pada Gambar 9. Pada areal terbuka bekas tebangan, untuk tanaman pengayaan, penyiapan lahan dilakukan dengan sistem jalur, lebar jalur 1-2 m dan jarak antar jalur 10 m, jarak tanam 10 m x 5 m. Gambar 9. Gundukan gambut untuk penanaman jelutung rawa (Dyera lowii) pada lahan yang belum didrainase (Bastoni, 2009) Budidaya Jelutung Rawa (Dyera lowii Hook.F) 10

F. PENANAMAN DAN PEMELIHARAAN Sebelum penanaman, bibit diadaptasikan di tempat terbuka selama 1 bulan dengan cara pembukaan paranet di persemaian. Penanaman dilakukan pada awal musim hujan (Oktober - November) sebelum genangan air rawa tinggi, dan tinggi bibit perlu disesuaikan dengan tinggi genangan air. Tinggi bibit minimal sepertiga lebih tinggi dari genangan air pada puncak musim hujan. Gambar 10. Agroforestri jelutung rawa (Dyera lowii) umur 3 tahun, ramin (Gonystylus bancanus) dan nenas di daerah Kedaton, Kabupaten OKI Sumatera Selatan Budidaya Jelutung Rawa (Dyera lowii Hook.F) 11

Pemeliharaan tanaman dilakukan minimal sampai umur 3 tahun, berupa pembebasan tumbuhan bawah dan pemupukan. Pada tahun pertama pembebasan tumbuhan bawah dilakukan minimal 3 kali. Pada tahun kedua dan ketiga pembebasan tumbuhan bawah dilakukan masing-masing 2 kali. Pemupukan dilakukan sebanyak 2 kali pada awal dan akhir musim hujan sampai tanaman berumur 3 tahun. Pupuk yang digunakan NPK tablet dengan dosis 20-30 gram (2 3 tablet) per tanaman setiap periode pemupukan. G. PERLINDUNGAN Lahan rawa sangat rawan kebakaran akibat adanya deposit bahan organik (gambut). Kebakaran terjadi pada musim kemarau ketika terjadi penurunan genangan air. Upaya pengendalian kebakaran, yang terbaik adalah pencegahan timbulnya sumber api. Upaya pemadaman tidak efektif dan mahal. Pencegahan kebakaran dapat dilakukan dengan menghindari pembuatan kanal untuk mencegah timbulnya drainase air berlebihan. Patroli api harus lebih disiagakan pada bulan-bulan kering (Juli, Agustus, September). Hama dan penyakit yang menyerang tanaman jelutung relatif masih sedikit. Pada areal terbuka hama yang biasa menyerang pada awal penanaman di lapangan adalah belalang. Bagian yang diserang adalah daun dan kulit batang muda. Pada areal bekas tebangan, hama utama yang menyerang tanaman muda adalah kera (Macaca sp.) yang memakan bagian kayu dari batang yang masih muda. Babi hutan juga diketahui memakan kulit batang jelutung. Rayap diketahui menyerang akar dan pangkal batang jelutung. Serangannya terutama pada saat lahan tergenang air sehingga koloni rayap berkumpul pada daerah perakaran yang tidak tergenang air. Budidaya Jelutung Rawa (Dyera lowii Hook.F) 12

Gambar 11. Bentuk serangan hama babi hutan (atas) dan rayap (bawah) pada jelutung rawa (Dyera lowii) di daerah Kedaton, Kabupaten OKI Sumatera Selatan Budidaya Jelutung Rawa (Dyera lowii Hook.F) 13

III. PENYADAPAN GETAH JELUTUNG Pohon jelutung rawa dapat mulai disadap getahnya jika diameter pohon berukuran > 15 cm. Dengan riap diameter 2,0 2,5 cm/tahun maka pada umur pohon 6 7 tahun, pohon jelutung dapat mulai disadap. Makin besar ukuran diameter pohon akan makin baik karena getah yang dihasilkan akan lebih banyak dan kerusakan pohon akan dapat diminimalkan. Gambar 12. Tegakan hutan tanaman jelutung rawa (Dyera lowii) umur 17 tahun pada HTI PT. Dyera Hutan Lestari di daerah Sungai Aur, Kabupaten Tanjung Jabung Timur Jambi A. TEKNIK PENYADAPAN TRADISIONAL Teknik ini banyak dipraktekkan oleh penyadap getah jelutung di hutan alam. Hasil getah relatif banyak tetapi tidak lestari. Teknik penyadapan getah dengan cara menyayat kulit batang pohon berbentuk huruf V. Hasil getah yang didapat sangat bervariasi. Budidaya Jelutung Rawa (Dyera lowii Hook.F) 14

Gambar 13. Penyadapan getah pola tradisional pada pohon jelutung rawa (Dyera lowii) yang berlebihan akan mempercepat kematian pohon Hasil penelitian di Desa Pematang Raman, Kabupaten Muarojambi, diperoleh informasi : seorang penyadap mempunyai jumlah pohon jelutung siap sadap (diameter > 35 cm) rata-rata sebanyak 326 pohon pada areal hutan seluas sekitar 55 ha (6 pohon per ha). Kemampuan sadap rata-rata 45 pohon per hari. Setiap penyadap menghabiskan waktu tinggal di hutan (mandah) dalam melaksanakan kegiatan penyadapan rata-rata 15 hari. Dengan memakai interval sadap 7 hari sekali, maka penyadapan pada pohon yang sama dilakukan sebanyak dua kali selama mandah. Jumlah pohon yang disadap setiap kali mandah sebanyak 752 pohon dengan hasil getah rata-rata 272 kg atau produksi getah dalam satu kali sadap (7 hari) sebesar 0,36 kg (Lukman, 2000). Penggunaan zat stimulan CEPA (Chloroetylenephosporic acid) 40 EC dalam kegiatan penyadapan getah jelutung dapat meningkatkan hasil getah berkisar antara 0,5 1 kg atau sekitar 3 kali lipat dibanding tanpa menggunakan CEPA. Dalam kurun waktu 6 bulan (Juni 1998 Januari 1999) pemakaian CEPA Budidaya Jelutung Rawa (Dyera lowii Hook.F) 15

menyebabkan potensi jelutung berkurang secara drastis baik dalam jumlah pohon potensial maupun hasil sadapan (Tasman, 1999). B. TEKNIK PENYADAPAN MODIFIKASI Menyadari adanya dampak negatif dari aktifitas penyadapan jelutung di hutan alam yang disebabkan penerapan cara sadap (termasuk penggunaan zat perangsang CEPA yang berlebihan) yang dapat merusak pohon, maka perlu diterapkan teknik penyadapan yang memperhatikan kelestarian pohon dan hasil getah. Gambar 14. Penyadapan getah pola modifikasi pada pohon jelutung rawa (Dyera lowii) akan menjamin kelestarian hasil getah karena kulit batang pohon akan pulih kembali untuk periode penyadapan berikutnya Upaya ke arah itu telah ditempuh oleh Balai Penelitian Kehutanan Palembang bekerjasama dengan PT. Dyera Hutan Lestari pada tahun 2001 2002 Budidaya Jelutung Rawa (Dyera lowii Hook.F) 16

melalui percobaan penyadapan pada hutan tanaman jelutung di areal HTI PT. Dyera Hutan Lestari Jambi. Hasil ujicoba menunjukkan bahwa penyadapan getah jelutung yang terbaik dilakukan pada pohon dengan diameter di atas 25 cm, periode sadap 2 hari, dan sudut bidang sadap 45 o, memberikan hasil getah rata-rata 1,37 ton/ha/tahun. Penurunan riap diameter pohon jelutung akibat penyadapan rata-rata sebesar 0,34 cm/tahun. Budidaya Jelutung Rawa (Dyera lowii Hook.F) 17

IV. PENUTUP Budidaya jelutung rawa (Dyera lowii) dapat dilakukan seperti mengelola kebun karet (Hevea sp). Pada umur 6 sampai 30 tahun, pohon jelutung disadap getahnya, setelah tidak produktif dipanen kayunya. Perbedaanya jelutung rawa tumbuh dan berkembang baik pada hutan dan lahan rawa gambut yang berdrainase buruk (sering tergenang air), sementara karet hanya tumbuh baik pada lahan kering. Perbedaan tersebut seharusnya dimaknai sebagai peluang untuk pengembangan jelutung rawa sebagai pengganti karet pada lahan gambut. Keunggunlan pengembangan hutan tanaman atau kebun jelutung pada lahan gambut adalah lahan tidak perlu didrainase melalui pembuatan saluran drainase yang berlebihan seperti dalam pembangunan areal perkebunan dan hutan tanaman industri jenis pohon eksotik lahan kering. Keuntunganya adalah fungsi lingkungan lahan gambut tidak rusak dan hilang. Lahan gambut tetap berfungsi sebagai penyimpan air dan karbon, sehingga tidak rawan kebakaran dan emisi kabon ke atmosfir dapat diminimalkan. Masyarakat memiliki alternatif budidaya pada lahan gambut yang lebih ramah lingkungan, menciptakan sumber pendapatan dari getah jelutung dan menjaga kelestarian hutan karena orientasi hasil difokuskan pada nilai hasil hutan bukan kayu, tidak untuk menebang pohon dalam jangka pendek. Pengembangan hutan tanaman atau kebun jelutung dapat segera dilakukan karena sebagaian besar aspek silvikulturnya telah dikuasai. Kultur penyadapan getah juga sudah lama dipraktekan oleh banyak kelompok masyarakat di Sumatera dan Kalimantan, Peluang pasar getah jelutung masih terbuka lebar apalagi kalau diikuti oleh pengembangan produk-produk hilir Budidaya Jelutung Rawa (Dyera lowii Hook.F) 18

berbasis getah jelutung, tidak sebatas untuk bahan baku permen karet (edible gum) seperti saat ini, sehingga akan memacu permintaan bahan baku getah jelutung. Budidaya Jelutung Rawa (Dyera lowii Hook.F) 19

DAFTAR PUSTAKA Bastoni dan A.H. Lukman. 2004. Prospek pengembangan Jelutung Rawa (Dyera lowii Hook.F) pada Lahan Rawa Sumatera. Dalam Prosiding Seminar Nasional Pembangunan Hutan Tanaman Berproduktivitas Tinggi dan Ramah Lingkungan. Badan Litbang Kehutanan. Yogyakarta. Bastoni. 2009. Teknik Budidaya Jenis-jenis Pohon Lokal Hutan Rawa Gambut. Dalam Prosiding Seminar Hasil-hasil Penelitian Balai Penelitian Kehutanan Palembang. Pusat Litbang Hutan Tanaman. Bogor. Hernawan, D. 2002. Pengaruh Perlakuan Lama Penyimpanan dan Ruang Simpan Terhadap Daya Kecambah Benih Jelutung Rawa (Dyera lowii Hook.F). Laporan Praktek Lapang. Jurusan Ilmu Kehutanan STIPER Sriwigama. Palembang. Lukman, A.H, 2000. Kajian Teknis dan Sosial Ekonomi Penyadapan Getah Jelutung di Jambi. Laporan Proyek. Balai Teknologi Reboisasi Palembang. Palembang. Subhan, A. 2003. Pengaruh Lama Perendaman Terhadap Perkecambahan Benih Jelutung Rawa (Dyera lowii Hook.F). Laporan Praktek Lapang. Jurusan Ilmu Kehutanan STIPER Sriwigama. Palembang. Tasman, A. 1999. Pengumpulan Getah Jelutung di Sekitar Berbak. Makalah pada Rapat Ketiga Tim Pengarah Konservasi Sumber Daya Alam. Pemda/Bappeda Tk. I Jambi. Tanggal 23 Maret 1999. Jambi. Budidaya Jelutung Rawa (Dyera lowii Hook.F) 20