BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat. Pengetahuan tentang dimensi dan aktivitas hidup manusia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan masa depannya. Demikian halnya dengan Indonesia menaruh harapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ciri atau karakter dari dinamika di abad ke-21 yang merupakan abad

PENERAPAN PAKEM DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DI SD MUHAMMADIYAH SERANG

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan. Pemerintah pun berperan aktif

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memberikan peranan yang sangat besar dalam menciptakan sumber daya. bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. (pendidik), kurikulum (materi pelajaran), sarana (peralatan dan dana) serta murid

BAB I PENDAHULUAN. mengajar itulah yang disebut dengan pembelajaran. Ada dua hal tentang belajar;

BAB I PENDAHULUAN. secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi Awal

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dwi Widi Andriyana,2013

BAB I PENDAHULUAN. satu upaya yang dilakukan guru dalam peningkatan kualitas pembelajaran yaitu

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. adalah pembelajaran yang sifatnya aktif, inovatif dan kreatif. Sehingga proses

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI CIREBON 2012 M / 1433 H

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi mendorong terjadinya perubahan dan pembaharuan pada. beberapa aspek pendidikan, termasuk kurikulum.

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan kompotensi dalam belajar mengajar (KBM) agar peserta

BAB I PENDAHULUAN. lembaga atau individu untuk mencapai tujuan tertentu. Pendidikan merupakan

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS II PADA PEMBELAJARAN IPS MELALUI PENDEKATAN TEMATIK DI SDN 16 SINTUK TOBOH GADANG PADANG PARIAMAN

I. PENDAHULUAN. ini adalah dengan menetapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu atau kelompok untuk merubah sikap dari tidak tahu menjadi tahu

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan sikap rasional tentang gejala-gejala sosial serta wawasan

globalisasi telah mengakibatkan dekadensi moral yang demikian hebat (Aziz. terlarang semakin dekat dengan kehidupan manusia dewasa ini.

BAB I PENDAHULUAN. bebas serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. 1

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA MATERI BESARAN DAN SATUAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI KELAS X-1 SMAN 6 CIREBON TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

Linda Yuliana 1, Ani Nur Aeni 2, Atep Sujana 3. Jl. Mayor Abdurachman No.211 Sumedang

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

BAB 1 PENDAHULUAN. betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai

dapat dialami langsung oleh siswa, hal ini dapat mengatasi kebosanan siswa dan perhatiannya akan lebih baik sehingga prestasi siswa dapat meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Toha Putra, 2013), hlm Departemen Agama, Al Qur an Al Karim dan Terjemahnya, (Smarang: PT. Karya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), hlm Baharudin dan Esa Nur wahyuni, Teori Belajar & Pembelajaran,

memenuhi tuntutan sosial, kultural, dam religius dalam lingkungan kehidupannya. Pendidikan anak usia dini pada hakekatnya adalah pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan serta metode apa pun harus benar-benar efektif. Proses. pembelajaran dalam suasana proses belajar yang baik.

Oleh: Sulistyowati SD Negeri 02 Karangrejo Tulungagung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses belajar mengajar, baik guru maupun siswa pasti

BAB I PENDAHULUAN. llmu Pengetahuan Sosial atau biasa disingkat IPS adalah istilah yang

BAB I PENDAHULUAN. seminar, dan kegiatan ilmiah lain yang di dalammnya terjadi proses tanya-jawab,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional bertujuan: Untuk mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN. sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dapat membawa perubahan ke arah lebih baik. Pendidikan di Indonesia harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. penerus yang akan melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan fisik, psikis,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Hal ini karena mata pelajaran IPA khususnya, akan memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pembelajaran Sains di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS diajarkan berjenjang mulai dari tingkat bawah SD/MI

I. PENDAHULUAN. lain-lain. Perubahan itu merupakan kecakapan baru yang terjadi karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. diri, melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah pendidikan yang menjadi perhatian saat ini adalah sebagian

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

(PTK Pembelajaran Matematika di Kelas VII SMP Negeri 2 Gemolong) SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. dari bangsa itu sendiri. Hal itu sesuai dengan ketentuan umum Undang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah telah merumuskan peningkatan daya saing atau competitiveness

BAB I PENDAHULUAN. guru yang melaksanakan kegiatan pendidikan untuk orang-orang muda

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. jaman. Oleh karena itu pendidikan sangat cepat perkembanganannya semua ini

T, 2015 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. Seiring diberlakukannya kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), maka

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk membangun dan. meningkatkan mutu sumber daya manusia, sehingga pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pembelajaran IPA masih menekankan pada konsep-konsep yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan prestasi manusia melalui pembelajaran disekolah. yang bermanfaat untuk menjalankan kehidupan yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah. dapat tercapai sesuai yang diinginkan (Hamalik, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Desember Sehingga saat ini hanya sekolah-sekolah tertentu saja yang masih menggunakan kurikulum Kurikulum 2013 merupakan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 pasal 3. (2005:56) tentang

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

BAB I PENDAHULUAN. mencanangkan Gerakan Peningkatan Mutu Pendidikan pada tanggal 2 Mei

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi akan lancar apabila perbendaharaan katanya cukup memadai. Hal ini

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA MATERI GAYA

BAB I PENDAHULUAN. mereka untuk terlibat dalam proses pembelajaran. untuk menemukan pengetahuan melalui pangalaman-pengalaman belajar

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMATIK MODE PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS II SD NEGERI TEBING TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk membenahi dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat membentuk anak sesuai kebutuhan masyarakat dan bangsa.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Kesejahteraan hidup manusia akan berhasil jika manusia memahami pentingnya dimensi manusia itu sendiri, baik secara individu maupun secara kolektif sebagai anggota masyarakat. Pengetahuan tentang dimensi dan aktivitas hidup manusia dipelajari dalam pengetahuan sosial. yaitu: Wachidi (2002), merumuskan tujuan pokok dari pengajaran pengetahuan sosial, a) Memberikan pengetahuan kepada manusia bersikap terhadap benda-benda disekitarnya b) Memberikan pengetahuan kepada manusia berhubungan dengan manusia lainnya c) Memberikan pengetahuan kepada manusia berhubungan dengan masyarakat sekitarnya d) Memberikan pengetahuan kepada manusia berhubungan dengan alam sekitarnya e) Memberikan pengetahuan kepada manusia bagaimana cara berhubungan dengan Tuhannya 1 Memperhatikan tujuan yang dikandung oleh mata pelajaran pengetahuan sosial, maka seharusnya pembelajarannya di sekolah merupakan suatu kegiatan yang disenangi, menantang dan bermakna bagi peserta didik. Kegiatan pembelajaran mengandung arti interaksi dari berbagai komponen, seperti guru, murid, bahan ajar dan sarana lain yang digunakan pada saat kegiatan berlangsung.

1 Wachidi, 2002. Inovasi Kurikulum Ilmu Pengetahuan Sosial SMP di Kota Bandung. Disertasi tidak diterbitkan: PPS UPI Bandung Menurut Suparlan (2006) ada tujuh kaidah dalam proses pembelajaran yang harus diperhatikan oleh guru, yaitu : 1. Opportunity to Learn (kesempatan untuk belajar dan melakukan sendiri) Proses belajar mengajar harus memberikn pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa. Pengalaman belajar itu tidak hanya secara verbalistis dalam menerima informasi dari guru, melainkan juga mereka dapat melakukannya sendiri. 2. Connection and Challenge (kaitan dan tantangan) Pengalaman belajar siswa harus terkait dengan pengetahuan yang telah di miliki, kecakapan, dan nilai-nilai yang diharapkan untuk dikuasai dan dimiliki oleh siswa. Proses pembelajaran akan menarik jika memiliki kaitan dengan kebutuhan dan kehidupan sehari-hari siswa serta di fasilitasi oleh guru agar siswa tertantang untuk menerapkannya. 3. Action and Reflection (melakukan sendiri dan menghayati sendiri) Pengalaman belajar akan lebih bermakna jika siswa diberikan kesempatan untuk melakukan, menghayati dan melakukan sendiri, dan kalau perlu menemukan kesimpulan sendiri. 4. Motivation and Purpose (Motivasi dan Tujuan) Pengalaman belajar harus menarik minat siswa dan siswa memahami dengan jelas tujuan mereka memperoleh pengalaman belajar seperti itu. 5. Inclusivity and Difference (Inklusivitas dan Perbedaan) Pengalaman belajar harus memberikan makna dalam menghargai dan mengakomodasikan perbedaan di antara siswa. 6. Autonomy and Collaboration (Autonomi dan Kolaborasi) Pengalaman belajar harus dapat meningkatkan siswa untuk belajar, baik secara mandiri maupun secara berkolaborasi. 7. Supportive Environment (Lingkungan yang Mendukung) Sekolah dan ruang kelas harus di atur sedemikian rupa sehingga nyaman, aman dan kondusif untuk berlangsungnya pembelajaran yang efektif. 2 Dari uraian di atas dapat diasumsikan bahwa mata pelajaran pengetahuan sosial mempunyai nilai strategis yang penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul, handal, dan bermoral sejak dini (usia SD/MI).

Anak dalam kelompok usia 7-11 tahun menurut Piaget (1963) dalam Mulyasa (2002) berada dalam perkembangan kemampuan kognitif pada tingkatan konkrit operasional. Mereka memandang dunia dalam keseluruhan yang utuh, dan berasumsi 2 Suparlan, 2006. Guru sebagai Profesi, Yogyakarta: Hikayat bahwa tahun yang akan datang sebagai waktu yang masih jauh. Yang mereka pedulikan adalah sekarang (konkrit) dan bukan masa depan yang belum bisa mereka (abstrak). Padahal bahan materi IPS penuh dengan pesan-pesan yang bersifat abstrak. Konsepkonsep seperti perdagangan (jual beli), waktu, lingkungan, perubahan, kesinambungan, kekuasaan, demokrasi, nilai, peranan dan sebagainya dalah konsep-konsep yang bersifat abstrak yang dalam program studi IPS harus dibelajarkan kepada siswa SD/MI. 3 Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas IIIb MIN Sungai Kali, materi jual beli yang termuat dalam kurikulum SD/MI 2004, telah banyak melibatkan siswa secara aktif di dalam keterampilan proses. Dalam wawancara tersebut, terungkap bahwa pembelajaran pengetahuan sosial pada umumnya masih menekankan pada konsepkonsep yang terdapat di dalam buku (conseptual learning), dan juga kurang memanfaatkan sumber-sumber pembelajaran yang ada di sekitar siswa (Constextual Teaching and Learning) 4. Lingkungan telah dimanfaatkan sebagai sumber belajar, akan tetapi mengajak siswa berinteraksi langsung dengan lingkungan sekitar jarang dilakukan, hal inilah yang membuat proses pembelajaran menjadi tidak efektif, karena siswa kurang merespon terhadap pelajaran yang disampaikan. Siswa pun dianggap berhasil apabila mereka telah menguasai isi buku yang disampaikan guru, tanpa memikirkan seberapa jauh mereka memahami isi buku apalagi bila dihubungkan

dengan kehidupan sehari-hari yang bernuansa sosial. Pola pembelajaran seperti ini sudah tidak sesuai lagi, mengingat Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 3 Mulyasa, E., 2005, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Konsep, Karakteristik, dan Implementasi). Penerbit Remaja Rodakarya: Bandung ----------------------------Departemen Pendidikan Nasional, 2001, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) SD / MI. Depdiknas, Jakarta yang Disempurnakan atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tidak hanya menuntut siswa memperoleh pengetahuan sosial, tetapi juga kemampuan berfikir dan sejumlah keterampilan proses. Menurut Dewey (1916) dalam Toharudin (2005) siswa akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajarinya terkait dengan apa yang diketahui dan dengan kegiatan yang atau peristiwa yang akan terjadi di sekelilingnya. Pembelajaran ini menekankan pada daya fikir yang tinggi, transfer ilmu pengetahuan, mengumpulkan dan menganalisis data, memecahkan masalah-masalah tertentu baik individu maupun kelompok. 5 Prestasi belajar siswa tidak semata-mata berasal dari pengetahuan yang ditransfer langsung dari fikiran guru ke dalam fikiran siswa. Hal ini disebabkan siswa yang datang ke sekolah sudah membawa pengetahuan awal yang siap dikembangkan dengan bimbingan guru, sesuai dengan kaidah pembelajaran yang interaksi antar guru dengan siswa. 6 Dalam proses pembelajaran, guru memberikan bimbingan, menyediakan berbagai kesempatan yang dapat mendorong siswa dalam belajar, serta memperoleh pengalaman sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dalam pendidikan Islam, guru/pendidik memiliki arti dan peranan yang sangat penting, hal ini disebabkan karena ia memiliki tanggung jawab dan penentu arah

pendidikan. Itulah sebabnya Islam sangat menghargai dan menghormati orang-orang yang berilmu pengetahuan dan bertugas sebagai pendidik. 7 5 Toharudin, U. 2005. Kompetensi Guru dalam Strategi Ajar. http://www.pikiranrakyat.com/cetak 6 Hamalik, O, 2002. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Penerbit Bumi Aksara: Bandung 7 Unbiyati, Nur, 1997.Ilmu Pendidikan Islam..Penerbit Pustaka Setia: Bandung Allah SWT berfirman: )اجملادلة / (١١:٥٨ Upaya-upaya untuk memperbaiki hasil belajar siswa sudah dilakukan untuk menghindari penguasaan materi pelajaran pada konsep dasarnya saja, yaitu diajarkan didahului dengan penjelasan-penjelasan, kemudian siswa disuruh menyimak pelajaran sambil mencatat agar dapat dipahami dengan baik. Namun demikian, hal tersebut belum mampu memperbaiki hasil belajar siswa. Berdasarkan pertimbangan di atas perlu kiranya dilakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan pemahaman materi jual beli melalui strategi pembelajaran kontekstual bagi siswa Kelas IIIB MIN Sungai Kali Kab. Barito Kuala. B. Identifikasi Masalah Memperhatikan situasi di atas, kondisi yang saat ini adalah : a. Pembelajaran pengetahuan sosial di kelas masih berjalan monoton, ini terlihat pada tingkat keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar, apalagi pada jam-jam

terakhir, sehingga proses belajar mengajar seolah-olah menjadi suatu kegiatan yang membosankan dan melelahkan. b. Siswa kemungkinan telah memiliki pengetahuan awal tentang konsep jual beli, diantara pengetahuan tersebut ternyata masih kurang tepat, karena dipelajari terbatas secara konseptual. c. Metode yang digunakan masih bersifat konvensional, yakni hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. d. Siswa kurang aktif, dan bahkan cenderung tidak pernah mengajukan pertanyaan dalam pembelajaran. Guru seringkali memberkan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tetapi hampir tidak ada siswa yang bertanya. C. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan adalah : 1. Apakah penggunaan strategi pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa kelas IIIb MIN Sungai Kali Kab. Barito Kuala? 2. Apakah dengan penggunaan strategi pembelajaran kontekstual pada materi jual beli, pemahaman siswa kelas IIIb MIN Sungai Kali Kab. Barito Kuala akan meningkat? D. Cara Pemecahan Masalah Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) Cara pemecahan masalah yang akan digunakan dalam PTK ini yaitu dengan menggunakan strategi pembelajaran kontekstual. Dengan metode pembelajaran ini siswa

diharapkan dapat meningkatkan pemahaman materi jual beli serta dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa dalam pembelajaran pengetahuan sosial. E. Hipotesis Tindakan. Rumusan hipotesis tindakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Dengan diterapkannya strategi pembelajaran kontekstual dapat diamati peningkatan aktivitas belajar siswa Kelas IIIb MIN Sungai Kali Kabupaten Barito Kuala. 2. Dengan diterapkannya strategi pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan pemahaman materi jual beli bagi siswa Kelas IIIb MIN Sungai Kali Kabupaten Barito Kuala. F. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) a) Untuk mengetahui peningkatan pemahaman materi jual beli melalui strategi pembelajaran kontekstual bagi siswa Kelas IIIB MIN Sungai Kali Kabupaten Barito Kuala b) Untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa terhadap pembelajaran materi jual beli dengan menggunakan strategi pembelajaran kontekstual. G. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru, kepala sekolah, orang tua, dunia pendidikan, dan bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

a. Bagi guru manfaatnya untuk mengembangkan strategi pembelajaran agar lebih bervariatif dan bermakna. b. Bagi kepala madrasah manfaatnya sebagai masukan dalam rangka pembinaan. c. Bagi madrasah manfaatnya sebagai bahan masukan untuk memperlancar peranannya sebagai pusat pendidikan dan transpormasi kebudayaan. d. Bagi orang tua manfaatnya agar menyediakan situasi-situasi yang dapat membangkitkan aktivitas belajar anak didik. e. Bagi dunia pendidikan manfaatnya agar semua pendidik memperhatikan semua hal yang dapat menumbuhkembangkan aktifitas belajar peserta didiknya. f. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan manfaatnya agar tercapainya visi dan misi Pendidikan Nasional.