dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Daerah

dokumen-dokumen yang mirip
Pemahaman atas pentingnya Manual Penyusunan RP4D Kabupaten menjadi pengantar dari Buku II - Manual Penyusunan RP4D, untuk memberikan pemahaman awal

Skema Rincian Langkah Kegiatan dalam Tahapan Penyusunan Dokumen RP4D Kabupaten 3-2

Inventarisasi data Perumahan dan Permukiman daerah merupakan Tahap kedua dalam Tahapan Penyusunan RP4D, yang dilaksanakan setelah Tahap Persiapan

BAB III PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. Laporan Akhir PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR

BAB V RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN

BAB IV DASAR PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

Standar Pelayanan Minimal untuk Permukiman Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 Standar Pelayanan Bidang

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

BAB III PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM

FORMAT I PROFIL SEKTOR PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN. I. Aspek Kebijakan Kota/Kabupaten. Berdasarkan Pola Dasar Pembangunan Kota/Kab :

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

BAB IV PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM DI WILAYAH PERENCANAAN

BAB 5 RTRW KABUPATEN

Untuk Pemerintah Kota/Kabupaten BANTUAN STIMULAN PENINGKATAN KUALITAS PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH (BSPK) TAHUN ANGGARAN...

PROFIL KABUPATEN / KOTA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PANDUAN PENGAMATAN LANGSUNG DI LOKASI/KAWASAN WISATA TERPILIH

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 17 TAHUN 2006 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA HAURGEULIS KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN

PROFIL KABUPATEN / KOTA

Apakah yang dimaksud dengan Perumahan dan Permukiman?

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 02 /PERMEN/M/2009 TENTANG

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

WALI KOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

NO LD.27 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2008 TANGGAL 16SEPTEMBER 2008 DAFTAR URUSAN PEMERINTAHAN KABUPATEN GARUT

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

IV.B.7. Urusan Wajib Perumahan

BAB. II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

A. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN.

Manual Penyusunan RP4D

Kebijakan Nasional Pengentasan Permukiman Kumuh. Direktorat Perkotaan, Perumahan, dan Permukiman, Kementerian PPN/Bappenas Manado, 19 September 2016

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan permukiman, yaitu kumpulan rumah

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI WILAYAH KOTA SUKABUMI

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI. Laporan Akhir

FASILITAS SOSIAL, TANGGUNG JAWAB SIAPA?

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KABUPATEN SINJAI

BAB IV KONSEP DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH

PROFIL KABUPATEN / KOTA

KEBIJAKAN NASIONAL PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

PROFIL KABUPATEN / KOTA

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG

Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya.

PROFIL KABUPATEN / KOTA

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang Peningkatan Kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh; Mengingat : 1. Undang-Undang N

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

TUGAS POKOK DAN FUNGSI BIDANG PENGEMBANGAN KAWASAN

KRITERIA DAN TIPOLOGI PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH

BAB IV ANALISIS DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LAHAN PERUMAHAN. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada penjabaran analisis berikut :

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR: 39 TAHUN : 2000 SERI : D.29 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 5 TAHUN 1997

2.1 Visi Misi Sanitasi

IDENTIFIKASI URUSAN RIIL YANG DILAKSANAKAN DI DAERAH KENDAL

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

III. METODE PENELITIAN. kegiatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan,

KEBIJAKAN DAN PROGRAM NASIONAL PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH Jakarta, 22 Desember 2014

PROFIL KABUPATEN / KOTA

3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

-1- PENETAPAN LOKASI PENILAIAN LOKASI. Gambar 1. Skema Penetapan Lokasi

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN

PROFIL KABUPATEN / KOTA

Identifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya

IPB International Convention Center, Bogor, September 2011

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PEM ERI NTAH K AB U PAT EN B AL ANG AN

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN

SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH ( SAKIP) Disampaikan oleh : KEPALA DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KABUPATEN LAMONGAN

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan(PLP2K-BK) 1 Buku Panduan Penanganan Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Berbasis

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

Tabel 9.2 Target Indikator Sasaran RPJMD

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 34 TAHUN : 2000 SERI : D. 24 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 2 TAHUN 1996

BAB III METODE PERENCANAAN

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara

G. BIDANG PERUMAHAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN. 1. Pembiayaan 1. Pembangunan Baru

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

Transkripsi:

BAGIAN II Inventarisasi Data dan Analisis RP4D Kabupaten Analisis Kebutuhan Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Daerah II.2 Terdapat 5 (lima) langkah dalam analisis pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman daerah, yaitu: Langkah 9 Analisis Implikasi Kebijakan Tata Ruang Terhadap Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Daerah Langkah 10 Analisis Daya Dukung dan Daya Tampung Wilayah Langkah 11 Proyeksi Kebutuhan Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Langkah 12 Perumusan Persoalan dan Tantangan Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Langkah 13 Workshop Tantangan dan Kebutuhan Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Daerah Urutan prosedur / tahapan umum dalam setiap analisis pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman adalah sebagai berikut : Gambar 2.3. Urutan Prosedur Dalam Analisis Kebutuhan Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Daerah P enggu naan hasil pen yusunan profil sebagai input aw al analisis L an gkah 9-13 A nalisis pem bangunan dan pengem bangan perum ahan dan perm ukim an dengan m en ggunakan m etode yang tepat L A N G K A H 9-13 A N A L IS IS K E B U T U H A N P E M B A N G U N A N & P E N G E M B A N G A N P E R U M A H A N & P E R M U K IM A N D A E R A H 2-47

Analisis Implikasi Kebijakan Tata Ruang Terhadap Pembangunan dan Pengembangan Permukiman Kabupaten Langkah 9 Analisis Implikasi Kebijakan Tata Ruang terhadap Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Daerah merupakan kajian atas pengaruh kebijakan tata ruang yang ditetapkan dalam RTRW terhadap permasalahan perumahan dan permukiman yang mungkin timbul dan kebutuhan program yang harus dikembangkan. TUJUAN Menentukan pengaruh kebijakan tata ruang yang berimplikasi terhadap permasalahan pembangunan dan perkembangan perumahan dan permukiman yang mungkin timbul, dan program pengembangan perumahan dan permukiman yang harus dilakukan MANFAAT Sebagai dasar pengambil keputusan dalam menentukan arahan ruang pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman, serta menjadi input bagi: Perumusan Arahan Perkembangan Fisik Kota (Langkah 14a) Perumusan arahan struktur perumahan dan permukiman (Langkah 14b) Perumusan visi dan misi pembangunan dan pengembangan (Langkah 17) 2-48

BAGIAN II Inventarisasi Data dan Analisis RP4D Kabupaten Kegiatan yang dilakukan : 9a. Analisis Implikasi Kebijakan Tata Ruang Terhadap Struktur Permukiman Wilayah Kabupaten Prosedur yang dilakukan: 1. Gunakan data mengenai : Peta Rencana Struktur Tata Ruang Kabupaten, yang tercantum dalam RTRW Kabupaten, dari Profil Kebijakan Tata Ruang Daerah yang diperoleh pada langkah 5. Kebijakan pengembangan kawasan khusus dan struktur permukiman di kabupaten, dari langkah 5b. Data penetapan pusat pengembangan / kegiatan kabupaten dengan fungsi strategis (kawasan agropolitan, perkebunan, pesisir, lindung, dan kawasan lainnya; beserta fungsi khususnya), berupa uraian dan peta, yang diperoleh dari profil kebijakan penataan ruang, RTRW Kabupaten, dari langkah 5. 2. Analisis, melalui penguraian, implikasi rencana struktur tata ruang kabupaten yang menetapkan pusat pengembangan kegiatan kabupaten pada kawasankawasan tertentu (perdagangan, industri, pelabuhan, dll) terhadap struktur permukiman di wilayah kabupaten, atas : Permasalahan permukiman yang mungkin timbul akibat penetapan pusat pengembangan kegiatan kabupaten Kebutuhan program pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman yang diperlukan untuk mendukung pusat pengembangan kegiatan kabupaten, serta menyelesaikan permasalah yang timbul. 3. Analisis, melalui penguraian, implikasi rencana struktur tata ruang kabupaten yang menetapkan pusat pengembangan kegiatan kabupaten pada kawasankawasan tertentu (perdagangan, industri, pelabuhan, dll) terhadap permukiman perkotaan di wilayah kabupaten, atas : Permasalahan permukiman yang mungkin timbul akibat penetapan pusat pengembangan kegiatan kabupaten Keluaran: Implikasi kebijakan tata ruang terhadap: Permasalahan permukiman Program pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman Implikasi Kebijakan Tata ruang terhadap permukiman perdesaan Kabupaten difokuskan pada kawasan khusus, misalnya kawasan pesisir, nelayan, transmigrasi, dsb, dan ditetapkan arahan umumnya dalam RP4D Kabupaten. 2-49

Kebutuhan program pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman yang diperlukan untuk mendukung pusat pengembangan kegiatan kabupaten, serta menyelesaikan permasalah yang timbul. Sebagai gambaran, permasalahan yang mungkin timbul dan kebutuhan program pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman, di wilayah kabupaten secara umum maupun di wilayah perkotaan kabupaten, dapat dilihat pada Contoh 2.49. Prosedur kegiatan 9 ini secara diagramatis dapat dilihat pada gambar 2.4. 9B. Implikasi Kebijakan Tata Ruang Terhadap Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Wilayah Perkotaan Kabupaten Prosedur yang dilakukan: 1. Gunakan data mengenai : Peta Rencana Struktur Tata Ruang Kabupaten, yang tercantum dalam RTRW Kabupaten, dari Profil Kebijakan Tata Ruang Daerah yang diperoleh pada langkah 5. Kebijakan pengembangan kawasan khusus dan struktur permukiman di kabupaten, dari langkah 5b. Data penetapan pusat pengembangan / kegiatan kabupaten dengan fungsi strategis (kawasan agropolitan, perkebunan, pesisir, lindung, dan kawasan lainnya; beserta fungsi khususnya), berupa uraian dan peta, yang diperoleh dari profil kebijakan penataan ruang, RTRW Kabupaten, dari langkah 5. Penetapan wilayah perkotaan kabupaten, dari langkah 5d. Data mengenai profil umum perumahan dan permukiman wilayah kabupaten, dari langkah 7a. Data mengenai profil perumahan dan permukiman wilayah perkotaan kabupaten, dari langkah 7b. 2. Analisis, melalui penguraian, implikasi rencana struktur tata ruang kabupaten yang menetapkan pusat pengembangan kegiatan kabupaten pada kawasankawasan tertentu (perdagangan, industri, pelabuhan, dll) terhadap permukiman perkotaan di wilayah kabupaten, atas : 2-50

Permasalahan permukiman yang mungkin timbul akibat penetapan pusat pengembangan kegiatan kabupaten Kebutuhan program pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman yang diperlukan untuk mendukung pusat pengembangan kegiatan kabupaten, serta menyelesaikan permasalah yang timbul. Sebagai gambaran, permasalahan yang mungkin timbul dan kebutuhan program pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman, di wilayah kabupaten secara umum maupun di wilayah perkotaan kabupaten, dapat dilihat pada Contoh 2.49. Prosedur kegiatan 9 ini secara diagramatis dapat dilihat pada gambar 2.4. BAGIAN II Inventarisasi Data dan Analisis RP4D Kabupaten Gambar 2.4. Prosedur 9 - Analisis Implikasi Tata Ruang Terhadap Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Karakteristik Pemilihan Wilayah Perkotaan Kabupaten Profil kebijakan penataan ruang kota/ kabupaten, langkah 5 - Rencana struktur ruang - Kebijakan pengembangan kawasan khusus dan struktur permukiman di kabupaten - kebijakan pusat pengembangan / kegiatan kabupaten dengan fungsi strategis dan khusus Penentuan wilayah kabupaten yang termasuk dalam wilayah perkotaan kabupaten Wilayah Perkotaan Kabupaten (kecamatankecamatan) - Profil umum perkim wilayah kabupaten, dari langkah 7a. - Profil perkim wilayah perkotaan kabupaten, dari langkah 7b. Analisis implikasi Kebijakan Penataan Ruang terhadap Permukiman Implikasi Kebijakan Tata Ruang terhadap : - Permasalahan permukiman yang mungkin timbul - Kebutuhan program pembangunan dan pengembangan perkim Di wilayah kabupaten secara umum dan wilayah perkotaan kabupaten 2-51

Contoh 2.49. Tabel Permasalahan yang Mungkin Timbul dan Kebutuhan Program Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman sebagai Implikasi Kebijakan Tata Ruang di Wilayah Perkotaan dan Wilayah Kabupaten Secara Umum No Implikasi Rencana Struktur Tata Ruang Kabupaten terhadap : 1 Permasalahan Permukiman Kabupaten yang mungkin dan atau telah timbul 2 Kebutuhan Program Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan permukiman Kabupaten Kawasan Permukiman Perkotaan Meningkatnya kantong-kantong permukiman kumuh dan ilegal Rendahnya pelayanan PSU Pembangunan rumah susun sewa rusunawa Pengembangan pusat-pusat kegiatan di wilayah lain kabupaten untuk mengantisipasi arus urbanisasi Peningkatan kualitas permukiman Kawasan Agropolitan / Pertanian Rendahnya kualitas permukiman perdesaan Rendahnya pelayanan PSU Kawasan Permukiman Kabupaten Kawasan Industri Tumbuhnya kantong-kantong permukiman kumuh Rendahnya pelayanan PSU Pembangunan rumah susun sewa rusunawa Pengembangan KASIBA/LISIBABS Peningkatan kualitas lingkungan permukiman Kawasan Nelayan Tumbuhnya kantong-kantong permukiman kumuh Rendahnya pelayanan PSU Peningkatan kualitas lingkungan permukiman nelayan Kawasan Lindung & Rawan Bencana Permukiman kumuh dan ilegal Rendahnya pelayanan PSU Pengendalian dan penataan permukiman pada kawasan lindung dan rawan bencana 2-52

BAGIAN II Inventarisasi Data dan Analisis RP4D Kabupaten Analisis Daya Dukung dan Daya Tampung Wilayah Perkotaan Kabupaten Langkah 10 Analisis Daya Dukung dan Daya Tampung Wilayah Perkotaan Kabupaten merupakan kajian atas kemampuan fisik wilayah perkotaan kabupaten dalam menampung perkembangan permukiman. TUJUAN Menentukan arah perkembangan permukiman yang tidak melanggar wilayah terlarang pembangunan permukiman dan memenuhi kesesuaian lahan fisik kabupaten. MANFAAT Sebagai dasar pengambil keputusan dalam menentukan arahan ruang pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman, serta menjadi input bagi: Kegiatan 10a. Sebagai input/ dasar bagi: Perumusan arahan struktur perumahan dan permukiman (Langkah 14b) Perumusan Konsep Pembangunan dan Pengembangan Rumah Baru (Langkah 15a) Perumusan Konsep Peningkatan Kualitas Kawasan Permukiman (Langkah 15b) Kegiatan 10b. Sebagai input/ dasar bagi: Perumusan Arahan Perkembangan Fisik Kota (Langkah 14a) Perumusan arahan struktur perumahan dan permukiman (Langkah 14b) Perumusan Konsep Pembangunan dan Pengembangan Rumah Baru (Langkah 15a) Perumusan Konsep Peningkatan Kualitas Kawasan Permukiman (Langkah 15b) Perumusan Konsep Pembangunan dan Pengembangan 2-53

Kegiatan yang dilakukan : 10a. Analisis wilayah terlarang untuk pembangunan perumahan (negative list) Prosedur yang dilakukan : 1. Gunakan hasil kompilasi data atas peta kesesuaian lahan kabupaten, profil kebijakan tata ruang kabupaten (RTRW kabupaten) dari langkah 5. 2. Buat daftar negatif list pengembangan permukiman yang terdiri dari : guna lahan/kawasan lindung pada peta tersebut, yang termasuk dalam kawasan negative list yang terlarang bagi pengembangan kawasan permukiman. (kriteria kawasan lindung dapat dilihat pada box di bawah ini) kawasan yang telah ditetapkan dalam peraturan daerah, RTRW, sebagai kawasan dengan fungsi khusus dan strategis, seperti : kawasan agropolitan, kawasan militer, kawasan industri besar,dan lahan dengan penguasaan besar. 3. Sebutkan sebaran lokasi/tempat negative list tersebut. 4. Tunjukkan kawasan/guna lahan negative list dan sebaran lokasinya pada peta, seperti pada Contoh 2.50. Keluaran: Daftar dan sebaran kawasan atau guna lahan yang termasuk dalam negative list / terlarang untuk dikembangkan menjadi permukiman Prosedur kegiatan 10a ini dapat dilihat pada Gambar 2.5. Gambar 2.5 Prosedur 10a - Analisis Negative List Pengembangan Permukiman Kriteria kawasan lindung yang menjadi negative list pengembangan permukiman, mengacu pada Keppres No. 32 Tahun 1990, mengenai Penetapan Kawasan Lindung, dengan jenis kawasan lindung berikut: 1. Kawasan Hutan Lindung 2. Kawasan Suaka Alam & Cagar Budaya (Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Nasional ) 3. Kawasan rawan bencana alam (rawan letusan gunung api, gempa bumi, tanah longsor, gelombang pasang dan banjir) 4. Waduk / danau / bendungan dan sekitar mata air 5. Sungai & sempadannya 6. Kawasan pesisir 2-54

BAGIAN II Inventarisasi Data dan Analisis RP4D Kabupaten CONTOH 2.50.Peta Indikasi Lokasi Negative List, Kawasan yang Dapat Dikembangkan Menjadi Kawasan Permukiman 2-55

10b. Analisis Daya Tampung Perumahan dan Permukiman Wilayah Perkotaan Kabupaten Prosedur yang dilakukan: 1. Gunakan data mengenai : Data luas dan sebaran (& peta) permukiman eksisting, dari langkah 7 Data luas dan sebaran (& peta) kesesuaian lahan permukiman yang dapat dikembangkan berdasarkan ketentuan kesesuaian lahan, dari langkah 5 Ketentuan perbandingan antara luas lahan permukiman dengan PSU, yang terdapat dalam RTRW (bila terdapat ketentuan), dari langkah 5. Hasil penetapan delineasi wilayah perkotaan kabupaten dari langkah 9.. 2. Luas Lahan bagi perumahan dan permukiman di lahan yang sesuai untuk peruntukan permukiman dan masih belum terbangun per kecamatan, berdasarkan rumus berikut. Luas Lahan Perumahan & Permukiman = Luas lahan yang sesuai untuk permukiman Luas lahan permukiman terbangun yang terletak di kawasan yang sesuai untuk permukiman...(rumus 1) Keluaran: Luas dan sebaran lahan bagi pengembangan kawasasan permukiman & infrastruktur baru Jumlah rumah yang dapat ditampung 3. Petakan wilayah yang disediakan lahan perumahan dan permukimannya bagi kawasan permukiman baru dan PSU baru di wilayah perkotaan kabupaten seperti pada Contoh 2.51. 4. Hitung perbandingan luas lahan bagi permukiman dan PSU dengan ketentuan komposisi perbandingan, dapat dilakukan dengan asumsi berikut : Menggunakan ketentuan proporsi perbandingan sesuai yang ditetapkan dalam RTRW kabupaten, seperti pada Gambar 2.6. 2-56

BAGIAN II Inventarisasi Data dan Analisis RP4D Kabupaten Gambar 2.6 Ketentuan Proporsi Perbandingan Luas Lahan Permukiman Baru dan Luas Lahan PSU dengan Asumsi Perbandingan sesuai Ketetapan RTRW x % : y % Luas lahan bagi permukiman dengan proporsi 1 = X x 10 % Luas lahan bagi permukiman baru = X % Proporsi Luas Lahan Permukiman 1 : 3 : 6 Luas lahan bagi permukiman dengan proporsi 3 = X x 30 % Luas lahan bagi permukiman & infrastruktur baru = 100 % Luas lahan bagi permukiman dengan proporsi 6 = X x 60 % Luas lahan bagi PSU = Y % Bila pada RTRW kabupaten tidak ditentukan asumsi proporsi tersebut, maka dapat menggunakan proporsi 70 % : 30 % (luas permukiman : luas PSU), seperti pada diagram berikut : Gambar 2.7 Ketentuan Proporsi Perbandingan Luas Lahan Permukiman Baru danluas Lahan PSU dengan Asumsi Perbandingan 70 % : 30 % 2-57

2-58 CONTOH 2.51. Peta Lokasi Lahan/ Kawasan Daya Tampung Pembangunan Permukiman dan PSU Baru di Wilayah Perkotaan Kabupaten

BAGIAN II Inventarisasi Data dan Analisis RP4D Kabupaten 5. Hitung daya tampung perumahan dan permukiman, dengan menghitung jumlah rumah yang dapat dibangun pada lahan yang dapat dikembangkan menjadi permukiman baru dengan asumsi luas lahan berdasarkan proporsi 1 : 3 : 6 sebagai berikut : type kecil 200 m2 (proporsi 6 ), menengah 400 m2 (proporsi 3 ) dan type besar 600 m2 (proporsi 1 ). 6. Tabulasikan hasil hitungan luas lahan dan daya tampung (jumlah rumah baru) tersebut seperti pada Contoh 2.52. Prosedur pada kegiatan 10c ini dapat dilihat pada Gambar 2.8. Gambar 2.8 Prosedur 10c - Analisis Daya Tampung Perumahan dan Permukiman pada Wilayah Perkotaan Kabupaten Data luas dan sebaran (& peta) permukiman eksisting, dari langkah 7 Rumus perhitungan luas lahan & infrastruktur baru Data luas dan sebaran (& peta) kesesuaian lahan permukiman yg dapat dikembangkan, dari langkah 5 Hitung luas dan sebaran ketersediaan lahan bagi permukiman dan infrastruktur baru per kecamatan Luas dan sebaran ketersediaan lahan bagi permukiman dan infrastruktur baru per kecamatan Asumsi perbandingan luas rumah : type kecil 200 m2 (proporsi 6 ), menengah 400 m2 (proporsi 3 ) dan type besar 600 m2 (proporsi 1 ). Asumsi perbandingan luas lahan permukiman : PSU : - Ditetapkan RTRW, atau - Luas permukiman : Luas PSU = 70 % : 30 % Hitung perbandingan luas lahan bagi permukiman dan PSU dengan ketentuan komposisi perbandingan Luas lahan bagi permukiman Baru Hitung Daya Tampung Perumahan & Permukiman jumlah rumah baru dengan ketentuan komposisi perbandingan 1 : 3 : 6 Daya tampung perumahan & permukiman jumlah rumah Baru Luas lahan bagi PSU di permukiman baru 2-59

NO Contoh 2.52 - Format Tabel Daya Tampung Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Baru Kabupaten Bandung Barat KECAMATAN Luas Lahan Sesuai untuk Permukiman (ha) Luas Lahan Permukiman Terbangun Yang Terletak Di Kawasan Yang Sesuai Untuk Permukiman (ha) Luas Lahan Bagi Permukiman & Infrastruktur Baru (ha) a b c = a-b Luas Lahan Bagi PSU (ha) d = c x 30 % Luas Lahan Bagi Permukiman Baru (ha) Proporsi 1 e = c x 70% x 10% Proporsi 2 f = c x 70% x 30% Proporsi 3 g = c x 70% x 60% 1 Lembang 4.176 1.252,8 2.923,2 876,96 204,62 61,39 36,83 2 Ngamprah 1.048 157,2 890,8 267,24 62,36 18,71 11,22 3 Padalarang 688 103,2 584,8 175,44 40,94 12,28 7,37 WILAYAH PERKOTAAN BANDUNG BARAT 5.912 1.513,2 4.398,8 1.319,64 307,92 92,37 55,42 NO KECAMATAN Daya Tampung Perumahan & Permukiman Baru (Jumlah Rumah) (unit) Proporsi 1 Proporsi 2 Proporsi 3 Total h = e x 10.000m : 600m i = f x 10.000m : 400m j = g x 10.000m : 200m h + i + j 1 Lembang 3.410 1.548 1.842 6.800 2 Ngamprah 1.039 468 561 2.068 3 Padalarang 682 307 369 1.358 WILAYAH PERKOTAAN KABUPATEN BANDUNG BARAT 5.132 2.309 2.771 10.212 2-60

BAGIAN II Inventarisasi Data dan Analisis RP4D Kabupaten Proyeksi Kebutuhan Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Wilayah Perkotaan Kabupaten Langkah 11 Proyeksi Kebutuhan Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman merupakan kajian atas kebutuhan akan perumahan dan permukiman berdasarkan karakter perkembangan penduduk dan kondisi serta permasalahan permukiman yang telah ada di wilayah perkotaan kabupaten. TUJUAN Menentukan jumlah kebutuhan dan sebaran rumah dan peningkatan kualitas permukiman berdasarkan kondisi kependudukan dan permasalahan pada wilayah perkotaan kabupaten. MANFAAT Sebagai dasar pengambil keputusan dalam menentukan pola penyediaan rumah dan pola penanganan permukiman, serta menjadi input bagi: Kegiatan 11a. Sebagai input/ dasar bagi: Perumusan Arahan Perkembangan Fisik Kota (Langkah 14a) Perumusan Arahan Struktur Perumahan dan Permukiman (Langkah 14b) Perumusan Rencana Pembangunan Dan Pengembangan (Langkah 18) Perumusan Rencana Pengembangan Sumber Daya perumahan dan permukiman Daerah (Langkah 19) Kegiatan 11b. Sebagai input/ dasar bagi: Perumusan Konsep Pembangunan dan Pengembangan Rumah Baru (langkah 15a) Kegiatan 11c. Sebagai input/ dasar bagi: Perumusan Konsep Peningkatan Kualitas Kawasan Permukiman (Langkah 15b) Kegiatan 11d. Sebagai input/ dasar bagi: Perumusan Konsep Pembangunan dan Pengembangan Rumah Baru (langkah 15a) Perumusan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Baru (langkah 18a) 2-61

Kegiatan 11e. Sebagai input/ dasar bagi: Perumusan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Baru (langkah 18a) Kegiatan 11f. Sebagai input/ dasar bagi: Perumusan Strategi Pembangunan dan Pengembangan Sistem Pembiayaan Perumahan (Langkah 16b) 11a. Proyeksi Kebutuhan berdasarkan pertumbuhan rumah tangga/ KK dan Backlog Prosedur yang dilakukan untuk : Perhitungan Laju Pertumbuhan Rumah Tangga / KK 1. Gunakan : data jumlah rumah tangga 5 tahun terakhir s.d tahun ke-x (tahun terakhir), pada kecamatan yang telah ditetapkan sebagai wilayah perkotaan dari langkah 6. Laju pertumbuhan rumah tangga/ KK, bila tidak terdapat dapat gunakan laju pertumbuhan penduduk, dari langkah 6. Keluaran: Laju pertumbuhan rumah tangga/kk jumlah rumah tangga/kk sampai dengan 10 tahun di muka, akhir tahun perencanaan backlog kebutuhan rumah Kebutuhan Rumah Akibat Pertumbuhan Penduduk Kebutuhan Rumah Total Analisis Proyeksi Kebutuhan Rumah di Wilayah Kabupaten, didasarkan pada karakteristik masing-masing wilayah. Khusus untuk Kabupaten yang berbatasan dengan wilayah Metropolitan, harus mempertimbangkan limpahan kebutuhan rumah dari wilayah Metropolitan di sekitarnya. Dalam hal ini pemenuhan kebutuhan rumah untuk MBR diasumsikan 20% berupa Rumah Susun di Kota inti, dan 80% didistribusikan ke Kota/ Kabupaten sekitarnya, sesuai dengan karakteristik masing-masing. Kota atau Kabupaten yang berbatasan dengan Kota inti atau Metropolitan harus memperhitungkan limpahan kebutuhan rumah dari Kota intinya. Pemenuhan kebutuhan rumah pada Kota inti dapat disebar ke hinterland-nya, yaitu Kota atau Kabupaten yang berbatasan, sesuai dengan karakteristik tiap Kota/ Kabupaten tersebut. Asumsi: Perbandingan pemenuhan kebutuhan rumah di Kota inti (PKN Metropolitan): di Kota/Kabupaten hinterland-nya adalah 20% : 80% Ilustrasi Perhitungan dan Sebaran Pemenuhan Kebutuhan Rumah 2-62

BAGIAN II Inventarisasi Data dan Analisis RP4D Kabupaten Bila laju pertumbuhan rumah tangga/kk tidak tersedia, maka hitung laju pertumbuhan rumah tangga/kk dalam 5 tahun (gunakan data 10 tahun terakhir, bila data tersedia), dengan rumus berikut : - Bila pertumbuhan rumah tangga/ KK tetap b = Pn P0...(rumus 2) di mana : b = Jumlah pertambahan rumah tangga/ KK per tahun Pn = Jumlah rumah tangga/ KK pada akhir tahun perhitungan Po = Jumlah rumah tangga/ KK pada akhir tahun perhitungan Pertumbuhan rumah tangga/ KK tetap Bila setiap tahun, pertambahan rumah tangga/kk memiliki jumlah relatif sama. Pertumbuhan rumah tangga/ KK linier Bila pertambahan rumah tangga/kk per tahun tidak relatif sama, tapi tidak menunjukkan lonjakan perkembangan rumah tangga Pertumbuhan rumah tangga/ KK eksponensial Bila setiap tahun, pertambahan rumah tangga/kk memiliki jumlah yang makin lama meningkat, misal 2 kali lipat, 3 kali lipat, dst. Contoh Perhitungan Jumlah Pertambahan Rumah Tangga Tetap Data terakhir diperoleh : Jumlah KK tahun 2007= 245 KK Jumlah KK tahun 2006 = 230 KK,data tahun-tahun sebelumnya pun memiliki perbedaan yang sama Pn = P1 =jumlah KK thn 2009 P0 = jumlah KK thn 2006 b = jumlah pertambahan rumah tangga/kk= P2007 P2006 = 245 230 = 15 2-63

- Bila pertumbuhan rumah tangga/kk linier b = Pn P0...(rumus 3) n r = b x k...(rumus 4) ½ (P0 + Pn) di mana : b = Jumlah pertambahan rumah tangga/ KK per tahun Pn = Jumlah rumah tangga/ KK pada akhir tahun perhitungan Po = Jumlah rumah tangga/ KK pada awal tahun perhitungan n = jumlah tahun, 5 atau 10 (tergantung ketersediaan data) k = konstanta (100) r = laju pertumbuhan per tahun Perhitungan Tahun Perencanaan Tahun Terakhir = tahun penyusunan analisis RP4D = th ke X Tahun awal perencanaan = th ke X + 1 Tahun akhir perencanaan = th ke X + 10 Contoh : Penyusunan RP4D tahun 2007 Tahun terakhir = th 2007 Tahun awal perencanaan = th 2008 Tahun akhir perencanaan = th 2017 Contoh Perhitungan Jumlah Pertumbuhan Rumah Tangga / KK Linier Data terakhir diperoleh : Jumlah KK tahun 2007= 245 KK Jumlah KK tahun 2002 = 192 KK Pn = P2007 =jumlah KK thn 2007 P0 = P2002 =jumlah KK thn 2002 n = 6 thn, 2002, 2003, 2004, 2005, 2006, 2007 b = Pn P0 = 245 192 = 53 = 8,83 n 6 6 r = b x k = 8,83 x 100 = 8,83_ x 100= 0,040 x 100 = 4 % ½ (P0 + Pn) ½ (245+192) 218,5 Jadi laju pertumbuhan rumah tangga/kk per tahun adalah 4 %. 2-64

- Bila pertumbuhan rumah tangga/kk eksponensial Pn r = Ln P0...(rumus 5) n di mana : b = Jumlah pertambahan rumah tangga/ KK per tahun Pn = Jumlah rumah tangga/ KK pada akhir tahun perhitungan Po = Jumlah rumah tangga/ KK pada akhir tahun perhitungan n = 5 atau 10 (tergantung ketersediaan data) k = konstanta (100) r = laju pertumbuhan per tahun BAGIAN II Inventarisasi Data dan Analisis RP4D Kabupaten Contoh Perhitungan Jumlah Pertumbuhan Rumah Tangga / KK Eksponensial Data terakhir diperoleh : Jumlah KK tahun 2007= 245 KK Jumlah KK tahun 2002 = 87 KK Pn = P2007 =jumlah KK thn 2007 P0 = P2002 =jumlah KK thn 2002 n = 6 thn, 2002, 2003, 2004, 2005, 2006, 2007 Pn 245 r = Ln P0 = Ln 87 = Ln 282 = 5,64 = 0,94 % n 6 6 6 Jadi laju pertumbuhan rumah tangga/kk per tahun adalah 0,94 %. 2. Hitung Proyeksi Jumlah Rumah Tangga/KK Gunakan hasil laju pertumbuhan rumah tangga/kk dari data yang tersedia atau dari perhitungan di atas. Hitung proyeksi jumlah rumah tangga/kk dari th-x, saat ini, s.d th-x + 10, akhir tahun perencanaan, dengan rumus berikut : - Bila pertumbuhan rumah tangga/kk tetap 2-65

Pti = Po + b,...(rumus 6) di mana Pt = Jumlah Rumah Tangga pada tahun t Po = Jumlah Rumah Tangga pada tahun 0 (tahun dasar = th-x) b = pertambahan rumah tangga / KK i = tahun ke 1, 2,..., 10 Contoh Perhitungan Proyeksi Jumlah Rumah Tangga, pertumbuhan Tetap Data terakhir diperoleh : Jumlah KK tahun 2007= 245 KK b = jumlah pertambahan rumah tangga/kk = 15 KK per tahun Pti = Po + b P2008 = P2007 + 15 = 245 + 15 = 260 P2009 = P2008 + 15 = 260 + 15 = 275 dan seterusnya sampai dengan akhir tahun perencanaan - Bila pertumbuhan rumah tangga/kk linier Pti = Po + nir... (rumus 7), di mana Pt = Jumlah Rumah Tangga pada tahun t Po = Jumlah Rumah Tangga pada tahun 0 (tahun dasar = th-x) n = jumlah tahun proyeksi r = laju pertumbuhan rumah tangga / KK i = tahun ke 1, 2,..., 10 Contoh Perhitungan Proyeksi Jumlah Rumah Tangga, pertumbuhan Linier Data terakhir diperoleh : Jumlah KK tahun 2007= 245 KK b = jumlah pertambahan rumah tangga/kk = 4 % per tahun Pti = Po + nir P2017 = P2007 + (10 x 4%)= 245 + (10 x 0,04) = 245 + 4 = 249 Jadi proyeksi jumlah rumah tangga pada thn 2017 adalah 249 KK 2-66

- Bila pertumbuhan rumah tangga/kk eksponensial Pt i = Po (1+n i r )...(rumus 8), di mana Pt = Jumlah Rumah Tangga pada tahun t Po = Jumlah Rumah Tangga pada tahun 0 (tahun dasar = th-x) n = jumlah tahun proyeksi r = laju pertumbuhan rumah tangga / KK i = tahun ke 1, 2,..., 10 BAGIAN II Inventarisasi Data dan Analisis RP4D Kabupaten Contoh Perhitungan Proyeksi Jumlah Rumah Tangga, pertumbuhan Eksponensial Data terakhir diperoleh : Jumlah KK tahun 2006= 245 KK r = Laju pertumbuhan rumah tangga/kk = 0,94 % per tahun Pt i = Po (1+n i r ) P2016 = P2007 (1+10 0,94 ) = 245 x (1+10 0,94 ) = 245 x (9,71) = 2.134 Jadi proyeksi jumlah rumah tangga pada thn 2017 adalah 2.134 KK/rumah tangga 3. Tuliskan hasil perhitungan proyeksi dalam seperti pada Contoh 2.53. Perhitungan Backlog Kebutuhan Rumah 1. Gunakan data jumlah rumah tangga tahun ke-x (tahun terakhir), dan jumlah rumah tahun ke-x, untuk kecamatan-kecamatan di wilayah perkotaan kabupaten dari langkah 6. 2. Hitung backlog kebutuhan rumah dengan rumus berikut : Backlog = Jumlah Rumah Tangga / KK tahun ke-x Jumlah Rumah tahun ke-x...(rumus 9) 2-67

Perhitungan Kebutuhan Rumah Akibat Pertumbuhan Penduduk 1. Gunakan data jumlah rumah tangga/kk tahun ke-x, hasil perhitungan hasil proyeksi jumlah rumah tangga/kk tahun ke-x s.d tahun ke-x+10, untuk kecamatan-kecamatan di wilayah perkotaan kabupaten, dari langkah 6. 2. Hitung jumlah kebutuhan rumah sampai th ke x+10, akhir tahun perencanaan, dengan rumus berikut. Kebutuhan Rumah th ke i = Proyeksi Jumlah Rumah Tangga/KK th ke i Jumlah Rumah Tangga / KK tahun ke-x...(rumus10) 2-68

BAGIAN II Inventarisasi Data dan Analisis RP4D Kabupaten NO KECAMATAN ThX 2006 Contoh 2.53. Format Tabel Proyeksi Jumlah Rumah Tangga/KK Proyeksi Jumlah Rumah Tangga / KK Th X+1 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1 Bontang Selatan 11.481 11.799 12.116 12.433 12.751 13.068 13.386 13.703 14.021 14.338 14.656.2 Bontang Utara 11.667 11.985 12.302 12.620 12.937 13.255 13.572 13.890 14.207 14.525 14.842 3 Bontang Barat 6.459 6.777 7.094 7.412 7.729 8.047 8.364 8.682 8.999 9.317 9.634 Th X+10 2016 WILAYAH PERKOTAAN KABUPATEN BONTANG 29.608 30.560 31.513 32.465 33.418 34.370 35.322 36.275 37.227 38.180 39.132 Keterangan : Proyeksi jumlah rumah tangga, menggunakan pertumbuhan rumah tangga linier, dengan Laju pertumbuhan rumah tangga sama dengan laju pertumbuhan penduduk rata-rata = 4,7 % per tahun. 2-69

Perhitungan Kebutuhan Rumah Total 1. Gunakan hasil perhitungan kebutuhan rumah akibat pertumbuhan penduduk dan backlog, untuk kecamatan-kecamatan di wilayah perkotaan kabupaten, dari hasil perhitungan di atas. 2. Hitung jumlah kebutuhan rumah total (di th ke x+10), akhir tahun perencanaan, dengan rumus berikut. Kebutuhan Rumah Total (Th ke X+10) = Kebutuhan Rumah Akibat Pertumbuhan Penduduk + Backlog...(rumus11) 3. Hitung jumlah demand/kebutuhan rumah berdasarkan proporsi rumah berimbang 1 : 3 : 6. 4. Tuliskan hasil perhitungan proyeksi seperti pada Contoh 2.54. Prosedur pada kegiatan 11a ini dapat dilihat pada Gambar 2.9. 11b. Proyeksi Kebutuhan Berdasarkan Segmentasi Pendapatan Kegiatan yang dilakukan: 1. Gunakan data jumlah penduduk berdasarkan segmentasi pendapatan (Miskin, MBR, berpendapatan menengah - atas) tahun ke-x (tahun terakhir), untuk kecamatan-kecamatan di wilayah perkotaan kabupaten, dari langkah 6. 2. Hitung proporsi segmentasi pendapatan penduduk tersebut untuk tiap kecamatan-kecamatan di wilayah perkotaan. 3. Tabulasikan hasil perhitungan proporsi tersebut seperti pada tabel 2.56. 4. Hitung demand rumah di akhir tahun perencanaan pada kawasan perkotaan dan perdesaan berdasarkan segmentasi pendapatan penduduk (miskin, MBR, menengah atas, yang telah dihitung proporsinya, pada prosedur 3 di atas). 5. Tabulasikan hasil perhitungan proporsi tersebut seperti pada tabel 2.56. 2-70

BAGIAN II Inventarisasi Data dan Analisis RP4D Kabupaten CONTOH 2.54 Format Tabel Proyeksi Jumlah Rumah Tangga/KK berdasarkan Proporsi Rumah Berimbang NO KECAMATAN RUMAH TANGGA Th 2007 RUMAH Th 2007 BACKLOG RUMAH Th 2007 RUMAH TANGGA Th ke 2016 DEMAND RUMAH AKIBAT PERTUMB. RMH TANGGA DEMAND RUMAH Th 2016 Proporsi 1 Proporsi 3 Proporsi 6 a b c = a-b d e =d-a 1 Lembang 11.481 10.564 917 14.656 3.175 4.092 409 1.228 2.455 2 Ngamprah 11.667 10.336 1.331 14.842 3.175 3.506 351 1.052 2.104 3 Padalarang 6.459 4.506 1.935 9.634 3.175 5.110 511 1.533 3.066 f = e + c g = f x 10% h = f x 30% i = f x 60% WILAYAH PERKOTAAN KABUPATEN BANDUNG BARAT 29.608 25.406 4.202 39.132 9.525 13.727 1.271 3.813 8.625 2-71

2-72 Jumlah rumah tangga 5 tahun terakhir s.d tahun kex (tahun terakhir), untuk tiap kecamatan dan total kota dari langkah 6. Laju pertumbuhan rumah tangga/kk, bila tidak terdapat dapat gunakan laju pertumbuhan penduduk, dari langkah 6 Perhitungan laju pertumbuhan rumah tangga/kk dalam 5 tahun, bila data laju tidak terdapat Rumus perhitungan laju pertumbuhan KK/ Rumah Tangga, rumus 2 sd 5 Perhitungan Proyeksi Jumlah Rumah Tangga/ KK Rumus perhitungan proyeksi pertumbuhan KK/Rumah Tangga, rumus 6 sd 8 Laju pertumbuhan rumah tangga / KK Jumlah rumah tangga / KK smp akhir th perencanaan Jumlah rumah tangga/kk, Tahun Terakhir, Th ke X, dari langkah 6 Hitung Backlog Kebutuhan Rumah Rumus perhitungan backlog KK/Rumah Tangga, rumus 9 Jumlah rumah, Tahun Terakhir, Th ke X, dari langkah 6 Rumus Kebutuhan Rumah Akibat Pertumbuhan Rumah Tangga /KK, rumus 10 Hitung Kebutuhan Rumah Akibat Pertumbuhan Rumah Tangga /KK Jumlah Kebutuhan Rumah Akibat Pertumbuhan Rumah Tangga /KK Backlog kebutuhan rumah tahun ke X Proporsi Rumah Berimbang 1 : 3 : 6 Hitung Kebutuhan Rumah Total Jumlah Kebutuhan Rumah Total Hitung Kebutuhan Rumah Total Gambar 2.9 Prosedur 11a Proyeksi Kebutuhan Berdasarkan Proyeksi Rumah Tangga / KK Dan Backlog Jumlah Kebutuhan Rumah Total dlm Proporsi Rumah Berimbang

BAGIAN II Inventarisasi Data dan Analisis RP4D Kabupaten CONTOH 2.55 Format Tabel Perhitungan Proporsi Segmentasi Pendapatan Penduduk Tahun 2006 NO KECAMATAN JUMLAH PENDUDUK Th 2006 PROPORSI SEGMENTASI PENDAPATAN PENDUDUK (%) 1 Lembang 45.924 a B MISKIN 26.636 58 MBR 11.481 25 MNG-ATAS 7.807 17 2 Ngamprah 46.668 MISKIN 30.334 65 MBR 10.267 22 MNG-ATAS 6.067 13 3 Padalarang 25.836 MISKIN 12.143 47 MBR 7.234 28 MNG-ATAS 3.100 12 WILAYAH PERKOTAAN KABUPATEN BANDUNG BARAT 118.421 MISKIN 69.113 58 MBR 28.982 24 MNG-ATAS 16.974 14 6. Analisis kemungkinan penanganan yang dapat dilakukan untuk masing-masing segmen pendapatan dan kawasan/lokasi permukiman, dengan alternatif penanganan seperti pada Tabel 2.4. 7. Prosedur pada kegiatan 11b ini dapat dilihat pada Gambar 2.10. Penentuan Segmentasi Pendapatan Penduduk Dapat diperoleh dengan pendekatan berikut : Jumlah Penduduk Miskin = Jumlah Penduduk Pra Sejahtera I Jumlah Penduduk MBR = Jumlah Penduduk Pra Sejahtera II Jumlah Penduduk berpendapatan menengah atas = Jumlah Penduduk Sejahtera 2-73

No Segmentasi Pendapatan Penduduk Tabel 2.4. Kriteria Kemampuan Penduduk dalam Pembangunan Rumah Baru dan Arahan Penanganan yang Diperlukan Proporsi Rumah Berimbang 1 : 3 : 6 Kemampuan dalam Membangun Rumah & Karakteristik Umum Kawasan Perumahan dan permukiman yang Ditempati 1 Miskin 6 Ketidakmampuan masyarakat membeli rumah Rendahnya daya beli dan kemampuan untuk memperbaiki rumah Terbatasnya akses ke lembaga keuangan yang menyediakan fasilitas kredit mikro Masalah kemiskinann perkabupatenan Rumah pada lokasi rawan bencana Lingkungan permukiman yang kumuh 2 Masyarakat Berpendapatan Rendah 6 Rendahnya daya beli dan kemampuan untuk memperbaiki rumah Terbatasnya akses ke lembaga keuangan yang menyediakan fasilitas kredit mikro Masalah kemiskinann perkabupatenan Rumah pada lokasi rawan bencana Lingkungan permukiman yang kumuh Lokasi Kawasan Perkabupatenan Pada kawasan khusus perumahan dan permukiman : kawasan kumuh perkabupatenan kawasan kumuh metropolitan kawasan industri kawasan pelabuhan kawasan khusus lain sesuai karakter Provinsi Perdesaan Pada kawasan khusus perumahan dan permukiman : pertanian agropolitan pertambangan pariwisata rawan bencana perbatasan kawasan kumuh nelayan kawasan khusus lain sesuai karakter kawasan Arahan Penanganan Rumah Sewa Rusunawa Penanganan kantong-kantong kemiskinan perkabupatenan (P2KP/ PNPM, NUSSP, Peningkatan kualitas, baik hunian (rumah) maupun lingkungan permukiman (PKP, KTP2D) 2-75

BAGIAN II Inventarisasi Data dan Analisis RP4D Kabupaten No Segmentasi Pendapatan Penduduk 2 Masyarakat Berpendapatan Menengah - Atas Proporsi Rumah Berimbang 1 : 3 : 6 Kemampuan dalam Membangun Rumah & Karakteristik Umum Kawasan Perumahan dan permukiman yang Ditempati 1 dan 3 Masyarakat memiliki daya beli dan kemampuan membeli rumah Masyarakat memiliki akses ke lembaga keuangan yang menyediakan fasilitas kredit Lokasi Kawasan Perkabupatenan Pada kawasan khusus perumahan dan permukiman : kawasan kumuh perkabupatenan kawasan kumuh metropolitan kawasan industri kawasan pelabuhan kawasan khusus lain sesuai karakter kawasan Perkabupatenan Perdesaan Arahan Penanganan Rumah Susun, Rumah Sewa Rusunawa peningkatan kualitas, baik hunian (rumah) maupun lingkungan permukiman, Rumah swadaya Rumah developer (Real Estate) Keterangan : Arahan kemungkinan penangangan disesuaikan dengan kondisi masing-masing kabupaten dan program penanganan yang telah ditetapkan dalam program pengembangan perumahan dan permukiman kabupaten tersebut. 2-76

Contoh 2.56 Format Tabel Proyeksi Kebutuhan Jumlah Rumah Tangga/KK berdasarkan Segmentasi Pendapatan Penduduk NO KECAMATAN RUMAH TANGGA Th 2007 RUMAH Th 2007 BACKLOG RUMAH Th 2007 RUMAH TANGGA Th ke 2016 DEMAND RUMAH AKIBAT PERTUMB. RMH TANGGA DEMAND RUMAH Th 2016 (KK/ Rumah Tangga) Total Miskin MBR Menengah Atas a b c = a-b d e =d-a f = e + c g h i 1 Lembang 11.481 10.564 917 14.656 3.175 4.092 2373,36 1.023 696 2 Ngamprah 11.667 10.336 1.331 14.842 3.175 3.506 2278,9 771 456 3 Padalarang 6.459 4.506 1.935 9.634 3.175 5.110 2401,7 1.431 613 KABUPATEN BANDUNG BARAT 29.608 25.406 4.202 39.132 9.525 13.727 7.962 3.294 1.922 Keterangan : proporsi demand rumah tahun 2016 (Miskin, MBR, dan Menengah-Atas) diperoleh dari perhitungan pada tabel 2.49. 2-77

BAGIAN II Inventarisasi Data dan Analisis RP4D Kabupaten Gambar 2.10 Prosedur 11b - Proyeksi Kebutuhan Berdasarkan Segmentasi Pendapatan Asumsi jumlah jiwa/kk Data jumlah penduduk berdasarkan segmentasi pendapatan, tahun ke-x (tahun terakhir) per kecamatan, dari langkah 6 Hitung jumlah rumah tangga/kk Jumlah Rumah Tangga/KK tahun ke-x (tahun terakhir) Laju pertumbuhan penduduk Proyeksikan jumlah rumah tangga / KK sampai dengan Tahun ke-x+10 Jumlah rumah tangga / KK sampai dengan Tahun ke-x + 10 11c. Estimasi Kebutuhan Peningkatan Kualitas Permukiman Prosedur yang dilakukan: Perhitungan Jumlah Penduduk pada Kawasan Bermasalah 1. Gunakan data permukiman yang bermasalah berdasarkan jenisnya (padat, kumuh, pesisir, bencana, dll tergantung pada kondisi kabupaten) pada wilayah perkotaan kabupaten, yang diperoleh dari langkah 7. 2. Delineasi (batas) kawasan permukiman yang bermasalah tersebut, kemudian petakan seperti pada Contoh Gambar 2.57. 3. Hitung kebutuhan luas penanganan kawasan permukiman yang bermasalah dengan menghitung luas kawasan tersebut dari peta yang telah dibuat pada gambar 2.57 tersebut. 2-78

4. Hitung jumlah penduduk yang bisa dilayani per kawasan permukiman bermasalah, dengan alternatif cara sebagai berikut : Perhitungan jumlah penduduk per RW pada kawasan permukiman bermasalah. Perhitungan jumlah penduduk dengan menggunakan pendekatan luas kawasan berdasarkan peta : - hitung jumlah rumah yang terdapat pada kawasan tersebut - hitung jumlah penduduk dengan menggunakan asumsi jumlah penduduk per rumah/kk, seperti pada rumus berikut. Jumlah Penduduk = Jumlah Rumah / KK X Asumsi Jumlah Jiwa per Rumah/KK...(rumus12) Contoh Perhitungan Jumlah Penduduk Berdasarkan Jumlah Rumah pada Kawasan Permukiman yang Bermasalah Data jumlah rumah berdasarkan hasil delineasi = 125 rumah Asumsi jumlah penduduk per KK/rumah tangga = 4 jiwa Jumlah Penduduk = Jumlah Rumah / KK X Asumsi Jumlah Jiwa per Rumah/KK = 125 rumah X 4 jiwa = 500 jiwa. Perhitungan Jumlah PSU pada Kawasan Bermasalah 1. Gunakan hasil perhitungan jumlah penduduk pada kawasan bermasalah dari perhitungan di atas. Standar pelayanan prasarana dan sarana umum seperti pada tabel 2.5 2. Hitung kebutuhan PSU yang diperlukan dengan rumus sebagai berikut. Jml PSU = Jumlah Jiwa Standar Jml Penduduk Layanan.(rusmus 13) 3. Tabulasikan hasil perhitungan seperti dalam contoh tabel 2.528. Prosedur kegiatan 11c dapat dilihat pada Gambar 2.11. 2-79

BAGIAN II Inventarisasi Data dan Analisis RP4D Kabupaten Contoh 2.57 Peta Sebaran Kawasan Permukiman yang Bermasalah 2-80

Jenis fasili-tas Tabel 2.5 Standar Pelayanan Sarana Umum Fasilitas yang ada Jml. Fasili-tas (2005) Skala Pelayanan Standar Penduduk a b c d e TK 9 Sub Lingkungan 1.000 Pendidikan Kesehatan Peribadatan SD / Sedrajat 18 Lingkungan 6.000 SLTP / Sederajat 5 Beberapa Lingk. 25.000 SLTA / Sederajat 2 Pendidikan Khusus 36 Sebagian Kabupaten Sebagian Kabupaten 30.000 30.000 Puskesmas 0 Lingkungan 120.000 Puskesmas Pembantu Poliklinik/B. Pengobatan Apotek 5 0 Sub Lingkungan 5.000 3 Sub Lingkungan 3.000 Sebagian Kabupaten 5.000 Posyandu 5 Sub Lingkungan 500 Praktek Dokter 1 Sebagian Kabupaten 5.000 Mesjid 43 Lingkungan 25.000 Mushala/Langgar 136 Sub Lingkungan 250 Gereja 0 Kabupaten 25.000 Vihara 0 Kabupaten 25.000 Pura 0 Kabupaten 25.000 S a Perdagangan dan Jasa r Perkantoran a n a O Pasar 0 Regional 25.000 Pertokoan 21 Sebagian Kabupaten 2.500 Warung 447 Sub Lingkungan 250 Swalayan 0 Kantor Pemerintah 9 Sebagian Kabupaten Kabupaten/Kec. /Desa Bank 0 Kabupaten Kantor Pos 0 Kantor Polisi 3 Kabupaten/Keca matan Kabupaten/Keca matan 25.000 Lap. Sepak Bola 15 Lingkungan 2.500 2-81

BAGIAN II Inventarisasi Data dan Analisis RP4D Kabupaten Jenis fasili-tas Fasilitas yang ada Jml. Fasili-tas (2005) Skala Pelayanan Standar Penduduk a b c d e Lap. Bulu Tangkis 17 Lingkungan 2.500 Lap. Volley 30 Lingkungan 2.500 Lap. Basket 1 Lingkungan 2.500 Lap. Tenis 8 Lingkungan 2.500 Lap. Golf 1 Kabupaten 30.000 Kolam Renang 1 Lingkungan 5.000 Taman Lingkungan 0 Sub Lingkungan 250 Taman Kecamatan 0 Lingkungan 120.000 No Contoh Tabel 2.58. Jumlah Sarana Umum dari PSU yang Dibutuhkan pada Kawasan Permukiman Bermasalah Jenis Fasilitas SARANA PENDIDIKAN Penduduk Pendukung a Standar Ruang (m2) b Kebutuhan Fasilitas (40.068 jiwa) Jumlah c = 40.068:a Luas d = c x b 1 TK 1.000 1.200 40 48.000 2 SD 6.000 3.600 7 25.200 3 SLTP 25.000 5.000 2 10.000 4 SLTA 30.000 5.000 2 10.000 5 Pendidikan Keagamaan SARANA KESEHATAN 30.000 5.000 2 10.000 1 Puskesmas 120.000 1.200 0-2 Puskesmas Pembantu 3 Poliklinik / Balai Pengobatan 5.000 300 8 2.400 3.000 300 13 3.900 4 Apotek - - Ada - 5 Posyandu 500 300 80 24.000 6 Praktek Dokter - - Ada - 2-82

No Jenis Fasilitas SARANA PERIBADATAN Penduduk Pendukung a Standar Ruang (m2) b Kebutuhan Fasilitas (40.068 jiwa) Jumlah c = 40.068:a Luas d = c x b 1 Mesjid 120.000 4.000 - - 2 Mushala/Lan ggar 30.000 1.500 1 1.500 3 Gereja 30.000 1.500 1 1.500 4 Vihara 30.000 1.500 1 1.500 5 Pura 30.000 1.500 1 1.500 SARANA PERDAGANGAN DAN JASA 1 Pasar 25.000 5.000 2 10.000 2 Pertokoan 2.500 1.200 16 19.200 3 Warung/Kios 250 400 160 64.000 4 Pusat Perbelanjaan dan Niaga 120.000 5.000 - - 5 Hotel 30.000 2.500 1 2.500 6 Restoran 2.500 1.000 16 16.000 SARANA PERKANTORAN 1 Kantor Desa 9 Desa 1.000 9 9.000 2 Kantor Kecamatan 1 Kec. 3.000 0-3 Kantor Polisi 30.000 1.000 1 1.000 4 Kantor Pos Pembantu 5 Pemadam Kebakaran 6 Bank Cabang Pembantu SARANA RTH DAN OLAH RAGA 1 Lap. Sepak Bola 2 Lap. Bulu Tangkis 30.000 1.000 3 3.000 30.000 1.000 0-30.000 1.000 0-2.500 15.000 15 225.000 2.500 2.500 17 42.500 3 Lap. Volley 2.500 2.500 30 75.000 4 Lap. Basket 2.500 2.500 1 2.500 5 Gedung 30.000 3.000 8 24.000 2-83

BAGIAN II Inventarisasi Data dan Analisis RP4D Kabupaten No Jenis Fasilitas Olah Raga Penduduk Pendukung a Standar Ruang (m2) b Kebutuhan Fasilitas (40.068 jiwa) Jumlah c = 40.068:a Luas d = c x b 6 Taman Lingkungan 7 Taman Kecamatan 250 1.250 1 1.250 120.000 24.000 1 24.000 8 Pemakaman 120.000 50.000 0 - Gambar 2.11 Prosedur 11c Proyeksi Kebutuhan Peningkatan Kualitas Permukiman Delineasi (batas) kawasan permukiman yang bermasalah Peta Kawasan kawasan permukiman bermasalah Data permukiman bermasalah berdasarkan jenisnya (padat, kumuh, pesisir, bencana, dll tergantung pada kondisi kota/ kabupaten) yang diperoleh dari langkah 7 Hitung kebutuhan luas kawasan permukiman yang bermasalah Luas kawasan kawasan permukiman bermasalah Asumsi Jumlah Jiwa per KK Hitung jumlah penduduk yang bisa dilayani per kawasan permukiman bermasalah Standar Pelayanan PSU Jumlah penduduk yang bisa dilayani per kawasan permukiman bermasalah Hitung jumlah PSU per kawasan (untuk setiap jenis PSU) yang diperlukan Jumlah PSU per kawasan (untuk setiap jenis PSU) 2-84

11d. Proyeksi Kebutuhan Penyediaan Rumah Baru Kegiatan yang dilakukan: 1. Gunakan hasil proyeksi kebutuhan rumah total akibat pertumbuhan rumah tangga/kk dan backlog pada tahun ke x + 10, kecamatan-kecamatan di wilayah perkotaan kabupaten, dari kegiatan 11a. 2. Bagi jumlah total rumah ke dalam proporsi hunian berimbang 1 : 3 : 6. Jumlah rumah pada proporsi 1 = 10 % x jumlah total kebutuhan rumah Jumlah rumah pada proporsi 3 = 30 % x jumlah total kebutuhan rumah Jumlah rumah pada proporsi 6 = 60 % x jumlah total kebutuhan rumah 3. Hitung jumlah rumah baru untuk proporsi 1, 3, dan 6 yang akan dibangun secara swadaya dan oleh pengembang dengan proporsi 60 % (secara swadaya), dan 40 % (oleh pengembang). 4. Tuliskan dalam tabel seperti pada Contoh 2.59. Prosedur kegiatan 11d ini dapat dilihat pada Gambar 2.12 2-85

BAGIAN II Inventarisasi Data dan Analisis RP4D Kabupaten Contoh 2.59. Jumlah Kebutuhan Rumah Baru NO KECAMATAN Total a Demand Rumah Th 2016 Proporsi 1 b = a X 10% Proporsi 3 c = a X 30% Propors i 6 d = b X 60% Rumah Menengah ke Atas (Proporsi 1 ) Kebutuhan Penyediaan Rumah Baru Rumah Menengah (Proporsi 3 ) Swadaya Pengembang Swadaya Pengembang Swadaya Rumah Bawah (Proporsi 6 ) Pengembang (RSH) e = b x 40% f = b x 60% g = c x 40% h = c x 60% i = d x 40% j = d x 60% 1 Lembang 4.092 409 1.228 2.455 164 115 491 1.137 982 1.473 2 Ngamprah 3.506 351 1.052 2.104 140 211 421 531 842 1.262 3 Padalarang 5.110 511 1.533 3.066 204 307 613 920 1.226 1.840. WILAYAH PERKOTAAN KABUPATEN BANDUNG 13.727 1.271 3.813 8.625 508 633 1.543 2.588 3.050 4.575 Keterangan : data berdasarkan contoh 2.54 2-86

Gambar 2.12 Prosedur Langkah 11d - Proyeksi Kebutuhan Penyediaan Rumah Baru 11e. Proyeksi Kebutuhan Layanan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum untuk Pengembangan Rumah Baru Kegiatan yang dilakukan: Perhitungan kebutuhan tambahan sarana umum 1. Gunakan : hasil perhitungan jumlah tambahan kebutuhan rumah di akhir tahun perencanaan penduduk pada wilayah perkotaan kabupaten, dari langkah 11a. standar pelayanan sarana umum seperti pada tabel 2.5. 2. Hitung jumlah penduduk yang dapat ditampung untuk tambahan rumah tersebut dengan menggunakan rumus 12. 3. Hitung kebutuhan tambahan sarana berdasarkan tambahan jumlah penduduk tersebut, dengan menggunakan rumus 13. 4. Tuliskan hasil perhitungan seperti pada Contoh 2.54. Prosedur kegiatan 11e dapat dilihat pada Gambar 2.13. Keluaran: Jumlah tambahan kebutuhan PSU 2-87

BAGIAN II Inventarisasi Data dan Analisis RP4D Kabupaten PSU (Prasarana dan Sarana Umum) Permukiman terdiri dari : 1. Sarana Umum Permukiman, meliputi sarana pendidikan, kesehatan, peribadatan, perdagangan dan jasa, perkantoran, RTH dan sarana olah raga. 2. Prasarana Umum Permukiman, meliputi prasarana : air bersih, air limbah, persampahan, dan jalan. No Contoh Tabel 2.60 Jumlah Tambahan Sarana Umum dari PSU yang Dibutuhkan pada Kawasan Permukiman Perumahan Baru Jenis Fasilitas Penduduk Pendukung Standar Ruang (m2) Kebutuhan Sarana Tambahan 54.908 jiwa (13.727 kk x 4 jiwa) Jumlah (unit) Luas (m2) SARANA PENDIDIKAN a b c = 54.908 : a d = c x b 1 TK 1.000 1.200 55 660.000 2 SD 6.000 3.600 9 32.400 3 SLTP 25.000 5.000 3 15.000 4 SLTA 30.000 5.000 2 15.000 5 Pendidikan Keagamaan SARANA KESEHATAN 30.000 5.000 2 15.000 1 Puskesmas 120.000 1.200 - - 2 3 Puskesmas Pembantu Poliklinik / Balai Pengobatan 5.000 300 11 3.300 3.000 300 18 5.400 4 Apotek - - - - 5 Posyandu 500 300 110 33.000 6 Praktek Dokter SARANA PERIBADATAN - - - - 1 Mesjid 120.000 4.000 - - 2 Mushala/Lang gar 30.000 1.500 3 Gereja 30.000 1.500 1 4 Vihara 30.000 1.500 1 5 Pura 30.000 1.500 1 1 2-88

SARANA PERDAGANGAN & JASA 1 Pasar 25.000 5.000 2 10.000 2 Pertokoan 2.500 1.200 20 24.000 3 Warung/Kios 250 400 200 80.000 4 Pusat Perbelanjaan dan Niaga 120.000 5.000 - - 5 Hotel 30.000 2.500 2 5.000 6 Restoran 2.500 1.000 20 20.000 SARANA PERKANTORAN 1 Kantor Desa 9 Desa 1.000 - - 2 Kantor Kecamatan 1 Kec. 3.000 3 Kantor Polisi 30.000 1.000 - - - - 4 Kantor Pos Pembantu 30.000 1.000 - - 5 Pemadam Kebakaran 30.000 1.000 - - 6 Bank Cabang Pembantu 30.000 1.000 - - SARANA RTH & OLAH RAGA 1 Lap. Sepak Bola 2 Lap. Bulu Tangkis 2.500 15.000 5 2.500 2.500 5 75.000 12.500 3 Lap. Volley 2.500 2.500 5 12.500 4 Lap. Basket 2.500 2.500 5 12.500 5 Gedung Olah Raga 6 Taman Lingkungan 7 Taman Kecamatan 30.000 3.000-250 1.250 55 120.000 24.000 - - 68.750 8 Pemakaman 120.000 50.000 - - Sumber : Standar Perencanaan Kebutuhan Sarana Kota: Cipta Karya Departemen PU - 2-89

BAGIAN II Inventarisasi Data dan Analisis RP4D Kabupaten Perhitungan kebutuhan tambahan prasarana utilitas umum 1. Gunakan : Jumlah penduduk tambahan dan kk atau rumah tangga tambahan yang dapat ditampung dari perhitungan di atas. standar pelayanan prasarana utilitas umum seperti pada box di bawah ini. 2. Hitung kebutuhan tambahan prasarana-utilitas umum berdasarkan tambahan jumlah penduduk tersebut, dengan menggunakan rumus 15. 3. Tuliskan hasil perhitungan seperti pada Contoh 2.61 sampai dengan Contoh 2.67. Prosedur kegiatan 11e dapat dilihat pada Gambar 2.13. Gambar 2.13 Prosedur 11e Proyeksi Tambahan Sarana Umum dari PSU bagi Permukiman Baru Rumus perhitungan jumlah penduduk dari jumlah KK/ Rumah Tangga, rumus 14 Jumlah tambahan kebutuhan rumah di akhir tahun perencanaan penduduk, dari langkah 11a. Hitung jumlah penduduk yang dapat ditampung untuk tambahan rumah Standar pelayanan sarana umum seperti pada tabel 2.6. Jumlah penduduk yg dapat ditampung untuk tambahan rumah Hitung kebutuhan tambahan PSU berdasarkan tambahan jumlah penduduk tersebut, dengan menggunakan rumus 15 Jumlah tambahan PSU untuk rumah baru Asumsi kebutuhan pelayanan prasarana utilitas air minum : Kebutuhan air minum untuk kegiatan perumahan / rumah tangga = 200 liter/hari Tingkat kebocoran = 15% 2-90

CONTOH Tabel 2.61 Perkiraan Tambahan Kebutuhan Prasarana Utilitas Air minum Bagi Permukiman Baru No Kecamatan Jumlah Tambahan KK/Rumah Tangga (unit) Kebututuhan Tambahan Air Minum Tahun 2016 Kebutuhan Air (ltr/hari) Kebocoran (15%) Total (ltr/hari) a b = a x 200 c = b x 15 % d = b + c 1 Lembang 4.092 818.400 122.760 941.160 2 Ngamprah 3.506 701.200 105.180 806.380 3 Padalarang 5.110 1.022.000 153.300 1.175.300 Wilayah Perkotaan Kabupaten Bandung Barat 13.727 2.745.400 411.810 3.157.210 Asumsi kebutuhan pelayanan prasarana utilitas air limbah : Pelayanan air limbah menggunakan sistem on-site dengan septic tank dan truk tangki tinja untuk mengangkut lumpur tinja ke instalasi IPLT. Volume tinja domestik (perumahan) = 65 ltr/jiwa/thn atau 0,000015 ltr/jiwa/hari Daya tampung 1 unit truk tinja = 8 m3 Tingkat pelayanan = 80% CONTOH Tabel 2.62 Perkiraan Tambahan Kebutuhan Prasarana Utilitas Air Limbah Bagi Permukiman Baru No Kecamatan Jumlah Penduduk (jiwa) Tambahan Kebutuhan Prasarana Utilitas Air Limbah Tahun 2016 Jumlah Penduduk Terlayani (jiwa) Vol Lumpur Tinja (m3/hari) a b = a x 80 % c = b x 0,000015 1 2 3 Lembang 16.368 13.904 0,21 Ngamprah 14.024 11.219 0,17 Padalarang 20.440 16.352 0,25 Wilayah Perkotaan Kabupaten Bandung Barat 54.980 43.984 0,66 2-91

BAGIAN II Inventarisasi Data dan Analisis RP4D Kabupaten Asumsi kebutuhan pelayanan prasarana utilitas persampahan : Pola menggunakan pola pengumpulan dan pengangkutan secara komunal Timbulan sampah domestik = 2,28 ltr/jiwa/hari Daya Tampung TPS dengan menggunakan container dengan kapasitas 10 m³. Kapasitas gerobak sampah 1 m³ No CONTOH Tabel 2.63 Perkiraan Tambahan Kebutuhan Prasarana Utilitas Persampahan Kecamatan Perkiraan Tambahan Kebutuhan Prasarana Utiltas Persampahan Jumlah Penduduk (jiwa Timbulan Sampah (m3) TPS dg 1 Container (unit) a b = a x 2,28 c = b : 10 m3 1 Lembang 16.368 37.319 3.732 2 Ngamprah 14.024 31.975 1.402 3 Padalarang 20.440 46.603 2.044 Wilayah Perkotaan Kabupaten Bandung Barat 54.980 125.354 12.535 Asumsi kebutuhan pelayanan prasarana utilitas jaringan jalan : Berdasarkan standar perencanaan kawasan perumahan, ditetapkan bahwa 30% dari total lahan suatu kawasan permukiman dialokasikan bagi infrastruktur penunjang, termasuk jaringan pergerakan. Luasan jaringan jalan perlu dikonversikan ke dalam perhitungan panjang jalan. Untuk keperluan pengukuran panjang jalan tersebut, ditetapkan rata-rata lebar jalan di kawasan permukiman adalah sebesar 5 m. Maka ukuran panjang jaringan jalan yang diperlukan adalah (30% dari luas total) / (5 m) 2-92