TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA TEMULAWAK. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

I. PENDAHULUAN. Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu tanaman yang

BUDIDAYA TANAMAN KUNYIT

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN OBAT HERBAL BIOMUNOS PADA PT. BIOFARMAKA INDONESIA, BOGOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Tanaman Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu komoditi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Masyarakat kita sudah sejak lama mengenal tanaman obat. Saat ini

BAB I PENDAHULUAN. terlebih keuntungan dalam sektor pertanian. Sektor pertanian terutama

BAB I Pendahuluan. tropis sehingga tanahnya sangat subur dan cocok untuk pertanian dan. meningkatkan hasil-hasil pertanian serta perkebunan.

MATERI 3 ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

julukan live laboratory. Sekitar jenis tanaman obat dimiliki Indonesia. Dengan kekayaan flora tersebut, tentu Indonesia memiliki potensi untuk

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. terbesar kedua di dunia setelah Brazil. Teridentifikasi sebanyak jenis flora

PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN. I S K A N D A R I N I Fakultas Pertanian Jurusan Sosial Ekonomi Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia memiliki sumber daya hayati dan merupakan salah satu negara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Tanaman Penghalau Kanker

III. PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN OBAT SECARA UMUM

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tanaman obat keluarga (disingkat TOGA) adalah tanaman

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis SWOT untuk menentukan Strategi Pengembangan Industri. Biofarmaka Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai

PENDAHULUAN. Kondisi tanah di Indonesia yang merupakan negara tropis basah. tahunnya diperlukan penambahan unsur hara yaitu untuk lahan kering sekitar

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Ayam pedaging atau yang sering disebut sebagai ayam broiler (ayam

I. PENDAHULUAN. Tanaman lidah buaya sudah dimanfaatkan sebagai tanaman hias, bahan

Tradisional Bagian Daun dan Buah

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daunnya digunakan untuk membuat teh yang sebelumnya mengalami

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl.,

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sangat luas dan sebagian besar

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari

Anda Perlu Tahu Jenis-Jenis Obat Buah Diabetes Ini

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Buah Carica 2.2. One Village One Product (OVOP)

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman bawang merah (Allium ascolanum L.) termasuk salah satu tanaman sayuran umbi multiguna.

PENDAHULUAN. mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, sehingga perlu mendapat perhatian besar

BAB I PENDAHULUAN. hayati sebagai sumber bahan pangan dan obat-obatan (Kinho et al., 2011, h. 1).

I. PENDAHULUAN. Tanaman hias merupakan salah satu produk hortikultura yang saat ini mulai

Menyembuhkan alergi yang paling tepat adalah dengan herbal, mengapa dengan herbal?

BAB I PENDAHULUAN UKDW. meningkatkan kesehatan. Salah satu jenis tanaman obat yang potensial, banyak

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

UJIAN LINGKUNGAN BISNIS

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, perumusan masalah, tujuan serta manfaat dari penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan tradisional yang berbeda-beda. Di Indonesia masih banyak jenis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika.

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kebutuhan hidupnya. Manfaat hutan bagi manusia diantaranya menghasilkan

I. PENDAHULUAN. masyarakat dengan memperhatikan tiga prinsip yaitu secara ekologi tidak merusak. waktu, aman dan terjangkau bagi setiap rumah tangga.

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya alam pertanian, sumberdaya alam hasil hutan, sumberdaya alam laut,

BAB I PENDAHULUAN. satu keanekaragaman tersebut adalah bunga Tasbih (Canna edulis Ker.) dan ikan

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

2. TINJAUAN PUSTKA 2.1. Kajian Teori Sayuran Organik Manajemen Strategi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pedaging yang sering disebut sebagai ayam broiler merupakan jenis

I. PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi suatu wilayah. Karena memiliki nilai ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan sebagai usaha tanaman industri. Rimpangnya memiliki banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil keputusan dan kebijakan. dalam pengembangan industri dodol durian.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses mempengaruhi peserta didik agar dapat. menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN ISKANDARINI. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian usaha kecil menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II.TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari luar negeri yang beriklim sedang (sub tropis). Menurut sejarahnya, tanaman

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Abdimas Mahakam Online ISSN : Januari 2017, Vol.1 No. 1

BAB I PENDAHULUAN. impor yang serba mahal dan sebagainya. Mulai era 2000an pelan-pelan manusia

Tips kesehatan, berikut ini 7 makanan yang menurunkan kadar kolesterol jahat dalam tubuh anda :

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara

PANGAN LOKAL SEBAGAI SUMBER KARBOHIDRAT

BAB I PENDAHULUAN. yang tumbuh secara liar maupun yang sengaja dibudidayakan. Sejak zaman

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertanian Organik

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas

IV. METODE PENELITIAN

TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DALAM POT/POLYBAG

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

JAMBU BIJI BAB. I. (Psidium guajava L.) Gambar 1.1. Macam-Macam Warna Jambu Biji (Psidium guajava L.)

TINJAUAN PUSTAKA. kombinasi antara produksi pertanian, termasuk pohon, buah-buahan dan atau

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

I. PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai aneka ragam tanaman hias, baik tanaman hias daun maupun

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Indonesia sangat kaya dengan berbagai spesies flora. Dari 40 ribu jenis flora yang tumbuh di dunia, 30 ribu diantaranya tumbuh di Indonesia. Sekitar 26% telah dibudidayakan dan sisanya sekitar 74% masih tumbuh liar di hutan-hutan. Dari yang telah dibudidayakan, lebih dari 940 jenis digunakan sebagai obat tradisional (Syukur dan Hernani, 2001). Sejak jaman nenek moyang sampai sekarang, masyarakat banyak menggunakan obat-obatan tradisional yang ternyata mujarab. Bahkan, saat ini pertumbuhan industri obat tradisional (jamu) semakin meningkat pesat. Berkembangnya teknologi (modern) menyebabkan seduhan jamu yang pahit telah diganti dengan pil yang tanpa rasa pahit dan lebih praktis. Jamu dan obat tradisional merupakan salah satu aset nasional sebagai sarana kesehatan rakyat turun-temurun (Rukmana, 2004). Dalam pengembangan tanaman obat diharapkan pengobatan dengan herbal/obat alami yang merupakan warisan dari nenek moyang kita mengalami kemajuan dan tidak hilang. Jangan sampai negara lain merebut dan mengambil alih dengan memproduksi obat-obat tradisional Indonesia, karena hal tersebut bisa saja terjadi apabila pengobatan herbal kita tidak mengalami perkembangan, apalagi dengan eksplorasi negara-negara maju terhadap tumbuhan obat asli Indonesia (Padmawinata, 1995).

Pada dasarnya, TOGA dapat didefinisikan sebagai sebidang tanah baik dipekarangan rumah, kebun ataupun ladang yang digunakan untuk membudidayakan tanaman yang berkhasiat sebagai obat. Tujuan dasarnya adalah untuk memenuhi keperluan keluarga akan obat-obatan dan mengurangi ketergantungan terhadap obat-obatan kimia. Pengelolaannnya sesuai dengan luas lahan yang tersedia, lingkungan yang mendukung, dan tujuan penanaman.(maheswari, 2002). Kondisi pekarangan bermacam-macam. Ada yang luas, ada yang sempit. Bahkan ada lahan pekarangan yang dikeraskan dengan semen, namun masih bisa dimanfaatkan untuk memelihara tanaman. Misalnya dengan menggunakan pot, kaleng bekas, potongan drum untuk menanam kunyit, temulawak, lidah buaya, mahkota dewa. 1. Kunyit (Curcuma domestica Val.). Kunyit (Curcuma domestica Val.) merupakan salah satu tanaman obat potensial, selain sebagai bahan baku obat juga dipakai sebagai bumbu dapur dan zat pewarna alami. Kunyit (Curcuma domestica Val.) termasuk tumbuhan berbatang semu, basah yang dibentuk dari pelepah daun. Tinggi tanaman dapat mencapai 1,5m, berbunga majemuk berwarna putih sampai kuning muda. Berdaun tunggal, berbentuk lanset lebar, ujung dan pangkalnya runcing, tangkainya panjang, tepinya rata, bertulang menyirip, panjangnya 20 40 cm, lebar 8 12,5 cm, warna hijau pucat. Tanaman menghasilkan rimpang berwarna kuning jingga, kuning jingga kemerahan sampai kuning jingga kecoklatan. Rimpang terdiri dari rimpang induk

dan anak rimpang, rimpang induk berbentuk bulat telur, disebut empu atau kunir lelaki. Anak rimpang letaknya lateral dan bentuknya seperti jari, panjang rimpang 2 10 cm, diameter 1 2 cm. Selain jenis dan varietas yang jelas, bahan tanaman berasal dari rimpang yang sehat dari tanaman yang sehat berumur 11 12 bulan, untuk benih daunnya harus sudah mongering. Pemeliharaan tanaman meliputi penyiangan dan pembumbunan, untuk menghindari adanya kompetisi perolehan zat hara dengan gulma dan menjaga kelembaban, suhu dan kegemburan tanah. Pembumbunan dilakukan juga untuk memperbaharui saluran drainase pemisah petak, tanah dinaikkan ke petak-petak tanam, biasanya dilakukan setelah selesai penyiangan. Panen yang tepat berdasarkan umur tanaman perlu dilakukan untuk mendapatkan produktivitas yang tinggi, yaitu pada tanaman umur 10 12 bulan setelah tanam, biasanya daun mulai luruh atau mengering. Dapat pula dipanen pada umur 20 24 bulan setelah tanam. Gambar 1. Tanaman Kunyit (Curcuma domestica Val.).

Kunyit dapat dimanfaatkan sebagai pewarna untuk makanan manusia dan ternak yaitu zat warna kuning (kurkumin) pada kunyit. Kunyit telah terbukti secara ilmiah melalui berbagai pengujian pre-klinik dan klinik, berkhasiat untuk mengobati berbagai macam penyakit degeneratif seperti kardiovaskular, stroke, reumatik, sebagai anti oksidan yang mengikat radikal bebas, penurun kadar lipid darah, meluruhkan plak pada otak penderita penyakit Alzheimer, kemampuan memerangi sel kanker dan infeksi virus maupun bakteri( Rukmana, 1996). 2. TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza). Temulawak alias koneng gede (Curcuma xanthorrhiza) merupakan terna dihutan jati, tetapi beberapa jenis ada juga tumbuh di pekarangan rumah. Umumnnnya, temulawak dapat ditanam ditanah ringan yang agak berpasir sampai tanah berat berstruktur liat. Tersedianya benih unggul yang bermutu tinggi merupakan salah satu faktor penentu terhadap tingkat produktivitas tanaman. Benih harus dari tanaman yang cukup umur, sehat, seragam ukurannya, dan mempunyai viabilitas tinggi (Rahardjo, 2001). Ketersediaan hara tanaman terutama hara makro N, P dan K merupakan keharusan yang harus dipenuhi dalam budidaya temulawak disamping pemberian pupuk oraganik berupa pupuk kandang. Budidaya di tingkat petani masih dilakukan secara tradisional, jarang dilakukan pemeliharaan dan pemupukan, sehingga produktivitasnya rendah. Oleh karena itu untuk mendapatkan produksi dan mutu yang tinggi di dalam budidaya temulawak perlu dilakukan pemupukan.

Temulawak dipanen dari tanaman yang telah berumur 9-10 bulan. Tanaman yang siap panen memiliki daun-daun dan bagian tanaman yang telah menguning dan mengering, memiliki rimpang besar dan berwarna kuning kecoklatan. Panen dilakukan dengan cara menggali dan mengangkat rimpang secara keseluruhan. Rimpang temulawak sejak lama dikenal sebagai bahan ramuan obat. Aroma dan warna khas dari rimpang temulawak adalah berbau tajam dan daging buahnya berwarna kekuning-kuningan. Gambar 2. Tanaman Temulawak (Curcuma xanthorrhiza). Rimpang temulawak sebagian besar digunakan untuk bahan baku obat, produknya berupa minyak temulawak, oleoresin, pati, nstant, zat warna kuning, beberapa jenis makanan, minuman, dan minyak atsiri. Khasiat dan kegunaan lain dari temualwak adalah memelihara fungsi hati, efektif untuk hepatitis, menurunkan kolesterol, menambah nafsu makan, untuk penyakit demam, penyakit kuning, serta gangguan pada getah empedu. (Suprapto, 1997).

3. LIDAH BUAYA (Aloevera). Mutiara Hijau/Lidah Buaya (Aloevera) adalah, tanaman yang tumbuh subur di Pontianak dan sekitarnya, tanaman ini menurut catatan WHO, lebih dari 23 negara menggunakan si Mutiara Hijau sebagai bahan baku obatobatan dan pada zaman raja Mesir Cleopatra menggunakan Aloevera sebagai pembasuh kulit yang sangat mujarab sehingga dijadikan bahan baku kosmetika yang penting. Di Amerika bagian barat daya lidah buaya (Aloevera) ditanam sebagai tanaman hias di perkarangan rumah, dan dimanfaatkan sebagai obat luka bakar. Tanaman lidah buaya yang mudah tumbuh dengan baik di lahan gambut sekitar khatulistiwa dapat dijadikan sebagai komoditi unggulan mengingat manfaat dan nilai ekonomis yang cukup tinggi. Sayangnya salah satu komoditi yang mempunyai keunggulan komparatif tersebut belum diusahakan secara optimal (Andrianto dan Novo, 2004). Gambar 3. Tanaman Lidah Buaya (Aloevera).

Hingga saat ini sebagian besar tanaman lidah buaya diolah menjadi makanan dan minuman atau diekspor dalam bentuk pelepah segar ke Negara tetangga, seperti Singapura, Malaysia dan Brunai Darussalam. Hasil olahan yang terbatas dan ekspor dalam bentuk bahan baku hanya memberikan sedikit nilai tambah. Nilai tambah akan diperoleh jika tanaman lidah buaya diolah menjadi produk yang dibutuhkan industri sebagai bahan baku industri lanjutan Lidah buaya merupakan salah satu dari 10 jenis tanaman terlaris di dunia yang telah dikembangkan oleh negara-negara maju seperti Amerika, Australia dan negara di benua Eropa sebagai bahan baku industri farmasi dan pangan. Begitu pentingnya lidah buaya sebagai bahan baku industri pada saat ini dan masa mendatang adalah didasarkan pada manfaat yang besar bagi kehidupan manusia. Bahkan komoditi ini telah digunakan oleh manusia sejak dahulu kala. Penggunaan tanaman lidah buaya dalam industri secara garis besar dapat dibagi menjadi empat jenis industri, yaitu: 1). Industri pangan, sebagai makanan tambahan (food supplement), produk yang langsung dikonsumsi dan flavour. 2). Industri farmasi dan kesehatan, sebagai anti inflamasi, anti oksidan, laksatif, anti mikrobial dan molusisidal, anti kanker, imunomodulator dan hepatoprotector. Paten yang telah dilakukan beberapa negara maju antara lain: CAR 1000, CARN 750, Polymannoacetate, Aliminase, Alovex dan Carrisyn. 3). Industri kosmetika, sebagai bahan baku lotion, krem, lipstik, shampo dan kondisioner. 4). Industri pertanian, sebagai pupuk, suplemen hidroponik, suplemen untuk media kultur jaringan dan penambah nutrisi pakan ternak (AAK., 1991).

4. MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) Tumbuhan dengan nama ilmiah Phaleria macrocarpa di kenal juga dengan nama simalakama (Melayu/Sumater), Makuto Dewo (Jawa). Mahkota dewa merupakan salah satu tanaman obat yang multi khasiat disamping mengkudu, sambiloto dan papagan. Sosoknya berupa perdu dengan tajuk bercabang-cabang. Umurnya dapat mencapai puluhan tahun dengan masa produktifitas mencapai 10-20 tahun. Bagian yang paling banyak manfaat dari tanaman mahkota dewa adalah buah yang terdiri atas kulit, daging, cangkang, dan biji. Buahnya beracun bila dikonsumsi dalam keadaan mentah dan segar. Buah matang berwarna merah marun dan banyak orang yang tidak tahu tergoda memetik dan memakannya. Banyak kasiat yang terkandung dalam mahkota dewa ini menjadikannya semakin populer dikalangan dunia pengobatan baik di dalam maupun luar negeri. Beberapa keunggulan mahkota dewa menjadikannya sebagai salah satu tanaman obat yang mendapatkan porsi sangat penting untuk terus dikembangkan. Membudidayakan mahkota dewa tidak sulit. Tanaman ini dapat hidup dengan baik di daerah beriklim tropis. dengan produksi buah yang tidak mengenal musim, menjadikan mahkota dewa sebagai penambah pendapatan bagi pembudidayaan asalkan dilakukan secara intensif dan profesional. Mahkota dewa dapat dibudidayakan pada ketinggian 10 sampai dengan 1200 Mdpl. Lokasi pembudidayaannya sebaiknya di daerah yang jauh dari polusi. Hal ini dilakukan agar tanaman tidak tercemar oleh unsur-unsur polutan berupa logam berat, arsen, dll. Untuk kegiatan konservasi tanah, mahkota dewa dapat ditanam di bibir teras pengolahan lahan.tujuannya, adalah sebagai tanaman

penguat teras, menghindari erosi, dan longsor. Ciri buah siap dipetik antara lain kulit buah sudah berwarna merah marun dan berbau manis seperti aroma gula pasir. Mahkota Dewa dipercaya dapat mencegah dan membantu proses penyembuhan berbagai macam penyakit antara lain: Tekanan darah tinggi, Meningkatkan vitalitas bagi penderita diabetes, Kanker (zat damnacanthal : menghambat pertumbuhan sel kanker), Asam urat, Lever, Alergi, Ginjal, Jantung, Berbagai macam penyakit kulit, Mengatasi ketergantungan obat, Rematik, Meningkatkan stamina dan ketahanan terhadap influenza, serta Insomnia. Gambar 4. Tanaman Mahkota Dewa. Pengembangan tanaman obat/herbal bertujuan untuk menghasilkan produk herbal yarig memenuhi penegakan mutu, khasiat dan keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan melalui penelitian. Dengan demikian obat-obat herbal yang dikembangkan dapat masuk dalam pelayanan kesehatan dan digunakan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Dalam pengembangan obat-obat herbal asli Indonesia diperlukan peran serta berbagai pihak, harus ada kerjasama

yang baik antara pemerintah, pihak industri obat tradisional dan farmasi, peneliti dan institusi pendidikan rumah (Fadhli, 2005). Upaya atau langkah-langkah dalam pengembangan tumbuhan obat antara lain meliputi: a. Sosialisasi pemanfaatan herbal sehingga potensi kekayaan alam Indonesia dapat tergali baik dari segi budidaya maupun pemanfaatannya sebagai sumber pengobatan; b. Mendekatkan tumbuhan obat pada pelayanan kesehatan masyarakat; c. Meningkatkan penghasilan masyarakat dengan usaha budidaya tanaman obat dan produk pengolahan; d. Upaya konservasi/pelestarian sumber bahan alam; e. Pengembangan teknologi budidaya, hasil, dan pengolahan/proses produksi sehingga dihasilkan simplisia dan produk dengan mutu yang terjamin; f. Penelitian tumbuhan obat dan aplikasinya untuk menghasilkan obat herbal yang memenuhi syarat mutu/kualitas, aman dan khasiat/kemanfaatan; g. Kerjasama dari berbagai pihak, seperti pemerintah, industri obat tradisional dan farmasi, peneliti, peguruan tinggi. peraturan perundang-undangan yang jelas untuk perlindungan terhadap sumber daya alam hayati, khususnya tanaman obat. (Jhonherf, 2007) Beberapa manfaat dari tanaman obat antara lain sebagai berikut : 1. Memelihara dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit. 2. Menjaga dan mempertahankan vitalitas tubuh agar tetap sehat dan segar.

3. Memelihara dan meningkatkan metabolisme di dalam tubuh sehingga lancar tanpa gangguan. 4. Memperkuat kerja jantung. 5. Mencegah kanker dan tumor sedini mungkin. 6. Membersihkan senyawa beracun di dalam tubuh. 7. Menurunkan kadar gula dan kolesterol didalam darah. (Redaksi Agromedia, 2007). Dengan adanya krisis moneter yang melanda Indonesia dan berlanjut menjadi krisis ekonomi yang berkepanjangan, berdampak pada melonjaknya harga obat-obatan modern secara drastis oleh karena lebih dari 90% bahan bakunya tergantung impor. Obat tradisional, yang merupakan potensi bangsa Indonesia, oleh karena itu dapat ikut andil dalam memecahkan permasalahan ini dan sekaligus memperoleh serta mendayagunakan kesempatan untuk berperan sebagai unsur dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat, terlebih-lebih dengan adanya kebijakan Menteri Kesehatan RI tahun 1999 untuk mengembangkan dan memanfaatkan tanaman obat asli Indonesia untuk kebutuhan farmasi di Indonesia (Maheshwari, 2002). Faktor ketidak/kurang percayaan masyarakat dan pengobatan dengan bahan alami Indonesia tidak/belum memiliki pendokumentasian tentang penemuan baru khasiat tanaman obat, menjadi salah satu kelemahan dalam pengembangan dan pemanfaatan tanaman obat di Indonesia (Bali Post, 2005). Penelitian tanaman obat dilakukan guna mendukung penggunaan obat tradisional Indonesia dalam pelayanan kesehatan dan untuk mendorong peningkatan kemampuan industri obat di dalam negeri untuk memproduksi obat

herbal, walaupun selama ini sering mengalami kendala dalam hal biaya penelitian dan pengembangan. Mahalnya biaya penelitian dan pengembangan menjadi faktor utama yang menghambat upaya penemuan baru potensi khasiat tanaman obat. Padahal, tanaman yang dapat dijadikan bahan baku obat-obatan mencapai ribuan jenis (Bali Post, 2005). Tetapi, akhir-akhir ini perhatian terhadap obat alami meningkat dengan tajam. Penelitian mengenai potensi dan khasiat tanaman obat pun mengalami peningkatan. Hal ini merupakan sesuatu yang mengembirakan, mengingat potensi alam Indonesia sangat berlimpah. Keanekaragaman hayati inilah yang membuat Indonesia memiliki kekuatan yang amat besar dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya tersebut. Mamfaat keanekaragaman hayati tersebut bagi manusia sangat beragam seperti sebagai obat, kosmetik, pegharum, penyegar, pewarna, dan lain-lain. Potensi yag besar ini, jika tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya sudah pasti tidak akan mempunyai manfaat yang besar, sehingga harus dipikirkan agar penggunaan tanaman obat disertai pula dengan usaha pelestariannya untuk menunjang penggunaan yang berkelanjutan (Maheshwari, 2002). Dalam pelaksanaan pembangunan dibidang kesehatan di Indonesia, pemerintah telah melakukan berbagai program pengembangan pelayanan kesehatan masyarakat. Pembangunan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) diselruh pelosok tanah air menunjukkan keseriusan pemerintah dalam menangani masalah pembangunan dibidang kesehatan. Salah satu sarana pelayanan kesehatan yang diperkenalkan kepada masyarakat adalah program Intensifikasi Pekarangan (Inkar) dan Tanaman Obat Keluarga (TOGA) (Rukmana, 2004).

Pengembangan TOGA dipekarangan mempunyai banyak manfaat, diantara nya sebagai bahan ramuan obat untuk pertolongan pertama sebelum mendapatkan pengobatan dari dokter, sebagai sarana memperbaiki status gizi masyarakat karena banyak banyak tanaman obat yang dikenal sebagai tanaman penghasil buah-buahan atau sayur-sayuran, sebagai usaha baru bagi keluarga untuk menjadi pemasok kebutuhan bahan baku pabrik-pabrik jamu dan obat tradisional (karena tanaman obat sangat bermanfaat sebagai bahan baku obat modern, jamu dan obat tradisional) dan dapat digunakan untuk menghias dan memperindah halaman rumah sekaligus memelihara ekosistem mikro disekitar (Jhonherf, 2007). Jika pengembangan TOGA secara terpadu berhasil meningkatkan kemandirian masyarakat dalam penyediaan tanaman obat, biaya subsidi pembelian obat generik bisa dihemat sekitar Rp 300 miliar. Dan secara bertahap, subsidi pemerintah terhadap pelayanan kesehatan dapat berkurang. Tanaman obat juga bisa berfungsi jadi sumber pendapatan masyarakat (Bali Post, 2006). Pengembangan TOGA sangat strategis. Usaha itu sangat memperhatikan kelestarian alam dan lingkungan. Upayanya membutuhkan kerja serius, terutama yang mencakup teknik budidaya, permintaan dan pemasaran hasil, serta tataniaga pemasarannya. Perkembangan TOGA yang produktif pasti akan menarik minat investor dibidang farmasi obat tradisional dan jamu. Mereka tak mau kehilangan kesempatan peluang ekonomi dan terpacu aktif berlomba mencari bahan baku berbagai jenis tanaman obat untuk membuat produk obat-obatan baru (Maheshwari, 2002).

2.2. Landasan Teori Pengembangan suatu usaha sangat bergantung pada tersedianya sumberdaya, tetapi sumberdaya ini sangat terbatas jumlahnya sehingga produksi atau keuntungan yang dihasilkan juga terbatas. Sumberdaya yang merupakan faktor yang penting dalam suatu usaha adalah lahan, modal, tenaga kerja dan sarana produksi (Andri, 2004). Strategi merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan. Alat analisis yang cocok untuk merumuskan strategi tersebut adalah analisis SWOT. Dimana analisis SWOT didasarkan pada logika yang dapt memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunity), dan secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threat) (Rangkuti, 2003). Cara membuat analisis SWOT melalui tiga tahapan yaitu: Tahap Pengumpulan Data, dimana tidak hanya sekedar kegiatan pengumpulan data dari beberapa faktor internal (kelemahan dan kekuatan) tetapi juga menganalisis data tersebut agar dapat diketahui nilai bobot rating nya dengan menggunakan Matrik faktor strategi eksternal dan internal. Kemudian tahap analisis, dimana semua informasi yang berpengaruh terhadap kelangsungan perusahaan dapat digambarkan secara jelas, bagaimana peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya, dan terakhir tahap pengambilan keputusan, dimana semua data yang telah dianalisis akan menghasilkan beberapa alternatif untuk memperbaiki sistem pengembangannya.

Gambar 5. Kerangka Formulasi Strategi 1. TAHAP PENGUMPULAN DATA Matrik Evaluasi Matrik Evaluasi Faktor Eksternal Faktor Internal (EFE) (IFE) 2. TAHAP ANALISIS MATRIK MATRIK INTERNAL SWOT EKSTERNAL (IE) 3. TAHAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN a. Pengembangan dari strategi SO, ST, WO, WT b. Matrik Perencanaan Strategis Kuantitatif (Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) Tahap Pengumpulan Data Tahap ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan pengumpulan data, tetapi juga merupakan suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra-analisis. Pada tahap ini data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data eksternal dan data internal. Data eksternal dapat diperoleh dari lingkungan di luar perusahaan, seperti analisis pasar, analisis competitor, analisis komunitas, analisis pemaso, analisis pemerintah, analisis kelompok kepentingan tertentu. Data internal dapat diperoleh di dalam perusahaan itu sendiri, seperti laporan keuangan (neraca, laba -rugi, cash flow, struktur pendanaan), laporan kegiatan sumber daya manusia (jumlah karyawan, pendidikan, keahlian, pengalaman, gaji, turn-over), laporan kegiatan operasional, laporan kegiatan pemasaran.

Dalam evaluasi faktor strategis yang digunakan pada tahap ini adalah model sebagai berikut : a. Matrik Faktor Strategi Eksternal b. Matrik Faktor Strategi Internal (Rangkuti, F., 1997) a. Matrik Faktor Eksternal Sebelum membuat matrik faktor strategi eksternal, kita perlu mengetahui terlebih dahulu cara-caar penentuan dalam membuat Tabel EFAS. - Susunlah dalam kolom 1 (5-10 peluang dan ancaman). - Beri rating masing-masing faktor dalam kolom 2 sesuai besar kecilnyapengaruh yang ada pada faktor strategi eksternal, mulai dari nilai 4 (sangat besar), nilai 3 (besar), nilai 2 (kecil), dan nilai 1 (sangat kecil) terhadap peluang dan nilai rating terhadap ancaman kebalikannya. - Jumlah bobot dalam kolom 3 tidak boleh melebihi dari 1,0. - Kalikan rating pada kolom 2 dengan bobot pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. - Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategi eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang sama.

b. Matrik Faktor Internal Setelah faktor-faktor strategis internal suatu perusahaan diidentifikasi, kemudian dianalisis ke dalam tabel IFAS. Adapun cara-cara dalam penentuan masing-masing faktor. - Susunlah dalam kolom 1 (5-10 kekuatan dan kelemahan). - Beri rating masing-masing faktor dalam kolom 2 sesuai besar kecilnya pengaruh yang ada pada faktor strategi eksternal, mulai dari nilai 4 (sangat besar), nilai 3 (besar), nilai 2 (kecil), dan nilai 1 (sangat kecil) terhadap kekuatan dan nilai rating terhadap kelemahan kebalikannya. - Jumlah bobot dalam kolom 3 tidak boleh melebihi 1,0 - Kalikan rating pada kolom 2 dengan bobot pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. - Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor menunujukkan bagaimana perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategi eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang sama. 2.3. Kerangka Pemikiran Usaha TOGA (Tanaman Obat Keluarga) merupakan salah satu usaha yang memiliki prospek yang cukup baik untuk dikembangkan. Faktor yang mendukung pengembangan tanaman obat tersebut diantaranya besarnya potensi

kekayaan sumber daya alam Indonesia sebagai sumber bahan baku yang dapat diolah menjadi obat tradisional. Oleh karena itu, diperlukan penentuan alternatif strategi dalam pengembangan usaha dengan menggunakan analisis SWOT, dimana didalam analisis SWOT tersebut dapat diidentifikasi faktor internal, yaitu kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness)dan faktor eksternal, yaitu peluang (opportunity) dan ancaman (threat) dalam suatu usaha Tanaman Obat Keluarga (TOGA). Setelah dilakukan analisis faktor SWOT dalam usaha tersebut, maka kita dapat menentukan strategi pengembangan apa yang cocok dan bisa diterapakan untuk mengembangkan usaha Tanaman Obat Keluarga (TOGA) didaerah penelitian. Untuk mempermudah pemahaman kerangka pemikiran peneliti, berikut disajikan skema kerangka pemikiran.

Usaha Tanaman Obat Keluarga (TOGA) Internal Faktor - faktor SWOT Eksternal Strength (Kekuatan) Weakness (Kelemahan) Opportunity (Peluang) Threat (Ancaman) Strategi Pengembangan Usaha Tanaman Obat Keluarga (TOGA) Gambar 6. Skema Kerangka Pemikiran Keterangan: : Mempengaruhi 2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori maka dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut: 1. Terdapat beberapa faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman dalam mengembangkan usaha Tanaman Obat Keluarga (TOGA). 2. Setelah dianalisis kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman tersebut, kemudian dapat ditentukan strategi untuk mengembangkan usaha Tanaman Obat Keluarga (TOGA).